2025
2025
Khotbah Minggu IV Adven - 21 Desember 2025
Khotbah Minggu IV Adven – 21 Desember 2025
DIPANGGIL MENJADI MILIK KRISTUS (Rm. 1:1-7)
Bacaan lainnya: Yes. 7:10-16; Mzm. 80:1-7, 17-19; Mat. 1:18-25
Pendahuluan
Paulus menulis surat ini kepada jemaat di Roma yang belum pernah dikunjunginya (mungkin juga oleh para rasul dan pemimpin lainnya), namun hatinya tetap rindu ingin melihat jemaat tersebut. Ia menulisnya saat masih di Korintus pada perjalanan penginjilannya yang ketiga dan terakhir (Kis. 20:3; Rm. 15:25). Jemaat di Roma ini terbentuk mungkin setelah beberapa orang berkunjung ke Yerusalem di hari pentakosta Yahudi mendengar kabar baik tentang Tuhan Yesus (Kis. 2:10), dan beberapa peziarah atau pelancong (sebagian bukan orang Yahudi) yang mendengar di lain tempat, seperti Priskila dan Akwila di Korintus (Kis 18:2; Rm 16:3-5) dan mengembangkan iman mereka setelah kembali ke kota Roma. Kitab Roma juga merupakan kitab yang ditulis dengan sangat sistematis tentang iman orang percaya, dan pasal 1 yang merupakan bacaan kita minggu ini merupakan pengantar dan berisi pelajaran sebagai berikut.
Pertama: Hati seorang hamba (ayat 1)
Surat Paulus diketahui selalu dengan salam dan memperlihatkan kepedulian kepada pihak yang ditulisnya. Bagi yang belum pernah ditemuinya, adalah wajar apabila ia memperkenalkan dirinya. Itu adalah sikap rendah hati. Terlebih saat itu ada beberapa pihak yang mempertanyakan kerasulannya, sebab ia bukan murid Tuhan Yesus secara langsung, sebagaimana Matius, Petrus, dan lainnya. Sikap menyapa dengan rendah hati ini perlu kita teladani sebab seringkali kita berkomunikasi dengan pihak lain (seperti surat, email, sms, wa, bbm dan lainnya), isinya jangan langsung “nyaplak”, tanpa “basa-basi” salam atau pengharapan, seperti menyebut Syalom, Selamat Pagi/Siang/Malam, Horas, semoga sehat-sehat dan lainnya. Paulus dan kita belajar dari sikap Tuhan Yesus yang merendahkan diri-Nya dengan turun dari sorga menjadi manusia dan hamba (Flp. 2:6-8).
Sikap rendah hati Rasul Paulus juga diperlihatkan ketika ia menyebut dirinya sebagai hamba. Dalam arti sebenarnya hamba adalah budak, seseorang yang tidak memiliki hak asasi pribadi yang seluruhnya sudah menjadi hak si pemilik. Kalaupun ia menyebut dirinya sebagai rasul, maka itu hanya merupakan kata umum yang berarti utusan (apostle/apostolos=utusan), bukan dalam pengertian kedudukan dengan hak-hak khusus. Ia perlu menyebut dirinya sebagai utusan atau rasul hanya dengan tujuan agar pembaca suratnya (di Roma) memahami posisi dan tugas dirinya dalam komunikasi tersebut, yakni mewakili Tuhan Yesus. Ia juga menegaskan bahwa sebenarnya ia adalah rasul yang paling hina dari segala rasul (1Kor. 15:9). Namun kita mengakui, meskipun ia tidak “langsung” murid Tuhan Yesus semasa hidup-Nya, ia memperoleh karunia yang luar biasa dan karya yang dijalaninya mulai mempersiapkan dirinya dan perjalanan penginjilannya, membuat kita tidak ragu bahwa kerasulannya adalah sah dan semua yang diterimanya sebagaimana dituliskannya dalam surat-suratnya adalah langsung dari Tuhan Yesus.
Ia menyadari para murid langsung Tuhan Yesus (seperti Matius, Yohanes, Petrus, dan lainnya) semuanya berlatar-belakang Yahudi dan meneruskan misi Tuhan Yesus bagi umat Yahudi saja. Oleh karena itu melalui ilham, suara dari Tuhan Yesus, Paulus menerima langsung tugas panggilan merintis menginjili orang-orang yang bukan Yahudi (Kis. 26:17; Rm. 11:13; Gal. 2:8) dan inilah yang ditegaskannya kepada ke jemaat Roma, yang pada saat itu merupakan campuran antara orang Yahudi, Yunani dan lainnya. Pada ayat 5 ia juga mengatakan bahwa panggilan Tuhan Yesus itu merupakan kasih karunia, terlebih latar belakangnya adalah penganiaya orang-orang percaya. Ia juga merasa telah dikuduskan melalui karya Tuhan Yesus di Golgota. Penyebutan dirinya sebagai hamba Kristus juga jelas memperlihatkan sikapnya bahwa ia sesungguhnya sudah menjadi milik Kristus. Itulah sikap seorang pemberita Injil yang sejati yang layak kita teladani.
Kedua: Janji dan keturunan Daud (ayat 2-3)
Rasul Paulus melakukan semua itu sebab mengakui kekuatan Injil, dalam bentuk kitab Perjanjian Lama yang sudah meluas dikenal saat itu (kitab Septuaginta), dan juga kitab-kitab para murid Tuhan Yesus yang sudah mulai dituliskan dan beredar, serta khususnya yang diterimanya dari Tuhan Yesus secara langsung. Ia memahami akan janji yang diberikan Allah kepada umat Yahudi dan kepada umat manusia, bahwa keselamatan akan diberikan bagi semua orang, bukan hanya orang Yahudi tetapi bagi siapa saja yang bersedia menerima kehadiran Allah di hatinya. Allah mempunyai jawaban atas penderitaan rohani bangsa Yahudi setelah sekian lama dijajah oleh bangsa-bangsa lain.
Sebagai orang Yahudi, Paulus tahu persis tentang kisah kebesaran Raja Daud dan kejayaannya dalam memerintah bangsa Israel dan juga menguasai bangsa-bangsa lainnya. Berangkat dari keturunan Isai dan menjadi pelayan Saul, hingga kemudian menjadi panglima perangnya, Raja Daud kemudian naik takhta dengan pertolongan Tuhan, tanpa harus melakukan kudeta dan kekerasan terhadap Saul. Raja Daud pada masa keemasannya mempersatukan keduabelas suku-suku Israel, bahkan memperluas kerajaan Israel dengan menguasai wilayah-wilayah sekitarnya. Semua wilayah yang dikuasainya tunduk pada perintahnya dan bahkan memberi persembahan yang layak bagi seorang Raja yang berkuasa.
Rasul Paulus tahu bahwa ada janji kebesaran yang akan datang kembali dari tahta dan Putra Daud, yang akan berkuasa dan memberikan keselamatan bagi banyak orang. Rasul Paulus telah melihat janji itu menjadi nyata ketika Yesus lahir di kandang domba berupa seorang bayi mungil manusia. Sesuai dengan silsilah yang kita lihat di Mat 1, maka garis keturunan itu jelas sehingga Yesus adalah Putra Daud menurut kedagingan dari "ayahnya" Yusuf, meski ia lahir dari kuasa Roh Kudus. Janji itu juga meneguhkan hal yang dituliskan dalam kitab Kejadian 15, bahwa keturunan wanitalah (sebab Yesus tidak lahir dari benih pria atau Yusuf) yang akan meremukkan kepada ular si penghasut yang membuat manusia jatuh ke dalam dosa. Dengan silsilah dan sejarah demikian, maka Yesus, Tuhan kita, adalah manusia sejati.
Ketiga: Injil bagi semua bangsa (ayat 4-5)
Firman Tuhan yang kita baca menyebut Roh Kekudusan, yang sebenarnya menunjuk kepada Roh Kudus, Allah kita dalam wujud Roh yang kembali mengambil peran dalam kelahiran Yesus. Roh Kudus juga yang memelihara pertumbuhan kedagingan Yesus termasuk dalam hubungan dengan ibu dan keluarga-Nya. Roh Kudus memberi hikmat kepada Yesus sehingga Ia bertumbuh semakin bijak dan pandai dalam kitab-kitab suci, yang membuat para imam dan orang Farisi kagum. Yesus juga memperlihatkan kuasa dari sorga dengan membuat banyak mukjizat kesembuhan bahkan menghidupkan orang mati. Namun keberanian Tuhan Yesus untuk menegur para imam dan orang Farisi dalam menafsirkan kitab suci dan penerapannya, serta kecemburuan yang timbul dengan kuasa Yesus yang begitu besar, membuat Ia dibenci dan akhirnya dibunuh dengan cara dihina dan disalibkan hingga mati di Golgota.
Kembali Roh Kekudusan atau Roh Kudus menunjukkan karya-Nya dengan membangkitkan Yesus dari kematian-Nya. Kebangkitan inilah yang meneguhkan kedudukan Yesus sebagai Anak Allah dan Allah dalam wujud Manusia, meneguhkan Ia adalah Mesias, dengan tugas menyelamatkan manusia dari kematian selama-lamanya. Allah menyatakan kuasa Yesus melalui kebangkitan-Nya (2Kor. 13:4; Kol. 2:12). Banyak orang lain atau nabi yang membuat mukjizat, ada juga nabi yang naik ke sorga, tetapi hanya Yesus yang bangkit dari kematian, berinteraksi dengan manusia selama 40 hari dan akhirnya naik ke sorga disaksikan oleh banyak orang. Kuasa dan anugerah ini tidak pernah ada pada manusia lain, tidak juga pada nabi-nabi lain.
Dengan kuasa yang dimiliki-Nya, Yesus manusia sejati itu sah menjadi Tuhan, dan diteguhkan sebagai Allah sejati. Pelayanan-Nya yang demikian singkat membuat Yesus harus menyerahkan tugas misi tersebut kepada para murid, khususnya Amanat Agung yang disampaikan sebelum naik ke sorga. Yesus memberi karunia khusus kepada para murid untuk melaksanakan misi tersebut, dan ketika para murid memperdebatkan soal keselamatan itu hanya untuk orang Yahudi, Allah melalui cara-Nya yang unik, Yesus “seolah-olah hidup kembali” dan memanggil Saulus yang kemudian bertobat dengan nama Paulus, memberitakan keselamatan itu bagi semua bangsa, bukan hanya untuk orang Yahudi. Allah memiliki hak prerogatif dengan daulat penuh untuk memilih rasul-Nya. Kasih Allah untuk semua dan tidak membeda-bedakan suku, ras, bangsa-bangsa dan golongan. Semua bangsa dipanggil melalui para rasul (termasuk Paulus) dan utusan-utusan misionaris hingga abad ini agar semua berbalik dan menerima Injil berita keselamatan, menjadi taat kepada-Nya, bukan dalam ketaatan legalistik peraturan, akan tetapi berupa kasih karunia keselamatan yang bukan hanya di dunia ini tetapi juga hingga kelak pada kekekalan.
Keempat: Dipanggil menjadi milik Kristus (ayat 6-7)
Melalui para rasul, semua bangsa dipanggil menjadi pengikut Kristus. Rasul Paulus menekankan kata dipanggil dua kali dalam nas ini. Kunci kalimat dipanggil dalam pengertian inisiatif keselamatan dan menyelamatkan ada pada Tuhan dan kita manusia merespon atas panggilan itu. Dipanggil dan menjadi orang percaya dan beriman kepada Kristus adalah kasih karunia, bukan karena kehebatan kita, akan tetapi kasih Tuhan yang memilih kita dan hati kita terbuka oleh pimpinan Roh Kudus. Kita dipanggil untuk menjadi milik-Nya (band. Yud. 1:1; Why. 17:14) untuk taat dan setia kepada-Nya, melalui iman, Firman, ketekunan dan karya. Kita menjadi milik-Nya saat kita hidup, tetapi kita juga menjadi milik-Nya saat kita mati, dan kita hidup dan mati adalah seluruhnya untuk Tuhan (Rm. 14:8).
Orang percaya dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus. Kekudusan hidup itu sangat penting sebab Allah kita adalah Allah yang kudus sehingga yang berinteraksi dengan Dia haruslah kudus, sebagaimana kisah Musa ketika memasuki hadirat-Nya (Kel. 3:1-6; Im 11:44). Tujuan pengudusan ini bukan untuk membuat kita eksklusif terpisah dari sekeliling, melainkan menjadi orang yang dikhususkan untuk menjadi milik-Nya, melayani, dan mengemban misi-Nya. Melalui pengudusan kita juga dibentuk seturut dengan kehendak-Nya sepanjang kita taat dan setia (Ef. 4:22-24). Proses pengudusan ini berlangsung terus menerus yang diawali dengan pengakuan bahwa dosa-dosa kita telah dihapus dan ditebus dengan korban tubuh Yesus di Golgota.
Ayat terakhir dalam nas ini meminta kita untuk menjadi saluran berkat bagi semua orang. Menjadi berkat tidak hanya dalam bentuk pemberian uang, materi atau tenaga, bantuan informasi, tetapi juga melalui doa yang dipanjatkan pada Tuhan agar pihak lain yang berkomunikasi dengan kita memperoleh berkat melalui doa kita. Itulah makna doa syafaat, doa perantara. Kalimat-kalimat lengkap seperti kiranya kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu sekalian, adalah yang terbaik, akan tetapi singkatan GBU, TYM atau YBU merupakan bentuk doa kita kepada pihak yang berkomunikasi dengan kita.
Kesimpulan
Firman Tuhan yang kita baca minggu ini menjadi bekal yang baik dalam menyongsong peringatan lahirnya Tuhan Yesus Kristus. Kita diminta untuk terus merendahkan diri kita dan bersikap sebagai hamba dan sekaligus melihat diri kita menerima mandat sebagai utusan Kristus di dunia ini. Kita bersikap demikian karena janji yang diberikan-Nya melalui nabi-nabi telah menjadi nyata dengan peristiwa di Betlehem, Putra Daud telah menjadi manusia, sehingga kita menjadi pasti menerima janji-janji yang diberikan-Nya. Untuk menggapai itu, melalui ketaatan dan kesetiaan, kita dikuduskan-Nya secara terus menerus untuk bisa tetap menjadi milik-Nya. Kita dipanggil sebagai bagian dari bangsa-bangsa yang mengikut Dia. Mengikut dan menjadi saksi bagi-Nya, membuat Kristus hadir bagi semua dan kita benar-benar milik-Nya dan hidup (mati) kita adalah bagi Dia. Dengan demikian panggilan dan pemilihan Allah kepada diri kita tidak menjadi sia-sia.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan memberkati kita sekalian, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu IV Adven - 21 Desember 2025
Khotbah Minggu IV Adven – 21 Desember 2025 (Opsi 2)
NAMANYA IMANUEL (Mat. 1:18-25)
Minggu Adven keempat membawa kita lebih bersukacita, sebab beberapa hari lagi Natal tiba. Firman Tuhan bagi kita sesuai leksionari dari kitab Matius 1:18-25, menceritakan kabar kelahiran Yesus oleh malaikat kepada Yusuf, tunangan Maria. Kitab Lukas menceritakan kabar itu kepada Maria dan kitab Markus dibuka dengan kabar kelahiran Yohanes Pembaptis. Ketiga kitab ini saling melengkapi dan disebut Injil Sinoptik, yang berarti melihat bersama. Kitab Injil Yohanes melengkapinya dengan cara yang berbeda.
Pesan malaikat kepada Yusuf tentu mengagetkannya, sebab mereka baru bertunangan. Oleh karena tidak mau mencemarkan nama Maria di muka umum, maka Yusuf bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi pesan Tuhan kemudian datang kembali melalui mimpi kepada Yusuf, berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus" (ayat 20). Menyadari hal itu, ia pun taat. Imannya yang kokoh dan hatinya yang tulus, memberi teladan bagi kita tentang ketaatan terhadap suara Tuhan.
Dalam tradisi Yahudi, pemberian nama kepada anak adalah hak pihak laki-laki, yakni saat disunat usia delapan hari. Oleh karena itu pesan Allah tentang nama bayi itu diberikan kepada Yusuf. "... engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (ayat 21). Haleluya. Yesus dalam kata Ibrani yeshua dengan variasi Yoshua berarti (Allah) menyelamatkan. Yusuf pun mengambil Maria sebagai isterinya. Benarlah, hubungan yang baik dengan Tuhan tidak akan membiarkan kita bimbang bila dalam pergumulan. Yusuf yang selalu mendahulukan kehendak Allah, maka selalu diberikan jalan keluar.
Yusuf juga tahu tentang nubuatan dalam Yes 7:14 bahwa "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” – yang berarti: Allah menyertai kita. Imanuel sendiri merupakan "gambaran" tentang keberadaan Yesus sebagai inkarnasi Allah menjadi manusia. Kelahiran Yesus tanpa benih laki-laki pun merupakan salah satu penggenapan nubuatan kelahiran Yesus dalam PL, dari puluhan nubuatan lainnya, mulai dari Kej. 3:15 tentang keturunan perempuan yang akan menginjak kepala ular si iblis hingga Mi. 5:2 menubuatkan akan lahir di Betlehem dan Zak 9:9 tentang kedatangan Mesias.
Yesus Juruselamat yang hidup. Imanuel, Allah menyertai kita, berarti Kristus yang lahir di Betlehem adalah Allah sendiri yang datang ke dunia untuk memanggil kita, membebaskan kita dari beban dosa, dan hidup di antara kita umat-Nya. Janji itu telah digenapi. Allah Roh Kudus yang hidup terus bersama kita. Tetapi penyertaan-Nya sampai akhir zaman hanya jika kita ikut dalam tugas misi-Nya (Mat 28:20). Sudahkah kita merespon dan mengambil bagian ikut mengabarkan kelahiran bayi Yesus itu? Mari kita ikut ambil bagian untuk menyenangkan hati Tuhan.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan memberkati kita sekalian, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 14 Desember 2025
Kabar dari Bukit
TINDAKAN YANG TIDAK TERBAYANGKAN
"Engkau melakukan kedahsyatan yang tidak kami harapkan, seperti tidak pernah didengar orang sejak dahulu kala!" (Yes. 64:3b)
Dalam setiap memimpin Pemahaman Alkitab (PA) bahkan saat mengajar mahasiswa Sekolah Teologi, ketika ada kesempatan berdiskusi, saya sering bertanya: mengapa mereka percaya kepada Tuhan Yesus dan menjadi orang Kristen? Jawaban yang umum adalah mereka merasakan damai sukacita, Tuhan Yesus baik, hidupnya diberkati, Yesus itu penuh kasih, dan semacam itu. Kemudian saya katakan, apakah pengikut agama lain tidak merasa hal yang sama dengan percaya kepada allah dan nabi yang mereka ikuti? Mereka umumnya gelagapan juga menjawabnya, merasa ada sedikit benarnya.
Firman Tuhan bagi kita di Minggu III Adven yang berbahagia ini adalah Yes. 64:1-9. Pasal 63 dan 64 kitab Yesaya merupakan rangkaian doa umat Israel untuk belas kasihan Allah, memohon pemulihan mereka yang telah terbuang ke Babel; perasaan mereks hancur, berada pada titik nadir seolah Allah menjadi jauh.
Nas minggu ini sangat penting bagi kita di masa adven ini, mengingatkan beberapa hal. Pertama, perlu ada kerinduan campur tangan Allah dalam hidup kita. Allah dimohon turun tangan dalam segala pergumulan dan pengharapan yang kita miliki. Kita imani Allah yang hidup dan Maha Kuasa mampu “mengoyakkan langit dan turun" (ay. 1). Ia telah berbuat baik kepada kita dengan memberi kita kehidupan, berkat dan kesempatan yang mungkin kita sia-siakan. "Engkau melakukan hal-hal yang dahsyat yang tidak kami harapkan” (ay. 3).
Kedua, nas ini mengajak mengakui ketidaklayakan kita karena telah tercemar berbuat dosa. Tidak seorang pun kita sempurna di hadapan-Nya. Semua orang telah berdosa dan upah dosa adalah maut (Rm. 3:23; 6:23). Nas ini membuka kesadaran, "kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; ....menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami" (ay. 6).
Ketiga, ada keyakinan bahwa hanya Allah yang turun tangan untuk dapat mengubah diri dan menyelamatkan kita. Ia adalah Penjunan yang berdaulat penuh membentuk kita ciptaan-Nya, dan
dan kita adalah hanya tanah liat (ay. 8). Maka perlihatkanlah keterbukaan hati dan kerelaan untuk dibentuk kembali melalui kuasa Roh Kudus.
Keempat, umat Israel telah bersalah dengan mengabaikan Allah. Mereka mengandalkan diri dan Allah murka; yang telah mengingatkan, "Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat (Kel. 20:5). Oleh karena itu, melalui pesan nas ini, mohonkanlah: "Ya Tuhan, janganlah murka amat sangat dan janganlah mengingat-ingat dosa untuk seterusnya!" (ay. 9). "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu" (Kis. 16:31).
Allah Bapa terbukti penuh kasih dan kebaikan. Ia telah menyatakan diri-Nya, dengan "mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh. 3:16). Itulah Yesus, turun ke dunia, tindakan Allah Bapa yang tidak terbayangkan. Bahkan Yesus, Putra-Nya yang diutus, mati tersalib untuk menyelamatkan kita. Dan itu tidak dilakukan oleh nabi-nabi lain untuk umatnya.
Kini, mari kita melakukan keempat langkah tersebut, agar kita ikut diselamatkan bersama seisi rumah kita.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah (3) Minggu IV Adven - 21 Desember 2025
Khotbah Minggu IV Adven – 21 Desember 2025 (Opsi 3)
MENOLAK PERTANDA (Yes. 7:10–16)
Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki–laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (Yes. 7:14b)
Salam dalam kasih Kristus.
Dalam kehidupan sehari-hari, jawaban atas doa dan pengharapan tidaklah selamanya langsung diberikan oleh Tuhan. Nasihat yang lazim: tunggu! Semua akan indah pada waktunya (Pkh. 3:11). Namun, ada juga hamba Tuhan yang berkata: sebetulnya doa sudah dijawab dan diberi dalam iman, tapi wujudnya nanti; Bisa aja, … hehehe. Memang kadang ada yang tidak sabar, meminta jawaban atau pertanda segera, bahkan mengancam akan murtad. Whoaaaa.... Ini yang salah!
Meminta tanda itu sebenarnya Alkitabiah. Saya pun pernah mengalaminya. Namun bukan tuntutan, melainkan meminta tanda petunjuk dari Tuhan. Ceritanya, selepas kerja dari grup perusahaan Bukaka, saya dipinang oleh dua perusahaan. Saya bingung: mana yang akan saya pilih? Saya juga memberikan syarat dan kondisi yang sama. Namun, melalui doa, Tuhan memberikan hikmat, yakni agar saya meminta kepada mereka untuk mengirimkan email atau surat sebagai konfirmasi. Perusahaan yang duluan mengirimkan ialah pilihan Tuhan.
Puji Tuhan, petunjuk-Nya benar. Perusahaan yang terlambat mengirim, kemudian ditutup; dan pimpinannya masuk penjara! Ini kisah perusahaan jalan tol Ciawi–Sukabumi, dimana sebelumnya saya menjabat sebagai direktur utama.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu IV Adven yang berbahagia ini adalah Yes. 7:10–16. Judul perikopnya adalah “Pemberitaan mengenai Imanuel.” Perikop ini mengisahkan bangsa Yehuda yang sedang berada dalam tekanan, dan akan ada serangan dari bangsa Aram dan Efraim (Israel). Raja Ahas yang ketakutan ingin meminta bantuan raja Asyur, tetapi Nabi Yesaya memberi nasihat kepada Ahas agar tidak meminta bantuan dari luar, tetap percaya saja kepada Allah sebab itu hanyalah gertakan (ay. 6–7).
Raja Ahas tidak sabaran dan menolak pertanda, kemudian Nabi Yesaya dengan sedikit kesal mengatakan, “belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga? Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (ay. 13b–14).
Ayat ini kemudian digenapi ketika malaikat berkata kepada Yusuf dalam mimpinya, bayi yang lahir itu akan diberi nama Imanuel yang berarti: Allah menyertai kita (Mat. 1:23). Dialah Yesus yang kita rayakan di sukacita Natal ini.
Nas minggu ini mengajarkan: janganlah kita mengandalkan pikiran, menolak suara (hamba) Tuhan,. dan pertanda. Allah telah memberi petunjuk kepada Ahas: “Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut....” (ay. 4). Ahas hanya perlu menanti dalam iman, Tuhan pasti akan bertindak (ay. 9). Namun, terkadang manusia berpikir situasinya sudah genting, harus diselesaikan, sehingga mencari jalan keluar sendiri! Ahas mengandalkan pikirannya yang terbatas dan tetap meminta bantuan Asyur (2Raj. 16:5–18; 2Taw. 28:16–21). Akibatnya memang buruk.
Waktu dan cara pandang Tuhan tidaklah sama dengan manusia (Yes. 55:8–9; Mzm. 94:11) Seringnya kita merasakan genting dan kritis, padahal itu berakar dari ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan. Mungkin terlalu menjaga gengsi, harga diri, nama, padahal semuanya sia-sia, hanya sementara. Bersama Tuhan, bersabarlah dan bertekunlah. Tetaplah percaya dan berdoa, didasari iman yang kuat. Sebab doa tanpa iman, apalagi tidak sungguh-sungguh, memang hilang kuasanya (Yak. 5:15–17).
Meminta pertanda itu bagus, tetapi memaksakan tanda terjadi, atau tidak percaya sama sekali, sama saja tidak percaya Tuhan. Sebagaimana Ahas yang menolak tanda dan tidak percaya, akibatnya dihukum. Asyur malah kemudian menyerang Yehuda; bantuan yang menjadi bencana!
Mari belajar berhikmat serta percaya kepada suara Tuhan, baik melalui doa atau melalui hamba-Nya. Imanuel, Allah menyertai kita!
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan memberkati kita sekalian, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu III Adven - 14 Desember 2025
Khotbah Minggu III Adven – 14 Desember 2025
BERSABAR DAN BERTEGUH HATI (Yak. 5:7-10)
Bacaan lainnya: Yes. 35:1-10; Mzm. 146:5-10; Mat. 11:2-11
Pendahuluan
Kitab Yakobus salah satu kitab yang padat sebab membahas hubungan iman dengan perbuatan. Pasal 1 kitab ini menjelaskan orang percaya harus berdiri teguh sebab memiliki iman. Dengan iman itu kita harus berkarya dan bukan iman yang mati (pasal 2), sementara pasal 3 mengajar kita untuk memelihara lidah dalam bercakap-cakap sebagai buah iman yang baik. Pasal 4 tentang perasaan kita sebagai orang percaya yang diminta taat dan tunduk pada kehendak Allah, dan terakhir pasal 5 yang menjadi bahan renungan kita minggu ini, berbicara tentang sikap kita dalam bersabar dan berteguh hati. Bagian ini sebenarnya merupakan terusan dari peringatan Yakobus terhadap orang kaya yang membuat orang miskin menjadi menderita, dan nas ini merupakan kekuatan dan penghiburan bagi mereka.
Pertama: Bersabar seperti petani menunggu musim (ayat 7)
Ada beberapa ayat dalam Alkitab yang menempatkan petani sebagai referensi. Pertama, Alkitab menyebutkan bahwa "seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya" (2Tim. 2:6). Kedua, sesuai dengan nas minggu ini, bahwa petani harus bersabar menanti hasil itu. Pada kitab Injil Matius dan lainnya diibaratkan juga soal kerajaan Allah itu seperti menabur benih (seperti petani), dan petani yang baik akan menaburkan di tanah yang baik, bukan dipinggir jalan atau di tanah yang keras atau penuh semak duri, dan menjaga tanamannya dari segala gangguan dan hama. Dari ketiga pokok nas itu dapat dilihat bahwa seorang petani untuk dapat memperoleh hasil yang baik, hendaklah penuh dengan hikmat: dari masa mulai menanam, melihat lahan dan musim, bekerja keras selama masa pengolahan dan pemeliharaan, dan terakhir bersabar dalam menanti hasil yang baik dari semua jerih payahnya itu.
Meskipun benihnya baik dan ditabur di tempat yang baik, saat menanam yang tepat, dijaga dari segala gangguan, seorang petani juga tetap harus bersabar agar tanamannya bertumbuh; ia tidak dapat mempercepat proses panen yang lebih cepat. Petani mesti menanti dengan pengharapan akan hujan musim semi (untuk masa pertumbuhan) yang memberi hasil banyak pada ladangnya. Namun dalam penantian itu banyak hal yang dapat dilakukan oleh petani, seperti memberi pupuk dan menjaga agar ilalang, hama dan pencuri tidak datang merusak tanamannya. Itu semua pekerjaan dan karya yang harus ia lakukan dan juga melalui rintangan yang harus dia hadapi agar panennya tidak rusak dan mendapatkan hasil buah yang baik. Ia harus bersabar dan itu merupakan pengharapan dan kepercayaan pada pemeliharaan Allah yang Mahakuasa atas tanamannya itu.
Demikian juga orang percaya dalam penantian datangnya Kristus menjemput kita dari dunia ini. Kita tidak dapat melakukan apapun agar Kristus datang lebih cepat. Tapi pengharapan dan penantian kita bukanlah pengharapan yang pasif. Dalam penantian itu kita diminta untuk terus bekerja dan berkarya mewujudkan buah dari iman dalam membangun kerajaan-Nya. Datanglah kerajaan-Mu dalam Doa Bapa Kami bermakna demikian. Orang percaya sama halnya dengan petani harus hidup dalam iman, mencari dan melihat pengharapan di depan akan buah dari kerja dan karya iman dalam kehidupan yang dipraktekkan. Jangan berpikir bahwa Kristus tidak datang. Berkaryalah dalam iman untuk membangun kerajaan-Nya, yang pasti datang bila saatnya tiba. Dalam berkarya itu mungkin dapat muncul kesulitan dan penderitaan, menanggung ketidakadilan dan penganiayaan, tetapi seperti petani tadi kita diminta bersabar dan percaya tetap pada pemeliharaan Allah (Rm. 8:28; 12:12).
Kedua: Jangan bersungut-sungut dan mempersalahkan (ayat 8-9a)
Ketika sesuatu terjadi tidak sesuai dengan keinginan hati, maka lazimnya yang muncul adalah kecewa, rasa kesal dan dapat timbul sungut-sungut. Bahkan ada kalanya kita menyalahkan orang lain atas ketidaksesuaian itu, kerugian atau rasa sakit yang kita alami. Memang lebih mudah menyalahkan orang lain dibanding dengan ikut merasa bertanggungjawab dan prioritas mencari jalan keluar dari masalah yang ada. Akan tetapi perlu disadari, bersungut-sungut dan menyalahkan pihak lain adalah perbuatan yang dapat merusak dan menjadi dosa. Sebelum kita menyalahkan dan menghakimi orang lain, kita ingatlah Kristus yang akan datang menghakimi (Mat. 7:1-5; 25:31-46). Kristus tidak membiarkan kita lari dari tanggungjawab dan memindahkan segala perbuatan dosa itu kepada orang lain.
Jelas, setiap orang pasti tidak menyukai masalah dan tidak seorang pun yang tahu eaktunya mendapat masalah. Semua orang berusaha jauh dari masalah dan penderitaan. Doa Bapa Kami juga menegaskan agar kita jauh dari pencobaan. Kalau seseorang melakukan korupsi atau pembunuhan, maka tentu sudah terpikirkannya bahwa suatu saat ia akan menghadapi masalah pengadilan dan penjara. Mungkin saja ia berpikir dapat lolos dari pengadilan di dunia ini, tetapi ia tidak akan lolos dari pengadilan sorgawi. Ia juga bisa menyalahkan atasan atau orang lain untuk berdalih atau menghindar, tapi itu menjadi percuma dan sia-sia. Hidup juga tidak selalu demikian, bahkan seringkali kita tidak tahu mengapa masalah itu datang kepada kita? Kadang Tuhan tidak menjawab alasannya dan karena itu menuduh Tuhan tidak adil, bertindak sewenang-wenang atau tidak peduli. Padahal, Allah memiliki rencana sendiri yang manusia kadang kala tidak bisa menjangkau dan memahaminya.
Kita mendapatkan pelajaran hidup dari kisah Ayub bahwa mengenal dan mengetahui Allah lebih baik daripada mendapatkan jawaban-Nya. Ia berbuat kesalahan dengan cara menuruti keinginannya dengan berdialog dengan teman-temannya untuk mengetahui mengapa ia harus menderita dan terus bertanya kepada Tuhan, mengapa semua itu terjadi pada dirinya. Ayub yang berusaha menyalahkan Tuhan karena dihasut teman-temannya, akhirnya menyadari Allah mengasihinya, dan menyadarkan kita bahwa tidak selamanya penderitaan merupakan penghukuman karena dosa. Oleh karena itu penderitaan harus dihadapi dan dijadikan sebagai ujian dan jalan pertumbuhan iman. Sebagaimana Ayub, seorang yang penuh dengan iman, sabar dan tabah dalam penderitaan memberi inspirasi dan keteladanan, akhirnya memperoleh kemenangan dan berkat yang lebih banyak.
Ketiga: Hakim berdiri di depan pintu (ayat 9b)
Sebagaimana dinyatakan pada bagian awal, nas ini merupakan kelanjutan peringatan kepada orang kaya. Mereka yang kaya sering bertindak sewenang-wenang dan tidak peduli pada mereka yang miskin. Tindakan seperti itu jelas membuat mereka dihukum dan peringatan datangnya hari Tuhan membuat firman ini mengambil istilah: hakim pada hari Tuhan itu sudah berdiri di depan pintu. Artinya, mereka yang mengabaikan keadilan dan kasih sayang akan diadili dan memperoleh hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka yang jahat. Kita tidak bisa mengatakan bahwa firman itu salah, sebab kenyataannya setelah 2000 tahun Hakim itu tidak datang dan dunia belum berakhir. Poin yang ditegaskan adalah bahwa kesempatan akhir dari pertobatan itu terbatas dan pintu itu bisa tertutup setiap saat dan Hakim yang adil itu ada berdiri di sana (band. Mat. 24:33; Mrk. 13:29).
Kedatangan Tuhan Yesus dan berdirinya Sang Hakim di pintu merupakan dasar kesabaran dan pengharapan orang percaya. Itu menjadi motivasi agar kita bertekun dalam iman dan menjadi sumber penghiburan atas penderitaan yang kita alami. Tuhan Yesus menjadi Hakim yang adil bagi mereka yang berbuat jahat dan memberi pahala dan upah bagi mereka yang setia dan bersabar, serta membebaskan dari beban yang diderita. Melalui cara pandang dan melihat dengan mata rohani akan rencana Tuhan yang indah, semakin menguatkan kita dalam menghadapi masalah dan penderitaan yang ada. Sebagaimana dikatakan oleh ahli, seseorang dapat kuat menanggung dan melewati beban penderitaan hanya didasarkan keyakinan bahwa beban itu memiliki arti dan makna dalam hidupnya. Tanpa kesadaran dan pemahaman itu, maka biasanya orang dapat mudah kalah dan mengambil jalan pintas untuk mengakhiri penderitaannya, yang sayangnya sering tidak berkenan kepada Tuhan.
Keempat: Meneladani penderitaan para nabi (ayat 10)
Nas ini mengingatkan kita juga untuk mengambil teladan dari penderitaan para nabi. Kita dapat melihat banyak nabi-nabi yang menderita dan bahkan harus dibunuh demi untuk membela Allah, mulai dari Musa yang harus menderita karena menyediakan keinginan umat Israel (Kel. 17:1-7), Daud yang harus menderita oleh perbuatan jahat Saul (1Sam. 20-27), para nabi yang dibunuh (1Sam. 22 dan 1Raj. 18:3-4), Daniel bersama rekan-rekannya harus dimasukkan ke dalam kandang singa (Dan. 6), dan kisah Ayub di atas yang harus kehilangan harta dan anak-anaknya (Ay. 1:8-12; 2:3-7). Penderitaan tokoh dan para rasul di Perjanjian Baru juga merupakan kisah yang memberi keteladanan dan inspirasi bagi kita, seperti Stefanus yang dibunuh (Kis. 6-7), Petrus, Yohanes, Timotius, dan Paulus yang dipenjara tanpa ada kejelasan, bahkan Yakobus yang dibunuh oleh Herod demi untuk menyenangkan orang Yahudi (Kis. 12:1-2).
Penderitaan dapat datang karena ketaatan pada Tuhan sebagaimana dialami oleh para nabi (dan rasul) di atas. Demikian juga dengan umat Israel harus menanggung beban yang lebih berat karena ketaatan mereka dengan mengerjakan pembuatan batu bata yang lebih banyak (Kel. 5:4-9). Tetapi semua itu tergantung kepada kita, bagaimana merespon atas penderitaan itu. Kisah Ayub memberikan bukti bahwa respon itu tergantung kepada bagaimana kita beriman kepada Allah (Ay. 3:11; 21:22) Rasul Paulus melihat bahwa hal yang dideritanya membawa kemajuan dalam pemberitaan Injil (Flp 1:12-14). Semua itu akan memberikan pengembangan internal kerohanian kita, sebagaimana dikatakan dalam firman-Nya, “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya (1Pet. 5:10; band. Im. 26:40-45)
Kita lihat juga Tuhan Yesus harus menderita bagi kita, diolok-olok para Imam dan ahli Taurat (Mrk. 15:31). Akan tetapi itu semua membuat Yesus semakin sempurna, “Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah -- yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan ---, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan (Ibr. 2:10). Alkitab berkata, “Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu" (Mat. 5:12). Oleh karena itulah kita diminta untuk terus berkarya, tidak putus asa dan lalai, menggunakan waktu yang tersedia untuk menyambut Sang Raja Kemuliaan, meninggalkan segala perbuatan yang jahat dan membuat diri kita tidak bercatat dan kudus, sebab itulah yang berkenan kepada-Nya.
Penutup
Dalam menyongsong peringatan lahirnya Sang Raja Kemuliaan itu, Yakobus mengingatkan orang percaya untuk bersabar sampai kedatangan Kristus yang kedua kali. Kita harus bersabar bagaikan petani yang menanti hasil panen. Kerja keras dan menjaga gangguan dari segala godaan menghasilkan buah yang baik dan lebat. Apabila dalam melaksanakan karya itu kita harus menderita, walau tidak jelas sebab musababnya, maka kita tetap diminta sabar dan berteguh hati, tetap setia kepada Allah. Bersabar dan berteguh dalam pengharapan dan penantian sampai Hakim itu berdiri di depan pintu, menegakkan kebenaran dan menghukum mereka yang jahat, sebagaimana para nabi (dan rasul) telah menderita, begitu jugalah sikap kita dalam menghadapi segala penderitaan.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan memberkati kita sekalian, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu IV Adven - 21 Desember 2025Khotbah Minggu IV Adven – 21 Desember 2025 DIPANGGIL MENJADI...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu IV Adven - 21 Desember 2025Khotbah Minggu IV Adven – 21 Desember 2025 (Opsi 2) NAMANYA...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu IV Adven - 21 Desember 2025Khotbah Minggu IV Adven – 21 Desember 2025 (Opsi 3) MENOLAK...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 22 guests and no members online
