2025
2025
Khotbah Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan Yesus
Khotbah Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Peringatan Pembaptisan Tuhan Yesus
TEGUH DALAM BAPTISAN (Luke 3:15-17, 21-22)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 43:1-7; Kis 8:14-17
Pendahuluan
Minggu ini kita memperingati pembaptisan Tuhan Yesus di Sungai Yordan. Saat itu Yohanes Pembaptis masih terus berusaha untuk membawa umat Israel kembali ke jalan Allah dengan meneriakkan agar mereka bertobat dan tidak menjadi keturunan ular beludak. Pertanyaan di benak umat Yahudi pada saat itu adalah: apakah Yohanes ini sebagai Mesias yang dinanti-nantikan oleh umat itu? Mereka merindukan Mesias untuk dapat memimpin pembebasan dari penjajah bangsa Romawi.
Yohanes menyatakan sebagai tanda pertobatan mereka perlu dibaptis. Dalam tradisi Yahudi, seseorang penyembah berhala atau orang bukan Yahudi, sebelum resmi masuk sebagai pemeluk agama Yahudi terlebih dahulu dilakukan prosesi, seperti mempersembahkan korban, disunat dan kemudian dibaptis. Baptisan ini yang disebut sebagai baptisan proselit. Prosesi ini didahului oleh pembersihan tubuh termasuk potong kuku dan potong rambut dan kemudian setelah bajunya dibuka ditenggelamkan ke dalam air sebagai tanda baptisan. Ketika di dalam air sebelum ditenggelamkan, ia terlebih dahulu mengucapkan pengakuan iman Yahudi dihadapan wali baptisan. Kemudian dia diberi nasihat-nasihat, dinaikkan doa syukur serta Rabi mengikrarkan bahwa ia kembali menjadi bayi dan manusia baru, serta dosa-dosa lamanya dihapuskan. Pandangan ini juga berdasarkan Allah tidak mungkin menghukum dosa yang dilakukan sebelum lahir. Jadi bagi orang Yahudi, seseorang yang dibaptis dalam ritual Yahudi adalah bayi dan manusia baru.
Nats minggu ini tentang pembaptisan Tuhan Yesus memberi arahan kepada kita beberapa hal, sebagai berikut:
Pertama: Kerendahan hati
Pembaptisan Tuhan Yesus terjadi bukan karena Ia berasal dari penyembah berhala atau bukan keturunan Yahudi. Yesus dengan sukarela datang untuk ikut dibaptis oleh Yohanes karena itu merupakan penggenapan kehendak Allah dan Yesus memperlihatkan diriNya dengan rendah hati. Yesus melakukan itu sebelum masuk ke dalam tahapan pelayanan besarNya. Ini sangat penting diteladani agar kita tetap rendah hati di hadapan semua orang.
Kerendahan hati ini pula yang ditunjukkan oleh Yohanes Pembaptis, sebab ia tidak mengaku sebagai Mesias, melainkan diakuinya “Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak”. Sikap ini perlu kita teladani dengan tidak menempatkan pribadi kita di depan dan membuat Yesus justru sebagai backing. Pengakuan Yohanes bahwa membuka tali kasutNya pun tidak layak, merupakan cermin sikap bahwa sesungguhnya banyak di antara kita tidak layak untuk datang kepadaNya.
Tetapi Yesus adalah Allah kita yang Maha baik. Ia selalu dan terus menerus membuka pintu bagi kita untuk merendahkan diri kita dan datang kepadaNya untuk mohon pengampunan dan penebusan segala dosa-dosa yang kita lakukan. Melalui bilur-bilur darahNya, dosa kita akan dibersihkan dan kita akan menjadi seputih salju.
Kedua: Baptisan pengganti sunat
Hal kedua Yesus perlu dibaptis adalah karena Yesus ingin memperlihatkan aturan sunat sebagai tanda perjanjian atau meterai persekutuan dengan Allah yang diberikan kepada Abraham sudah tidak berlaku lagi (Kej 17:1-12). Pada ayat 8 Yohanes mengatakan bahwa menjadi keturunan Abraham bukan lagi menjadi jaminan keselamatan bagi mereka. Orang Yahudi jelas terkejut mendengar ini. Selama ini mereka berfikir bahwa mereka adalah “bangsa” pilihan Allah sehingga secara otomatis akan menjadi bangsa yang dikasihi Allah. Tetapi Yohanes menekankan bahwa sebenarnya garis keturunan tidak merupakan jaminan, sebab setiap orang datang secara sendiri-sendiri kepada Allah dan membuat komitmen sendiri terhadap Allah.
Yohanes dan Tuhan Yesus ingin memperlihatkan bahwa baptisan merupakan tanda persekutuan yang baru dengan Allah untuk menjadi umat Allah, bahkan kedudukan baptisan lebih tinggi daripada sunat karena baptisan bagi orang percaya harus disertai dengan sunat hati (Kol 2:11-12; Rm 2:28; 1Kor 7:18). Baptisan merupakan tanda dan meterai janji Allah akan pengampunan dosa, yakni kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:3-5).
Baptisan berarti menjadi milik Kristus, karena kita semua yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus (Gal 3:27). Hidup kita merupakan milik Kristus dan semua arah dan tujuan hidup kita adalah untuk Kristus.
Ketiga: Baptisan sebagai perintah Tuhan Yesus
Tuhan Yesus sebelum naik ke sorga meninggalkan amanat penting yakni menjadikan semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (Mat 28:19). Dengan demikian baptisan adalah perintah untuk dilakukan bagi semua orang yang sudah percaya, bertobat dan bersedia dirinya dibaptis dalam nama Allah, Anak dan Roh Kudus.
Tetapi baptisan bukanlah jaminan, sebab jaminan adalah iman, iman yang membuahkan perbuatan. Hal ini tampak pada kisah Simon yang baru saja dibaptis, namun karena ia tidak taat dan ingin mempergunakan hak yang bukan miliknya akhirnya ditegur juga (Kis 8:9-24). Jadi hal yang penting dari baptisan (sama seperti sunat) adalah tuntutan hidup agar selalu tidak bercela, melainkan terus menerus berkenan kepada Tuhan.
Keempat: Baptisan percik sama dengan selam
Seringkali orang bertanya, baptisan mana yang benar: percik atau selam. Jawaban kita adalah keduanya adalah benar sepanjang semua dilakukan dengan kerendahan hati dan didukung oleh iman. Hal yang terpenting selain iman dalam baptisan adalah adanya “subjeck” yakni membaptis (Pendeta atau hamba Tuhan), dan adanya “object” yakni orang percaya yang akan dibaptis. Kedua, baptisan dilakukan dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Yang menyelamatkan bukan baptisannya, bukan pembaptisnya, melainkan iman yang menyertai pembatisan itu. Maka kalau baptisan dilakukan terhadap bayi atau anak kecil, maka iman orangtuanya yang menjadi dasar pembaptisan.
Bagi yang mempersoalkan bahwa pertobatan atau harus dimuridkan terlebih dahulu baru boleh dibaptis (selam), hal itu berarti mengingkari adanya anugerah Allah yang merupakan hak proregatif Allah. Allah juga berjanji bagi setiap orang percaya akan diselamatkan bersama dengan keluarganya (Kis 16:15-33). Perihal ayat 16 tentang baptisan air, roh dan api, maka baptisan air (percik atau selam) sering ditafsirkan sebagai unsur atau tanda pembaptisan itu yang dilakukan oleh manusia (pembaptis), namun baptisan Roh ditafsirkan bahwa Roh Kudus bekerja dalam pembatisan itu, dan baptisan Api merupakan symbol penyucian dan pengudusan atas proses baptisan itu. Kedua hal terakhir hanya dapat dilakukan oleh Tuhan Yesus dan Roh Kudus sendiri.
Oleh karena itu seyogianya tidak perlu dilakukan baptisan ulang terhadap seseorang apabila ia berpindah gereja. Penyangkalan baptisan percik sebagai bukan baptisan yang benar merupakan penyangkalan Allah yang bekerja secara Roh melalui hamba Tuhan dan iman orang tua dari anak tersebut pada waktu dibaptis. Hal ini dapat dikatagorikan sebagai dosa.
Penutup
Firman Tuhan kali ini memberi kita arahan hidup bagaimana kita harus merendahkan diri khususnya dalam menghadapi pembaptisan. Baptisan merupakan hal yang sejajar dengan sunat meski baptisan memiliki kedudukan yang lebih tinggi karena adanya sunat hati. Baptisan juga merupakan perintah Tuhan Yesus bagi kita semua orang percaya, termasuk kepada semua anggota keluarga, meski mereka belum “mengerti dan percaya”. Tidak perlu dipermasalahkan baptisan percik atau selam, tetapi unsur yang terpenting adalah iman dan dilakukan dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Pernyataan bahwa baptisan seseorang tidak sah, hal itu dapat membawa kepada kesombongan rohani dan berakibat menjadi dosa.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan Yesus
Khotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Peringatan Pembaptisan Tuhan Yesus
TUMPANG TANGAN (Kis. 8:14-17)
Minggu I setelah Epifani adalah Minggu peringatan pembaptisan Tuhan Yesus. Firman Tuhan yang menjadi renungan kita diambil dari Kis 8:14-17. Nas ini berbicara tentang kisah tanah Samaria yang telah menerima firman Allah, tetapi Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka. Padahal, dua rasul yakni Petrus dan Yohanes telah berdoa bagi mereka supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Mereka bahkan sudah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kedua rasul menumpangkan tangan di atas orang-orang Samaria, lalu mereka menerima Roh Kudus (ayat 14-17).
Mungkin muncul pertanyaan, mengapa harus ada tumpang tangan? Apakah dengan doa saja tidak cukup untuk mendapatkan kuasa sehingga Roh Kudus berdiam dan bekerja pada seseorang?
Tumpang tangan sudah berlaku sejak zaman PL. Itu dilakukan oleh para imam dalam pelbagai upacara khususnya untuk berdoa (1Raj. 8:54), dan memohon berkat Tuhan (Im. 9:22; Luk. 24:50). Tetapi orang tua terhadap anaknya juga sering tumpang tangan, seperti ketika Yakub memberkati anak-cucunya (Kej. 48:8-20). Tuhan Yesus juga melakukan penumpangan tangan ketika memberkati anak-anak yang dibawa kepada-Nya (Mrk. 10:16; Mat. 19:13-15) dan kepada orang sakit (Mrk. 5:23; Mat. 9:18; Luk. 4:40).
Kita juga sering melihat penumpangan tangan dalam peneguhan panitia dan pejabat gerejawi. Ini sama dengan Musa yang menumpangkan tangannya saat Yosua diteguhkan sebagai penggantinya (Bil. 27:18-23; Ul. 34:9, band. 2Tim. 1:6).
Maka terlihat bahwa fungsi dan makna penumpangan tangan sangat penting sejak dahulu, dan merupakan simbol adanya kuasa dan berkat rohani yang turun dari Allah kepada orang yang ditumpang tangan (band. Mrk. 5:30).
Tujuan dari semua itu yakni Roh Kudus berdiam dan bekerja dalam diri orang tersebut. Maka kita yang sudah dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus oleh hamba Tuhan, perlu mengingat dan memahaminya dengan baik. Tidak ada yang dapat memindahkan atau menghalau kuasa yang telah diberikan. Terlebih bagi para pengerja gereja atau organisasi yang menyatakan dirinya Kristiani dan melakukan tumpang tangan, maka buah-buah karya Roh Kudus harus terlihat dalam kehidupan sehari-hari yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23). Bila itu tidak terlihat maka kuasa Roh Kudus yang diberikan melalui tumpang tangan menjadi sia-sia.
Orang yang hidup oleh Roh Kudus mestinya tidak suam-suam kuku; tidak terlihat semangat dan kuasa yang bekerja dalam dirinya. Ini teguran kepada orang-orang Kristen di Laodikia yang tidak panas dan tidak dingin (Why. 3:14-22). Mereka tidak menjadi sumber berkat dan kesegaran bagi orang lain; tidak menjadi pendorong semangat, sukacita, dan pengharapan bagi sesama. Allah sangat tidak menyukainya. Maka tetaplah bersemangat dan terus berbuah, sebab Roh Allah berdiam dan bekerja dalam diri kita.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 5 Januari 2025
Kabar dari Bukit
KEKAYAAN DI DALAM YESUS (Ef. 1:3-14)
”Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya” (Ef. 1:14)
Semua orang ingin hidup dalam kekayaan, termasuk materi. Memang ada ungkapan: uang bukanlah segala-galanya, tapi tanpa uang, akan susah segala-galanya. Namun uang/harta tidak dapat membeli keselamatan, kedamaian dan kebahagiaan sejati; bahkan akan menyirami "cinta uang akar segala kejahatan" dan berujung maut (1Tim. 6:10; Rm. 6:23a).
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Ef. 1:3-14; sebuah pujian syukur yang dalam bahasa aslinya (Yunani) berupa puisi kalimat panjang, tanpa koma. Judul perikopnya: Kekayaan orang-orang yang terpilih. Ada enam kekayaan besar yang diterima dari Allah Bapa, bila kita "Di dalam Dia", Yesus Kristus.
Kekayaan pertama, "Di dalam Dia" kita telah dipilih sebagai milik-Nya; mengenal diri sendiri. Yesus berkata: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh. 15:16). Juga tertulis, iman adalah pemberian, karunia rohani, bukan atas dasar pikiran dan kehebatan manusia (1Kor. 12:9; Rm. 12:3). Tentang kita dipilih sebelum dunia dijadikan (predestinasi), memang masih misteri, sebab konsep ini bisa bersifat pribadi, kelompok atau bangsa, misalnya, bangsa Israel; dan semua kelak akan dibukakan. Dipilih tentunya untuk dikhususkan, kudus, dan tak bercacat di hadapan-Nya (ay. 4-5).
Kedua, "Di dalam Dia" kita ditentukan dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya (ay. 6). Firman-Nya menyatakan, "semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya" (Yoh. 1:12). Menjadi anak-anak Allah dilakukan dengan prinsip adopsi, diambil dan diangkat sebagai manusia baru di dalam Yesus Kristus.
Kekayaan ketiga, "Di dalam Dia" dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa (ay. 7; 1Pet. 1:18-19). Penegasan lain, "Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus,.. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita" (1Kor. 1:30). "Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus" (Ibr. 10:10).
Keempat, "Di dalam Dia" kita masuk persiapan dalam kegenapan yaitu dipersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi (ay. 10). Di bumi kita dipersatukan dalam gereja-Nya dan di sorga kita dipersatukan dalam persekutuan yang Am/universal dengan Kristus sebagai Kepala (Luk. 13:29; Why. 19:6-9).
Kelima, "Di dalam Dia" kita "mendapat bagian yang dijanjikan – yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah..., menurut keputusan kehendak-Nya" (ay. 11-12). Artinya, kita tidak dapat menuntut upah atau pahala, sebab semua adalah anugerah, bukan hasil usaha kita (Ef. 2:8-9).
Terakhir, "Di dalam Dia" kita diperlengkapi dan dikuatkan dengan Alkitab firman kebenaran - yaitu Injil keselamatan, yang menuntun kita menjalani kehidupan (ay. 13; 2Tim. 3:16). Selanjutnya kita dimeteraikan dengan Roh Kudus, Roh Allah yang hidup menyertai kita. Dengan setia membaca firman-Nya dan teguh percaya, maka Roh Kudus menjadi jaminannya (ay. 14).
Oleh karena itu Alkitab berkata, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi, ngengat dan karat merusakkannya" dan "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:19, 33). Semoga di tahun yang baru ini kita lebih kaya di dalam Dia.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah (3) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan Yesus
Khotbah (3) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Peringatan Pembaptisan Tuhan Yesus
BERHARGA DAN MULIA (Yes. 43:1-7)
“Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku… Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau” (Yes. 43:1b, 4)
Firman Tuhan bagi kita hari ini, di Minggu I setelah Epifani dan sekaligus minggu peringatan pembaptisan Tuhan Yesus, diambil dari Yes. 43:1-7. Judul perikopnya: Allah adalah satu-satunya penebus. Sebuah pesan yang kuat dan indah di awal tahun, bagi kita saat memasuki tahun yang baru ini; tahun yang masih penuh dengan ketidakpastian, baik pandeminya maupun pulihnya ekonomi yang telah menyusahkan banyak orang.
Nas minggu ini bercerita tentang kelepasan bangsa Israel dari pembuangan di Babel. Sungguh berat penderitaan mereka setelah runtuhnya Kerajaan Israel dan Yehuda. Mereka dibuang ke negeri lain. Bait Suci Allah telah dirobohkan. Situasi yang membuat putus asa. Tetapi, Allah mempunyai rencana dan bekerja atas semua itu. Bangsa Israel sebelumnya telah diingatkan oleh nabi-nabi untuk kembali ke jalan Allah, jangan melenceng menjauh. Tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya sehingga hukuman pembuangan pun terjadi.
Segelap dan seterjal apa pun jalan di depan, hidup harus dijalani dan lebih bagus jika banyak diisi dengan berita pengharapan. Oleh karena itu, misalnya, pada saat puncak pandemi yang lalu, disarankan agar tidak terlalu sering memposting atau membaca kisah-kisah dan bahaya yang terdampak Covid. Itu sama saja dengan sering menonton film horror, pikiran akan penuh dengan hantu ketakutan yang membuat diri sendiri tidak nyaman. Dalam menghadapi pandemi, ikuti saja prinsip utamanya yakni taat prokes 5M, ditambah menjaga makanan sehat dan vitamin. Jadi tidak harus mengurung diri di rumah.
Untuk dapat bersikap positif dalam situasi yang buruk, kunci utamanya adalah jangan merasa sendirian menghadapinya. Hidup tidak selalu bisa dikalkulasi dengan pikiran. Itulah gunanya hidup dalam iman. Iman bekerja dengan hati. Ada jalan dan kuasa yang tidak masuk dalam pikiran, yang bekerja sehingga situasi buruk berubah menjadi sebaliknya. Dalam peristiwa pembuangan bangsa Israel, Allah bekerja yang membuat situasi membalik, menggerakkan Raja Koresh dan memberi izin mereka pulang dan membangun kembali bait yang telah runtuh (2Taw. 36:22).
Menjalani tahun 2022 yang baru ini kita pun demikian. Firman-Nya menjanjikan semua akan baik-baik saja. “Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau” (ay. 2). Kini kepada kita yang telah ditebus-Nya, seberapa berharga kita menilai hidup kita di tengah situasi yang Allah berikan? Janganlah ragu dan takut membuat tantangan di 2023, tahun ini dengan menyatakan resolusi impian. Susunlah keinginan hidup yang berarti bagi keluarga, Tuhan dan sesama. Pasti ada banyak peluang dan kesempatan. Jadi semua kembali kepada kita, ingin kehidupan seperti apa yang kita akan jalani.
Pesan utama nas minggu ini, kasih Allah selalu mengalahkan segalanya. Kadang perlu melewati badai, dihukum, tetapi hati-Nya tetap berbalik berlimpah kasih. Sama seperti anak kita yang “tidak taat”, kadang harus "menghukumnya". Tetapi ketika mereka memperlihatkan penyesalan dan kesedihan hati, hati kita orangtua berbalik. Allah Bapa kita telah menyatakan kita berharga di mata-Nya dan mulia, mari kita respon kasih-Nya itu dengan menilai diri kita sungguh berharga, dan siap melakukan kehendak-Nya; maka berkat-berkat pun mengalir ke semua sisi kehidupan (ay. 5-7).
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal
Khotbah Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal
TERANG YANG BERCAHAYA (Yoh. 1:1-9)
“Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (ayat 4-5).
Minggu ketiga adven hari ini bagaikan jembatan yang menghubungkan situasi peringatan tentang datangnya akhir zaman yang maha dahsyat, menuju situasi sukacita pengharapan akan datangnya cahaya baru peristiwa 2000 tahun lalu di kota mungil Betlehem.
Firman Tuhan yang menjadi rujukan renungan kita hari minggu ini, Yoh. 1:1-9, berbicara tentang kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus Sang Terang. Manusia membutuhkan terang yang secara umum tidak suka pada kegelapan. Allah pun, menciptakan terang di hari pertama (Kej. 1:3). Dengan terang, manusia merasa lebih aman dan nyaman. Terang membimbing seseorang terhindar dari kejatuhan, terperosok dalam, bahkan dapat menyelamatkan dari kematian.
Kehidupan rohani manusia juga memerlukan terang. Jiwa yang penuh terang akan berisi sukacita, dan jiwa yang gelap akan berisi kekuatiran dan ketakutan. Dan jelas, terang Ilahi akan melampaui terang dari hikmat pengetahuan dunia. Yesus memberi terang Ilahi pada manusia. Pribadi dan hidup-Nya membebaskan manusia dari kegelapan. Tidak hanya di dunia ini, tetapi juga dasar bekal bagi hidup yang kekal. Tuhan Yesus adalah terang sejati. Manusia dengan Terang Yesus, membuat hidup lebih bermakna sesuai dengan kehendak Bapa.
Natal mengingatkan kita akan kehadiran Terang ke dalam dunia. Menyongsong natal berarti menyambut Sang Terang. Dia adalah Firman yang mencerahkan dan sumber segala inspirasi. Dia adalah Firman hidup yang memberi Roh penuntun. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia (Yoh. 1:4).
Peringatan akan lahirnya Juruselamat merupakan sukacita bagi kita bersama. Sukacita di dalam hati, bukan hanya tanggapan bersifat alamiah, tetapi juga bersifat adikodrati sebagai akibat tindakan penebusan Allah yang terjadi di dalam hidup kita. Namun, kita tidak sekedar bersukacita atas kedatanganNya, karena kita juga dipanggil untuk menyiarkan Dia, sehingga orang lain pun memiliki Terang itu dan hidup mereka juga penuh dengan sukacita.
Tetapi kadangkala, itu tidak mudah bagi mereka yang sedang dalam kegelapan dosa, atau situasi kemiskinan yang membuat hidup menjadi perih. Bagi yang dalam kegelapan dosa, membuat rasa takut menjadi tampak nyata dan terbuka, tanpa mengetahui ada perdamaian dan pengampunan. Ini perlu usaha ekstra. Bagi yang dalam kemiskinan, khususnya di wilayah Kristiani lainnya yang masih rata-rata di atas 10% penduduk miskinnya, usaha lebih ekstra lagi. Perlu tindakan nyata. Bawalah dan siarkan Terang itu.
Mari membawa Kristus kepada mereka, melepaskan ikatan dosanya dan membebaskan kemiskinan yang tanpa pengharapan, dan menjadikan Terang memimpin hidup mereka. Seperti dikatakan dalam nas hari ini oleh Yohanes Pembaptis: ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Kitab Filipi menyampaikan, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat (Flp. 4:5). Maranata.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan YesusKhotbah Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani &...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan YesusKhotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani &...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan YesusKhotbah (3) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani &...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 960 guests and no members online