2025
2025
Khotbah Minggu Pertama Setelah Pentakosta, Minggu Trinitas - 15 Juni 2025
Khotbah Minggu Pertama Setelah Pentakosta, Minggu Trinitas - 15 Juni 2025
MEMIMPIN KE DALAM KEBENARAN (Yoh 16:12-15)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Ams 8:1-4, 22-31; Mzm 8; Rm 5:1-5
Pendahuluan
Mulai minggu ini kita akan masuk dalam minggu-minggu pasca pentakosta hingga sampai pada minggu Kristus Raja, sebelum masuk kembali ke minggu adven. Minggu pertama ini disebut dengan minggu Trinitas, hal mana peran ketiga Allah kita yang Esa itu sudah saling menggenapi setelah Yesus naik ke sorga dan Roh Kudus dicurahkan. Dalam minggu ini dari firman yang dibaca kita akan melihat bagaimana peran Roh Kudus secara lebih spesifik diberikan untuk menolong orang percaya tentang tuntunan kepada kebenaran, membing ke masa depan, sekaligus untuk meneguhkan dan memuliakan Tuhan Yesus. Dari firman tersebut kita mendapatkan renungan sebagai berikut.
Pertama: pertumbuhan rohani murid yang berkelanjutan (ayat 12)
Setiap orang percaya ketika dipanggil menjadi murid akan masuk dalam proses pemahaman dan pengertian akan Pribadi Yesus dan peran-Nya. Para murid bersama-sama dengan Yesus hanya selama tiga tahun. Meskipun terus menerus bersama Yesus, pemahaman dan pengertian mereka akan Yesus tetap masih belum lengkap dan menyeluruh. Sama seperti dalam sekolah, ibarat di sekolah tinggi atau universitas, belajar selama tiga tahun baru dalam tingkatan diploma atau sarjana muda, kesarjanaannya belum utuh. Bahkan, dalam tingkatan perkuliahan, masih jauh dari tingkatan doktoral atau setara S3.
Maka ketika Tuhan Yesus naik ke sorga, Ia mengingatkan bahwa pemahaman mereka belum menyeluruh. Yesus memahami keterbatasan waktu yang tersedia, sehingga Ia perlu mengingatkan masih banyak yang mereka harus pelajari dan itu tidak mungkin diberikan oleh Yesus sekaligus. Oleh karena itu, Yesus menekankan mereka perlu belajar dan untuk itu mereka juga tidak sendirian, sebab ada Guru yang baru yaitu Roh Kudus yang membimbing mereka untuk memahami semua tentang Yesus dan juga rencana Allah Bapa bagi para murid dan orang percaya. Kalau kebersamaan mereka sebelumnya dengan Tuhan Yesus secara fisik, maka dengan Guru baru ini kebersamaan para murid adalah secara rohani.
Demikian juga kita, dalam memahami Yesus, kita harus bagaikan anak kecil yang selalu rindu membutuhkan pemahaman dan hikmat yang lebih baik. Rasul Petrus mengatakan hendaklah kita sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan (1Pet 2:2). Dengan demikian kita ada dalam kerendahan hati dan sekaligus bersemangat untuk belajar dan memahami lebih dalam dan luas, sehingga kita mengerti dan dapat menjadi serupa dengan Dia.
Kedua: memimpin ke dalam kebenaran (ayat 13a)
Sebelum kita mengenal Tuhan Yesus, maka kecendrungan yang terjadi kita akan mudah masuk dalam dosa. Pandangan dan sikap duniawi kita akan mendorong kita untuk serupa dengan dunia ini, dan akhirnya jauh dari kehendak Allah. Demikian juga sebagai orang yang baru mengenal Yesus dan belajar tetang firman-Nya, kita juga mungkin akan mudah masuk dalam kesalahan yang tidak disengaja karena pemahaman yang salah akan maksud firman, baik dari maksud tersurat (bahasa dan terjemahan) maupun tersirat (tafsiran konteks). Apabila kita ada dalam situasi demikian, maka sebearnya kita tetap tidak ada dalam kebenaran. Padahal Alkitab berkata bahwa "segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2Tim 3:16).
Demikian juga para murid, sepeninggal Tuhan Yesus, mereka terus bertekun dalam persekutuan dan pembelajaran sehingga rohani mereka bertumbuh dan pemahaman menjadi lebih dalam, bahkan mereka sampai mampu menuliskan secara baik apa yang menjadi pesan dan maksud Tuhan Yesus. Tentu semua itu terjadi hanyalah karena Roh Kudus telah menolong mereka untuk memahami semua peristiwa itu, membantu para murid dalam menjelaskna maksud dan rencana Tuhan bagi kita yang mau diselamatkan. Apabila tadinya para murid dapat bertanya langsung kepada Tuhan Yesus tentang hal-hal yang mereka belum ketahui dan fahami, maka kini para murid harus berdoa, merenungkan dan meminta penerangan dari Roh Kudus akan peristiwa yang mereka sudah alami.
Roh Kudus meyakinkan para murid dan orang percaya tentang jahatnya dosa dan akibatnya bagi yang melakukannya. Ia menyatakan kebenaran yang sudah disampaikan oleh Kristus dan konsekuensi penghukuman apabila tidak mengkuti dan mentaatinya. Dengan Roh Kudus, semua harus dibukakan dan tidak ada lagi yang terselubung sehingga hidup orang percaya adalah hidup di dalam kebenaran (band. 2 Kor 3:18). Roh Kudus menginsyafkan dan memimpin para murid dan kita orang percaya ke dalam kebenaran yang sejati dan hidup kita berkenan kepada Tuhan Yesus. Roh Kudus memimpin para murid dan orang percaya untuk bisa membedakan hal yang buruk dan baik. Ia menuntun dengan sabar dalam proses tersebut, sebab bisa saja kita salah dalam pembelajaran. Sebab hanya mereka yang mau menerima kebenaran serta taat yang akan dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus.
Ketiga: memberitakan hal-hal yang akan datang (ayat 13b)
Ketika Tuhan Yesus bersama para murid, banyak sekali hal yang dikatakan oleh Tuhan Yesus yang berhubungan dengan masa mendatang. Hal itu tidak hanya dalam pengertian peristiwa sejrah dan peristiwa alam yang akan terjadi, tetapi juga dalam pengertian hubungan orang percaya dengan Allah Bapa. Tuhan Yesus menceritakan tentang Bait Allah yang akan diruntuhkan (Mat 24:1-2) dan juga tentang akhir zaman yakni tentang masa penderitaan dan kedatangan Anak Manusia (Luk 24; Mrk 13 dan Luk 21). Namun Tuhan Yesus juga berkata tentang peristiwa rohani yakni pengabulan doa (Mat 7:7; Luk 11:9-13), penebusan dan pengampunan, serta keselamatan dan hidup yang kekal.
Jelas bagi para murid hal itu bukan sesuatu yang mudah dicerna dan difahami. Terlebih lagi, umat Israel sendiri dan Perjanjian Lama tidak begitu memberikan gambaran tentang hidup kekal itu. Kebersamaan mereka yang hanya tiga tahun tidak cukup untuk menjelaskan itu semua, sehingga Tuhan Yesus menyatakan, di samping memimpin para murid ke dalam kebenaran, Roh Kudus juga akan memberitakan hal-hal yang akan datang. Apa yang Tuhan Yesus telah sampaikan sampai menjelang Ia naik ke sorga, seperti “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, jelas mereka belum mengerti. Namun, berkat pertolongan Roh Kudus mereka melakukannya dan berhasil.
Oleh karena itu dapat kita lihat, setelah Yesus naik ke sorga, yakni lebih dari 30-an tahun saat Matius menuliskan Injil Matius hingga 80-an tahun pada saat Yohanes menuliskan kitab Wahyu, para murid menuliskan tentang gambaran yang lebih detail dan jelas tentang hal-hal yang disampaikan oleh Tuhan Yesus, sebagaimana yang bisa kit abaca dalam kitab-kitab dan surat-surat yang ada dalam Perjanjian Baru. Roh Kudus bekerja di dalam diri para murid untuk membangkitkan dan memperdalam kesadaran akan maksud dan peran Tuhan Yesus dalam kehidupan mereka dan juga bagi semua orang percaya. Kalau tadinya Tuhan Yesus hanya sedikit menceritakan tentang kehidupan yang akan datang (sebagaimana dituliskan dalam keempat Injil), maka para murid dapat menjelaskan lebih detail dan lengkap tentang apa yang akan dihadapi oleh para murid dan orang percaya apabila mereka mengikuti-Nya dan juga sekaligus bagi yang menolak Dia. Dengan demikian, meski Yesus tidak bersama kita lagi secara fisik, Yesus tetap hadir bersama kita secara rohani melalui Roh KudusNya dan tidak ada jarak yang memisahkan antara kita dengan Dia di dalam hati kita.
Keempat: memuliakan Yesus (ayat 14-15)
Hal terakhir yang disampaikan Tuhan Yesus adalah apapun yang disampaikan oleh Roh Kudus kepada para murid dan orang percaya, itu merupakan hal yang diterima-Nya dari Kristus. Untuk ini kita tidak dapat menafsirkan kalimat tersebut seolah-olah menempatkan Roh Kudus adalah pembawa pesan saja dan berada dalam posisi yang tidak sejajar dengan Tuhan Yesus. Tetapi apa yang dimaksudkan oleh Yesus adalah Yesus dan Roh Kudus itu adalah Satu, sehingga apa yang diberikan dan disampaikan oleh Roh Kudus, sebenarnya adalah sama dengan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus sebab mereka adalah satu.
Melalui Roh Kudus Yesus hadir kembali kedalam hidup para murid dan orang percaya untuk menyatakan kasih karunia-Nya, dan secara lebih luas dan khusus persekutuan yang didapatkan dengan Roh Kudus akan semakin akrab dan dekat dan berlangsung setiap saat. Roh Kudus membuat nyata akan kasih dan penyertaan-Nya, sebagaimana dahulu Yesus hadir dan nyata serta siap untuk memberikan pertolongan, maka Roh Kudus juga selalu siap untuk memberikan pertolongan termasuk kuasa-kuasa mukjizat yang menyertai-Nya.
Dengan demikian, melalui pekerjaan Roh Kudus, Yesus tetap ditinggikan dan dimuliakan. Para murid dan orang percaya tidak dapat menganggap mereka mendapatkan RAJA yang baru, pemerintahan dan kerajaan yang baru dan menempatkan serta meninggikan Roh Kudus menggantikan Tuhan Yesus. Roh Kudus diutus bukan untuk mendirikan kerajaan yang baru, tetapi meneguhkan kemuliaan Bapa sebagaimana Tuhan Yesus telah melakukan sebelumnya. Allah yang ditinggikan dan secara otomatis juga memuliakan Tuhan Yesus sebab apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya memang benar dan sesuai dengan kehendak Bapa.
Kesimpulan
Dalam minggu pasca pentakosta ini, khususnya dalam minggu Trinitas ini, kembali kita diingatkan tentang Allah Tritunggal kita yang pada hakekatnya adalah ESA dan SATU. Apa yang dinyatakan oleh Allah Bapa di dalam perjanjian lama dan kasih-Nya kepada manusia, telah dinyatakan kembali oleh Tuhan Yesus dengan keberadaan-Nya yang singkat di dunia ini. Namun, kehadiran Roh Kudus menjadikan kasih Allah itu kembali dinyatakan dengan penyertaan-Nya yang setiap saat bagi orang yang mau mengikut Tuhan Yesus. Penyertaan-Nya bukan hanya membuat iman dan rohani kita bertumbuh terus menerus, melainkan juga memimpin kita ke dalam kebenaran sejati, serta memberitakan hal-hal yang akan datang yakni masa depan kita yang indah bersama Tuhan Yesus dalam kerajaan sorga yang akan digenapi.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu Pertama Setelah Pentakosta, Minggu Trinitas - 15 Juni 2025
Khotbah (2) Minggu Pertama Setelah Pentakosta
Minggu Trinitas - 15 Juni 2025
IMAN DAN PENGHARAPAN (Rm. 5:1-5)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu I setelah Pentakosta ini diambil dari Rm. 5:1-5. Nas ini memberitakan pembenaran orang percaya sebagai manusia berdosa. Rm. 3:23 menuliskan: "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." Manusia yang terdiri dari daging dan nafsu duniawi tidak bisa total mematikan itu sama sekali, meski firman-Nya memerintahkan hal itu (Kol. 3:5).
Kini semua dosa yang kita lakukan tidak lagi ditebus dan dibersihkan dengan membawa persembahan hewan sesuai PL, yang darahnya dipercik-dipercikkan oleh Imam besar. Darah Yesus telah tercurah di bukit Golgota. Kita imani bahwa Ia mati demi kita dan menjadi Juruselamat. Itulah yang membuat kita menjadi bersih dan dikuduskan. Korban hewan telah digantikan Tubuh Yesus yang tersalib. Sungguh anugerah besar yang kita terima. Hukum Taurat telah diperbaharui dengan Hukum Anugerah dengan kasih Bapa melalui Tuhan Yesus.
Dengan dibenarkan dan dosa diampuni, orang percaya mestinya hidup dalam damai sejahtera. Menjadi serupa dengan Tuhan Yesus itulah yang menjadi tujuan sekaligus pegangan perjalanan hidup kita (Rm. 22:2; Flp. 3:10). Damai dengan Tuhan dan sesama, lingkungan, dan sejahtera dalam kehidupan dengan selalu bersyukur dan merasa cukup. Itu juga yang membuat kita layak berdiri bermegah atas status baru tersebut. Dan, masih ditambahkan bonus yakni kemuliaan, meski semua itu kelak digenapi dalam pengharapan (ayat 3). Kenapa pengharapan? Itu bukan karena tidak pasti, tetapi karena bisa ada yang tidak setia. Roh manusia masih bisa dikalahkan oleh roh iblis bila tidak berjalan bersama Roh Allah. Pengharapan pun sirna lenyap.
Jalan dan rancangan manusia tidak selalu sama dengan jalan dan rancangan Allah, kadang-kadang sejauh bumi dan langit (Yes. 55:9). Sebenarnya rancangan Allah selalu indah, yakni damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan (Yer. 29:11). Ketika kenyataan datang berbeda, yang datang adalah penderitaan, semua harus dilihat dengan mata rohani. Penderitaan bisa datang untuk ujian kenaikan iman dan berkat. Nas Minggu I setelah Pentakosta ini menekankan, agar selalu melihat penderitaan dan kesengsaraan justru menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan (ayat 4). Jadi siklusnya kembali ke rancangan Allah yang indah.
Dan semua itu pasti bisa kita lalui, karena Allah akan terus menyertai jika kita berserah. Roh Kudus telah dicurahkan (ayat 5). Ia akan menyertai, menguatkan dan menuntun kita hingga tidak sampai jatuh tergeletak (Mzm. 37:24; 1Kor. 10:13). Semua pasti, tidak mengecewakan dan menjadi pemenang. Roh Kudus telah diam di hati kita sebagai meterai dan jaminan Allah; kita telah dibenarkan, dikuduskan, dikuatkan, dan disiapkan tempat yang indah kelak bersama-Nya. Tetaplah dalam iman kepada-Nya. Tetap taat dan setia. Terpujilah Tuhan Yesus.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 8 Juni 2025
Kabar dari Bukit
JANGAN GELISAH DAN GENTAR (Yoh. 14:25-27)
“Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan Aku memberi kepadamu tidak seperti dunia memberi. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yoh. 14:27)
Hari Minggu ini adalah hari raya Pentakosta, disebut juga Hari Pencurahan Roh Kudus dan Hari Lahirnya Gereja. Tentu kita sudah merasakan manfaat dan pentingnya bergereja dalam kehidupan iman dan persekutuan. Alkitab juga memerintahkan untuk tidak menjauh dari persekutuan ibadah tersebut (Ibr. 10:25).
Firman Tuhan bagi kita hari Minggu ini adalah Yoh. 14:25-27; ini bagian Yoh. 14 yang berisi pesan-pesan Tuhan Yesus sebelum Ia ditangkap dan disalibkan. Pasal 14 ini dibuka dan diulangi pada ayat 27 dengan pesan: Jangan gelisah hatimu. Kita bisa membayangkan para murid-Nya, saat situasi belum kondusif dan banyak yang memusuhi, Yesus pergi.
Menghadapi situasi itu, Yesus meneguhkan meski Ia pergi, akan ada “Penolong, yaitu Roh Kudus,... Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan mengingatkan kamu akan semua yang telah kukatakan kepadamu” (ay. 25). Dan kita tahu janji Yesus ini telah digenapi pada peristiwa di kamar atas, tatkala kuasa Roh Kudus dicurahkan berbentuk tiupan angin keras dan lidah nyala api (Kis 2:1-21).
Hal kedua yang disampaikan tentang damai sejahtera dari-Nya (Yunani Eirene; Ibrani Shalom). Damai sejahtera dari Yesus tidak sama dengan yang diberikan oleh dunia (ay. 27b). Kita boleh saja merasakan damai dalam konteks dunia, artinya tidak ada perang, konflik dan permusuhan (KBBI); dan sejahtera dalam arti pekerjaan mantap, fisik sehat, makmur memiliki kekayaan. Tapi sejahtera duniawi bila tidak bijak, membawa kepada keserakahan, kesombongan, bahkan stres dan cemas, membuat hidup kita tidak fokus pada Allah.
Ini berbeda dengan damai sejahtera yang diberikan Tuhan Yesus. Damai-Nya akan memenuhi kesejahteraan rohani kita, dalam wujud ketentraman, keselarasan, kebahagiaan dan hubungan baik dengan Tuhan Pencipta dan sesama. Damai sejahtera Yesus, memberi ketenangan akan keselamatan kekal dan kepastian berjalan bersama-Nya sepanjang hidup.
Ketiga, Roh Kudus yang diberikan kepada kita adalah Roh Penolong, Penghibur, Pembela, dan Roh Kebenaran. Nas ini menegaskan bahwa Roh Kudus “akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (ay. 26b). Kita yang sudah dibekali sejak mengaku percaya, tentunya tidak ingin kehilangan tujuan dan makna hidup sesuai rencana-Nya; Roh Kudus yang akan menjaganya.
Kunci damai sejahtera di dalam Yesus adalah memahami kebenaran sebagaimana dituliskan pada Rm. 14:17. Kerajaan Allah atau sorga bukan soal makanan dan minuman (termasuk harta), melainkan tentang kebenaran, damai sejahtera dan sukacita. Damai sejahtera tidak mungkin terjadi jika tidak tahu kebenaran keselamatan dalam Yesus dan hal utama dalam hidup. Hal lainnya: mengenal firman-Nya, rajin berdoa dan bersekutu, menjauhi pergaulan buruk, tahu dampak dosa, dan berkomitmen.
Terakhir, sebagaimana murid, dalam menjalani kehidupan, kita tentunya menghadapi masalah. Atau, tujuan hidup masih tidak jelas, tiada ketenangan jiwa, gelisah dan gentar pun melanda. Nas minggu ini mengingatkan, Yesus dan Roh Kudus ada dan hadir menolong kita. Mungkin tidak langsung menyelesaikan masalah seperti kita mampu membayar hutang atau dapat pekerjaan setelah di PHK, tapi Roh Kudus, Allah kita yang hidup, akan memberikan penghiburan dan pembelaan serta menolong kita keluar dari masalah yang dihadapi. Selamat berkarya bersama Roh Kudus.
Selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu Pertama Setelah Pentakosta – Minggu Trinitas
Khotbah (3) Minggu Pertama Setelah Pentakosta, Minggu Trinitas - 15 Juni 2025
HIKMAT ATAU KEMUNAFIKAN? (Ams. 8:1-31)
“Aku, hikmat, tinggal bersama-sama kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan” (Ams. 8:12)
Salam kasih dalam Kristus.
Hari ini Minggu Trinitas, minggu yang meneguhkan iman percaya kita tentang Allah dalam tiga wujud, Satu hakekat: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ini satu seri rangkaian yakni Allah Bapa mengaruniakan Tuhan Yesus yang turun ke bumi di hari Natal; melayani, mati, dan bangkit serta naik ke sorga. Kemudian turunlah Roh Kudus yang kita rayakan minggu lalu.
Firman Tuhan bagi kita di hari minggu ini dari Ams. 8:1-31. Judul perikopnya: Wejangan hikmat. Renungan paralelnya menurut leksionari adalah Mzm. 8; Rm. 5:1-5 dan Yoh. 16:12-15. Dua nas terakhir renungannya dapat dibaca di website www.kabardaribukit.org. Amsal ini berbicara tentang hikmat. “Bukankah hikmat berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suaranya? .... Hai, para pria, kepadamulah aku berseru, kepada anak-anak manusia kutujukan suaraku” (ay. 1, 4).
Hikmat lebih berharga daripada permata (ay. 11). Maka, manusia perlu mencarinya dan menemukan kebenaran yang sejati di dalam Tuhan Yesus. Sebagaimana penulis Amsal, Raja Salomo, melihat dengan imannya keberadaan hikmat di dalam Tuhan Yesus. “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.” Ayat berikutnya menjelaskan bahwa anak manusia telah ada sebelum dunia dijadikan, sebelum air samudera raya ada, langit masih dipersiapkan, sebelum diberi batas kepada laut, Hikmat dan Tuhan Yesus telah ada (ay. 22-31).
Kini pertanyaan bagi kita, bagaimana kita menghargai hidup yang kita jalani saat ini? Apakah dengan banyaknya uang dan harta yang kita miliki? Atau, jabatan yang ada dan pernah kita pegang? Tentu baiknya tidak begitu. Apalagi, harta yang kita miliki diperoleh dari cara-cara yang tidak berkenan kepada Tuhan. Atau, jabatan yang kita emban saat ini, kita dapatkan dengan mengorbankan pertemanan dan persaudaraan, bahkan iman kita. Atau, kita mengemban jabatan tapi tanpa ada tanggung jawab.
Janganlah sampai kita jauh dari lingkungan pertemanan dan persaudaraan. Terlebih, jika itu terjadi karena kita menilai diri sendiri terlalu berlebihan. Sebuah ilustrasi gambar memperlihatkan bahwa manusia yang menilai dirinya sangat hebat dan memandang kecil orang lain, sebenarnya ia seperti memandang dari atas bukit. Sebaliknya juga terjadi, bagi orang yang dipandang kecil tadi, dari bawah ia melihat orang yang di atas bukit juga kecil. Jadi, sami mawon, sarua wae, dos, sama saja.
Orang yang dalam pimpinan hikmat-Nya, hidupnya berharga di mata Allah dan juga menjadi berkat bagi sesama. Orang yang berhikmat takut akan Tuhan (Ams. 1:7). Ia membenci kejahatan dan tipu muslihat (ay. 13). Dalam hikmat ada pengetahuan, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk melakukan hal yang baik dan benar, bertanggung jawab, serta nasihat, pengertian dan kekuatan (ay. 12-16).
Oleh karena itu, janganlah kita hidup di dalam dua dunia: satu kebenaran dari hikmat Tuhan, dan satu lagi dari kebenaran diri sendiri. Ini adalah kemunafikan; tidak satunya kata dengan perbuatan dan sikap hidup sehari-hari. “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah” (1Pet. 2:1).
Mari menanyakan diri kita, apakah sudah berhikmat dengan penuh kasih dan tidak mengorbankan orang lain untuk memperoleh apa yang kita dapatkan saat ini? Roh Kudus, Roh Kebenaran, itulah yang membimbing kita kepada kebenaran sejati, hidup seturut dengan firman Tuhan. “Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan” (Mat. 23:28).
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu Hari Raya Pentakosta 8 Juni 2025
Khotbah Minggu Hari Raya Pentakosta
YESUS DAN ROH KUDUS (Yoh 14:8-17)
Bacaan lainnya menurut Leksionari:
Kej 11:1-9; Mzm 104:24-34, 35b; Kis 2:1-21 atau Rm 8:14-17
Pendahuluan
Minggu ini adalah hari raya Pentakosta atau disebut juga dengan Hari Pencurahan Roh Kudus dan Hari Lahirnya Gereja. Sebagaimana dijanjikan oleh Tuhan Yesus sebelum kenaikan-Nya ke sorga, Roh Kudus akan diutus untuk menolong para murid dan orang percaya. Peristiwa di kamar atas pada Kis 2:1-21 memperlihatkan kuasa Roh Kudus itu turun dan memenuhi para murid dan sempat menakutkan mereka. Namun, dalam kesempatan ini kita akan memfokuskan percakapan antara Filipus dengan Tuhan Yesus tentang Yesus dan Allah Bapa sebagai renungan kita. Pembicaraan tersebut juga secara tidak langsung berhubungan dengan keberadaan Roh Kudus yang kita peringati pencurahan-Nya pada hari minggu ini. Dari nats pembicaraan tersebut kita mendapatkan pelajaran sebagai berikut.
Pertama: melihat Yesus adalah melihat Allah (ayat 9)
Ketika Filipus meminta kepada Tuhan Yesus: “Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami”,sebenarnya ia mengungkapkan kejujuran hatinya yang sangat dalam dan mungkin juga dari diri kita:bahwa semuaorang ingin dapat melihat Allah. Bahkan Ayub yang dekat dengan Allah juga tetap merindukan mendapatkan Dia (Ayb 23:3). Akan tetapi umat Israel pada masa itu sangat memahami bahwa Allah itu tidak dapat dilihat. Mereka mengetahui peristiwa Musa yang ingin melihat muka Allah akan tetapi hanya bisa melihat belakang-Nya, tidak dapat melihat wajah-Nya (Kej 33:12-23).
Bagi umat Israel, Allah menjadi manusia merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin mereka bisa melihat-Nya, menyentuh-Nya dan bahkan bercakap-cakap dengan Dia. Bagi mereka, Allah lebih dari “RAJA” yang diam duduk dengan tenang penuh kuasa di takhta singgasana dan tidak perlu turun tangan ke dunia, terlebih harus bekerja untuk menghidupi diri-Nya. Sebagaimana kita ketahui, Yesus pada awalnya adalah seorang pekerja tukang kayu. Ini jelas sulit mereka terima, sebab Perjanjian Lama mengajarkan bahwa bekerja adalah sebuah hukuman karena perbuatan dosa manusia (Kej 3:19).
Namun di lain pihak, Allah tidak dapat membiarkan manusia terus menerus dikuasai dosa. Allah mengetahui iblis terus bekerja yang membuat manusia takluk padanya. Allah berpikiran bahwa pesan-pesan firman melalui nabi-nabi saja tidak cukup. Penyataan Allah melalui alam dan peristiwa-peristiwa tidak cukup membuat manusia untuk tetap taat dan setia kepada-Nya. Allah juga memegang janji-Nya bahwa keturunan “perempuan” itu harus meremukkan kepada sang ular pembuat dosa. Oleh karena itu Allah memutuskan menjadi manusia, mengutus Anak-Nya yang tunggal bagi pembebasan kita. Perlu disadari, Alkitab Perjanjian Lama memang tidak pernah membatasi diri-Nya dapat menjadi manusia. Allah bebas berkehendak dan mengekspresikan diri-Nya demi untuk menyelamatkan puncak kreasi ciptaan-Nya, gambar dan rupa Allah yang sudah retak, yakni kita manusia. Dengan Allah menjadi manusia dalam wujud manusia Yesus, maka mengenal Yesus berarti mengenal Allah Bapa.Filipus dan kita harus melihat ini dengan mata rohani, bukan mencari-cari wujud fisik-Nya agar Dia ada di depan mata kita sendiri.
Kedua: tidak melanggar monoteisme (ayat 10)
Salah satu serangan terhadap umat Kristen adalah tuduhan bahwa Allah kita itu tiga. Ada Allah Bapa, Allah Anak yakni Tuhan Yesus Kristus, dan ada Allah Roh Kudus. Kita seolah-olah dituduh membuat Allah tiruan yang jelas-jelas dilarang keras dalam perintah Sepuluh Hukum Taurat, yakni jangan membuat ilah lain dihadapan-Nya. Allah kita adalah Allah yang pencemburu. Ia sangat murka apabila kita memalingkan muka dan percaya kepada ilah yang lain. Apakah Tuhan Yesus dan Roh Kudus merupakan ilah yang lain? Apakah dengan keberadaan Tuhan Yesus dan Roh Kudus, Allah kita itu menjadi tiga? Ini jelas bukan demikian dan untuk itu perlu kita fahami.
Dalam Alkitab, acapkali penyebutan Allah memakai istilah jamak untuk diri-Nya sendiri (Kej 1: 26; 3: 22; 11: 7; Yes 6: 8). Injil Yohanes memperlakukan perikop Yesaya sebagai penglihatan Yesus (Yoh 12: 41). Ada juga sebutan mengenai Malaikat Tuhan yang disamakan dengan Allah tetapi berbeda dengan-Nya (Kel 3: 2-4; Hak 13: 2-22). Perjanjian Lama menyebutkan Roh Allah sebagai wakil pribadi Allah (Kej 1: 2; Neh 9: 20; Mzm 139: 7; Yes 63: 10-14). Ada juga disebutkan tentang hikmat Allah (Ams 8) sebagai perwujudan Allah di dunia, dan firman Allah sebagai ungkapan yang kreatif (Mzm 33: 1, 9; band. Kej 1: 26). Ada juga nubuat yang menyamakan Mesias yang sudah lama ditunggu-tunggu itu sama dengan Allah (Mzm 2; Yes 9: 5-6). Namun yang lebih utama, Allah itu adalah Allah yang Maha Kuasa. Ia memiliki hak proregatif untuk menetapkan keputusan bagaimana Ia menyampaikan pesan kepada manusia, bagaimana Ia menyelamatkan manusia, sebab yang paling utama adalah: Allah mengasihi manusia. Ia tidak perlu meminta nasehat atau persetujuan siapa pun. Allah mengasihi manusia oleh karena itu Allah menetapkan Ia menjadi manusia untuk menyelamatkan ciptaan yang dikasihi-Nya itu. Jadi keberadaan Tuhan Yesus (demikian pula halnya dengan Roh Kudus) hanyalah dalam Wujud, Oknum, Pribadi, tetapi Hakekat yang utama adalah Allah yang Tunggal, Allah yang tetap berdasarkan Monoteisme, dan itulah sebabnya disebut dengan Alllah Tritunggal.
Ada cara untuk memahami "perbedaan" antara Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, yakni melihat dan menghubungkan fungsi atau peran yang berbeda dari masing-masing Oknum itu. Bentuk paling popular menghubungkan peran penciptaan dengan Bapa, penyelamatan dengan Anak, dan pengudusan dengan Roh Kudus. Paulus memberikan bentuk lain dalam Efesus 1, yakni pemilihan dihubungkan dengan Sang Bapa (ay. 4, 5, 11), penyelamatan dengan Anak (ay. 3, 7, 8) dan pemeteraian dengan Roh Kudus (ay. 13-14). Tetapi "pemisahan" tugas ini tidak boleh memudarkan kebenaran mendasar mengenai keesaan Ilahi, yakni ketiga-Nya terlibat dalam kegiatan siapapun di antara ketiga Oknum itu. Misalnya, walaupun dalam penciptaan khususnya dikaitkan dengan Sang Bapa, namun juga dihubungkan dengan Anak (Yoh 1: 3) dan Roh Kudus (Yes 40: 13). Oleh karena itu dalam pengertian lain, Yesus adalah Allah yang kelihatan dan rupa yang nyata dari Allah yang tidak kelihatan. Sementara Roh Kusus adalah Allah yang dapat kita rasakan dan hayati dari Allah yang tidak kelihatan. Yesus dan Roh Kudus adalah penyataan yang sempurna dari Allah. Oleh karena itu, apabila kita mencari Allah yang tidak kelihatan, kebenaran dan realitas-Nya, maka kita dapat melihat dan merasakan dalam wujud Tuhan Yesus dan keberadaan Roh Kudus (Kol 1:15; Ibr 1:1-4).
Ketiga: percaya kepada pekerjaan-Nya (ayat 11-12)
Tuhan Yesus tidak berkata bahwa para murid melakukan mukjizat yang lebih besar, sebab membangkitkan orang mati adalah puncak dari mukjizat yang dilakukan oleh Yesus. Tetapi Yesus mengatakan bagaimana para murid harus melakukan sesuatu yang lebih besar yakni pergi ke seluruh dunia untuk mengabarkan Injil, keluar dari negeri Israel dan membawa seluruh bangsa kepada keselamatan. Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus adalah Dia sudah melakukan hal yang besar dalam batasan masa inkarnasi-Nya yakni tiga tahun, maka para murid dan orang percaya tidak dibatasi oleh masa inkarnasi itu dan harus pergi ke seluruh muka bumi untuk mengabarkan kasih Allah kepada manusia dengan penyelamatannya. Itulah perbuatan yang sangat besar yang diawali oleh para murid. Kita bisa lihat pekerjaan para rasul lebih besar dalam "jumlah" dan jangkauan. Ini juga yang membuat kita memahami mengapa Tuhan Yesus perlu secara khusus memanggil Paulus menjadi murid-Nya, memperkuat para murid yang ditinggalkan-Nya.
Tuhan Yesus telah melakukan berbagai hal dalam tujuan-Nya untuk membawa manusia percaya kepada-Nya dan pesan yang dibawa-Nya dari Allah kita terima dengan ketaatan. Peristiwa lolosnya Dia dari cobaan iblis di padang gurun, serta puluhan mukjizat yang diberikan-Nya, penderitaan serta kematian untuk penebusan dosa kita, serta peneguhan Allah akan Dia melalui kebangkitan dan kenaikan ke sorga termasuk berbagai kejadian supranatural yang menyertainya, seharusnya telah cukup bagi kita untuk percaya kepada-Nya. Hal inilah yang Dia maksudkan, tetapi lihatlah pekerjaan-Nya, kita jangan mempersoalkan Pribadi-Nya, dan melalui pekerjaan-Nya itu tidak diragukan lagi bahwa Dia adalah Anak Allah, Allah yang berwujud manusia.
Untuk itu permintaan Tuhan Yesus bahwa kita saat ini bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari yang dilakukan-Nya, haruslah dilihat dalam pengertian yang luas dan berbeda. Kita tidak perlu membangkitkan orang mati untuk mengabarkan Injil. Akan tetapi pekerjaan kita membawa semakin banyak orang kepada Kristus yang tetap disertai dengan berbagai mukjizat dalam pengertian yang luas. Kenyataan yang ada dalam cerita-cerita di Kisah Para Rasul (Kis 2:41,43; 4:33; 5:12) tidak perlu harus sama identik dengan yang kita lakukan. Sebagaimana pekerjaan para murid yang dipenuhi kuasa Roh Kudus, pekerjaan dan pesan Tuhan Yesus itu menyebar ke seluruh dunia dan membuat pertobatan milyaran manusia untuk mengikut dia dan diselamatkan. Kita harus ikut dalam proses besar dan yang mulia itu.
Keempat: janji meminta di dalam nama-Nya (ayat 13-14)
Yesus berkata kita bisa meminta segala sesuatu (sekali lagi, segala sesuatu!!!) kepada Allah haruslah di dalam nama-Nya. Hal ini berarti ketika kita mengenal Allah maka kita mengenal-Nya melalui Yesus. Tuhan Yesus yang diberi kuasa dan kemuliaan sebagaimana Alkitab menjelaskannya. Maka ketika kita berdoa, kita berdoa dengan menggunakan kuasa dari Kristus (band Mat 28:19; Kis 3:6). Meminta segala sesuatu yang dikatakan Yesus, itu berarti apapun yang menjadi cakupan dan ruang lingkup doa kita, maka syaratnya hanya di dalam nama Yesus.
Hal ini sangat mudah dimengerti. Ketika kita membutuhkan sesuatu dalam realitas sehari-hari, maka tidak mungkin kita memintanya kepada seseorang yang tidak kita kenal. Kita bisa dianggap "pengemis" jalanan atau orang aneh. Kita hanya bisa meminta kepada orang yang kita kenal, atau paling tidak, orang yang dikenal oleh orang yang kita kenal. Dalam pengertian lain ada referensi. Maka ketika kita meminta kepada seseorang yang tidak kita kenal itu, dan kita menyebut nama yang kita kenal sebagai referensi, maka semuanya menjadi lebih mudah. Untuk itulah ketika kita meminta kepada Allah Bapa, diperlukan sebuah nama yang meneguhkan bahwa kita mengenal Dia dan itu nama itu adalah nama Yesus. Kita telah diberi "kuasa" dari Yesus untuk memintanya.
Kalau kita mengenal Tuhan Yesus, maka permintaan kita pasti disusun sesuai dan seturut dengan Pribadi Yesus, dan itu pasti sesuai juga dengan rencana dan kehendak Allah. Yesus yang saat ini duduk di sebelah kanan Allah Bapa tentu "memfilter" permohonan kita kepada-Nya. Apapun yang kita minta, tentu Yesus mengevaluasi apakah hal itu memang kita perlukan, butuhkan, dan yang terbaik bagi kita. Ketika kita meminta sesuatu yang tidak "sesuai" dengan rencana dan kehendak Yesus, maka sebetulnya kita tidak mengenal Dia. Maka pengabulan Allah atas permintaan kita adalah berdasarkan karakter Yesus itu sendiri. Kita tidak bisa memanipulasi nama Yesus untuk keinginan sendiri. Dan penting diingat, pengabulan ini hanya kepada yang percaya dan taat, yakni yang terus menerus berkesinambungan mengasihi Dia (Yoh 14:15).
Kelima: Roh Kudus penolong kita (ayat 16)
Yesus mengatakan akan pergi kepada Bapa dan akan mengirimkan Roh Kudus sebagai penolong para murid dan orang percaya (band. Yoh 16:7; Kis 1:8; 2:4). Sebagaimana Yesus, maka keberadaan Roh Kudus sebagaimana dijelaskan di atas merupakan kegenapan dari Allah Tritunggal sehingga peran masing-masing Pribadi Allah itu menjadi sempurna. Oleh karena keberadaan yang sementara itu, maka Roh Kudus yang menyertai sampai selama-lamanya (ayat 16).
Dari sisi lain kita juga dapat mengatakan bahwa ketika berhubungan dengan Allah, Yesus menjadi Jurubicara kita kepada Bapa dan Roh Kudus menjadi Jurubicara Allah kepada kita. Yesus mendengar namun “memfilter” segala permintaan kita dan Ia mengetahui apa yang terbaik untuk diberikan, sementara Roh Kudus mengajar kita untuk memahami maksud Allah dalam hidup kita dengan cara mengajar kita berdoa yang baik. Kalau kita berdoa tanpa bimbingan Roh Kudus, maka yang terjadi adalah doa kita akan lebih didominasi oleh keinginan pribadi dengan untuk menyenangkan dan memuliakan diri sendiri. Roh Kudus memimpin kita untuk mengajar meminta sesuai dan seturut dengan kehendak-Nya.
Roh Kudus bisa bekerja melalui bisikan ke dalam hati nurani sehingga kita tetap dalam pemeliharaan dan jalan yang berkenan bagi-Nya. Dia disebut sebagai Roh Kebenaran sebab bersaksi tentang kebenaran, menjelaskan tentang kebenaran, dan menyingkapkan hal-hal yang tidak benar untuk menuntun kita ke dalam kebenaran sejati (Yoh 16:8, 13; Yoh 18:37). Oleh karena peran yang demikian itulah kita dapat mengenalnya, namun dunia tidak akan mengenalnya. Semakin kita mengenalnya, maka kita akan mengetahui bahwa Ia diam di dalam diri kita.
Kesimpulan
Dalam minggu memperingati hari raya pentakosta dan sekaligus memperingati pencurahan Roh Kudus dan berdirinya gereja ini, kita diajar untuk memahami keberadaan Tuhan Yesus dan Roh Kudus, yang merupakan wujud atau Pribadi dari Allah dengan fungsi dan peran yang berbeda. Namun harus kita tetap ingat, hakekatnya Allah kita itu tetap satu, yakni Allah yang Esa, Allah dalam Tritunggal. Semua itu Dia lakukan hanya demi kasih-Nya kepada kita, agar kita dapat lepas dari dosa dan kuasa maut, ada Penolong agar kita lebih baik dan semakin berkenan kepada-Nya, untuk masuk dalam kerajaan-Nya yang penuh damai sejahtera dan kekekalan itu.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kita sekalian! Amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu Pertama Setelah Pentakosta, Minggu Trinitas - 15 Juni 2025Khotbah Minggu Pertama Setelah Pentakosta, Minggu Trinitas - 15...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu Pertama Setelah Pentakosta, Minggu Trinitas - 15 Juni 2025Khotbah (2) Minggu Pertama Setelah Pentakosta Minggu Trinitas...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu Pertama Setelah Pentakosta – Minggu TrinitasKhotbah (3) Minggu Pertama Setelah Pentakosta, Minggu Trinitas -...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 27 guests and no members online