Sunday, November 24, 2024

2023

Kabar dari Bukit Minggu 2 Juli 2023

Kabar dari Bukit

 PEMIMPIN PENYESAT (Yer. 28:5-17)

 

”Tetapi mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh TUHAN" (Yer. 28:9)

 

Bagaimana membedakan gereja atau hamba Tuhan yang benar? Kadang kita dikejutkan dengan berita satu-dua gereja yang dianggap sesat, seperti gereja Pdt. Jones di Amerika Selatan, Pdt. Sibuea di Bandung, Pdt. Jung Myung Seok di Korea, dan lainnya. Bagaimana pula membedakan seorang pemimpin yang baik dan benar, agar umat atau anggota tidak ikut tersesat?

 

Tentu saja itu tidak mudah. Apalagi sering kali kita manusia memakai ukuran dunia, seperti populer dan pandai berkhotbah, banyak pengikut atau penggemarnya, kaya dan berlimpah materi, dan lainnya. Maka hal itu membuat susah diujinya.

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Yer. 28:5-17. Ini kisah pertentangan nabi Yeremia dengan nabi Hananya, yang bernubuat bahwa umat Israel hanya dua tahun saja dibuang ke Babel. Oleh karena itu ia berkata, perkakas-perkakas rumah TUHAN akan mampu dikembalikannya (ay. 11-12). Yeremia sebaliknya mengatakan, bahwa pembuangan ke Babel akan berlangsung lama. Dan, terbukti berlangsung 70 tahun.

 

Melalu nas ini kita dapat belajar tentang menguji gereja atau hamba Tuhan dengan beberapa cara. Pertama, nabi yang baik dan benar mestilah membawa damai, seperti dituliskannya, "Tetapi mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh TUHAN” (ay. 9). Oleh karena itu hamba Tuhan atau pemimpin yang membawa permusuhan dan perpecahan, pembenci, sikap dan tindakannya tidak berdasar kasih, jelas bukanlah hamba Tuhan atau pemimpin yang baik dan benar.

 

Kedua, hamba Tuhan atau pemimpin haruslah berani berbeda sikap, menjaga kata-katanya seirama dengan perbuatan; ada integritas. Janganlah sikapnya hanya untuk menyenangkan hati manusia. Bila pun langkahnya seolah menyenangkan manusia, tujuan akhirnya haruslah agar orang itu diselamatkan, seperti Alkitab menuliskan: "Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat" (1Kor. 10:33).

 

Ketiga, tidak ada dusta dan tersembunyi, sebagaimana nabi Yeremia mengatakan. “Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, tetapi engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta" (ay. 15). Menguji dusta itu tidak sulit, cukup dengan melihat caranya memberi informasi yang benar dan terbuka. Gereja dan organisasi yang tertutup, misalnya, tidak ada laporan keuangan yang transparan, doktrin yang "aneh" tidak Alkitabiah, jelas berisi dusta. Pemimpin yang terlibat konflik dan tidak mau berdamai dan bertatap muka, pastilah penuh dusta. Kadang alasan dibuat-buat, tetapi data dan fakta tidak dapat dikecoh; kata-kata dapat diplintir, tapi kenyataan tidaklah demikian.

 

Keempat, cara yang tidak mudah, tapi Nabi Yeremia melakukannya dengan bernubuat tentang nabi Hananya. Ia berkata, "Sebab itu beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku menyuruh engkau pergi dari muka bumi. Tahun ini juga engkau akan mati, sebab engkau telah mengajak murtad terhadap TUHAN” (ay. 16). Kadang situasi ini mungkin diperlukan bila menyangkut kepentingan umat/anggota, agar kebenaran terbuka dan tidak ada yang tersesat. Hananya memang kemudian mati (ay. 17).

 

Nabi Yeremia dan juga Rasul Paulus menuliskan sesuatu yang keras menghadapi para penyesat. “Baiklah mereka yang menghasut kamu itu mengebirikan saja dirinya” (Gal. 5:12). Tuhan Yesus juga marah besar menghadapi para penukar uang dan pedagang merpati di Bait Allah dengan mengusir dan membalikkan meja mereka (Mat. 21:12). Tuhan Yesus berkata, "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya" (Luk. 17:1).

 

Gereja dan organisasi serta kita semua perlu memeriksa diri atas sikap dan langkah yang dijalankan. Kita semua mesti lebih takut kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Lebih baik dijauhin manusia yang tidak baik dan benar, dari pada dijauhi Tuhan dan ujungnya binasa. Semoga kita tidak seperti itu.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian, amin

Pdt. (Em.) Ramles M. Silalahi

 

Khotbah 1 Minggu Kelima setelah Pentakosta - 2 Juli 2023

Khotbah 1 Minggu Kelima Setelah Pentakosta – 2 Juli 2023

KEBAIKAN DAN UPAH (Mat. 10:40-42)

 ”Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya” (Mat. 10:42)

 

Firman Tuhan hari Minggu ini bagi kita sangat singkat, yakni Mat. 10:40-42, yang menjelaskan tentang buah perbuatan baik bagi para hamba Tuhan dalam kaitannya dengan upah. Latar belakang nas ini adalah pengutusan para murid oleh Tuhan Yesus, sebagaimana nas minggu lalu. Mereka diberitahu akan mendapat kesulitan dan penganiayaan, sebab hakekatnya mereka diutus ke tengah-tengah serigala; untuk itu mereka perlu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (Mat. 10:1-16).

 

Tetapi mereka tidak perlu takut dan gentar. Pengharapan akan sesuatu yang menggembirakan tetap tersedia. Hal baik selalu datang, meski di tengah kesulitan dan kesusahan. Untuk itu Tuhan Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya, dan juga kepada kita semua, agar siapa pun siap menyambut sukacita para utusan dan hamba Tuhan, memberi kasih dan perhatian, khususnya bagi mereka yang diutus melayani di bidang penginjilan.

 

Penginjilan berarti mereka yang pergi diutus gereja atau lembaga pelayanan, menjelajah ke tempat-tempat yang belum menerima kabar baik tentang keselamatan dari Tuhan Yesus. Dalam melayani, mereka dikatakan tidak boleh membawa pakaian dan bekal yang banyak (Mat. 10:10). Mereka harus berjalan di dalam iman, bahwa Tuhan Yesus menyertai dan kebaikan pasti ada di semua tempat. Hidup diyakini selalu penuh warna dan mosaik, kumpulan pengharapan dan pergumulan.

 

Hamba Tuhan yang diutus, telah memberikan hidupnya bagi kemuliaan Tuhan. Mereka layak menerima kebaikan. Mereka tidak hidup hanya dari sekadar belas kasihan, melainkan atas tanggung jawab sesama orang percaya.  Alkitab juga mengajarkan bahwa setiap pekerja harus mendapatkan upahnya (Gal. 6:6).

 

Nas minggu ini mengajarkan, setiap kebaikan yang kita berikan kepada hamba-Nya, sama seperti memberi kepada Tuhan Yesus (ayat 40). Tentu ini dengan motivasi yang benar pula. "... Menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar" (ayat 41). Ini dikuatkan dengan upah yang tidak hilang pada ayat 42 di atas.

 

Berbicara tentang upah perbuatan baik, sangat menarik. Gereja-gereja arus utama tidak menekankan upah. Ini berangkat dari pengajaran Katekismus Heidelberg, yang menyatakan: “barangsiapa yang telah menjadi anggota tubuh Kristus, oleh iman yang sungguh-sungguh, tidak dapat tidak menghasilkan buah berupa perbuatan baik, yang timbul dari rasa syukur kepada Allah” (Mat. 7:18).

 

Di lain sisi gereja-gereja Injili dan terutama aliran kharismatik, agak menekankan upah dari perbuatan baik. Ini berangkat dari berbagai ayat Alkitab, seperti “Orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga” (2Kor. 9:6). Firman Tuhan lainnya menuliskan, segala sesuatu yang dilakukan oleh orang percaya untuk menyenangkan hati Tuhan, pasti diperhitungkan oleh-Nya (1Kor. 3:14; Kol. 3:14). Ada juga perintah untuk menyimpan harta di sorga (Mat. 6:19-21; Luk. 12:33). Amsal dari Raja Salomo juga menyatakan, bahwa “mereka yang memberi kepada yang lemah akan memiutangi Tuhan” (Ams. 19:17), dan Tuhan akan mengganti dan ada saatnya menuai (Gal. 6:9-10; 2Tim. 4:2; Ef. 6:8; Mat. 16:27; Luk. 6:35).

 

Semua kembali kepada iman dan motivasi kita. Orang percaya layak memberi yang terbaik bagi Tuhan kita, melalui hamba-hamba-Nya yang telah memberi yang terbaik dalam hidup pelayanannya. Hanya dengan demikianlah kerajaan sorga dapat diperluas, Tuhan Yesus senag dan dan nama-Nya semakin ditinggikan.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 25 Juni 2023

Kabar dari Bukit

 ISHAK, ISMAEL DAN KITA (Kej. 21:8-21)

 ”Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; ..., sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak" (Kej. 21:12)

 

Agama “Samawi” dikenal sebagai tiga agama yang berlatar belakang Abraham, yakni Yahudi, Kristen dan Islam. Samawi berarti sumbernya dari “wahyu” sorga, dan kadang ketiga agama ini disebut juga dengan Abrahamik. Agama Samawi dibedakan dengan agama “Ardhi” yang dianggap lebih bersumber dari hikmat manusia, budaya dan tradisi, seperti Hindu, Buddha dan lainnya, dan tidak mengenal nabi atau rasul.

 

Dua agama Samawi yakni Kristen dan Islam menjadi besar karena buah penyebarannya sesuai doktrin yang dianut, sementara agama Yahudi lebih "tertutup" karena terkait etnis. Hubungan ketiga agama ini tidak selalu mulus, kadang ada gesekan dan bahkan bentrokan keras. Kita tahu Perang Salib, saat Paus Urbanus II dan Kaisar Bizantium Alexius Komnenus memerintahkan pasukan mereka untuk bergerak merebut kembali Yerusalem yang saat itu sudah dikuasai oleh umat Islam (Bani Saljuk); yang membatasi umat Kristen beribadah disana. Tentu ada faktor politik dan ekonomi sebagai penyebab lainnya.

 

Firman Tuhan di hari Minggu yang berbahagia ini dari Kej. 21:8-21. Ini kisah tentang Abraham yang diminta oleh Sarah istrinya untuk mengusir Hagar, budak yang menjadi istrinya saat Sarah belum mempunyai anak. Setelah Ishak anak Sarah lahir, timbul kecemburuan dan ketakutan Sarah, Ismael anak Hagar akan menjadi ahli waris (ay. 10).

 

Abraham meski merasa sebal di awalnya, akhirnya menuruti permintaan Sarah, setelah mendengar janji Tuhan bahwa keturunan Ismael akan menjadi suatu bangsa besar, karena Ismael juga anak Abraham" (ay. 13). Abraham pun melepas mereka dengan bekal roti dan air yang cukup (ay. 14). Tuhan juga sebelumnya telah berjanji kepada Hagar pada saat Ismael masih dalam kandungan (Kej. 16:10).

 

Tantangan perjalanan padang gurun Bersyeba sangatlah berat. Tetapi Allah tetap menjaga mereka, setia sesuai janji-Nya hingga tiba di padang gurun Paran. Hagar ibunya kemudian mengambil seorang isteri bagi Ismael dari tanah Mesir (ay. 19-21). Ismael memiliki keturunan yang besar dari 12 anak (Kej. 25:12-18).

 

Hubungan Ishak dan Ismael menjadi sebuah misteri dalam kehidupan manusia. Ada perbedaan versi dalam Alkitab dengan Alquran tentang kisah ini dan kita tidak perlu membahasnya, sebab pengakuan sumbernya adalah wahyu Tuhan sehingga sulit untuk dipertemukan. Tapi dalam iman, Tuhan pasti menyingkapkannya ketika kehidupan di dunia sudah berakhir.

 

Hal pertama pesan nas minggu ini bagi kita, yakni Allah dapat memberi janji dan penuh kuasa menggenapi-Nya. Keturunan Abraham terbukti seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut (Kej. 13:6; 22:17, lihat renungan minggu lalu), melalui hubungan darah dengan bangsa Israel (Rm. 11:1) dan juga melalui iman (Rm. 4:16-17; Gal. 3:7-9). Penganut Abrahamik saat ini lebih dari setengah penduduk bumi.

 

Hal kedua, dalam menghadapi perbedaan kisah dan tafsir yang terjadi, kita tetap berpegang pada iman, sejarah dan pikiran sehat. Kita perlu memegang janji sesuai firman-Nya, "dan juga tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: "Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu" (ay. 12; Rm. 9:7). Dan kita tahu, keturunan yang besar hanya salah satu aspek dari berkat, selain yang utama yakni keselamatan kekal.

 

Ketiga, menyikapi perbedaan yang ada dengan keturunan Ismael, kita berjalan dalam hikmat dan kasih Tuhan. Cara pandang dan penyelesaian perbedaan tetaplah dalam kasih dan jalan damai. Kita tidak perlu mengikuti Sarah yang mungkin dirasuki iblis dan kebencian. Tetapi kita perlu meneladani Abraham yang tetap penuh kasih, melepas Hagar dan Ismael dengan damai dan bekal hidup. Imannya teguh bahwa Allah akan setia menjaga mereka. Terlebih doktrin Kristiani mengajarkan agar kita hidup dalam kasih, berdoa serta berbuat baik termasuk kepada musuh (Mat. 5:44; Luk. 6:27).

 

Seperti pesan paralel nas minggu ini yakni Mat. 10:24-39, mari kita tetap teguh dalam iman dan terus bersaksi, berbuah bagi Kristus. Jangan goyah oleh informasi sesat yang membawa kita hidup dalam alam kebencian dan permusuhan. Doktrin Kristiani tidak mengajarkan hal itu. Hidup dalam damai sejahtera, bertolong-tolongan dan mengutamakan kepentingan orang lain terlebih dahulu (Rm. 12:18; Gal. 6:2; Flp. 2:4). Itu perintah Tuhan dan kita wajib menjaganya.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah 2 Minggu Kelima setelah Pentakosta - 2 Juli 2023

Khotbah 2 Minggu Kelima Setelah Pentakosta – 2 Juli 2023

 PERJANJIAN DENGAN ALLAH (Mzm. 89:1-4, 19-26)

 Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit (Mzm. 89:1-2)

 

Mengapa datang kemalangan dan derita pada seseorang? Ini pertanyaan yang lazim. Secara garis besar, Alkitab khususnya kitab Amsal, menjelaskan ada beberapa faktor penyebabnya: pertama, mereka kurang berhikmat sorgawi, bodoh atau bebal, misalnya, makan banyak-banyak dan tidak berolah raga, maka kemudian kena stroke; atau berkendara ugal-ugalan, kemudian bertabrakan hingga menderita luka parah.

 

Kedua, cobaan dari iblis dengan persetujuan Tuhan atau Tuhan sendiri yang ingin menguji seseorang, khususnya tentang kemurnian iman (1Pet. 1:5). Kisah Ayub sangat jelas; juga Tuhan Yesus dicobai di padang gurun (band. 1Pet. 2:19; 4:13-14). Dalam menghadapi ini, sering kali akal kita tidak mampu memahami ihwal yang terjadi, dan sangatlah bagus jika menganggapnya sebuah misteri Ilahi, bukan menghujat. Dan bagi yang beriman kuat, melaluinya dengan tetap berpegang: “... Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1Kor. 10:13).

 

Tetapi ada juga orang yang hidupnya mendapatkan berkat melimpah, dan terus bertambah-tambah setiap hari. Tentu tidak semua dalam ukuran harta materi. Alkitab mengajarkan hal ini bukan saja karena ia hidup berhikmat dari Allah dan selalu bersyukur, tetapi Alkitab juga menegaskan bisa saja karena ada janji Allah terhadap kakek moyangnya, sehingga hidupnya terus diberkati. Berkat dan kutuk memang dua hal yang jelas dipaparkan dalam Alkitab, sebagaimana dituliskan dalam Ulangan 28, termasuk kepada keturunan ketiga dan keempat dalam Hukum Taurat ketiga (Kel. 20:5).

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini diambil dari Mzm. 89:1-4, 19-26. Ini sebuah nyanyian pengajaran tentang janji Allah. Pada ayat 1-4, seolah ada keluhan terhadap janji Allah atas umat Israel yang menderita saat itu. Pemazmur mewakili umat berkata: “Engkau telah berkata: Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun!" (ayat 3-4).

 

Umat Israel sesuai 2Sam. 7:1-17, percaya ada janji Allah kepada Daud melalui nabi Natan mengenai keluarga dan kerajaan Daud. “Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya" (2Sam. 7:15-16). Inilah yang dituntut umat. Dan kita pun dalam situasi susah, kadang menuntut Allah: di mana kasih setia-Mu?

 

Sebagai orang percaya, kita melihat Allah adalah Pribadi, dan Dia Allah yang hidup; maka perjanjian antara kita dengan Allah menjadi sesuatu yang wajar. Alkitab dan sejarah membuktikan, janji Allah teguh dan pasti, bahkan Allah kadang bersumpah meneguhkan janji-Nya (Kej. 15:13, 18; Kis. 2:20; Ibr. 6:17). Ia adalah Allah yang penuh kasih setia dan tidak pernah gagal dalam janji-Nya. Jadi, meski kadang jalan kehidupan yang kita lewati menanjak dan penuh liku serta ada rasa sakit, semua itu dalam kendali-Nya, dan percayalah itu untuk kebaikan kita. “Penderitaan adalah gada, bukan kapak, atau pedang,” tulis Matthew Henry dalam buku kedua tafsiran Mazmur yang lumayan tebal.

 

Bagi kita yang belum membuat janji dengan Allah dalam menjalani kehidupan ini, saatnya untuk melakukan. Perjanjian dengan Allah kadang inisiatif Allah, kadang atas inisiatif manusia. Sebagaimana pemazmur yang kembali imannya terhadap janji Allah di ayat 19-26, memang sungguh dahsyat dan penuh pengharapan, yakni seperti mahkota di atas kepala, urapan minyak kudus; musuh tidak akan menyergap dan menindas, tetapi justru sebaliknya lawan serta orang-orang yang membenci akan dihancurkan, membuat tangan menguasai laut, dan tangan kanan menguasai sungai-sungai, serta tanduk kita akan meninggi (ayat 19-23, 25).

 

Kini saatnya kita membangun atau membarui janji dengan Allah. Tuliskan atau katakan secara gamblang, hal nyata yang akan dilakukan untuk menyenangkan hati Tuhan di hadirat-Nya, dan meteraikan semuanya dengan kuasa Roh Kudus. Agungkan dan utamakan hal itu dalam hidup kita. Itu bukan saja untuk hidup kita, tetapi juga bagi keturunan kita. Kesetiaan dan kasih-Nya selalu menyertai (ayat 2, 24) sehingga ada saatnya kelak, kita pun layak berseru sebagaimana ungkapan pemazmur di ayat 26: “Bapaku Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku.”

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu IV Setelah Pentakosta - 25 Juni 2023

Khotbah MINGGU IV SETELAH PENTA KOSTA - 2023

TETAP TEGUH DAN BERSAKSI (Mat. 10:24-39)

 

"Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga" (Mat. 10:32)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Mat. 10:24-39. Ini merupakan lanjutan nas minggu lalu tentang kita diutus ke tengah-tengah serigala, dan untuk itu perlu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (Mat. 10:16). Minggu ini diingatkan kembali bahwa tantangannya bisa menjadi berat. Untuk itu tetaplah berhikmat; tidak mesti sok berani dan konyol. Itu bukan cara Kristiani. Kita tidak harus mati berkorban untuk Tuhan Yesus, sebaliknya Yesus yang telah mati bagi kita. Tetapi bila itu menjadi tantangan terhadap kesetiaan iman, Tuhan Yesus sangat bahagia dan menghargainya (ayat 32, 38).

 

Firman minggu ini mengatakan, kita tidak perlu melebihi Sang Guru. Tuhan meminta kita memberi sesuai talenta yang diberikan. Dalam menghadapi masa sulit dan berat, tetaplah tegar dan berani. Tuhan Yesus berkata: "Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka ...." (ayat 26). Kerajaan sorga pasti dinyatakan. Setan Beelzebul tetap akan membencinya (ayat 25).

 

Kita berharga di mata Tuhan (Mzm. 116:15). Oleh karena itu Tuhan akan terus menyertai, sepanjang kita hidup di dalam Dia dan menjalankan misi-Nya. "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.... Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit" (ayat 29, 31). Sebuah argumen yang sangat kuat.

 

Sakit di tubuh rasanya tidak enak, tapi sakit di jiwa pasti lebih menyakitkan. Firman-Nya meneguhkan itu: "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka" (ayat 28). Maka, saatnya untuk memilih dan bersikap. Takutlah akan Tuhan, yang berkata, "Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya” (ayat 34-36). Memang tidak semua bersukacita atas ajakan-Nya.

 

Oleh karena itu di tengah situasi berat pandemi saat ini, bagi kita yang terdampak, atau berbeban lain, tetaplah tegar dan kuat. Tuhan Yesus meminta agar kita terus menjadi saksi. "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku" (ayat 37). Tetap bangun ikatan yang kuat bersama Tuhan Yesus. Tuhan Yesus pasti senang. Badai pasti berlalu. "Mengikut Yesus keputusanku. Ku tak ingkar, ku tak ingkar. Walau ku sendiri, salib di depan, dunia di belakang... ku tak ingkar" (lirik Kidung KPRI No. 103, merupakan kisah kesaksian di India, tentang kesetiaan meski harus mati bersama keluarganya).

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 16 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7550758
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
3868
65942
3868
7247234
585620
1386923
7550758

IP Anda: 162.158.162.12
2024-11-24 12:17

Login Form