2024
2024
Kabar dari Bukit, Minggu 29 Desember 2024
Kabar dari Bukit
PENGAKUAN DAN PERMOHONAN 2024 (Yes. 63:7-9)
”Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka" (Yes. 63:9a)
Tantangan kekristenan selain masif dan gencarnya gerakan penyebaran agama lain di Indonesia khususnya daerah tertinggal dan miskin, tantangan lainnya adalah semakin menguatnya pandangan agnostik bahkan atheis di wilayah perkotaan, dan ini berlaku juga di negara-negara maju. Tentunya kita bertanya, mengapa hal itu terjadi? Apakah mereka tidak merasakan manfaat kehidupan beragama? Atau orang Kristen gagal memberikan keteladanan yang mendorong orang lain tertarik mengikuti Tuhan Yesus? Atau mereka memandang agama lain lebih baik karena melihat bukti nyata dalam pemberian kasih kepada sesama dan ketaatan? Dalam mengakhiri tahun 2024 ini, tentu kita baik berpikir dan berefleksi, apa yang Tuhan telah berikan kepada kita, dan bagaimana meresponnya?
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu I Setelah Natal hari ini adalah Yes. 63:7-9. Judul perikopnya: Doa pengakuan dan permohonan Israel. Kita tahu dari Alkitab dan sejarah, hubungan bangsa Israel dengan Allah Abraham sering turun naik, kadang taat dan murtad, sering rajin tapi terus dingin melesu.
Allah telah berulang kali mengampuni dan menyelamatkan bangsa Israel, sejak dari perbudakan hingga masa pembuangan sampai kerajaan hancur dan adanya diaspora. “Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala.” Ia tetap menjadi Juruselamat dalam segala kesesakan mereka (ay. 8b-9). Nas minggu ini menegaskan, Allah menyelamatkan bukan karena perbuatan tetapi oleh janji dan kasih setia-Nya.
Allah tidak lagi mengutus nabi atau duta, melainkan Ia sendiri dalam Pribadi Yesus ingin menyelamatkan. Meski mereka tidak percaya, kasih Allah untuk menebus anak-anak-Nya yang murtad dan berdosa, memperlihatkan kasih sayang dan kasih setia-Nya yang besar (ay. 7). Janji Allah kepada umat-Nya Israel tetap. Kasih Allah telah mempersatukan bangsa itu sebagai negara merdeka di tahun 1948. Allah berharap, mereka umat-Nya sebagai “anak-anak yang tidak akan berlaku curang”, tetap taat setia kepada-Nya (ay. 8a).
Iman (sebagai kata benda atau kata kerja) memang dapat pasang surut, bertumbuh besar atau menciut. Ketika ada banyak permasalahan hidup, dan tidak dapat melihat secara positif hal yang terjadi, maka mereka mulai mempertanyakan, di mana Allah yang selama ini menolong? Di mana para hamba-Nya dan umat Tuhan yang perlu menguatkan?
Manusia bisa tidak percaya Tuhan; merasa Tuhan tidak hidup dan tidak ikut dalam kehidupan seseorang. Tapi Tuhan memiliki kuasa dan hak prerogatif campur tangan. Mereka dapat berdalih: itu nasib, kesialan atau kebetulan. Tapi itulah misteri kebesaran-Nya.
Kembali ke pertanyaan awal, apakah kita sudah merasa Tuhan (Yesus) telah baik pada kita di tahun 2024 ini? Dia memberi kehidupan, berkat, sukacita, damai sejahtera. Bila kita gagal melihatnya karena mata kita diselubungi rasa sakit dan penderitaan, atau terlalu sombong menganggap diri dan manusia cukup hebat, maka saatnya untuk bertobat. Selalu terbuka jalan, Ia akan memulihkan dan menyelamatkan. Maukah kita kembali mengaku dan memohon kepada-Nya? Maukah kita ikut memuliakan Dia dengan rajin berdoa dan memuji-Nya, membaca dan merenungkan Firman-Nya, menjaga kesucian hati dan pikiran, mengikuti perintah-Nya, dan berbagi kasih dan kebaikan kepada sesama?
"Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia (Mzm. 103:13). Mari, datanglah, kembalilah....
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu 29 Desember 2024 - Minggu I Setelah Natal
Khotbah Minggu 29 Desember 2024 - Minggu I Setelah Natal
MENGAPA KAMU MENCARI AKU? (Luk 2:41-49)
Bacaan lainnya berdasarkan Leksionari: 1Sam 2:18-20,26; Mzm 148; Kol 3:12-17
Pendahuluan
Pertumbuhan Yesus sebagai anak tidak lepas dari peran Yusuf dan Maria sebagai orangtua duniawiNya. Yusuf dan Maria selalu taat akan tradisi dan perintah Allah bagi umat Yahudi, dimulai ketika Yesus disunat pada hari kedelapan (Luk 2: 21). Perayaan paskah dalam nats ini adalah salah satu di antara tiga hari raya festival yang selalu dirayakan umat Yahudi dalam setahun. Menurut hukum Yahudi, setiap laki-laki dewasa perlu pergi ke Jerusalem untuk ketiga hari raya festival tersebut (Kel 23:14-17; Ul 16:16). Kali ini Yusuf dan Maria datang dalam perayaan terpenting yakni paskah, yang kemudian diikuti selama seminggu dengan hari raya tidak beragi. Paskah ini merupakan perayaan memperingati orang Israel dibebaskan dari Mesir dan bebas dari hukuman Allah kepada anak sulung mereka (Kel 12:21-36).
Demikianlah kisah yang terjadi, Yesus yang sudah berusia 12 tahun dibawa oleh orangtuanya ke Jerusalem karena dianggap sudah cukup besar dan dewasa serta di dalam pikiran orangtuaNya mempersiapkan Dia sebagai anak Taurat. Bagi umat Yahudi, anak memasuki usia 13 tahun dianggap sebagai anak Taurat, karena itu mereka terus belajar hukum-hukum Taurat hingga beranjak dewasa.
Dari bacaan nats kita pada minggu ini ada beberapa hal yang bisa kita pelajari, yakni sbb:
Pertama: Tanggungjawab orangtua dalam pertumbuhan fisik dan rohani (ayat 41-42)
Sebagai seorang anak manusia, Yesus mengalami proses pertumbuhan fisik dan rohani. FisikNya sangat sehat yang dibuktikan dengan keikutsertaanNya ke Jerusalem yang membutuhkan 4 – 5 hari perjalanan. Hal ini tentu tidak diperoleh seketika, melainkan memberi perhatian lewat makanan dan juga kegiatan fisik sehingga tubuh Yesus sebagai anak bertumbuh baik dan sehat. Tetapi di samping pertumbuhan fisik tersebut, Yusuf dan Maria juga memperhatikan pertumbuhan rohani Yesus dengan mulai mengajarkan dan mengikutkan dalam acara-acara rohani Yahudi tersebut, dan membiasakan ikut dalam pengajaran-pengajaran agama Yahudi (Mzm 132:12). Hal inilah yang mungkin menjadi latar belakang kehadiran Yesus di Bait Allah tersebut, malah Yesus tidak terlalu menikmati perayaan yang biasanya dilakukan dengan carnaval mengelilingi kota, tetapi justru Dia masuk ke dalam Bait Allah untuk mendengar diskusi para rabi dan ahli taurat.
Inilah yang menjadi tugas dan tanggungjawab orangtua di dalam membesarkan anak yang dianugerahkan Tuhan kepada setiap keluarga. Memperhatikan pertumbuhan fisik melalui makanan dan kegiatan fisik sehingga otot dan tubuh anak menjadi kuat seperti Yesus, sehingga pada usia 12 tahun telah sanggup berjalan selama 4 -5 hari menuju Jerusalem. Demikian juga dalam pertumbuhan rohani anak-anak, mereka sejak awal sudah harus diikutkan dalam kegiatan gereja, seperti sekolah minggu, natal, dan paskah mencari telur, dsb sehingga mereka memiliki kenangan yang baik dan positip sampai mereka memahami sendiri melalui proses belajar di katekisasi nanti. Firman Tuhan mengingatkan kita akan pentingnya kedua pertumbuhan ini (1Tim 4:8).
Alangkah senang hati orangtua, apabila anaknya dengan sukacita bisa menyanyikan, “Ku mau cinta Yesus selamanya....”.
Kedua: Pentingnya pertumbuhan karakter bagi anak (ayat 44-45)
Tradisi perayaan paskah di zaman itu dirayakan dengan cara carnaval. Dalam arak-arakan itu biasanya para lelaki berjalan di belakang untuk menjaga kaum wanitanya yang berjalan di depan dari para pencopet dan pelaku jail lainnya. Yusuf dan Maria membiarkan Yesus berjalan sendiri yang mungkin dengan kelompok lainnya. Di sini tampak bahwa sebagai orangtua, Yusuf dan Maria, mereka mendidik kedewasaan Yesus dengan “membiarkan” Dia untuk berjalan sendiri. Tetapi sikap ini juga harus disertai tanggungjawab dan pengawasan dari orangtua. Maka ketika carnaval sudah meninggalkan kota Yerusalem, mereka baru menyadari Yesus tidak ada dalam rombongan (perjalanan Nazaret ke Jerusalam itu 4-5 hari sehingga sering bermalam di jalan). Sebagai orangtua, Yusuf dan Maria akhirnya memutuskan untuk kembali mencariNya.
Sebagaimana kita ketahui, memberi kepercayaan seperti ini akan menumbuhkan kematangan dan sikap tanggungjawab bagi seorang anak. Kebiasaan sebagian orangtua untuk tidak memberi “kepercayaan” agar anak lebih matang, biasanya justru akan membuat anak tersebut akan semakin lambat dewasa dan mandiri. Pengalaman dan tantangan yang dialami dan dihadapi oleh seorang anak dalam kesendiriannya, akan menempa dia menjadi anak yang tangguh. Inilah yang membentuk karakter anak tersebut menjadi lebih siap dalam mengarungi kehidupan, sebagaimana Yesus kita lihat sebagai manusia tidak pernah takut dalam menjalani pelayananNya. Ia bertambah di dalam hikmat karena kasih karunia Allah ada di atas-Nya. Kodrat manusiawinya juga sempurna, berkembang sempurna seperti yang diinginkan oleh Allah kepadaNya.
Ketiga: Kekuatiran yang bertanggungjawab dalam pertumbuhan (ayat 46-49)
Hal ketiga yang bisa dilihat, adanya kekuatiran dari Yusuf dan Maria. Mendidik anak dalam kematangannya juga harus disertai pengawasan yang berlandasaskan kasih. Itulah yang terlihat pada Yusuf dan Maria, ketika menyadari Yesus tidak bersama mereka. Keduanya langsung kembali yang menunjukkan betapa tanggungjawab dan baiknya cinta kasih di antara mereka. Kasih berbuahkan kedekatan. Bahkan ketika mereka menemukan Yesus ada di Bait Allah, unsur kasih dan kedekatan ini terlihat dengan respon Maria yang tampak girang, tercengang (walau sedikit marah) dengan mengatakan: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau" (ayat 48). Jawaban Yesus juga sangat sederhana tetapi matang: "Mengapa kamu mencari Aku? (ayat 49a). Kehangatan kasih sayang itulah yang ikut mewarnai pertumbuhan Yesus, yang dalam perkembangannya kemudian Yesus dalam pelayanan perasaanNya sangat peka terhadap orang lain, hati-Nya selalu penuh dengan kehangatan kasih sayang. Itulah buah hubungan kasih sayang antara anak dan orangtua.
Maria yang menyadari Yesus adalah Anak Allah sangat kuatir akan keberadaan Yesus, yang tetap merasa Yesus masih “seorang anak kecil”. Seorang ibu biasanya sangat sulit melihat pertumbuhan anaknya yang semakin hari semakin besar, bahkan seolah-olah tidak rela semakin dewasa. Ini juga sama halnya ketika kita memiliki seorang bawahan yang berkembang, kadang ada rasa “tidak menerima” bawahan kita tersebut dipromosi menjadi pimpinan atau manager, atau bekas mahasiswa kita menjadi dosen. Tetapi haruslah demikian, kita biarkan dengan sukacita, bagaikan anak burung yang belajar terbang dengan sayapnya, melayang ke atas dan terbang tinggi sebagaimana Allah merencanakan hal tersebut dalam kehidupannya.
Keempat: Belajar sebagai dasar pertumbuhan
Bait Allah sangat popular di wilayah Yudea sebagai tempat belajar. Rasul Paulus juga belajar di tempat-tempat tersebut di bawah bimbingan gurunya Gamaliel (Kis 22:3). Pada masa paskah biasanya topik yang didiskusikan adalah tentang kedatangan Mesias dan para peserta yang hadir di Bait Allah umumnya para rabi-rabi terkenal ikut dalam diskusi seperti itu. Kita tahu bahwa umat Yahudi sangat merindukan datangnya Mesias mengingat kerajaan Romawi yang menjajah mereka begitu lama.
Di tempat inilah kemungkinan Yesus mulai menyadari diriNya sebagai Anak Allah. Itulah yang membuat jawaban Yesus kemudian, ”… Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" (ayat 49b). Yusuf dan Maria mungkin sedikit memahami apa arti kata “di rumah Bapaku”(ayat 50). Mereka tahu akan hubungan yang khusus Yesus dengan Allah sebagaimana peristiwa pesan-pesan malaikat tentang kehamilan dan peristiwa kelahiran Yesus. Tetapi mereka belum tahu persis akan rencana Allah terhadap Yesus sehingga bagi mereka tetap membesarkan Yesus beserta adik-adikNya laki-laki dan perempuan (Mat 13:55-56). Bagi mereka Yesus adalah anak normal sebagaimana anak-anak lainnya dan tetap mengikuti pelajaran-pelajaran Taurat. Nats ini menyimpulkan, “Maria menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya” (ayat 51), dalam arti Maria mepergumulkan dan merenungkan semua peristiwa tersebut.
Yesus menyadari ayah-ibunya adalah Yusuf dan Maria. Ia tetap respek terhadap keluarga dan orangtuanya itu sehingga kemudian Yesus kembali ikut pulang ke Nazareth. Alkitab tidak menjelaskan bagaimana Yesus bertumbuh selama 18 tahun kemudian. Namun, kita dapat lihat Ia pasti senang dan terus rajin belajar firman Tuhan sebagaimana Ia perlihatkan di Jerusalem. Demikian juga Ia belajar dan bertumbuh menjadi seorang tukang kayu dan membantu Yusuf, ayah duniawiNya. Kesiapan ini juga yang membuat Ia dapat menggantikan Yusuf sebagai sumber penghasilan dan kepala keluarga (Yusuf kemungkinan mati muda, lihat Mrk 3:31 dan Mrk 6:3). Dia juga tidak memandang rendah pekerjaan tangan dan kasar. Yesus tetap dalam kehidupan biasa, “makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (ayat 52), sampai Ia mulai dalam pelayanan penuhNya setelah dibaptis di sungai Jordan sesuai dengan misi Allah kepadaNya.
Kesimpulan
Nats dalam minggu ini kita diajarkan tentang pertumbuhan Yesus sebagai anak manusia dan hubungannya dengan Yusuf dan Maria, ayah-ibu duniawiNya. Kita diajarkan melalui kehidupan Yesus akan tanggungjawab orangtua dalam pertumbuhan fisik dan rohani anak-anak. Demikian juga dengan pentingnya pertumbuhan karakter bagi anak dengan memberi mereka tanggungjawab dan kemandirian sejak awal. Memang kekuatiran selalu ada dalam pertumbuhan tersebut, tetapi sepanjang itu dilakukan dengan penuh kasih dan tanggungjawab, maka hasilnya akan selalu baik sebagaimana kita lihat dalam kehidupan Yesus. Yesus terus belajar dalam kehidupannya sebagai dasar pertumbuhan pribadiNya sehingga siap menyongsong masa depan pelayananNya. Mari kita terus belajar dari kehidupan Yesus.
Selamat hari Minggu dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu 29 Desember 2024 - Minggu I Setelah Natal
Khotbah (3) Minggu 29 Desember 2024 - Minggu I Setelah Natal
SEMAKIN DISUKAI (1Sam. 2:18-20, 26)
“Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia” (1Sam. 2:26)
Firman Tuhan bagi kita hari ini di Minggu pertama setelah Natal adalah 1Sam. 2:18-20, 26. Nas ini bercerita tentang Imam Eli dan Nabi Samuel. Pada pasal 1 digambarkan kesusahan Hana, ibunya Samuel, nyanyian permohonannya serta nubuatan tentang kelahiran seorang Nabi pemimpin baru. Sementara anak-anak Nabi Eli, seperti dijelaskan pada ayat 12-17, yakni Hofni dan Pinehas, suka bertindak jahat mengambil manfaat pribadi dari persembahan yang dibawa oleh umat kepada Tuhan.
Pesan pertama nas ini bagi kita, agar dalam setiap pergumulan, tetaplah tekun berdoa. Bercermin dari Hana istri Elkana, yang tidak dapat mengandung sehingga Elkana menikahi perempuan lain yakni Penina, yang dapat memberi Elkana anak. Tetapi, Elkana tetap mengasihi Hana. Hana pun tidak putus asa, sering dengan hati pedih menangis tersedu-sedu, ia menanti dengan diam, tekun berdoa di bait suci sambil bernazar: jika Tuhan tidak melupakan dia dan memberikan anak laki-laki, maka akan diberikan kepada TUHAN seumur hidupnya untuk melayani-Nya. Doa Hana dikabulkan; dan lahirlah Samuel, yang kemudian menjadi pembantu nabi Eli. Sebuah penyelaman kehendak Tuhan yang berhasil.
Pesan kedua nas kita minggu ini berhubungan dengan keluarga. Ini senada dengan tema Natal PGI dan KWI tahun ini yakni, “Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan” (1Pet. 1:22). Perhatian kepada anak sangat ditekankan dalam nas ini. Hana sangat mengasihi Samuel. Sejak Samuel “masih anak-anak, tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan. Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan” (ay. 18b-19).
Kasih kepada keluarga mesti menjadi prinsip penting dalam kehidupan kita. Prinsip nomor satu adalah Tuhan, dalam pengertian kita hormat dan takut untuk melanggar perintah-Nya. Itu bukti kasih kita kepada-Nya, taat dan berbakti. Setelah prinsip itu, keluarga adalah prioritas kedua; bukan pekerjaan, bukan pelayanan (termasuk kepada Tuhan), bukan hobi dan kesukaan, atau demi sesuatu ambisi dan kepuasan pribadi. Lihatlah Hana dan Elkana, mereka taat dan takut akan Tuhan, tetap rajin memberi persembahan, serta mengasuh Samuel. Hidup mereka pun diberkati, mukjizat terjadi. Sementara Eli dianggap gagal mendidik anak-anaknya. “Keluargaku adalah sorgaku”, itu penting menjadi pegangan hidup kita.
Pesan ketiga nas minggu ini, agar dalam menjalani kehidupan kita terus bertumbuh. Dalam bertumbuh, kita bagus seperti Samuel, yang dituliskan, “semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia” (ayat 26). Artinya, hidup kita semakin hari semakin menyenangkan hati Tuhan, dan menjadi contoh dan berkat bagi banyak orang.
Marilah, melalui perayaan Natal tahun ini, setelah mengikuti banyak ibadah dan mendengar khotbah, tekad kita semakin kuat diubahkan, dan dimampukan melalui firman dan kuasa-Nya. Kita semakin sadar dan tahu bahwa hidup bukanlah milik kita semata. Ada rencana dan misi Tuhan yang harus kita jalani sambil selami. Itulah kunci menjalani kehidupan yang menyenangkan hati Tuhan dan sesama. Melayani dan bukan dilayani. Diberkati untuk menjadi berkat, dan semakin disukai.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu 29 Desember 2024 - Minggu I Setelah Natal
Khotbah (2) Minggu 29 Desember 2024 - Minggu I Setelah Natal
NATAL DAN PERUBAHAN (Kol. 3:12-17)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu I setelah Natal ini diambil dari Kol. 3:12-17. Dalam nas ini sangat penting kita perhatikan, setelah seminggu natal berlalu: apakah peristiwa dan ibadah perayaan natal yang kita ikuti sejak minggu Adven I telah membawa berkat dan komitmen perubahan pada diri kita, yang sudah ditetapkan sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya.
Melalui nas ini ada empat perubahan yang diminta untuk kita lakukan pada diri kita pasca Natal.
Pertama, kita diminta untuk lebih menekankan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran dalam terhadap orang lain (ayat 12-13a). Natal mestinya menumbuhkan semangat kasih, sebab natal adalah bukti kasih Allah kepada kita dan dunia ini (Yoh. 3:16).
Pesan kedua, meminta agar kita mengampuni orang lain. Tidak boleh lagi ada tersimpan rasa sakit hati, kemarahan, dendam, kepahitan, merasa benar sendiri, dan keinginan membalaskan yang jahat pada orang lain (ayat 13b). Seperti yang disampaikan nas pada Minggu Advent IV, di dalam memasuki Natal kita harus membereskan semua masalah yang lalu dan kita harus mengambil inisiatif memulai perdamaian sebagai tanda kita pengikut Kristus sejati. Pertentangan tidak membawa manfaat. Kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan (ayat 14). Tidak ada lagi alasan bagi kita untuk memelihara gengsi, harga diri, dan malu, karena kita telah memahami Tuhan Yesus telah turun dari tahta-Nya ke dunia dengan menjadi manusia, dan lahir hanya di kandang domba.
Pesan ketiga nas ini, mengharapkan Natal yang telah kita peringati dan rayakan sudah membawa damai sejahtera yang lebih besar bagi kita semua. Bayi Yesus telah diam dan berkuasa di dalam hati kita. Ekspresikan ucapan penuh syukur. Buanglah ambisi dan godaan dunia yang menghilangkan damai sejahtera. Hendaklah hikmat perkataan Kristus bersemayam diam dengan segala kekayaannya, dan kita pakai untuk mengajar dan menegur seorang akan yang lain dalam kasih, sambil menyanyikan mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani (ayat 15-16).
Pesan terakhir, yang dapat menjadi ayat emas nas Minggu ini, meminta agar kita dalam melakukan segala sesuatu dengan perkataan atau perbuatan, lebih rohani lagi, yakni kita harus melakukan semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus (ayat 17). Pesan ini dipertegas di ayat 23: "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."
Terpujilah Tuhan. Semoga Natal tahun ini benar-benar telah menghembuskan perubahan dalam diri kita semua.
Selamat hari Minggu dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Hari Natal 25 Desember 2024
Khotbah Hari Natal 25 Desember 2024
MARILAH KITA PERGI KE BETLEHEM (Luk 2:8-20)
(Ini juga tema Natal tahun 2024 oleh PGI/KWI)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 62:6-12; Mzm 97; Tit 3:4-7
Pendahuluan
Setiap orang percaya dari segala bangsa pasti bersukacita menyambut tanggal 25 Desember ini. Bahkan mungkin sejak awal bulan, meski dalam dua minggu adven yang seharusnya lebih mengingatkan hidup kita agar (kembali) sejalan dengan firman Tuhan, ternyata sukacita ini sudah timbul. Rumah-rumah mulai memasang pohon natal, mal-mal telah berhias dan mengumandangkan lagu-lagu pujian natal, sehingga bulan Desember layak disebut sebagai bulan sukacita. Desember bukanlah bulan suci, sebab bagi umat Kristen tidak ada bulan suci khusus; bagi kita setiap hari adalah hari-hari suci, minggu suci dan bulan suci, karena kita sudah disucikan oleh Tuhan Yesus yang kita sambut kelahirannya di bulan Desember ini.
Bacaan firman Tuhan dalam Luk 2:8-20 ini menceritakan kepada kita beberapa berita sukacita yang besar.
Pertama: Berita sukacita melalui gembala (ayat 8-9)
Alkitab menceritakan kelahiran Yesus disampaikan kepada para gembala. Pilihan para gembala untuk menerima berita sukacita itu memiliki alasan yang khusus. Dalam pandangan manusia saat itu, gembala termasuk kelas yang rendah, pekerja kasar dan keras yang harus bekerja siang malam untuk menjaga kawanan ternaknya. Mereka tidak lagi dipandang sebagai pekerjaan yang membanggakan sebagaimana nenek-moyang mereka Musa dan Daud, yang pekerjaan awalnya adalah gembala. Tetapi dalam pandangan Allah, mereka adalah orang-orang yang khusus, yang layak menerima berita itu, sebab gembala adalah para penyedia korban untuk persembahan kepada Allah. Mereka adalah penyedia ternak korban untuk dipersembahkan umat Yahudi kepada Allah. Dan Yesus adalah korban dalam rencana Allah untuk penebusan dosa-dosa manusia.
Berita sukacita yang disampaikan itu bahwa Allah kini telah menjadi manusia, menjadi daging yang tinggal bersama manusia. Pada mulanya adalah Firman, Logos; Logos itu bersama-sama dengan Allah, dan Logos itu adalah Allah. Dan Logos itu kini telah menjadi manusia, dan diam di antara kita. Logos menjadi manusia itu sangat penting karena masa diam selama 400 tahun sejak nabi Maleakhi itu sudah berakhir. Tuhan telah mengutus begitu banyak nabi kepada umat Yahudi semata-mata untuk menunjukkan kasih dan kepeduliaan Allah kepada manusia yang sudah jatuh begitu dalam ke dalam dosa. Melalui pesan nabi, manusia tidak cukup kuat untuk melawan iblis dalam kehidupannya. Mereka perlu diselamatkan tidak hanya pesan kepada nabi, tetapi pesan yang menjadi Manusia. Itulah berita sukacita itu.
Berita sukacita akan kelahiran Anak itu merupakan penggenapan dari beberapa janji dan nubuatan. Ada begitu banyak ayat dalam Perjanjian Lama yang menubuatkan datangnya Mesias tersebut, mulai dari janji meremukkan Iblis kepala ular karena menggoda Hawa (Kej 3:15) hingga tempat kelahiranNya di kota Betlehem melalui nabi Mikha (5:1). Janji Allah adalah pasti terwujudkan. Tidak ada keraguan dan kekuatiran bahwa Ia adalah Allah yang setia.
Bagaimana dengan hidup kita? Adakah hidup kita selama tahun 2012 yang akan berakhir ini, ada penggenapan janji Allah kepada kita? Kalau belum terjadi, mungkin kita belum meminta dengan serius, mungkin kita kurang berdoa, mungkin kita belum bekerjasama dengan Allah dalam memenuhi permintaa kita itu, mungkin Allah juga berfikir kita tidak sesuai menerimanya, atau mungkin waktunya belum tiba. Tetapi setiap doa dan permintaan pasti ada jawaban. Mari kita merenungkannya dan membuat janji Allah sebagai sebuah penggenapan dalam hidup kita.
Kedua: Kesukaan besar bagi semua (ayat 10-12)
Berita yang disampaikan kepada para gembala itu bukan berita tanggung, melainkan berita besar. Oleh karena itu malaikat datang dengan sinar yang terang, mengagetkan dan menakutkan, tetapi pesannya mengatakan: berita sukacita itu adalah berita untuk segala bangsa. Jadi berita itu tidak saja untuk mereka para gembala, bukan hanya untuk orang Israel, bukan hanya pembaca website ini, atau pembaca Alkitab, tetapi untuk segala bangsa dan segala umat di dunia.
Artinya, kerinduan para gembala dan umat Israel yang selama ratusan tahun dijajah dan ditindas oleh berbagai bangsa, ketakutan yang terus menghantui kehidupan mereka sehari-hari, kini seolah terbuka jalan untuk bebas dari itu. Mesias Kristus itu telah lahir. Juruselamat itu kini telah lahir. Para gembala pada saat itu tentu tidak berfikir jauh, bahwa pengertian Juruselamat itu terkait dengan dosa-dosa mereka. Mereka tidak menyadari sebetulnya penyebab situasi mereka dijajah berbagai bangsa merupakan buah dari dosa-dosa generasi mereka sebelumnya. Bagi mereka, berita pentingnya justru yang terus menerus ada dalam pengharapan mereka, yakni tiga kata datangnya: Saviour (Juruselamat – Penyelamat), Kristos (Kristus - yang dalam bahasa Ibraninya Mesias dan berarti Yang Diurapi), dan Kurios (Tuhan – yang berarti Tuan atau Pemilik).
Berita sukacita itu disampaikan bagi semua orang: bagi pemulung, tukang ojek, pengusaha, supir, professional, pengusaha, dan lainnya; juga bagi yang jahat dan yang baik, bagi pencopet dan bagi pendeta, bagi koruptor dan bagi presiden. Itulah sasaran berita itu. Tujuan berita sukacita disampaikan agar semua orang menerima dan percaya kepadaNya, yakni menjadikan Yesus dalam hidupnya sebagai Juruselamat, sebagai Kristus dan sebagai Tuhan.
Sudahkah kita menjadikan Yesus yang berita kelahiranNya kepada gembala itu dan sebenarnya untuk kita; sudahkah kita jadikan sebagai Juruselamat, sebagai Yang Diurapi, dan sebagai Pemilik hidup kita? Sudahkah pesan itu juga kita sampaikan kepada semua orang dan semua bangsa?
Ketiga: Kemuliaan Allah dan Damai di bumi (ayat 13-14)
Hal ketiga dalam berita sukacita itu merupakan penegasan akan pentingnya kemuliaan bagi Allah dan datangnya damai sejahtera di bumi. Kemuliaan bagi Allah dalam peristiwa itu dinyatakan dengan kehadiran bala tentara sorga yang datang bersama malaikat dan memuji-muji Allah. Kemuliaan Allah itu adalah sukacita puji-pujian, bukan ketakutan, penindasan, seremoni dan jabatan. Allah telah begitu lama dilupakan oleh umat Israel sebagai pengharapan mereka. Allah tidak lagi dimuliakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Umat Israel melalui kedudukan para imam dan para rabi lebih mementingkan aturan-aturan legalistik, pengutamaan jabatan dan seremoni, bukan hakekat saling mengasihi, khususnya bagi mereka yang berkekurangan.
Inilah yang ditekankan dalam pesan tersebut. Bagamana Allah yang begitu mulia harus lahir di kandang domba, hanya berbalut kain lampin dan ditempatkan di palungan tempat makan domba. Kemuliaan bagi Allah pada hakekatnya ada dalam kesederhanaan, bukan dalam hal yang glamour, dalam hal berlebihan yang tidak wajar. Sering kita lihat gereja-gereja mengadakan perayaan natal yang begitu mewah dan berlebihan menghabiskan ratusan juta (bahkan mungkin milyar rupiah), tetapi miskin dan minim dalam menciptakan damai sejahtera di bumi. Gereja-gereja sering lupa akan tanggungjawabnya dalam memberikan dan membagikan sukacita natal itu kepada kaum yang membutuhkan, mereka yang haus akan perlunya “juruselamat” dan “majikan/pemilik” dalam kehidupan mereka sehari-hari. Gereja sering ibarat kumpulan para imam dan ahli taurat yang mengutamakan seremoni dan bukan perwujudan hakekat kasih dalam pelayanan duniawinya.
Gereja perlu melihat bagi kemuliaan Allah hanya mungkin kalau ada damai dan sejahtera di bumi. Damai sejahtera di bumi hanya mungkin kalau ada damai sejahtera di lingkungan RT/RW, desa, kecamatan, kota, kabupaten, propinsi dan seluruh wilayah nusantara ini. Kalau kita berjalan ke wilayah desa-desa, mereka begitu rindu atau lupa akan damai sejahtera itu, karena mereka lebih bergulat akan beratnya kehidupan sehari-hari, beratnya tantangan yang dihadapi. Itulah tugas kita semua dan gereja dalam menciptakan damai sejahtera itu dan dengan demikian kemuliaan Allah dinyatakan di bumi.
Keempat: Marilah kita ke Betlehem Memuliakan Allah (ayat 15-20)
Sama seperti respon para gembala itu atas pesan malaikat, mereka langsung percaya dan mewujudkannya dalam perbuatan. Mereka bergegas pergi ke Betlehem untuk merespon berita sukacita itu. Seperti juga respon Allah dalam perbuatan kasihNya yakni Firman itu telah menjadi manusia, respon gembala, maka kepada kita juga diminta respon positip dalam perwujudan pesan Allah kepada kita. Pesan baik tanpa respon ibaratnya kita “Ndableg”. Kalau respon itu juga hanya sebatas di mulut, tidak dalam tindakan dan perbuatan, maka kita adalah “Pembohong”.
Inilah yang diminta, bagaimana yang utama bagi kita adalah memberi kemuliaan bagi Allah dalam hidup kita. Memuliakan Allah berarti menempatkan Allah di atas segalanya, menempatkan Allah sebagai prioritas dan utama dalam kehidupan sehari-hari. Sehabis bangun tidur, maka Allah adalah yang utama. Di dalam kegiatan harian, Allah juga sebagai hal yang utama, dalam rencana dan tindakan, Allah yang utama, dengan demikian Allah kita muliakan. Menjauh dari dosa dan perbuatan yang tidak berkenan kepada Allah dalam keseharian kita, memberi sukacita bagi sesama dalam pergaulan sehari-hari, berbagi kasih dan sukacita, itulah gambaran nyata memuliakan Allah dalam kehidupan kita.
Memuliakan Allah hanya dimungkinkan dengan adanya damai sejahtera. Kerajaan Allah adalah kerajaan damai, kerajaan syalom. Itulah pesan natal bagi kita, yakni bagaimana kita setiap hari merasakan damai sejahtera itu. Damai sejahtera itu bukan ada pada makanan dan minuman, bukan ada dalam perjalanan-perjalanan yang menghabiskan dana, bukan kepada baju mahal, tetapi ada dalam kesederhanaan, bersahaja, mudah, gampang, dan tidak membuat jadi rumit, membuat jadi ruwet (complicated). Hidup yang mudah dan melihatnya sederhana adalah sumber mendapatkan damai sejahtera itu.
Pengharapan dunia akan datangnya kerajaan damai kerajaan syalom hanya diwujudkan melalui kita yang sudah menerima berita sukacita itu. Bagi mereka yang belum menerima dan percaya akan berita sukacita itu, maka mari kita lihat ajak mereka melihat Yesus, Anak Allah itu, begitu sederhananya, begitu bersahajanya. Damai lahir di Betlehem, damai lahir di hati kita, dalam kehidupan kita.
Penutup
Pesan natal melalui nats ini mengingatkan kita bagaimana Allah merencakan segala sesuatu pasti ada dasarnya dan kuat pilihanNya, sebagaimana Allah memilih para gembala penerima berita pertama lahirnya Raja Damai itu. Berita sukacita natal itu adalah bagi kita semua, bagi yang sudah mendengar dan percaya, bagi mereka yang belum mendengar atau belum percaya, bahwa bagi semua: “Telah lahir bagimu Juruselamat, Kristus Tuhan” di Betlehem.
Mari kita memuliakan Dia dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga tampak bahwa Yesus itu lahir dalam hidup kita, Yesus itu menjadi Pemilik kita. Kita ciptakan damai sejahtera dalam hidup kita, damai sejahtera dalam keluarga kita, dalam lingkungan kita, dengan demikian kita memuliakan Allah; sehingga pesan natal ini akan berkumandang bagi segala orang. Mari kita pergi ke Betlehem, melihat peristiwa Raja yang lahir itu dan kembali seperti gembala yang memuji dan memulikan Allah dalam kehidupannya. Joy to the world…The Lord is come… Hai Dunia, gembiralah… telah lahir Rajamu….
SELAMAT HARI NATAL dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan YesusKhotbah Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani &...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan YesusKhotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani &...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan YesusKhotbah (3) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani &...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 971 guests and no members online