2014
Khotbah Minggu 13 April 2014
Khotbah Minggu 13 April 2014
Minggu Pra Paskah VI – Masa Sengsara
SEGALA LIDAH MENGAKU: YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN
(Flp 2:5-11)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 50:4-9a; Mzmr 31:9-16; Mat 26:14-27:66 atau Mat 27:11-54
(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)
Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.
Nas Flp 2:5-11 selengkapnya dengan judul: Nasehat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
------------------------
Pendahuluan
Dari beberapa referensi yang ada nas bacaan ini dianggap sebagai kutipan kidung populer di masa awal gereja. Tetapi mungkin juga merupakan kutipan tentang nubuatan seorang hamba yang menderita pada Yes 53, meski penggambarannya tidak lengkap tentang Tuhan Yesus. Firman Tuhan melalui Rasul Paulus mengingatkan orang percaya di Filipi bahwa mereka harus berbeda dengan orang lain yang belum percaya. Beberapa hal telah disampaikan pada ayat 1-4 tentang perlunya mereka sehati sepikir dan mengutamakan kepentingan orang lain. Melalui nas minggu ini kita diberikan beberapa pemikiran pokok lainnya sebagai berikut.
Pertama: Pikiran dan perasaan sesuai Kristus Yesus (ayat 5)
Inkarnasi adalah tindakan pra-keberadaan Anak Allah dengan kerelaan hati menjadi manusia dengan tubuh dan perilaku manusia (band. Yoh 1:1-14; Rm 1:2-5; 2Kor 8:9; 1 Tim 3:16; Ibr 2:14; 1Yoh 1:1-3 tentang penjelasan inkarnasi). Tanpa ”berhenti” sebagai Allah, Anak Allah itu menjadi manusia biasa, yang dinamai dan dipanggil sebagai Yesus. Sebagai manusia biasa, Dia tidak menonjolkan keilahian-Nya, tetapi justru menyampingkan hak untuk dimuliakan dan dihormati sebagai Allah. Di dalam penyerahan-Nya kepada Allah Bapa, Yesus Kristus membuat semua kehidupan-Nya sederhana yakni perihal kuasa dan pelayanan-Nya. Dia hidup sebagai orang Nazaret, kedudukannya disesuaikan menurut tempat, waktu dan berbagai keterbatasan manusiawi lainnya. Justru di dalam kemanusiaan-Nya yang sejati itu, Yesus memperlihatkan kepada kita segala sesuatu tentang sifat-sifat Allah yang dapat difahami dengan istilah dan ungkapan manusia. Hanya yang membuat kemanusiaan-Nya menjadi unik adalah bahwa Ia tidak berdosa dan bebas dari dosa.
Melalui nas yang kita baca beberapa karakter Kristus dinyatakan, seperti:
- Kristus adalah sama dengan Allah (Yoh 1:1- dab; Kol 1:15-19)
- Kristus telah ada sejak awal bersama-sama Allah
- Meski Kristus adalah Allah, Ia menjadi manusia untuk memenuhi kehendak Bapa demi penyelamatan manusia
- Kristus tidak hanya “nampak” sebagai manusia, tetapi Ia menjadi manusia sejati untuk mengenal dosa-dosa manusia
- Kristus dengan sukarela menyampingkan hak dan keistimewaan-Nya yang illahi demi untuk kasih kepada Allah Bapa
- Kristus mati di kayu salib untuk dosa-dosa kita agar kita tidak dihadapkan dengan kematian kekal
- Allah Bapa memuliakan Kristus sebab Ia setia dan taat sampai mati
- Allah Bapa membangkitkan Kristus dan mengembalikan-Nya ke kedudukan semula di sebelah kanan Allah Bapa, dan Dia akan berkuasa selama-lamanya sebagai Tuhan dan Hakim
Oleh karena itu, bagaimana mungkin kita tidak memuji dan memuliakan Dia sebagai Tuhan? Namun kenyataannya, manusia lebih sering mementingkan diri sendiri, merasa bangga dan terus berbuat jahat dengan justifikasi merasa diri benar bahwa itu adalah haknya. Mereka bisa bebas nyontek demi kelulusan, mereka bisa bebas menggunakan uangnya sebab merasa telah berjerih payah untuk itu, bahkan manusia ada yang merasa bisa melakukan aborsi sebab merasa mereka sendiri yang memiliki tubuhnya. Namun perlu diingat, sebagai orang percaya, kita harus bersikap berbeda, menyampingkan segala hak dan keistimewaan terlebih untuk kepentingan orang lain. Betul bahwa kita berhak atas penghasilan kita dan kita sudah bekerja keras untuk itu, akan tetapi kita juga perlu memahami bahwa kita memiliki tanggungjawab terhadap mereka yang berkekurangan, tanggungjawab untuk mengabarkan Injil, dan tanggungjawab untuk memuji dan memuliakan Tuhan dengan harta kita (Ams 3:9). Kalau kita mengatakan bahwa kita mengikut Yesus, maka kita juga harus berusaha hidup seperti Dia dan menyerahkan diri dalam pelayanan bagi-Nya. Inilah yang dimaksud dengan berperasaan dan berpikiran seperti Kristus yang harus dimiliki oleh orang percaya.
Kedua: kesetaraan dan pengosongan diri (ayat 6-7)
Dalam nas kalimat disebutkan, Kristus "tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan", maksudnya adalah kedudukan itu tidak dianggap-Nya sebagai harga yang harus dipertahankan untuk kepentingan diri-Nya sendiri. Ia melepaskan keistimewaan dan kemuliaan-Nya di sorga agar manusia yang sudah tersesat jauh dapat diselamatkan. Ia juga tidak merasa perlu bahwa Ia terus berusaha menjadi sama dengan Allah dalam misi-Nya ke dunia ini. Kesetaraan adalah hal yang nonsense, dan yang utama bagi Yesus adalah manusia dapat diselamatkan. Yesus meninggalkan takhta kedudukan yang mulia di sorga dan mengambil tempat hina sebagai hamba yang menderita, serta taat sampai mati untuk kepentingan orang lain.
Ia juga disebut mengosongkan diri sebab sepanjang masa pelayanan-Nya tiga setengah tahun di dunia, Dia yang sekalipun adalah Allah sejati rela berkorban menjadi manusia dengan segala kelemahannya, dalam pengertian memiliki rasa sakit, lapar, haus, sedih dan lainnya. Pengosongan diri adalah melepas kehebatan dan keistimewaan dengan segala atribut dan predikat yang sebenarnya dimiliki. Pengosongan diri sama seperti kalau kita orang dewasa berbicara kepada anak kecil, maka pola pikir dan sikap kita haruslah seperti anak kecil, agar kita mudah dimengerti dan diikuti. Kalau kita mempertahankan status dan predikat kita sebagai orang dewasa dan menempatkan diri lebih pintar, maka komunikasi tidak akan berjalan baik. Inilah yang dimaksud dengan pengosongan diri. Bahkan pengosongan diri Yesus tidak sekadar secara sukarela melepas hak istimewa ilahi-Nya, tetapi juga kesediaan menderita, menerima perlakuan buruk, kebencian, siksaan, bahkan kematian terkutuk di kayu salib.
Tuhan Yesus dengan rendah hati bersedia sebagai hamba dengan melepas keistimewaan-Nya demi untuk menuruti kehendak Bapa dan penyelamatan manusia. Sebagaimana Kristus, kita juga harus memiliki sikap dan sifat seorang hamba, seorang pelayan, melayani penuh kasih kepada Bapa dan juga kepada sesama, bukan karena rasa bersalah atau perasaan bersalah. Perlu kita ingat, yang menentukan sikap dan sifat kita adalah diri kita sendiri. Kita dapat menjalani kehidupan ini dengan berkeras meminta dilayani dan dipuja-puji dihormati; atau kita mencari kesempatan untuk bisa melayani orang lain (band. Mrk 10:45 tentang sifat-sifat melayani). Inilah sebetulnya yang dimaksudkan nas minggu ini yakni melalui pesan bagi orang percaya di Filipi, agar mereka jangan terus menyombongkan diri sebagai orang Romawi dan tidak mau melayani. Pertanyaannya, apakah perasaan mementingkan diri sendiri itu kita hendak lekatkan terus pada hak-hak pribadi, atau semestinya kita perlu melayani orang lain? Kita diminta mengembangkan sikap dan kerendahan hati untuk melayani, meski kadang upaya dan kerja kita itu tidak mendapat pengakuan dari orang lain. Tapi Allah mengetahui semua itu.
Ketiga: merendahkan diri untuk ditinggikan (ayat 8-9)
Dengan Allah menjadi manusia, itu bukan penyangkalan atau mengurangi Keilahian-Nya. Demikian juga Yesus, Ia tidak berhenti menjadi Tuhan ketika menjadi manusia. Penjelmaan lebih dimaksudkan kepada sisi kemanusiaannya yang ditampilkan. Alkitab juga mengungkapkan bahwa Yesus selama di dunia tidak pernah menyangkal keilahian-Nya. Ia berulang kali dalam berbagai kesempatan menyatakan dirinya sebagai Tuhan (Mat 16:16-17; Yoh 6:68-69; 8:58; 10:30). Ia sadar memiliki dua hakikat ilahi dan manusiawi yang menyatu dalam satu pribadi: Allah sejati dan manusia sejati. Yesus sebagai Adam terakhir yang berasal dari sorga (1Kor 15:47), merendahkan diri-Nya di dalam ketaatan menerima peran hamba. Sebagai manusia, Yesus dapat berinkarnasi dalam wujud “Raja” atau hal yang kemilau dan kegemilangan yang memancarkan kedahsyatan dan perasaan kekaguman. Akan tetapi Ia tetap taat sebagaimana Allah Bapa menempatkan perjalanan hidup-Nya: sebagai orang miskin yang menderita dan pesan itu yang disampaikan agar kita juga taat kepada tuan kita di dunia ini (Kol 3:22; band. Yes 52:13 dab).
Dalam sistim hukum Romawi, hukuman mati dengan penyaliban adalah hukuman berat yang diberikan kepada penjahat besar. Hukuman ini sangat menyakitkan secara fisik dan juga direndahkan secara manusia, sebab mereka harus dipaku di tangan dan kakinya di kayu salib dan dibiarkan mati perlahan-lahan. Apabila dianggap matinya kelamaan, maka dilakukan penusukan dan kemudian dicek sambil mematahkan kakinya, dengan maksud apakah masih ada reaksi atau tidak. Bagi mereka yang masih sehat tatkala disalibkan, kematian dapat berlangsung beberapa hari menunggu mati lemas, terlebih memikul berat badan dan kesulitan bernafas. Yesus sendiri karena melalui penyiksaan sebelum disalib, maka kematian-Nya menjadi lebih cepat terlebih dengan tusukan di lambung. Sungguh penderitaan yang berat. Yesus disiksa dan mati di kayu salib sebagai orang yang terkutuk (Gal 3:13). Sungguh mengherankan bagaimana Anak Allah yang tidak berdosa harus mati dengan cara seperti itu, untuk menyelamatkan kita dari penghukuman yang kekal.
Inilah yang menjadi teladan bagi kita dalam kehidupan sehari-hari. Adanya kecendrungan manusia untuk lebih senang dipuja-puji dan menyombongkan diri haruslah dibuang dan dihindari. Alkitab menceritakan bagaimana manusia ingin membangun menara Babel. Membangun menara adalah hal yang baik, manusia memiliki kemampuan itu adalah hal yang positip, tapi yang salah adalah motivasi dan tujuan membangun menara tinggi itu yakni kesombongan, terlebih untuk dapat bersaing dengan Tuhan. Mereka yang menyukai kesombongan seperti itu akan tiba saatnya mereka direndahkan dan dihukum. Mereka yang meninggikan diri akan direndahkan dan mereka yang merendahkan dirinya akan ditinggikan (Mat 23:12; Luk 14:11). Yesus telah merendahkan diri-Nya dalam pelayanan-Nya di bumi, dan Allah kemudian meninggikan Yesus dengan mendudukan-Nya di sebelah kanan-Nya. Semangat Kristus melayani dan bukan dilayani, maka demikianlah juga kita, menggelorakan semangat melayani dan bukan dilayani, sehingga kita tidak direndahkan melainkan ditinggikan oleh Bapa di sorga.
Keempat: Yesus Kristus adalah Tuhan (ayat 10-11)
Ada beberapa cara membuktikan ke-Allah-an Tuhan Yesus, dalam arti Ia berasal dari Allah dan memiliki kuasa yang sama dengan Allah. Hal ini dimulai dari banyaknya nubuatan pada kitab perjanjian lama yang "match" dengan Pribadinya, sampai kepada peristiwa pra kelahiran melalui kandungan Maria dan kuasa Roh Kudus, kemudian peristiwa kelahiran yang mengagumkan, perkembangan pribadi, hingga pelayanan yang dilakukan selama tiga setengah tahun yang penuh dengan kuasa dan mukjizat. Demikian pula cara mati Yesus, peristiwa pasca kematian, pelayanan setelah kebangkitan dan bahkan kenaikan ke sorga yang disaksikan banyak orang, membuat semua itu tanpa keaguan Yesus adalah dari Allah, Anak Allah dan memiliki kuasa yang sama dengan Allah. Pasca kenaikan yang begitu dahsyat dalam sejarah gereja, mulai dari kebangkitan para rasul, ketekunan dan kegigihan bapak-bapak gereja dan kaum missionaris, sehingga pengikut Yesus adalah umat terbesar di dunia.
Perjalanan dan bukti yang demikian kuat itulah yang membuat Allah Bapa mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, dalam arti dengan pengikut terbesar umat beragama yang hampir mencapai 3 milyar (agama kedua terbesar adalah Islam dan ketiga Hindu), tidak ada nama lain yang lebih dikenal oleh banyak orang dari pada nama Yesus di muka bumi ini. Pada akhir zaman nanti sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab (Kis 10:42), Yesus juga akan dilihat dan diakui semua orang sebagai Hakim dan berkuasa atas semua manusia, termasuk mereka yang dihukum dan tidak diselamatkan, dan kitab suci agama lain juga mengakui akan peran Yesus dalam masa penghakiman. Oleh karena itu, benarlah dalam nas ini dikatakan, “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi.” Pengertian di bawah bumi sendiri merupakan penafsiran dunia orang mati pada saat itu (band Kis 5:3, 13).
Semua orang yang telah mendengar kisah dan firman-Nya, dapat memilih untuk tidak mengakui bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat manusia. Pengakuan itu sendiri merupakan hal pokok dalam iman Kristen bahwa Yesus adalah Tuhan dan Ia adalah Juruselamat setiap orang percaya (Rm 10:9; 1Kor 12:3; Kol 2:6). Jadi Ia bukan sekedar Rasul, Nabi atau Guru sebagaimana panggilan lainnya dalam Alkitab. Akan tetapi semua yang sudah mengaku percaya perlu bertindak dengan komitmen untuk mengasihi-Nya. Semua orang percaya memiliki prinsip hidup yang nyata dengan penuh tanggungjawab, sebagai bagian dari gereja untuk memberdayakan setiap orang dan memakai setiap kesempatan untuk meninggikan nama-Nya, yang pasti akan menyenangkan hati Bapa, sehingga semakin banyak dibumi ini yang diselamatkan dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Penutup
Melalui bacaan minggu ini kembali kita diingatkan pentingnya orang percaya untuk memiliki perasaan dan pikiran yang sama dengan Kristus, dalam arti kata menjadi serupa dengan Dia (Flp 3:10). Dalam nas ini ditekankan tentang bagaimana kita dalam sikap pergaulan keseharian harus bisa mengabaikan kesetaraan dan berusaha mengosongkan diri sebagai wujud kerendahan hati demi untuk tercapainya maksud tujuan pemberi tugas. Mereka yang merendahkan diri pasti akan ditinggikan pada akhirnya, bukan saja di dunia ini melainkan juga di sorga. Sebaliknya mereka yang merasa selalu ingin ditinggikan akan direndahkan dan dipermalukan bahkan mendapat penghukuman. Bagi kita orang percaya tujuan dari pada semua itu adalah agar sebagai pengikut Kristus, melalui kehidupan kita, semua orang dapat melihat hidup Yesus di dalam diri kita, sehingga mereka ikut dan memuji dan memuliakan Yesus, dan semua lidah akan mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati.
(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min adalah Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode Pusat GKSI. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan).
Khotbah Minggu 6 April 2014
Khotbah Minggu 6 April 2014
Minggu Pra Paskah V
HIDUP OLEH ROH
(Rm 8:6-11)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yeh 37:1-14; Mzm 130; Yoh 11:1-45
(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)
Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.
Nats Rm 8:6-11 selengkapnya dengan judul: Hidup oleh Roh
8:6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. 8:7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. 8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. 8:9 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. 8:10 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. 8:11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
-------------------
Pendahuluan
Dalam bacaan nas minggu ini Rasul Paulus mengungkapkan rencana Allah terhadap krisis yang dialami oleh orang percaya. Manusia telah terjerat dalam keinginan daging dan hidup menurut keinginan daging. Di lain pihak ia juga menyampaikan adanya hubungan antara roh orang percaya dengan Roh Kudus dan Bapa. Kita perlu disadarkan bahwa hidup di dalam keinginan daging itu menjadi sesuatu yang sia-sia. Akibat dosa kita ditempatkan ke dalam perjalanan menuju kematian. Namun kasih Allah tidak terbatas. Ia melalui Roh Kudus menuntun orang percaya untuk dapat mencapai kemenangan atas dosa itu. Maka melalui nas minggu ini kita diberikan pelajaran penting tentang hidup menurut keinginan daging dan hidup oleh Roh.
Pertama: Keinginan daging (ayat 6a, 7-8)
Kata sarx yang dipakai dalam nas ini memang secara harafiah berarti daging. Namun Rasul Paulus memakai kata daging pengertiannya lebih luas, tidak hanya berarti tubuh atau dunia tetapi juga dalam pengertian nafsu dan ambisi manusia dengan segala kelemahannya. Keinginan daging dalam hal ini juga tidak terbatas hanya kenginan tubuh atau seksual, tetapi juga merupakan sifat buruk yang membuat manusia masuk dalam jerat iblis dan jatuh ke dalam dosa. Semua sumber keinginan daging ini berasal dari diri sendiri dan bukan kepentingan orang lain apalagi untuk kepentingan Allah. Keinginan daging manusia dengan roh yang lemah, dimanfaatkan oleh iblis dengan segala tipu daya dan kebohongannya, agar manusia terus didorong kuat melakukan perbuatan dosa, melupakan Allah dan membuat keadaan menjadi putus asa dan frustasi. Adanya kecendrungan berbuat dosa (dosa asal) dari Adam membuat situasi semakin buruk dan menjauh dari Allah.
Keinginan daging merupakan pemberontakan dalam diri manusia yang berwujud nyata, yaitu berupa percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal 5:19-21a). Dengan semakin kompleksnya dunia dan hidup manusia maka keinginan daging itu telah bertambah dengan penyakit kejiwaan lainnya yang berhubungan dengan sifat sadisme dan kekerasan, narkoba dan kecanduan zat aditif lainnya, penyakit yang dibawa pornogafi, judi, dan lain sebagainya (band. Kol 3:5-9). Dan firman Tuhan mengatakan sikap tentang hal ini, “terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah” (Gal 5:21b). Dalam hal ini juga, hukum Taurat tidak dapat menolong dan membebaskan sebab tidak memiliki gigi untuk membendung.
Dalam keadaan ini, ironisnya, sifat dosa itulah yang berkuasa mengendalikan hidup manusia. Hidup dalam dosa berarti dikuasai oleh suara-suara yang memanggil kembali untuk mengulang dosa yang sama. Dosa melahirkan dosa baru, beranak pinak. Seperti beberapa kasus yang marak saat ini pejabat/pengusaha korupsi atau mencuri, akibat mencuri melahirkan perselingkungan, perselingkuhan melahirkan kebohongan, berbohong tekanan jiwa dan seterusnya. Perbuatan dosa memang membentuk pola pikir tertentu seperti rangkaian bagaikan sebuah kecanduan dengan toxit mengalir dalam darah seseorang, sehingga untuk menghilangkannya harus dilakukan pemurnian dengan detoxifikasi. Dalam ayat-ayat sebelumnya dikatakan: tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! (Rm 7:23-24). Menuruti keinginan daging seperti menuju kekekalan maut. Ini seperti melakukan tindakan bunuh diri secara perlahan karena secara rohani memang sudah mati. “Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” begitu pertanyaannya kemudian.
Kedua: Keinginan Roh (ayat 6b, 9)
Berlawanan dengan keinginan daging maka roh manusia pada dasarnya memiliki keinginan baik untuk menyenangkan hati Allah. Memang manusia memiliki kecendrungan berbuat dosa (dosa awal), akan tetapi manusia juga memiliki bawaan warisan nafas dan Roh Allah dalam hidupnya. Manusia diciptakan dan lahir pasti untuk keinginan luhur yakni memiliki misi Allah. Firman Tuhan mengatakan, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Ef 2:10). Seburuk apapun kondisi dan latar belakang seseorang lahir di dunia ini, Allah pasti memiliki rencana yang baik untuk dia. Warisan "hukuman" yang ada karena perbuatan orangtua, sebagaimana dinyatakan hukum Taurat keempat, Allah telah menyediakan jalan untuk menebus dan memberkati.
Roh Allah yang diam merupakan warisan awal dan dihidupkan kembali melalui lahir baru akan menguasai hidup orang percaya dan berbuah dalam tindakan kehidupan sehari-hari. Buah-buah roh ini dinyatakan dalam firman Tuhan, seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-23a). Semua ini terjadi ketika orang percaya bekerjasama dengan Roh Allah dalam menuntun hidup mereka, sehingga kuasa dosa dapat dikalahkan dan hidup mereka menjadi pemenang. Hidup bersama Roh Allah berarti pola pikir kita dikendalikan Roh Allah dan bukan oleh kuasa dosa, bersikap tunduk dan kasih kepada Allah dan bukan menjadi seteru Allah, serta hidup menjadi berkat bagi orang lain dan bukan lagi menjadi budak-budak iblis dan beban bagi orang lain. Oleh karena itu dikatakan dalam nas minggu ini, “Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus”. Oleh karena Kristus ada di dalam diri kita, kini kita mengalami hidup Roh. Dalam kelanjutan firman Tuhan di atas dikatakan, “Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu” (Gal 5:23b).
Kalau demikian, pernahkah kita merasa bahwa kita belum sungguh-sungguh menjadi orang Kristen? Sejatinya, seorang Kristen adalah yang mengaku dan bekerjasama dengan Roh Kudus di dalam hatinya. Apabila kita mengaku bahwa hidup kita sudah diselamatkan melalui penebusan Yesus di kayu salib dan mengaku Dia adalah Tuhan dan Juruselamat kita, maka Roh Kudus akan diam bersemayam di dalam hati kita dan siap bekerjasama dengan diri kita dalam menjalani kehidupan ini, baik untuk melawan keinginan daging maupun sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Kita tidak akan tahu bahwa Roh Kudus telah "datang dan masuk" ke dalam hati kita melalui suatu perasaan khusus; tapi kita tahu bahwa Roh Kudus hadir sebab itu janji Tuhan Yesus. Uniknya, ketika Roh Kudus bekerja di dalam hati kita, maka secara otomatis kita juga percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan kehidupan kekal datang dari pada-Nya (1Yoh 5:5); kita juga akan bertindak sesuai kehendak Kristus dan menemukan bahwa Dia menolong kita dalam pergumulan hidup sehari-hari. Kita lebih dimampukan untuk melayani sesuai dengan kehendak-Nya (Kis 1:8) serta kita akan menjadi bagian dari rencana Allah untuk membangun gereja dan kerajaan-Nya (Ef 4:12-13). Demikianlah orang yang hidup menurut keinginan Roh.
Ketiga: Roh adalah kehidupan (ayat 10)
Rasul Paulus dengan baik membagi manusia dalam dua katagori utama, yakni mereka yang memiliki sifat-sifat yang dikuasai dosa dan mereka yang dikendalikan oleh Roh Kudus. Ia menyampaikan pesan Allah betapa pentingnya Roh dalam kehidupan manusia. Dari penjelasan di atas, semua kita pasti menjadi bagian dari kelompok pertama apabila Tuhan Yesus tidak memberikan jalan penyelamatan keluar. Apabila kita sudah mengatakan "Ya" pada Yesus, kita perlu terus mengikuti-Nya sebab jalan yang diberikan-Nya adalah jalan yang penuh damai sejahtera. Setiap hari kita secara sadar memilih jalan hidup berpusat pada-Nya. Kita memakai Alkitab sebagai petunjuk dalam mengikuti kehendak-Nya. Di dalam situasi yang lebih kompleks membingungkan, jangan juga ragu untuk bertanya kepada diri sendiri: "Apa yang Yesus kehendaki saya perbuat?"
Hal yang perlu diketahui semua orang adalah: Menerima dan didiami Roh adalah hak dan pilihan semua orang. Mereka dapat mengatakan tidak dan bergelut dengan segala kemampuan dirinya untuk melawan keinginan daging tadi, yang sudah kuat sejak manusia lahir (dosa asal) dan kemudian dipicu dan dihela oleh kemampuan jahat si iblis. Roh manusia memang memiliki kemampuan dan itulah yang terus dicari orang lain melalui semedi, tapa, yoga atau meditasi lainnya, akan tetapi pengalaman manusia dan sejarah mengungkapkan bahwa roh itu tetap lemah dan mudah jatuh, baik melalui keinginan daging tadi, maupun melalui godaan setan. Orang yang sekarat bahkan sudah mati tidak mungkin bisa menolong dirinya sendiri, sama seperti dalam ritual umum orang mati harus dimandikan orang lain karena memang sudah tidak bisa mandi sendiri membersihkan dirinya sendiri. Manusia memerlukan Pihak lain untuk bisa bersih dan selamat. Orang Kristen langsung menerima hak keselamatan tatkala ia menyerahkan diri kepada Kristus.
Allah mengetahui hal itu. Manusia tidak lagi dibiarkan sendirian berjuang dengan hukum-hukum Taurat untuk dapat melakukan sesuai dengan kehendak Allah. Roh Allah yang tadinya tidak diam secara permanen di dalam hati manusia, kini ditawarkan bagi mereka yang percaya penebusan melalui Tuhan Yesus. Mereka yang percaya maka Roh Allah diam secara permanen di dalam hatinya, sehingga roh manusia itu tidak lagi sendirian berjuang melawan keinginan daging dan kehendak iblis (band. 1Kor 3:16; Ef 2:22; 3:17). Roh Allah yang diam bersatu melawan roh iblis jahat dan yang pasti dimenangkan oleh Roh Allah sebab Ia adalah Mahakuasa dan Mahabenar. Oleh karena itu dikatakan dalam ayat 10, “Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.”
Keempat: Kebangkitan tubuh oleh Roh (ayat 11)
Memang muncul pertanyaan: Kalau memang Roh Kudus (yakni Allah) itu diam di dalam hati manusia, mengapa manusia harus mati? Bukankah interaksi Roh Allah dan roh manusia itu dapat berlangsung selamanya, sehingga manusia tidak perlu melalui kematian? Atau apabila manusia harus mati secara fisik, mengapa perlu ada "masa antara", yakni masa pasca kematian sampai kemudian tubuhnya dibangkitkan kembali? Ini semua pertanyaan mereka yang kritis. Semua pertanyaan kritis dalam teologi dan etika kristiani adalah sah-sah saja sepanjang dengan maksud untuk mencari kebenaran sejati. Firman Tuhan dalam bentuk narasi sangat terbatas namun Allah melalui iluminasi Roh Kudus memberikan pengertian bagi mereka yang ingin mencari kebenaran seperti ini. Namun apabila tujuan bertanya itu melecehkan, maka Allah akan menghukumnya sebab manusia sudah menyombongkan diri di hadapan-Nya.
Manusia harus mati secara fisik sebab tubuh sudah tercemar dengan dosa. Manusia datang ke dunia ini melalui Adam dan Hawa, dan dosa pun datang serta membawa konsekuensi kematian sehingga tubuh manusia itu harus melalui kematian. Roh Kudus yang diam di dalam hati orang percaya bukan saja mampu untuk menuntun berperilaku sesuai dengan kehendak Allah, tetapi juga mematikan sisa-sisa keinginan daging serta mengubah tabiat manusia, sehingga menjadi jaminan kehidupan kekal bagi mereka yang percaya kepada-Nya sesuai dengan janji Allah. Roh Allah yang diam di dalam hati kita, bukan saja mampu menghidupkan roh yang mati rohani, akan tetapi melalui iman dan dengan iman kematian tubuh dikalahkan dan membuat kepastian kita hidup dalam kekekalan bersama Kristus selamanya (band. 2Kor 1:22; 5:5; Ef 1:14).
Maka dalam hal ini kebangkitan tubuh memang menjadi ajaran pokok dalam iman Kristiani. Kebangkitan Kristus adalah kunci utama dari semua itu dan tidak terbantahkan sampai dengan saat ini. Dia yang sudah mati di kayu salib dengan dibuktikan dari tusukan di lambung, pematahan kaki, penguburan dan menutup lubang kuburan dan itu semua disaksikan oleh banyak orang. Namun kenyataannya Ia bangkit pada hari ketiga. Semua ini terjadi karena kuasa Allah melalui Roh Kudus yang membangkitkan Yesus dari kematian-Nya. Oleh karena itu di dalam ayat 10 dikatakan, bahwa tubuh kita yang mati karena dosa, maka Allah yang yang telah membangkitkan Yesus akan menghidupkan “tubuh dosa” kita menjadi tubuh dan kehidupan yang baru. Karya hidup baru itu diteguhkan dengan kita menjadi anak dan serupa dengan Anak (Rm 8:14, 29). Perjalanan dari kefanaan menuju kekekalan merupakan hasil karya Roh Kudus.
Penutup
Allah yang Mahabaik iyu tidak hanya membenarkan orang-orang yang percaya kepada- Nya. Ia juga melepaskan anak-anak-Nya dari perbudakan dosa keinginan daging yang menjerat dan membawa kepada maut. Kuasa dosa melalui keinginan daging itu dapat dipatahkan melalui kuasa Allah dalam Roh Kudus yang diam dalam hidup orang percaya. Manusia yang telah didiami oleh Roh Allah tidak lagi melakukan perbuatan-perbuatan yang mendukakan Allah, melainkan berbuah sesuai dengan kehendak Allah. Manusia harus menyadari betapa pentingnya Roh Allah dalam kehidupan sehari-hari. Roh manusia sendiri tidak akan sanggup untuk melawan keinginan daging apalagi dengan godaan iblis. Allah Mahakasih memberikan kemenangan bersama Roh Kudus melalui iman percaya kepada Yesus Kristus. Kemenangan itu tidak hanya dalam kehidupan saat ini tetapi juga hingga dalam kehidupan kekal nanti. Teruslah bertekun dalam doa sehingga kita hidup oleh Roh-Nya, bukan oleh keinginan daging.
Tuhan Yesus memberkati.
(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min adalah Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode Pusat GKSI. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, akan lebih baik jika pada setiap bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari dan juga diselingi humor yang relevan).
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 769 guests and no members online