Khotbah 1 Minggu Ketujuh setelah Pentakosta - 16 Juli 2023
KHOTBAH 1 MINGGU VII SETELAH PENTAKOSTA – 16 Juli 2023
HIDUP MENURUT DAGING DAN MENURUT ROH (Rm. 8:1-11)
Bacaan lainnya: Kej. 25:19-34; atau Yes. 55:10-13; Mzm. 119:105-112 atau Mzm. 65:1-8, 9-13; Mat. 13:1-9, 18-23
Pendahuluan
Pokok yang diuraikan dalam bagian Surat Roma ini adalah jalan keselamatan yang diberikan Allah untuk melepas perbudakan dosa atas manusia. Manusia tidak mampu membebaskan dirinya dari hal tersebut, termasuk untuk hidup dalam kebenaran. Hanya pertolongan Roh Kudus yang diam dan berkuasa dalam hati orang percaya yang mampu membebaskannya. Roh Kudus sebagai jaminan keselamatan orang Kristen, dalam kasih dan karunia Allah.
Pertama: Roh yang memerdekakan (ayat 1-2)
Setiap orang yang “merasa bersalah” namun membenci dan menyesali perbuatannya dalam suatu pengadilan pasti mengharapkan putusan hakim: "Tidak Bersalah, bebas". Keputusan bebas itu tentu bisa keluar sebab ada dasar pertimbangan-pertimbangan hakim yang meringankan. Demikian juga pengharapan kita semua tatkala nanti di akhir zaman saat pengadilan Allah dilaksanakan. Kita juga berharap kata-kata tersebut yang diberikan, sehingga kita benar-benar bebas selamat dan masuk ke dalam kehidupan kekal, bukan dalam penghukuman yang menyakitkan. Meski kenyataannya bahwa semua umat manusia seharusnya memperoleh penghukuman karena dosa-dosa yang dilakukannya, ada dasar pertimbangan Hakim Agung yaitu Yesus Kristus, iman dan penyerahan diri kita kepada-Nya, sehingga kebebasan dan keselamatan diberikan berdasarkan kasih anugerah. Itulah sebabnya kita bersyukur dan berterima kasih kepada Allah yang telah memberikan jalan penebusan dan pembebasan melalui anak-Nya Yesus Kristus.
Dasar pertimbangannya sangat jelas. Roh dalam kehidupan ini ada tiga wujud: roh manusia sendiri dengan segala kebutuhan jiwa dan rohani termasuk keinginan daging dan ekspresi eksistensinya. Kedua, roh jahat atau ibils dengan segala wujud dan tipu liciknya, dan ketiga, Roh Allah yang penuh kuasa dengan kasih yang besar. Roh Allah ini juga merupakan Pribadi yang ada dalam penciptaan alam semesta (Kej. 1:2) dan juga kuasa yang membuat orang percaya menjadi lahir baru, baik melalui sidi maupun pertobatan. Kuasa ini diberikan kepada kita orang percaya untuk mampu hidup seturut dengan kehendak-Nya (band. Yoh. 3:6; Kis. 1:3-5). Sementara daging yang dalam pengertian Rasul Paulus dalam nas ini lebih kepada pengertian manusia, tubuh, dengan segala keinginan dan hasratnya, pandangan dunia, yang semuanya dikendalikan oleh roh manusia tadi, namun dengan kuasa yang lemah. Bilamana keinginan daging dominan dan mengalahkan roh, maka manusia itu hidup menurut daging, yang hakekatnya dikuasai oleh tabiat dan kecenderungan dosa yang ada pada diri manusia. Kalau kita melihat daftar yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam Gal. 5:19-21, maka daftar ini sungguh panjang, meliputi dosa seksual, dosa hati yang jahat, dosa kesombongan dan kepentingan diri sendiri, bahkan termasuk dosa mengkhianati Allah dengan penyembahan berhala. Semua perbuatan kedagingan akan lebih menonjol saat bersatu dengan roh iblis yang jahat dengan tujuan melawan Allah dan membawa manusia dalam kebinasaan bersama mereka yang sudah menjadi seteru Allah.
Oleh karena itu, kekuatan roh iblis dan sinergi jahatnya dengan keinginan daging, hanya dapat dikalahkan oleh Roh Allah yang Mahakuasa. Roh manusia dengan segala usaha dan jerih payahnya mungkin bisa berusaha dalam batas tertentu untuk menyenangkan Allah melalui hukum Taurat, akan tetapi godaan iblis dan keinginan daging dengan mudah mengalahkan itu semua. Akhirnya harus ada hukum lain yang bisa menyelesaikan segalanya, yakni hukum anugerah atau hukum kasih karunia. Hukum ini (disebut hukum karena pengaruh yang terus-menerus dalam tindakan) berdasar pada kebenaran dan kekudusan Allah (band. Rm. 3:31; 6:15; 7:21-22). Hukum kasih karunia dikendalikan oleh Roh Allah, yang diberikan kepada setiap orang yang mengaku Yesus adalah Anak Allah yang telah menebusnya. Tuhan Yesus telah menolongnya dan membiarkan Roh Kudus diam dan berkuasa di dalam hatinya untuk jauh dari kedagingan tadi serta melakukan hal yang sesuai dengan keinginan roh tadi (Gal. 5:16, 24). Di sini pentingnya iman dalam memperoleh Roh yang memerdekakan itu untuk mendapatkan kemenangan dan keselamatan. Oleh karena itu, ketika seseorang jatuh dikuasai oleh iblis dan bertobat, maka dasar pertimbangan Allah adalah pemberian anugerah kasih karunia itu yang membuat kita dinyatakan: “Bebas, tidak bersalah.”
Kedua: Allah yang menjadi manusia (ayat 3-4)
Allah mengutus anak-Nya sendiri menjadi daging dan manusia tentu dilatarbelakangi oleh hikmat dan rencana yang sangat dalam. Kalau dalam penjelasan terdahulu disebutkan bahwa inkarnasi Allah menjadi manusia sebagai konsep penebusan, maka pertimbangan lain Allah menjadi manusia adalah karena Allah ingin berbicara kepada manusia. Dengan Allah menjadi manusia maka komunikasi dan penggambaran maksud Allah terhadap manusia menjadi lebih mudah. Kita akan kesulitan berkomunikasi dengan makhluk lain, misalnya ikan, sebab keinginan baik kita berupa pemberian makanan ikan kadang ditafsirkan salah dan ikan akan melengos menjauh. Kita juga tidak tahu bagaimana mengatakan kepada ikan agar mendekat meski kita ingin memberinya makan. Akhirnya komunikasi menjadi buntu dan melelahkan. Oleh karena itu, ketika Allah ingin menyatakan kehendak-Nya kepada manusia, maka wujud inkarnasi Allah yang paling efektif adalah manusia. Allah bisa saja berwujud yang tampak lebih "hebat" atau “serba wah” seperti naga, elang rajawali, gajah, atau wujud lainnya, namun sasarannya bukanlah mereka, melainkan manusia yang berakal budi, namun berdosa dan perlu diselamatkan.
Hal lainnya membuat Allah berinkarnasi menjadi manusia dalam wujud Yesus, untuk membuktikan manusia Yesus juga bisa tidak berdosa. Kehidupan Yesus yang tidak berdosa sebagai manusia dalam perbuatan dan sikap digambarkan sedemikian jelas, yang diawali dari ketaatan orangtuanya pada tradisi-tradisi Yahudi, seperti melaksanakan sunat, berkunjung ke Yerusalem, bekerja, dan hal lainnya. Oleh karena itu, kalau ada yang mengatakan tradisi adalah sesuatu yang buruk, terkecuali dalam wujud sinkritisme, maka itu jelas tidak sesuai dengan kehidupan Yesus. Demikian juga kehidupan Yesus dalam mengembangkan intelektualitas-Nya yakni dengan rajin belajar tentang Taurat dan tradisi Yahudi. Hal yang paling ingin diperlihatkan melalui kehidupan Yesus adalah kerendahan hati-Nya (Flp. 2:7), sikap taat dan berserah dalam melewati pencobaan, dan puncaknya adalah pelayanan dengan kesediaan berkorban dan mengutamakan tugas misi Allah Bapa. Yesus yang dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus menggunakan seluruh hidupnya untuk pelayanan bagi kerajaan dan kemuliaan Allah Bapa yang mengutusnya.
Oleh karena itu dikatakan dalam bagian nas ini, apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah melalui Anak-Nya dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa. Jadi intinya, tidak ada perbedaan kedagingan Yesus yang tidak berdosa dengan kedagingan kita, dalam arti sama-sama memiliki keinginan dan kebutuhan. Di lain pihak, Allah juga ingin memperlihatkan bahwa kedagingan Yesus tetap takluk pada hukum alam kedagingan, yakni harus melewati kematian daging. Namun kita ketahui bahwa kematian daging akhirnya dikalahkan oleh Roh dengan kebangkitan Tuhan Yesus di hari yang ketiga. Semua ini jelas maksudnya, yakni supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang hidup tidak menurut daging, tetapi menurut Roh, semua akan memperoleh kemenangan di dalam kebangkitan kelak dan memperoleh upah dan mahkota yang disediakan bagi kita yang setia. Inilah maksud dan tujuan Allah menjadi manusia melalui Yesus, menjadi teladan yang sempurna bagi kita, bukan dengan maksud meniadakan hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya (Mat. 5:17).
Ketiga: Memikirkan hal-hal yang dari Roh (ayat 5-8)
Firman Tuhan dalam nas ini menggolongkan secara sederhana dua tipe manusia: manusia yang didominasi oleh sifat-sifat berbuat dosa dan manusia yang dikendalikan oleh Roh Kudus. Setiap kita cenderung menjadi manusia tipe pertama sebagaimana dijelaskan dalam nas minggu lalu, yakni adanya kecenderungan untuk berbuat dosa dan kesenangan terhadap dosa, di samping adanya pandangan kesombongan yang meremehkan dosa. Manusia daging berpusat pada diri sendiri dan hanya memikirkan kepentingan kedagingan yang hakekatnya kepuasan diri sendiri. Mereka tidak merasa ada pengaruh perbuatannya kelak dan yang paling utama adalah hidupnya penuh ambisi dengan puncaknya kesenangan yang sesuka hati. Mereka menjadi seteru dengan menyepelekan penghakiman Allah sehingga sebenarnya itu merupakah langkah menuju maut dan kematian kekal. Sayangnya hukum Taurat tidak bisa melakukan apa-apa terhadap situasi ini. Hukum Taurat bukan dimaksudkan sebagai penyelamat dan hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri (Ibr. 10:1a).
Akan tetapi hal yang diberikan Allah melalui Yesus Kristus merupakan jalan keluar sehingga kita dapat menjadi manusia tipe kedua yakni yang dikuasai dan dipimpin Roh. Perlu ada sebuah jembatan untuk mendekatkan teladan yang sempurna dalam kedagingan Yesus dengan kedagingan kita. Pemulihan harus dilakukan dengan tatanan kuasa yang baru dan bukan lagi berdasarkan hukum Taurat melainkan dengan prinsip kasih karunia. Status baru perlu mengalami perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan menurut daging yang tadinya memikirkan hal-hal tubuh dan keduniawian kini harus diganti dengan kehidupan menurut Roh yang berpikir tentang hal-hal yang rohani dan sorgawi. Sebagaimana dikatakan juga dalam firman-Nya, bahwa “kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef. 4:22-24; band. Kol. 3:5-10).
Pada saat kita mengatakan "Ya" kepada Yesus, maka kita diberi kasih karunia dan dipenuhi dengan keinginan untuk terus mengikuti Dia, sebab kita tahu jalan-Nya adalah jalan penuh damai sejahtera dan membawa kita kepada kehidupan yang benar dan abadi. Hidup di dalam Roh berarti memahami tidak hidup menurut daging sebab keduanya tidak mungkin menjadi satu. Apabila seseorang menggemari dan bahkan mengulang-ulang dengan sadar keinginan daging yang dibenci Allah, sebenarnya ia belum hidup menurut Roh atau yang lahir baru. Ia sebenarnya masih manusia lama dan menjadi seteru Allah (Yak. 4:4). Setiap hari kita harus dengan "sadar" memilih untuk memusatkan perhatian dan tujuan hidup kita bagi kemuliaan Allah melalui Yesus. Hal itu akan menjadi efektif bila kita menyukai firman Allah dengan rajin membaca Alkitab atau renungan harian, mendapatkan petunjuk dan mengikuti dengan taat. Di dalam situasi yang kadang membingungkan dan komplek, bertanyalah pada diri sendiri: "Apa yang Yesus ingin saya lakukan?" Apakah yang saya lakukan hari ini menyenangkan hati Allah? Dengan bertanya, maka Roh Kudus akan memberi inspirasi dan petunjuk yang benar dan langkah itu yang seharusnya langsung dilakukan (Yoh. 16:13-15; 2 Tim. 3:16-17). Dengan demikian kita hidup akan lebih memikirkan hal-hal yang rohani saja dalam menjalani tujuan akhir hidup yakni masuk sorga (band. Flp. 3:10; Kol. 3:1-2).
Keempat: Roh yang menghidupkan (ayat 9-11)
Pernahkan kita merasa atau bertanya, apakah kita ini sudah menjadi Kristen sejati? Sesungguhnya seorang kristen sejati adalah mereka yang hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus dengan menempatkannya sebagai Raja di hatinya. Apabila kita memang percaya bahwa Yesus telah mati untuk menebus dosa kita, dan menjadikan Dia sebagai Tuan dan Tuhan, maka secara otomatis Roh Kudus akan diam di hati setiap orang yang mengaku demikian. Kita tidak akan tahu apakah Roh Kudus sudah hadir apabila kita menanti-nanti tanda-tanda atau perasaan khusus, tetapi yakinilah bahwa Roh Kudus telah hadir dan diam sebab Tuhan Yesus menjanjikan-nya. Jadi janjinya yang dipegang, bukan suasana hati atau tanda-tanda. Apabila kita menjalani kehidupan ini dengan pimpinan Roh Kudus tadi, maka kita akan memahami beberapa hal, yakni:
a. bahwa Yesus adalah Anak Allah dan kehidupan kekal datang daripada-Nya (1Yoh. 5:5);
b. kita akan berperilaku seperti Kristus (Rm. 8:5; Gal. 5:22-23);
c. kita akan mendapatkan pertolongan dalam pergumulan hidup setiap hari (Rm. 8:26-27);
d. kita akan dimampukan untuk melayani Allah dan melaksanakan kehendak-Nya (Kis. 1:8; Rm. 12:6 dab);
e. kita akan menjadi bagian dari rencana Allah untuk membangun gereja dan kerajaan-Nya (Ef. 4:12-13)
Sebagaimana manusia yang sama dengan Adam telah berdosa, maka demikian jugalah kehendak Allah melalui Rasul Paulus menyatakan manusia harus sama dengan (manusia) Yesus yang mempersembahkan kehidupan yang sempurna yakni dengan penyerahan diri dan pengutamaan keinginan Allah Bapa. Manusia yang telah tercemar melalui dosa Adam kini hanya bisa diselamatkan melalui kuasa Tuhan Yesus. Roh Kudus adalah janji dan jaminan Allah untuk kehidupan kekal bagi mereka yang percaya kepada Yesus. Roh Kudus diam di hati hanya dengan dasar iman dan dengan iman ini kita hidup bersama Kristus selamanya (band. Rm. 8:23; 1Kor. 6:14; 2Kor. 4:14; 1Tes. 4:14).
Penutup
Sebagai orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi, janganlah hidup menurut daging. Itu jalan menuju ke neraka, karena buahnya menghasilkan dosa dan membelenggu kita. Roh Kudus telah diberikan kepada kita dan memerdekakan kita dari belenggu tersebut dan bekerja pada orang percaya untuk menghasilkan buah-buah Roh. Semua itu terjadi karena Allah mengasihi manusia dan tidak menginginkan kebinasaan, sehingga memberikan Anak-Nya menjadi manusia sebagai tebusan bagi dosa-dosa kita. Dengan hidup menurut Roh, maka kita juga memikirkan hal-hal yang dari Roh dan semuanya itu dalam sukacita, berbeda dengan kuasa iblis dan kuasa dosa yang membawa kita kepada keadaan yang menyedihkan dan sengsara serta berujung pada maut. Hidup dalam Roh juga akan menghidupkan sebab mendapat kekuatan baru untuk mendorong kita ke arah kerajaan kekal dan bersama Tuhan dan para malaikat selama-lamanya.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah
Tuhan Yesus memberkati kita, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 315 guests and no members online