Thursday, November 21, 2024

Khotbah Minggu 9 Maret 2014

Khotbah Minggu 9 Maret 2014

 

Minggu I Pra Paskah

 

MANUSIA DIBENARKAN KARENA IMAN

(Rm 1:16-17, 3:22b-28)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Ul 11:18-21, 26-28; Mzm 31:1-5, 19-24; Rm 1: 29-31; Mat 7:21-29

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)


Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nats Rm 1:16-17, 3:22b-28 selengkapnya dengan judul: Manusia dibenarkan karena iman

 

1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. 1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman. 3;22b Sebab tidak ada perbedaan. 3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, 3:24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. 3:25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. 3:26 Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus. 3:27 Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! 3:28 Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat

 

------------------------------------

 

Pendahuluan

Pada masa surat ini ditulis, orang Yahudi dan orang Kristen di Roma berdiri bersamaan menentang penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang Romawi. Orang Romawi sendiri sedikit bingung menghadapi mereka, sebab melihat orang yang tadinya Yahudi sekarang sudah menjadi Kristen, termasuk bangunan yang tadinya sinagoge kini menjadi gereja. Di lain pihak umat Kristen berusaha terus untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan mereka suka mengagung-agungkan hal yang telah mereka lalukan itu untuk membuktikan iman mereka, tapi di lain pihak mereka seringkali juga gagal karena tetap melakukan dosa. Perasaan ini membuat kadang mereka frustasi dan kuatir tentang keselamatan yang dijanjikan Allah. Melalui nats minggu ini kita diberikan pengajaran penting tentang hal tersebut sebagai berikut.

 

Pertama: Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (Rm 1:16-17)

Injil (atau Alkitab yang dimaksudkan dalam nats ini) adalah buku yang paling laris dan terkenal di dunia. Sampai pada akhir abad ke-20, Alkitab diperkirakan telah diterjemahkan ke dalam 2100 bahasa dan masih terus dilakukan penterjemahannya ke berbagai bahasa lainnya. Jumlah yang tercetak diperkirakan mencapai 2,5 milyar eksemplar, dalam bentuk kitab lengkap maupun dalam bentuk terpisah (PL dan PB), tapi belum termasuk berupa buku kecil surat-surat tersendiri. Jumlah kitab di dalam Alkitab adalah 66 yang terdiri dari 39 kitab dalam Perjanjian Lama dan 27 kitab dalam Perjanjian baru. Jumlah pasal di dalamnya adalah 1189 dan jumlah ayatnya 31.173. Alkitab adalah Firman Allah dan kebenaran (Yoh 17: 17) yang diberikan secara bertahap dan progresif (Ibr 1:1) dengan maksud tujuan yang khusus (2Tim 3: 15 – 17). Firman tersebut telah terdokumentasi sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah kitab yang lengkap, yang dikumpulkan dari teks-teks kuno yang kanonik. Alkitab adalah catatan yang objektif dari wahyu Allah yang inskripturasinya dikerjakan oleh Roh Kudus, yang menggerakkan para penulisnya supaya berita tentang keselamatan Allah melalui Yesus Kristus dapat disampaikan kepada seluruh umat manusia.

 

Mengapa Injil harus diberikan pertama-tama kepada orang Yahudi? Sebab mereka telah menjadi anak-anak kesayangan Allah selama 2000 tahun lebih, ketika Abraham dipilih sebagai bapak moyang mereka dan menjanjikan berkat bagi keturunannya (Kej 12:1-3). Allah tidak memilih orang Yahudi karena mereka berhak mendapat keistimewaan itu (Ul 7:7-8; 9:4-6), tetapi karena Allah ingin memperlihatkan kasih dan belas kasihan-Nya kepada mereka, mengajar mereka dan mempersiapkan mereka dalam menyambut Mesias yang datang ke dunia. Allah memilih mereka bukan karena favoritisme, melainkan agar mereka dapat menceritakan tentang rencana keselamatan kepada seluruh dunia. Yesus berdarah Yahudi. Roh Kudus mengilhami orang-orang Yahudi tertentu ketika menulis Alkitab dan mencerahkan pikiran orang-orang yang membaca tentang apa yang telah diilhamkan dalam pimpinan-Nya. Siapapun tidak boleh menambah atau mengurangi Alkitab, sebab isinya adalah suara Tuhan dalam tulisan. Alkitab juga memiliki sifat tidak mungkin bersalah, yang mengacu kepada naskah aslinya/autographa.

 

Melalui Alkitab yang adalah suara Allah yang duduk di atas takhtanya, setiap kata, titik dan huruf diucapkan oleh Allah yang Mahatinggi, membawa serta kewibawaan ilahi Allah, yang mengikat setiap pikiran, kehendak dan hati nurani manusia. Melalui kuasa ilahi ini juga, firman itu mampu merubah hati manusia dan dipelihara oleh Roh Kudus yang diam di dalam hati orang yang percaya. Oleh karena itu Rasul Paulus tidak malu untuk memberitakan kabar baik kepada siapa saja. Ia tahu itu adalah kabar tentang keselamatan dan perdamaian, jalan dan petunjuk yang memiliki kekuatan untuk memberi keselamatan, dan itu berlaku bagi semua orang. Kita pun harus demikian. Mengapa orang kadang tidak mau memberitakan Yesus? Alasannya, sebab ia belum merasakan dalam hatinya kebaikan Yesus dalam hidupnya. Jika kita menyadari kebaikan Yesus dalam hidup kita, melihat dengan mata rohani bahwa Ia telah memberikan begitu banyak dalam hidup kita, maka tidak ada alasan untuk tidak memberitakan Dia kepada orang lain.

 

Kedua: Semua orang berdosa (Rm 3:22-23)

Allah menciptakan manusia berdasarkan gambar dan citra-Nya. Manusia diciptakan berdasarkan mandat budaya sebagai laki-laki dan perempuan dengan kesetaraan, melampaui batasan-batasan jenis kelamin, suku, status dan agama (Kej. 1:26-27). Lalu Allah berfirman kepada mereka dengan tugas: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.... Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu” (Kej 1:28-29). Untuk itu manusia diperlengkapi Allah dengan akal budi serta hikmat dalam kesatuan tubuh, jiwa dan roh melaksanakan tugas mandat tersebut untuk memelihara kehidupan secara utuh dengan keseimbangan dan mempertanggungjawabkannya kepada Allah (Kej 2:7; 1Kor 3:16; 1Tes 5:23).

 

Allah lalu menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu (Kej 2:7-8). Dengan demikian manusia diberi kuasa, hormat dan kemuliaan (Mzm 8:6-7)  serta kebebasan untuk menjaga dan mengatur kehidupan bersama dalam wujud keluarga, masyarakat dan lingkungan alam dan berupaya memberi kebaikan kepada semua orang (Kej 2:18). Akan tetapi manusia kemudian menyalahgunakan kebebasannya karena terbujuk oleh iblis dan berkehendak ingin menjadi seperti Allah (Kej 3:5, 22). Karena pemberontakannya, manusia telah jatuh ke dalam dosa. Untuk itu manusia dihukum dan menjadi terasing dari Allah serta hidup dengan bersusah payah (Kej 3:17-19, 24).

 

Keterasingan dari Allah membuat manusia menjadi hamba iblis dan sekaligus menjadi hamba dosa, dan upahnya adalah maut dan kematian (Rm 6:17-20, 23). Perjalanan sejarah hidup manusia sejak Adam/Hawa hingga hancurnya kerajaan Israel membuktikan manusia tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya, terus berbuat dosa, dan dosa ini terus menghantui mereka. Ini membuat manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari jeratan iblis dan dosa tersebut sehingga manusia tidak mampu lagi melaksanakan tugas mandat budaya tersebut dengan baik dan benar. Kecenderungan hati manusia menjadi ”membuahkan kejahatan semata-mata” (Kej 6:5) sehingga ”Tidak ada yang benar, seorang pun tidak” (Rm 3:10). Oleh karena dosa manusia maka kehidupan menjadi rusak dan penuh kekerasan. Maka manusia dari debu kembali menjadi debu. Oleh karena itu manusia membutuhkan firman Allah dan penerangan dari Roh Kudus supaya ia mampu melihat dan mengertinya. Hal ini disebabkan dalam diri manusia tetap memiliki sisa gambar Allah sekalipun manusia telah jatuh ke dalam dosa. Gambar Allah yang retak dan ”kotor” itu perlu dibersihkan agar manusia dapat berkarya lebih baik lagi dalam melaksanakan mandat budaya dan mandat Injil yang diberikan kemudian (Mat 28:19-20).

 

Ketiga: Kristus sebagai Penebus dan jalan perdamaian (Rm 3:24-26)

Meski manusia terus menerus memberontak dan berdosa, sejak semula Allah tetap memelihara manusia dengan pengharapan akan pertobatan. Kasih Allah yang besar mengalahkan hukuman yang akan diberikan dan Allah tidak menginginkan kebinasaannya, melainkan keselamatan (Yoh 3;16; Kej. 6:8). Kasih Allah itu nyata dan sempurna ketika Ia memberi anugerah melalui Yesus Kristus sebagai jalan keselamatan untuk kembali kepada rencana Allah (Yoh 3:16; Rm 3:2-26; 5:15-21). Meski selama berabad-abad orang Yahudi telah belajar mengenal Allah melalui ketaatan kepada hukum-hukum-Nya, memelihara upacara-upacara ibadah, dan hidup berdasarkan peinsip-prinsip moral yang tertulis, mereka tidak mengenal Allah yang sejati, Allah yang penuh kasih. Dalam pemderitaan sebagai bangsa akibat penjajahan Romawi, maka penerimaan Yesus sebagai Mesias lebih memudahkan bagi orang Yahudi, khususnya akan pengharapan yang ada dalam iman mereka, namun bagi orang Romawi ini sering tidak masuk akal dan mereka lebih percaya kepada penyembahan berhala.

 

Di lain pihak janji keselamatan itu sudah ada sejak perjanjian lama. Melalui Yesus dan Injil penyelamatan itu diberikan melalui perdamaian antara manusia dengan Allah. Setelah sedemikian lama Allah tidak berbicara kepada umat-Nya, kasih Allah menjadi nyata dengan Allah menjadi manusia dan berwujud sempurna dalam kematian Yesus di kayu salib. Jadi dalam hal ini langkah pertama penyelamatan manusia adalah melalui penebusan dosa (ayat 24). Penebusan berarti segala hutang dan kuk telah dibayar lunas melalui darah Yesus. Ia yang tersalib menggantikan kita dan mati bagi kita. Manusia yang sudah ditebus tidak lagi menjadi hamba dosa dan iblis yang senang menjeratnya. Dalam PL faktor yang menjadikan seorang menjadi budak bisa saja karena hutang-hutangnya, maka dalam hal ini ketika hutang sudah dibayar lunas oleh Yesus maka orang itu sudah lepas dari ikatan (dosa) tadi. Dengan penebusan maka seluruh hidup kita menjadi bersih, seolah-olah sudah tidak memiliki dosa lagi.

 

Setelah penebusan dosa maka manusia dibenarkan (band. Rm 4:25; 5:18), yang dalam hal ini berarti dinyatakan sudah tidak bersalah dan tidak perlu dihukum lagi. Allah yang tadinya berhak murka kepada manusia tetapi karena kasih-Nya maka manusia dibenarkan. Apa yang sudah dialami oleh Yesus dengan pengakuan iman kita membuat Yesus berada pada posisi kita dan kita menjadi dibenarkan. Dengan kondisi dibenarkan maka terbuka jalan rekonsiliasi atau jalan perdamaian (ayat 25). Rekonsilisasi itu merupakan perdamaian atas manusia dengan Allah melalui Yesus yang telah menebus dan membenarkan kita sebagai anak-anak-Nya. Langkah ini kemudian diikuti dengan  pengudusan yang dijelaskan pada Rm 5:2 (band. 15:16) dan diakhiri dengan pemuliaan oleh Allah (Rm 8:18-19, 30).

 

Keempat: Manusia dibenarkan karena iman (Rm 3:27-28)

Injil memberi kita tentang kebenaran Allah dan rencana-Nya untuk menyelamatkan orang-orang yang dikasihi-Nya hingga masuk ke dalam kebahagiaan kekekalan. Melalui iman percaya kepada Yesus, hubungan kita dengan Allah terjalin baik. Allah membenarkan kita hanya karena iman dan semata-mata karena iman. Rasul Paulus mengutip beberapa kali Hab 2:4 untuk menunjukkan bahwa ketika kita percaya kepada Allah, kita akan diselamatkan dan kita hidup bersama Dia saat ini hingga kekekalan nanti.

 

Sebagaimana agama Yahudi, agama-agama lain mewajibkan banyak hal untuk dapat diterima Allah. Pengakuan dosa saja tidak cukup. Manusia diminta melakukan perbuatan baik sebanyak-banyaknya untuk berharap dapat menghapus dosa. Tapi disinilah keunikan kekristenan, sebab doktrin kekristenan menekankan, melalui perbuatan baik saja tidak membuat kita benar di hadapan Allah. Hal yang membuat kita menjadi diterima dan dekat dengan Allah bukan karena prestasi perbuatan baik setiap hari, atau kemampuan kita dalam mencapai kesempurnaan moral Allah. Manusia akan gagal dalam mencapai itu dan sering berujung pada kesombongan dan tujuan kemegahan diri sendiri. Oleh karena itu, usaha manusia tidak cukup alasan untuk memperoleh kehidupan kekal. Namun berkat kasih Allah, semuanya menjadi kasih karunia, pemberian semata yang didasarkan pada iman. Melalui iman percaya kepada Yesus yang telah menebus dosa-dosa kita, maka kita diselamatkan (Ef 2:8-10). Dosa-dosa ini tidak hanya bagi mereka yang hidup saat ini akan tetapi juga dosa-dosa di masa lampau pada masa kesabaran Allah (ayat 25), yang berarti bahwa Allah tidak membiarkan dosa-dosa masa lalu tersebut berkuasa dan tidak terselesaikan.

 

Mengapa Allah hanya meminta iman saja dari kita untuk diselamatkan? Dalam hal ini ada beberapa alasan kuat, yakni: pertama, iman menggantikan kebanggaan usaha manusia, sebab iman bukanlah hasil usaha kita melainkan kasih karunia. Kedua, iman mengangkat apa yang dilakukan oleh Allah bukan apa yang dilakukan manusia. Dengan demikian maka dalam hal ini manusia tidak dapat bermegah, sebab keselamatan itu hanya anugerah pemberian semata. Ketiga, iman mengakui bahwa kita tidak dapat mengkuti hukum-hukum dan ukuran yang Allah berikan, kita membutuhkan pertolongan. Terakhir, iman mendasarkan hubungan kita dengan Allah bukan karena kehebatan perbuatan dan tindakan kita. Hal ini sama dengan firman Tuhan dalam perjanjian lama yang mengatakan, "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya... tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena... ia mengenal Aku...." (Yer 9:23-24; band. Ef 2:9).

 

Penutup

Firman Tuhan minggu ini kembali mengingatkan kita akan peran penting iman dalam keselamatan. Manusia dengan segala pengetahuan dan kemampuannya tidak dapat melawan keinginan daging dan iblis sehingga kecendrungan untuk berdosa itu ada terus menerus. Manusia terus jatuh. Akan tetapi melalui Injil yang memiliki kekuatan dalam memberikan jalan keselamatan melalui Tuhan Yesus, rekonsiliasi/perdamaian dibuka atas dasar kasih Allah, sehingga kita ditebus dan dibenarkan untuk masuk dalam keselamatan dan hidup kekal. Bagaimana dengan tanggungjawab kita? Kita sudah menerima kebaikan melalui Injil, melalui kematian Yesus, melalui penebusan dan perdamaian, mari kita gerakkan hati kita untuk memberitakannya pada orang lain sehingga semakin banyak yang percaya dan diselamatkan.

 

Tuhan Yesus memberkati.


(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min adalah Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode Pusat GKSI. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, akan lebih baik jika pada setiap bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari dan juga diselingi humor yang relevan).

 

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 632 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7417072
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
1830
58357
169838
7204198
451934
1386923
7417072

IP Anda: 162.158.189.142
2024-11-22 00:42

Login Form