Thursday, November 21, 2024

2023

Khotbah 2 Minggu Kesembilan setelah Pentakosta - 30 Juli 2023

KHOTBAH 2 MINGGU KE IX SETELAH PENTAKOSTA – 30 Juli 2023

 

 

YANG PALING BERHARGA (Mat. 13:31-33, 44-52)

 

 ”Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu” (Mat. 13:46).

 

 

Kalau ada yang bertanya bagaimana prioritas saya dalam menjadi kehidupan, maka jawabannya adalah: Pertama, Tuhan. Kedua, keluarga. Ketiga, pelayanan. Keempat, pekerjaan. Kelima, lihat situasi faktual lainnya. Saya memilih Tuhan yang terutama, karena tujuan hidup saya adalah ingin masuk sorga. Saya tidak mau masuk neraka, ngeri, dan akan terus berusaha menjalani kehidupan ini sesuai dengan petunjuk dan kehendak Tuhan. Amin.

 

 

 

Bagaimana menjabarkan hal tersebut, maka pengalaman adalah guru yang terbaik. Learning by doing. Pahami, pegang prinsipnya, doakan, dan praktekkan dalam keseharian. Jatuh bangun, turun naik, itu biasa. Misalnya, coba setiap bangun pagi mulailah dengan berdoa, ekspresikan rasa sayang sama istri dan anak, membagikan firman Tuhan (bagi hamba Tuhan), lantas urusan pekerjaan (bila ada), dan seterusnya. Sebelum tidur menutup hari, lakukan yang sama. Sederhana, dan tidak susah.

 

 

 

Firman Tuhan hari Minggu ini untuk kita adalah Mat. 13:31-33, 44-52. Seperti minggu lalu, nas ini masih tentang Kerajaan Sorga, dan ada lima perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus. Pertama, Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji sesawi yang paling kecil, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya (ayat 31-32). Kedua, Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat (sekitar 36 liter), sampai khamir atau berfermentasi seluruhnya (ayat 33).

 

 

 

Perumpamaan ketiga, Kerajaan Sorga itu seperti harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu (ayat 44). Keempat, Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu (ayat 45-46). Terakhir, yang kelima, Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu (jambangan besar) dan ikan yang tidak baik mereka buang (ayat 47-48).

 

 

 

Ada tiga pesan inti dari kelima perumpamaan tersebut. Yang pertama, dari perumpamaan ketiga dan keempat, yakni setiap orang harus tahu apa yang terbaik diinginkan dan dicarinya dalam kehidupan ini. Firman Tuhan berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:33). Jadi jelas, Tuhan dan Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga adalah yang utama. Jangan menempatkan harta ingin kaya, jabatan tinggi, pekerjaan, dan bahkan membuat keluarga nomor satu.

 

 

 

Jika hanya sesekali dalam situasi tertentu keluarga lebih penting, ya tidak apa-apa. Fleksibel sesekali boleh, tapi kalau keseringan ya sudah tidak berprinsip. Beranilah memilih yang terbaik. Tetap teguh pegang prinsip seperti saya sebutkan di atas, urutannya: Tuhan, keluarga, pelayanan, pekerjaan dan yang lainnya lihat situasi faktualnya. Jika tidak dalam pelayanan, pekerjaan mendahului pelayanan, ya tidak apa-apa. Wajar, ada masa dan panggilannya.

 

 

 

Pesan kedua dari perumpamaan pertama dan kelima, yakni hidup perlu keseimbangan dan melihat berjangka panjang. Jangan menilai terlalu cepat, melihat terlalu pendek. Hidup seperti berinvestasi, pintar-pintar memilih dan mengisi pada keranjang yang benar. Lihat yang terpendam juga, jangan mau dikelabui oleh kenikmatan mata saja. Terlalu banyak menghabiskan waktu yang sia-sia, seperti terlalu banyak main WA atau ngobrol ngadol-ngidul tanpa hasil, sampai melupakan waktu untuk Tuhan dan pekerjaan dan pelayanan. Tentu itu tidak baik. Aturlah waktu dan atur hidup kita sehingga tahu prioritas dan terbaik yang diinginkan oleh Tuhan.

 

 

 

Terakhir, dari pesan perumpamaan kedua, menjalani kehidupan ini perlu mengubah sesuatu, menjadi berkat, dan dijalankan totalitas. Ragi hanya sedikit, tetapi mengubah terigu seluruhnya dan bekerjanya tidak kelihatan. Sedikit tetapi efektip. Kerja keras baik, tetapi kerja cerdas perlu mendampinginya. Jadi janganlah, misalnya, merasa lelah setiap malam, tetapi jika dipikirkan ulang, sebenarnya tidak ada yang kita hasilkan hari itu bagi Tuhan, keluarga dan orang lain. Itu sebuah ironi. Maka buanglah yang tidak perlu, menggantinya dengan yang baru dan lebih baik (ayat 52).

 

 

 

Mereka yang memilih Kerajaan Sorga sebagai pilihan utama hidup, pasti sudah merasakan dan menikmatinya saat ini. “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm. 14:7). Mereka yang memilihnya, tidak semata menjadikan hidupnya berharga dan sukacita, tetapi juga mebawa berkat dan sukacita bagi orang lain. Dalam nas paralel menurut leksionari minggu ini Rm. 8: 26-39 dikatakan, “tak terpisahkan kita dari kasih Allah, dan Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia” (Rm. 8:28).

 

 

 

Pada akhir perumpamaan-Nya, Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa di akhir kehidupan ini, “malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi” (ayat 49-50). Ngerise kali, dan itu pasti terjadi. Kita diminta untuk mengerti dan memilih. Seperti Tuhan Yesus bertanya: “Mengertikah kamu semuanya itu?” Para murid menjawab: “Ya, kami mengerti” (ayat 50-51). Semoga kita juga mengerti. Dan melakukannya untuk menyenangkan hati-Nya. Do it, today.

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat melayani.

 

 

Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 23 Juli 2023

Kabar dari Bukit

 

 

MITOS, MIMPI DAN TANTANGAN (Kej. 28:10-19a)

 

 ”Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya"  (Kej. 28:16b)

 

 

 

Setiap bangsa atau suku bangsa biasanya mempunyai mitos. Ini sering dipakai untuk memberi motivasi kepada anak cucu tentang kehebatan leluhur mereka. Tentu itu baik dan sah-sah saja serta tidak ada yang salah. Yang kemudian menjadi masalah, jika mitos dijadikan tameng kebanggaan dan mendapatkan keistimewaan, padahal nihil usaha dan prestasi kosong.

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Kej. 28:10-19a. Judul perikopnya: Mimpi Yakub di Betel. Latar belakangnya, Yakub setelah menipu Esau abangnya tentang hak kesulungan, akhirnya melarikan diri ketakutan. Dalam pelarian itulah ia bermimpi, melihat sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: .... Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, ..., olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (ay. 12-14). Ini janji Tuhan yang merupakan pengulangan janji berkat kepada kakeknya, Abraham (Kej. 12:1-3; 15:5; 17:1-8).

 

 

 

Kita percaya umat Yahudi sangat diberkati. Mereka terbukti banyak penerima hadiah nobel, seperti Einstein, Niels Bohr, Freud, serta menjadi orang-orang pintar terkaya di dunia saat ini. Lihat saja Mark Zuckerberg, Larry Ellison, Albert Bourla, Roman Abramovich, Len Blavatnik, Rochelle Walensky, dan lainnya. Inilah yang kemudian menimbulkan mitos, orang Yahudi pintar-pintar. Ini sama seperti mitos orang Batak pintar menyanyi dan main catur, orang Padang pintar berdagang, orang Makassar pandai melaut, dan lainnya.

 

 

 

Dalam Kamus KBBI, mitos adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. Ada aspek kebenarannya, tapi kadang ada yang dilebihkan. Ini sama seperti mitos Si Raja Batak adalah manusia pertama di bumi yang keturunan dewa-dewi. Jelas tidak benar, sebab sejarah umat manusia sudah ribuan tahun jauh sebelum Raja Batak mendiami Kawasan Danau Toba.

 

 

 

Melalui nas ini kita melihat Yakub bermimpi, salah satu cara penyataan Allah memperlihatkan diri-Nya. Ada janji berkat kepadanya dan penyertaan serta tuntunan Allah (ay. 15). Mimpi itu kini terwujud dalam dua aspek, yakni umat Yahudi masih diberkati dan keturunan Abraham melalui imannya diikuti oleh miliaran penduduk bumi.

 

 

 

Tetapi, kita juga perlu melihat dari sisi tantangan dan perjuangan yang mereka hadapi; tidak mitos semata. Perjalanan hidup Abraham dan Yakub dan tantangan imannya yang demikian berat. Mereka melewatinya dengan teguh dan setia. Abraham berjalan jauh dari Tanah Ur-Kasdim menuju Kanaan. Yakub harus menghadapi tantangan alam, tidur berbantalkan batu, serta perjuangannya menghadapi Laban untuk memperoleh istrinya (Kej. 31:40).

 

 

 

Oleh karena itu melalui nas ini ada beberapa pelajaran hidup yang kita dapatkan. Pertama, Allah ingin umat-Nya diberkati. Ini sesuai janji Tuhan Yesus, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup ... dalam segala kelimpahan (Yoh. 10:10). Kedua, Tuhan memberi ujian dan tantangan, baik badani maupun rohani, dan hanya mereka yang tangguh mampu melewatinya yang dipakai Tuhan. Bangsa Yahudi telah melewati masa penderitaan lebih panjang dari semua sejarah manusia. Dari berbagai buku kemudian kita ketahui, mereka sejak kecil dididik dengan keras dalam pelajaran dan ketaatan, yang membuat mereka unggul dalam berbagai prestasi.

 

 

 

Ketiga, dalam mengarungi kehidupan, kadang kita tersandung. Yakub menyadari kesalahannya dan berkorban berpisah dari saudara, ibu dan ayahnya. Tapi Allah setia pada janji-Nya. Allah hadir (ay. 16) dan memberi tanda. Kini tergantung kepada kita responnya. Jangan lari, melainkan seperti Yakub, yang berkata:

 

"Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga.” Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya." Sebuah rasa hormat dan kesiapan diri.

 

Apakah kita bermimpi sesuatu dan berharap saat ini lebih diberkati? Apakah kita mendapat janji dari membaca firman-Nya? Jangan hanya percaya pada mitos, tapi persiapkan diri dalam ketiga hal tersebut: mau diberkati, tangguh, dan respon positif atas rencana Allah. Ini yang diminta-Nya dan semoga kita siap.

 

 Pdt. (Em.) Ramles M. Silalahi

 

 Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah 2 Minggu Kedelapan setelah Pentakosta - 23 Juli 2023

KHOTBAH 2 MINGGU VIII SETELAH PENTAKOSTA - 23 Juli 2023

 

 LALANG DAN GANDUM (Mat. 13:24-30, 36-40)

 

 

”Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku" (Mat. 13:30)

 

 Firman Tuhan bagi kita dari Mat. 13:24-30, 36-40. Bagian pertama menceritakan perumpamaan Tuhan Yesus tentang lalang yang tumbuh di antara gandum, dan bagian kedua berisi penjelasannya. Ternyata di antara benih gandum yang ditabur, sering tumbuh lalang. Dan itu adalah kerja Iblis si jahat, musuh yang menaburkan benih lalang yang sengaja mengganggu benih yang ditaburkan Tuhan.

 

 

 

Kita hidup di dunia yang tidak steril, tidak terisolasi. Taburan yang beragam nilai datang dari segala penjuru, melalui berbagai cara dalam dinamika kehidupan: di rumah, gereja, lingkungan, media, buku, film dan lainnya; semua akan ikut mempengaruhi dan tidak mudah untuk membendungnya. Sejarah juga penuh dengan tindakan perbuatan baik, tetapi selalu disertai adanya perbuatan jahat dari pihak lain. Ya, kadang ada juga perbuatan baik yang berbungkus niat jahat. Tentu yang dilihat adalah akhirnya, tetaplah itu jahat.

 

 

 

Oleh karena itu kunci dari semuanya kembali ke manusianya, diri kita sendiri. Kitalah yang membuat diri kita seperti apa gambar dan rupa kita. Kita ingin bertumbuh bagaimana, dan menjadi apa? Kita yang mengelola informasi dan pengaruh yang masuk ke dalam hati dan pikiran kita. Dan, kita juga yang memilih mengambil setiap tindakan dan keputusan, yang semua berdampak bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain. Untuk itu jadilah seperti murid yang terus bertanya tentang maksud Tuhan (ayat 36).

 

 

 

Saya jadi ingat pesan bos saya dulu di Bukaka. Dia bilang, “kalau kamu berteman dengan orang pintar, maka kamu akan bertambah pintar. Berteman dengan orang kaya, kamu ikut menjadi kaya. Bila berteman dengan orang bebal dan bodoh, ya pasti tahulah hasilnya akan serupa dengan dia.” Saya juga selalu ingat pesan ayah saya sewaktu mau bersekolah ke Bandung: “Kamu akan bertumbuh dan menuju untuk ditempa menjadi emas. Jadilah emas, sehingga kalau pun kamu nanti jatuh ke lumpur atau ke selokan, kamu akan tetap emas. Tinggal siapa yang menemukan saja, sehingga melihat dirimu memang sangat berharga.” Kita belajar dari kehidupan, semua ada hikmah dan tujuannya.

 

 

 

Hidup yang berharga adalah hidup yang tumbuh dari benih yang baik, dirawat dan dipupuk dengan baik, dan terus berbuah terutama bagi orang lain. Untuk terus berbuah, kita memilih hal yang baik untuk diri kita. Iblis selalu bekerja sangat agresif mempengaruhi, melalui orang lain, atau cara lainnya. Tanpa berprasangka dan menghakimi, tidak semua orang juga ingin melihat kita bertumbuh dan berkembang. Maka pintar-pintarlah memilih hal yang masuk ke hati dan pikiran. Pintar memilih teman, pergaulan dan lingkungan, semua hal yang kita lihat, kita dengar, baca, sentuh. Itu semua pilihan kita. Sebuah tantangan dan perjuangan untuk dapat menyenangkan hati Tuhan.

 

 

 

Kita yang dipanggil dan percaya Tuhan Yesus, dasarnya adalah benih yang baik. Kita ini di ladang dunia, dan Tuhan membiarkan orang jahat kerja si iblis tetap ada bersama kita (ayat 30). Semua pasti untuk kebaikan, agar kita menjadi kuat. Tetaplah waspada dan berjaga, bila lalang yang tumbuh di sekitar kita justru semakin banyak dan mengganggu, tidak mustahil kita yang akan mati dan lalang si jahat semakin meluas.

 

 

 

Mari kita anak-anak Allah, orang percaya dari benih yang baik, teruslah berbuah lebat, menabur benih, dan mengalahkan lalang. Kita yang menang kelak akan dipisahkan, bersorak-sorai menikmati, dan bercahaya dalam kerajaan sorga (ayat 42, Mzm. 126:5-6). Sementara mereka yakni lalang yang jahat, nanti akan dikumpulkan dan dibakar. Ah, mengerikan, apalagi bila mereka itu keluarga kita, sahabat kita, atau bahkan orang lain yang tidak kenal. Maka lakukanlah sesuatu untuk menolongnya.

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah 1 Minggu Kedelapan setelah Pentakosta - 23 Juli 2023

KHOTBAH 1 MINGGU VIII SETELAH PENTAKOSTA - 23 Juli 2023

 

 MENJADI ANAK-ANAK ALLAH (Rm. 8:12-25)

 

 Bacaan lainnya: Kej. 28:10-19a; atau Yes. 44:6-8; Mzm. 139:1-12, 23-24 atau Mzm. 86:11-17; Mat. 13:24-30, 36-43

 

 

 

Pendahuluan

 

Kita tahu bahwa banyak orang Kristen yang belum memahami arti sebagai pengikut Kristus. Pola kehidupannya sering kali belum mencerminkan maksud dan kehendak Tuhan Yesus dalam hidupnya sebagai anak-anak Allah, dan masih banyak yang hidup dengan pola manusia lama. Hal itu bisa tampak dari hal sederhana, misalnya, masih hidup dalam ketakutan: takut pada kegelapan, takut akan hari esok dan lainnya, sampai yang paling “berat” yakni wajib peduli dan berbuat baik terhadap orang lain. Firman-Nya berkata: “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak. 4:17). Hal itu mungkin didasari belum dipahaminya rencana Allah dalam hidupnya dan juga janji pasti yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada kita. Melalui nas minggu ini kita diberi pengajaran tentang hidup sebagai anak-anak Allah dan sekaligus pewaris kerajaan-Nya saat ini hingga di kekekalan nanti.

 

 

 

Pertama: Kita adalah orang berhutang (ayat 12-13)

 

Kita tahu banyak orang yang merokok. Adanya keharusan pemerintah mencantumkan gambar-gambar yang menyeramkan di bungkus rokok dan tulisan "Merokok Membunuhmu" dengan tujuan untuk memberi kesadaran dan rasa takut kepada pembeli, tampaknya tidak efektif. Kenaikan pita cukai juga tidak terlalu menolong, meski dianggap terlalu kecil sehingga harga jual rokok masih murah dibanding di luar negeri. Oleh karena itu jumlah perokok di Indonesia terus bertambah dan bahkan sudah merembet ke dunia remaja muda. Industri rokok pun semakin jaya dengan keuntungan semakin besar. Para pemilik pabrik rokok menjadi orang-orang terkaya di Indonesia. Alasan orang tetap menjadi perokok jelas, yakni susah menghentikan sebab telah adanya racun di dalam tubuh (darahnya) berupa zat adiktif nikotin yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah yang menyebabkan kecanduan. Setiap saat racun ini meminta kembali nikotin yang memaksa perokok untuk kembali ingin mengepulkan asap rokok demi untuk memenuhi kebutuhan racun tadi. Dengan demikian dapat dikatakan, seolah-olah seorang perokok merasa berhutang bagi tubuhnya, bagi dagingnya, sehingga perlu "membayar" pada saat yang dibutuhkan. Kecanduan memenuhi keinginan tubuh dan daging bukan hanya merokok, hal lainnya bisa kita lihat pada kecanduan narkoba, alkoholisme, kecanduan seksual, makan berlebih yang berakibat menjadi mudah lapar, termasuk kecanduan yang bukan tubuh seperti judi, menonton film porno, dan lainnya.

 

 

 

Anehnya, semua orang tahu bahwa merokok tidak baik, banyak minum alkohol (berlebih) tidak baik, narkoba itu tidak baik. Namun tetap saja orang memulai dan akhirnya terjerat dalam hutang ketergantungan kepada daging. Mereka mungkin melupakan awalnya, bahwa memulai itu berarti membuat hutang pada tubuh. Betul ada jalan pemulihan, seorang perokok dapat menghentikan kebiasaannya dengan komitmen penuh. Kalau ada yang mengatakan tidak bisa, maka sebenarnya hanya belum memiliki komitmen kuat. Lain lagi, memulihkan seseorang yang terjerat alkoholisme, ini memerlukan biaya yang besar. Sama dengan narkoba, biasanya harus masuk panti khusus pemulihan yang membutuhkan biaya besar dan menjalani proses "siksaan" pada tubuh untuk menetralisir tubuh yang sudah terkontaminasi racun-racun yang ada di dalam darah. Untuk masuk dalam proses pemulihan itu pun memang perlu ada "kesadaran" sehingga proses pemulihan menjadi lebih mudah dan tidak merasa terlalu berat. Seseorang harus proaktif dalam memenangkan peperangan yang dipakai iblis melalui kedagingan kita. Dalam hal ini "kerjasama" dibutuhkan antara tubuh dengan roh (kesadaran) untuk proses pemulihan.

 

 

 

Namun banyak yang membuktikan, kesadaran dan kekuatan dari roh (kecil) kita saja tidak cukup untuk dapat melawan mematikan racun-racun tubuh itu. Seorang perokok atau pecandu narkoba biasanya bisa berhenti sebentar namun kumat lagi. Orang yang merokok kalau tidak sadar tujuan hidupnya, akan mudah kembali kecanduan. Demikian juga dengan kecanduan lainnya, sehingga yang dilakukan dalam pemulihan sering tidak efektif. Oleh karena itu, panti pemulihan alkohol dan narkoba yang dilengkapi dukungan kerohanian dengan memperkenalkan Tuhan Yesus biasanya lebih efektif. Seseorang yang mengenal Tuhan Yesus tentunya memahami bahwa mengikuti keinginan dengan membayar hutang kepada tubuh dan daging adalah sesuatu yang sia-sia dan membawa kita pada kematian. Juga perlu dibayangkan, berapa nilai rokok yang kita bayar, harga narkoba dan alkohol yang kita harus beli, semua hanya membentuk hutang kepada tubuh, yang kita harus membayarnya setiap saat sebelum dipulihkan. Ini masih ditambah dengan kerusakan tubuh. Apalagi, untuk membeli semua kebutuhan yang merusak itu harus mengorbankan keperluan yang lebih penting, untuk anak, keluarga, berobat dan lainnya. Dalam hal ini bukan saja kematian fisik yang terjadi, tetapi juga kematian secara rohani, sebab kita melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan (Gal. 5:16-18; Ef. 6:12; 1Pet. 2:11). Oleh karena itu, hanya Roh Allah yang bekerja dalam kesadaran dan komitmen (roh kita) yang dapat menghentikan semua kecanduan itu. Nas minggu ini menuliskan, "jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup." Roh itulah yang menghidupkan seseorang pecandu dari penyakit yang merusak dan sekaligus memahami arti kehidupan ini untuk tidak dijalani dengan sia-sia, hanya memuaskan diri sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain.

 

 

 

Kedua: Kita tidak dipimpin roh perbudakan (ayat 14-17a)

 

Rasul Paulus menggunakan kata adopsi sebagai ilustrasi hubungan baru orang percaya dengan Tuhan. Ia menggunakan kata Yunani hiuos yang berarti "anak yang sudah diangkat secara sah." Di dalam budaya Romawi, seseorang yang diadopsi oleh keluarga lain, maka hak-haknya pada keluarga lama akan hilang, namun akan mendapatkan hak-hak dari keluarga yang baru. Dengan demikian ayat yang dipakai dalam nas ini menggambarkan posisi orang percaya, ketika menjadi orang Kristen dan lahir baru kita diangkat menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12; 3:4-5), maka kita pun memiliki hak penuh dan istimewa sebagai anak (Gal. 3:26; 4:5; Ef. 1:5). Salah satu keistimewaan menjadi anak-anak Allah adalah hubungan kita dengan Allah Bapa menjadi begitu dekat. Kita dapat memanggil dengan panggilan akrab, yakni: Abba, yang berarti Bapa. Kata Abba berasal dari bahasa Aram yang sering digunakan pada saat kehidupan sehari-hari Tuhan Yesus. Perkataan "ya Abba, ya Bapa" juga merupakan seruan Tuhan Yesus tatkala Ia berdoa di bukit di Getsemani (Mar. 14:36; Gal. 4:3-9).

 

 

 

Dengan hubungan yang dekat dan mesra antara kita anak-anak-Nya dengan Allah, kita tidak lagi menjadi budak-budak yang was-was dan takut (2Tim. 1:7); melainkan kita adalah anak-anak "Tuan Besar". Sungguh alangkah menyenangkan, roh perbudakan itu telah lenyap. Roh perbudakan pada dasarnya adalah akibat pemahaman hukum Taurat yang membangkitkan rasa takut dan mencoba menyenangkan Allah dengan cara-cara yang sia-sia. Allah telah memberikan kita hadiah kasih karunia terbesar dalam hidup kita, yakni: Yesus Kristus, pengampunan, dan kemerdekaan. Dengan menerima Yesus, kita masuk ke jalan kemenangan dan kehidupan kita dipimpin oleh Roh Kudus (Gal. 4:5-6), serta kita dimampukan mematikan perbuatan-perbuatan tubuh dan menganggap kecenderungan dan kuasa dosa di dalam tubuh sudah mati (band. Rm. 6:11; Gal. 5:24). Kita menjadi tahu tentang makna dan hakekat kehidupan yang sebenarnya, yakni kasih karunia. Kita memiliki tujuan hidup yang sekaligus menjalankan misi Allah sambil mengucap syukur, sambil terus mematikan keinginan daging sebagai bagian ketaatan kita pada-Nya (Rm. 1:5). Nilai sebuah kemenangan sangat tinggi sesuai dengan perjuangan yang kita korbankan. Konsekuensi positif lainnya, secara sadar kita dapat mengabaikan pencobaan kedagingan yang sering dimanfaatkan iblis (Gal. 6:8).

 

 

 

Keistimewaan lainnya sebagai anak yang sah, kita menjadi pewaris dari keluarga kerajaan Allah. Kita mendapat hak penuh sebagai pewaris dari keluarga sorgawi (Gal. 4:7; Ef. 3:6). Kita memperoleh bagian dari kekayaan sorga bersama orang percaya lainnya, berhak menerima janji-janji Allah. Kasih Bapa kepada kita sebagai anak-anak-Nya sama dengan kasih bagi Anak-Nya yang tunggal yakni Yesus Kristus (Yoh. 14:21, 23; 17:23). Mungkin kadang kala kita tidak merasa bahwa kita adalah anak-anak Allah. Iblis akan mengganggu dan menggoyang iman kita, namun Roh Kudus adalah saksi atas sikap dan keberadaan kita. Kehadiran-Nya di dalam hati mengingatkan (kembali) siapa kita dan menguatkan diri kita dengan kasih Allah Bapa (Rm. 5:5; Tit. 2:11-12). Ia menjamin kehidupan yang kekal, dan meneguhkan kita atas setiap permintaan kebutuhan sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.

 

 

 

Ketiga: Kita masih mengeluh dan menderita (ayat 17b-23)

 

Sebagai ahli waris kerajaan Allah, cobaan dan penderitaan tidak otomatis lepas dari kehidupan kita. Orang percaya harus menghadapi berbagai jenis penderitaan yang mungkin terjadi. Kadang pencobaan datang tidak terduga dan terselami seperti yang dialami Ayub. Pada awal abad pertama, orang Kristen menghadapi pencobaan berupa pengucilan dan penyiksaan yang berdampak dalam kehidupan sosial ekonomi, bahkan termasuk risiko kematian. Demikian juga kita saat ini harus siap menghadapi risiko yang akan datang, dan siap membayar harga untuk itu. Di beberapa belahan dunia ini, ada tekanan-tekanan yang harus diterima oleh orang Kristen, dalam kegiatan dan karier di pemerintahan atau perusahaan, termasuk dalam pekabaran Injil. Kita di Indonesia yang mengaku sebagai negara yang memiliki toleransi tinggi, juga mengalaminya di beberapa daerah. Kekristenan tidak otomatis menjadi mulus dan langsung memuaskan. Namun itu tidak boleh menghentikan pola hidup sebagai orang Kristen yang harus melayani sesama, membela ketidakadilan, membela nilai-nilai hakiki yang universal, yang selalu mempunyai harga. Namun betapa pun beratnya, perlu kita ingat beban itu tidak akan melebihi yang ditanggung oleh Yesus pada masa pelayanan-Nya untuk dapat membela dan menebus kita dari dosa dan penderitaan kekal.

 

 

 

Betul, Allah telah menciptakan dunia dan alam semesta ini dalam keadaan amat baik (Kej. 1:31). Kejatuhan Adam ke dalam dosa merusakkan semua konsep dan ciptaan. Dosa menyebabkan seluruh ciptaan menjadi jauh dari nilai-nilai hakiki saat awal Tuhan menciptakan. Manusia hanya makan dari buah-buahan pohon dan dedaunan di Taman Eden (Kej. 2:9, 16), kemudian boleh makan daging hewan setelah peristiwa penyelamatan Nuh dengan air bah (Kej. 9:3-4). Ini mungkin konsekuensi keserakahan. Akibatnya, semua mengalami kerusakan nilai-nilai hakikinya akibat dosa Adam hingga peristiwa Nuh. Alam semesta juga semakin menanggung berbagai kerusakan akibat bencana alam, seperti gempa, tsunami, ledakan gunung, kekeringan, banjir, dan kerusakan lingkungan hidup lainnya. Memang semua ini masih dalam kendali kehendak-Nya akibat ketidaktaatan manusia. Semua makhluk mengeluh dalam pengertian ketidak puasan, namun harus menyadari keluhan sebagaimana orang bersalin pasti menghasilkan hidup baru dan kelegaan. Alam dan manusia mengharapkan pelangi baru sebagai tanda kasih Allah. Dunia mengalami kefrustasian dan terbelenggu dalam kelemahannya, sehingga tidak dapat memulihkan hakekat nilai asli sesuai dengan tujuan Tuhan.

 

 

 

Orang Kristen perlu melihat dunia ini sebagaimana adanya, dunia yang semakin melorot dan secara rohani dosa telah merasuk. Alkitab yang kita imani mengatakan suatu saat Tuhan pasti memulihkan semua ciptaan-Nya, terbebas dan ditransformasikan. Bersamaan dengan masa yang datang itu, semua berharap adanya pemulihan anak-anak Allah dibangkitkan. Namun kita orang percaya tidak perlu pesimis, sebab ada pengharapan kemenangan di masa depan. Sementara itu, orang Kristen di dunia ini terus bersaksi dan berbuah dengan menyembuhkan penyakit masyarakat, baik fisik, ekonomi, sosial maupun jiwa-jiwa yang masih haus akan kedamaian dan sukacita yang telah dirusak oleh iblis. Kita juga akan dibangkitkan dengan tubuh kemuliaan sebagaimana tubuh Yesus setelah kebangkitan-Nya yang saat tinggal di sorga (1Kor. 15:25-58). Pembebasan tubuh kedagingan berarti bebas dari rasa sakit dan penderitaan akan berlalu bagi setiap orang percaya. Perubahan lengkap tubuh dan kepribadian kita kelak akan dinyatakan setelah kehidupan saat ini, ketika kita menjadi serupa dengan Kristus (1Yoh. 3:2). Kita telah mendapatkan "karunia sulung" berupa pemberian pertama atau uang muka yakni Roh Kudus sebagai jaminan semua pembebasan itu (2Kor. 1:22; 5:5; Ef. 1:14).

 

 

 

Keempat: Mengharapkan yang tidak dilihat (ayat 24-25)

 

Rasul Paulus dalam bab-bab sebelumnya telah menyodorkan ide yang berdasarkan pandangan hidup di dunia Romawi saat itu, bahwa keselamatan ada di masa lampau, di masa kini, dan di masa mendatang. Di masa lampau kita diselamatkan pada saat kita pertama kali mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Kehidupan kita yang baru yakni jaminan hingga kekekalan dimulai pada saat pengakuan itu (Rm. 3:24-25; 5:8-11; 8:1). Pada saat ini kita tetap diselamatkan dalam sebuah proses berkelanjutan dan pengudusan. Kekalahan sesaat kita terhadap iblis tidak menghapus janji dan jaminan keselamatan, sepanjang kita memperlihatkan sikap penyesalan dalam dan pertobatan. Di saat yang sama kita akan menerima penggenapan seluruh upah dan berkat dari keselamatan yang menjadi milik kita, ketika nanti kerajaan Kristus dinyatakan utuh sempurna sepenuhnya. Ini merupakan keselamatan kita di masa mendatang. Kita berkeyakinan penuh atas seluruh keselamatan itu, teguh memandang dengan penuh pengharapan dan iman. Pengharapan adalah sauh yang kuat untuk menjaga agar kita tidak terombang-ambing dalam menghadapi pergumulan hidup sehari-hari (Ibr. 6:19), dengan demikian kita diberi jalan yang menyelamatkan melalui pengharapan.

 

 

 

Namun, tetap kita perlu memahami pertanyaan dasarnya: Apa yang kita nantikan dalam menyongsong pasca hidup kita di dunia ini? Sesuatu yang kita lihat saat ini bukanlah pengharapan melainkan realitas yang dihadapi tanpa perlu keluhan. Sejatinya, sesuai dengan gambaran yang diberikan Alkitab, kita mengharapkan tubuh yang baru, keluarga dan rumah yang abadi, sebuah bumi baru dan langit baru, kedamaian dan kelimpahan berkat, ketiadaan dosa dan penderitaan, dan yang terutama kita dapat bertatap muka dengan Tuhan Yesus sebagai sumber pengharapan kita! Seperti gambaran kitab Wahyu, kita/mereka "tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka" (Why. 7:16-17). Kita melihat ke depan menunggu pada bumi baru dan langit baru sebagaimana yang Allah janjikan, bebas dari perbuatan dan konsekuensi dosa. Gambaran itu tidak bisa kita uraikan sebagaimana dikatakan firman-Nya: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9). Semua ditaklukkan melalui pengharapan.

 

 

 

Adalah sesuatu yang alamiah untuk seorang anak mempercayai penuh orangtuanya, meskipun kadang kala orangtuanya tidak bisa memenuhi janjinya karena keterbatasan tertentu. Tetapi, Bapa sorgawi kita, bagaimanapun, tidak akan pernah mengabaikan janji yang diberikan-Nya (Ibr. 6:13; 2Pet. 3:9). Namun daripada berlaku seperti anak yang tidak sabar menunggu semua dinyatakan di dunia ini, lebih baik kita tetap meletakkan iman di dalam hikmat dan kebaikan Allah. Betul, kadangkala, waktu yang diberikan-Nya jauh dari pengharapan kita. Rencana-Nya tidak terselami dan bisa jauh dari perkiraan kita. Namun kita percaya rencana-Nya adalah yang terindah. Kita diberi berbagai peristiwa untuk menguji kesabaran kita, ketaatan kita, dan terutama ketekunan kita dalam penantian itu (2Tim. 2:12; 1Pet. 4:13). Ketidaksabaran seorang anak harus diisi dengan menjalankan tugas panggilan, bukan dengan keluhan atau gerutuan. Itulah yang membuktikan bahwa kita adalah anak-anak sejati yang berhak atas tubuh kemuliaan menggantikan tubuh fana ini. 

 

 

 

Penutup

 

Melalui nas minggu ini kita diingatkan kembali tentang hak-hak kita sebagai anak-anak Allah, yakni kita tidak perlu berhutang (lagi) kepada tubuh dan kedagingan, melainkan kita berhutang kepada Yesus yang telah menyelamatkan hidup kita. Kita tidak perlu lagi berhutang wajib memenuhi keinginan tubuh sehingga ada ketergantungan, keterikatan, kecanduan yang membuat kita sebagai budak dari tubuh. Sebagai anak-anak Allah yang sudah dimerdekakan dan diberi kuasa Roh Kudus, kita tidak lagi memiliki roh perbudakan, bahkan kita adalah ahli waris yang sah dari Allah Bapa. Namun, dalam menanti penggenapan warisan kerajaan sorga itu, kita masih perlu berkorban dan bahkan menderita di dunia ini, yang hal itu sebagai ujian ketaatan dan kasih kita kepada Bapa. Ujian juga dimaksudkan agar hal yang kita akan terima nanti memang merupakan sesuatu yang istimewa, yang kita sendiri tidak bisa bayangkan dan gambarkan keistimewaannya. Yang jelas, warisan kerajaan sorga itu pasti melebihi gambaran dan penglihatan yang kita miliki, sebab kalau kita sudah melihatnya di dunia ini, maka itu bukan lagi pengharapan. Namun untuk semua itu, kita perlu bertekun dalam segala ujian dan pengharapan itu, disertai rasa syukur sehingga kita terbukti adalah anak-anak Allah yang sejati.

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 16 Juli 2023

Kabar dari Bukit

 

 AKAL BUDI, MORAL DAN ETIKA (Kej. 25:19-34)

 

 

”Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu." Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" (Kej. 25:31-32)

 

 Di masa kecil di Sumatera Utara, sering dalam perbincangan muncul perkataan, “Ah, Yahudinya kau!”. Ini biasanya dilontarkan kepada seseorang yang pelit, pintar "ngeles", dan banyak tipu muslihat. Mungkin ini bersumber dari kisah Yakub yang melakukan tipu muslihat terhadap abangnya Esau.

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Kej. 25:19-34. Ini kisah keturunan Ishak yakni Esau dan Yakub yang lahir kembar. Esau disayang oleh bapaknya dan Yakub disayang ibunya (ay. 28). Yakub sangat cerdik dan memanfaatkan kelemahan Esau. Ia meminta hak kesulungan dengan hanya menukarkannya dengan sup kacang merah. Yakub sampai meminta Esau bersumpah (ay. 33). Namun untuk lebih yakin, Yakub dibantu oleh ibunya kemudian mengelabui Ishak. Dengan memakai kulit berbulu, Yakub mendekat mengaku sebagai Esau yang badannya berbulu. Ishak yang sudah tua dan rabun, meski ragu, akhirnya memberkati Yakub sebagai anak sulung (Kej. 27.18-29)

 

 

 

Apa yang kita lihat dari perilaku Yakub tadi? Saya jadi ingat buku yang ditulis Ibu Pdt. Dr. Dorothy I. Marx, dosen agama ITB dan mentor saya yang berjudul Itu kan, boleh?. Buku ini mengulas perilaku manusia yang melonggarkan standar etika dan kebenaran Alkitab demi memenuhi keinginan daging dan nafsu, berkompromi terhadap aborsi, peceraian, korupsi, perzinahan dan lainnya. Maka kita dapat melihat Yakub melalui nas ini yang melakukan tipu muslihat agar dirinya diuntungkan, mendapatkan hak kesulungan yang bagi umat Israel sangat penting, meski hal itu telah dinubuatkan sebelumnya (Kej. 25:23).

 

 

 

Menjadi penting pertanyaan tentang batasan penggunaan kemampuan akal budi dan cara manusia dalam mencapai keinginannya. Untuk itu kita perlu melihatnya dari sudut etika dan moralitas. Etika menurut buku Concise Routledge Encyclopedia of Philosophy adalah sistem nilai dan model kebiasaan dalam suatu kelompok manusia. Etika berhubungan dengan moralitas yang mengacu kepada prinsip-prinsip dasar. Bagi kita orang percaya, Alkitab adalah buku acuan dan pengangan utama.

 

 

 

Lewis Smedes dalam tulisannya "Sifat-sifat Moral Dasar" dalam buku Pola Hidup Kristen mengatakan, yang utama dilihat adalah sifat dan watak baik seseorang. Tuhan Yesus menegaskan hal ini, "Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka" (Mat. 7:20; 12:33). Menurutnya, sifat dan watak baik dapat diukur dan dilihat dari beberapa hal. Pertama, kemampuan membedakan. Ini termasuk memahami perasaan orang lain dan mengedankan hal yang mendasar dan penting.

 

 

 

Kedua, keberanian, yakni mengambil langkah baik dan beresiko dalam situasi kacau dan sulit. Ketiga, penguasaan diri, dalam arti tidak hanya mengikuti kepentingan sendiri, tetapi menyerahkan penguasaan itu kepada Allah. Keempat, keadilan, yakni tidak memperlakukan seseorang berbeda dengan orang lain (Mi. 6:8). Dan terakhir, ada kejujuran dan keteguhan dalam berserah. Semua ini senada dengan buah-buah Roh (Gal. 5:22-23).

 

 

 

Alkitab jelas tidak mempertentangkan antara akal budi (mind) dan iman (faith). Kedua hal ini merupakan anugerah Tuhan. Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Iman dan akal budi bagaikan dua sayap yang dengannya roh manusia naik kepada perenungan tentang kebenaran.” Jadi ada keseimbangan dan kontrol. Dan bila nilai-nilai moral yang kita pegang ada bertentangan khususnya terhadap mereka yang belum bertobat dan lahir baru, janganlah kita mudah dan cepat menghakimi. Berdoalah bagi mereka, dan cari kesempatan untuk menemukan dan menyatukan kebenaran sejati.

 

 

 

Itulah yang diminta Tuhan dari kita: memiliki sifat dan watak baik, dan tidak memandang ringan apa yang dituliskan dalam Alkitab (ay. 37). Semoga kita terus dimampukan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 722 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7419728
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
4486
58357
172494
7204198
454590
1386923
7419728

IP Anda: 162.158.107.56
2024-11-22 01:40

Login Form