Khotbah Minggu 30 Maret 2014
Khotbah Minggu 30 Maret 2014
Minggu Pra Paskah IV
HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK TERANG
(Ef 5:8-14)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: 1 Sam 16:1-13; Mzm 23; Yoh 9:1-41
(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)
Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.
Nats Ef 5:8-14 selengkapnya dengan judul: Hidup sebagai Anak-anak Terang
5:8 Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, 5:9 karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, 5:10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. 5:11 Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. 5:12 Sebab menyebutkan saja pun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. 5:13 Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. 5:14 Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.
--------------------------------------
Pendahuluan
Firman Tuhan menjelaskan bahwa mereka yang diam di Efesus dahulunya hidup di dalam kegelapan. Berbagai perbuatan mereka lakukan yang membuat murka Allah dan selayaknya mereka akan mendapatkan penghukuman. Semua hal itu terjadi karena sebelumnya mereka tidak mengenal Kristus Yesus yang membawa terang kedalam hidup mereka. Sebagai orang yang sudah menerima terang dan hidup di dalam-Nya, maka mereka dan kita dipanggil untuk memiliki pola hidup yang berbeda dengan mereka yang tidak percaya dan terus dalam kegelapan. Melalui nas minggu ini kita diberikan pelajaran hidup bagaimana kita hidup sebagai anak-anak terang dan apa tanggung jawab kita setelah menerima terang itu.
Pertama: Kamu dahulu adalah kegelapan (ayat 8-9)
Kalau kita membaca ayat-ayat sebelumnya, hidup di dalam kegelapan berarti terlibat percabulan dan rupa-rupa kecemaran, perkataan yang kotor, kosong atau yang sembrono tidak pantas, menjadi orang sundal, cemar atau serakah, penyembah berhala, atau tersesat dengan kata-kata yang hampa. Dalam ayat 15 disebutkan juga hidup seperti orang bebal dan dalam pengaruh anggur yang memabukkan (ayat 18). Seseorang yang berada dalam kegelapan tidak hanya terjebak dalam situasi yang menjerat masa kininya, sebab dalam kegelapan ia kehilangan orientasi situasi keberadaannya, tetapi juga akan kehilangan arah pengharapan ke depan yang benar akan langkah selanjutnya dalam tujuan kehidupannya. Ia hanya bisa meraba-raba tanpa penglihatan, dengan kemungkinan jatuh ke situasi yang lebih buruk. Jalan keluar seolah suram kelam dan oleh karena itu seseorang yang berada dalam kegelapan sangat membutuhkan terang cahaya agar ia bisa keluar dan melangkah ke tempat yang lebih aman. Seseorang yang hidup dalam kegelapan (kejahatan) sangat membutuhkan terang cahaya kebaikan dan kebenaran yang itu bersumber dari Kristus.
Hidup di dalam kegelapan dan terang memberi kontras dan perubahan dari beberapa kondisi sebagai berikut:
Saat di kegelapan Saat di terang
Mati dalam penghukuman Hidup oleh kasih Kristus
Sasaran murka Allah Memperoleh kasih Allah dan keselamatan
Mengikuti jalan dunia Berdiri teguh dalam Kristus dan kebenaran
Musuh Allah Anak-anak Allah
Menjadi budak setan Bebas dalam Kristus mengasihi, melayani dan diam bersama-Nya
Jatuh dalam keinginan jahat Bangkit bersama Kristus dalam kemegahan
Kini sebagai orang yang sudah menerima dan beriman pada Kristus dan menerima terang-Nya, maka seluruh kegiatan hidup kita harus mencerminkan iman tersebut. Dengan menjadi percaya dan dalam terang, kita harus hidup di atas standar moral orang lain yang hidup dalam kegelapan, sehingga dapat memancarkan kebaikan Allah bagi orang lain (band. Khotbah Yesus di bukit Mat 5:15-16). Hidup sebagai anak-anak terang berarti kita menempatkan diri sebagai orang bertobat dengan tingkah laku kepribadian yang diperbaharui sepadan dengan kedudukan kita sebagai anak-anak Allah. Kita yang sudah menerima pengampunan perlu menjaga kekudusan dan kebesaran Allah melalui cermin diri kita, dengan memperlihatkan hadirnya Roh Kudus dalam hati dan menghasilkan buah-buah Roh (Gal 5:22-23; Mat 7:16-20). Bahkan demikian kerasnya peringatan dalam nas ini sehingga mengatakan bahwa kita pun tidak boleh berkawan dengan mereka, dalam arti bergaul secara aktif dalam kehidupan sehari-hari tanpa tujuan mengubah mereka.
Kedua: Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan (ayat 10)
Dalam ayat 1-7 diberikan perbandingan kontras antara hidup dalam kegelapan dan terang sehingga memudahkan kita melihat perbedaan nyata antara keduanya. Hidup sebagai anak-anak terang adalah berperilaku di dalam kasih sebagaimana Kristus Yesus telah mengasihi kita, jauh dari kecemaran sebagaimana sepatutnya orang-orang kudus, dan terus-menerus mengucapkan syukur. Hidup di dalam terang berarti berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, hidup seperti orang arif dengan mempergunakan waktu yang ada karena menyadari hari-hari sekarang ini adalah jahat, terus berusaha mengerti kehendak Tuhan, serta penuh dengan Roh. Hidup di dalam terang diungkapkan melalui mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani, serta segenap hatinya bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan. Dengan demikian, sungguh sangat jelas sebetulnya bagaimana kita hidup di dalam terang tersebut.
Namun kadang batas gelap-terang itu seringkali dibuat samar atau abu-abu seolah-olah tidak bisa membedakan antara hitam dengan putih (perumpamaan kegelapan sebagai hitam dan kebaikan sebagai putih). Mungkin kita berdalih atau mencari alasan-alasan khusus yang mencoba membela diri dengan mencari pembenaran atau pemaafan bahwa kita “harus” atau “terpaksa” melakukan tindakan kegelapan itu, dengan alasan itu hanya sementara. Maka untuk itu firman Tuhan ini mengingatkan bahwa dalam melakukan itu perlu diuji, apakah memang itu tujuan utama kita. Dalam beberapa situasi kisah Robin Hood perampok untuk membagikannya kepada kaum miskin dapat “dibenarkan”. Namun kalau kemudian kita ikut hidup menikmati hasil kejahatan itu maka tujuan mulia itu sudah tercemar. Demikian pula motivasi dalam melakukan perbuatan terang itu, apakah kita untuk mendapatkan pujian dan kemegahan diri sendiri, atau semua itu kita serahkan bagi kemuliaan nama-Nya, dengan prinsip “biarlah Ia menjadi besar dan aku menjadi kecil” (Yoh 3:30).
Demikian pula penonjolan diri sebagai individu atau kelompok. Kita sebagai orang percaya harus memperlihatkan suatu persekutuan orang percaya yang saling mendukung, yakni dalam kesatuan sebagai berikut:
- Satu dalam Allah, Allah Bapa yang memelihara kita hingga kekekalan
- Satu dalam Tuhan, Kristus dan kita adalah milik-Nya
- Satu dalam Roh, Roh Kudus yang menghidupkan dan berbuah
- Satu dalam iman, komitmen tunggal kita pada Kristus
- Satu dalam tubuh, persekutuan orang percaya yakni gereja
- Satu dalam baptisan, tanda dipersatukan dengan Allah melalui gereja-Nya
- Satu dalam pengharapan, kemegahan dalam masa mendatang
Apabila kita menamakan diri sebagai orang percaya dalam kasih Yesus, akan tetapi saling menjelekkan atau meninggikan denominasi gereja tempat kita bersekutu, maka sebenarnya kita melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Terang yang kita bawa harus mampu membedakan dengan jelas apa yang baik dan apa yang buruk. Ukuran dan pengujian sebenarnya adalah: apakah semuanya untuk menyenangkan hati-Nya dan untuk kemuliaan-Nya?
Ketiga: Telanjangilah perbuatan kegelapan itu (ayat 11-13)
Kitab Efesus secara umum dari awal menekankan setiap anak-anak Allah bukan saja dipanggil sebagai anak-anak kekasih Allah dan penurut, tapi juga harus menjadi prajurit Allah (Ef 6:11-13; band. 2Tim 2:3). Dengan demikian kita dipanggil tidak hanya untuk menikmati hidup di dalam terang tersebut dan bersekutu untuk mendapatkan sukacita semata, akan tetapi kita dipanggil untuk berjuang bagi terang yang lebih besar. Standar norma hidup kristiani yang tinggi itu harus diperlihatkan pada semua orang. Firman Tuhan mengajarkan, “Tidak seorang pun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya” (Luk 11:33). Pada bagian lain dikatakan, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!” (Flp 4:5). Standar kebaikan, keadilan dan kebenaran merupakan kaidah yang dapat dipegang. Sama seperti yang dikatakan melalui tiga filter penguji dari Socrates sebelum kita mengatakan sesuatu kepada orang lain, perlu kita tahu apa yang kita sampaikan itu: benar, baik, dan membawa manfaat. Bahkan dalam ayat minggu ini dikatakan, menyebutkan atau mengomongkan saja perbuatan-perbuatan jahat itu ditempat-tempat sembunyi, dalam arti gossip atau bisik-bisik itu dilarang.
Rasul Paulus menginstruksikan kita agar membuka atau menelanjangi perbuatan-perbuatan ini, seperti seorang peniup pluit (whistle blower), sebab diamnya kita bisa dianggap setuju dengan perbuatan itu. Allah menginginkan setiap orang berdiri di atas kebenaran dan setiap orang percaya harus berbicara keras tentang apa yang benar dan baik. Kita harus menentang dan mengungkapkan kejahatan sehingga kejahatan itu tidak berkembang seperti virus yang menjalar kepada orang lain bahkan ke seluruh tubuh masyarakat (Mzm 94:16). Sikap memihak kepada Allah harus terlihat benar-benar membenci dosa dan bukan abstain atau netral. Sikap menjauhi mereka juga bukan dalam arti kita tidak peduli terhadap perbuatan mereka, melainkan membenci perbuatannya dan bukan orangnya. Semoga dengan sikap kasih dan siap mengampuni itu mereka dapat melihat terang yang sangat indah sehingga mereka bertobat dan menikmati terang itu. Sikap kita harus optimis seperti kata firman, “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (Yoh 1:5; 3:19-21; 1Yoh 1:5-7).
Sikap kita harus tegas dan tidak boleh mendua atau munafik, dalam arti kata tidak samanya kata dengan perbuatan, tidak samanya hakekat dengan tampilan. Adalah terlihat aneh ketika kita hidup sebagai seorang prajurit/perwira, tapi tingkah laku kita bagaikan seorang artis selebritis “murahan”. Kepatuhan menjadi hal yang utama untuk terus menjadi sempurna. Kesalahan dan ketidak sempurnaan sesaat karena kekhilafan harus diperlihatkan dengan sikap penyesalan dalam. Memberi contoh buruk menjadi dosa yang buruk. Kita tidak bisa mengekspresikan diri sebagai seorang dokter atau atlit tapi pola hidup kita tidak terjaga sehat. Bilamana kita melakukan itu bukan saja kita mempermalukan Kristus yang telah menolong kita, tetapi kita juga akan menjadi bahan olok-olok dan tertawaan. Kehadiran kita sebagai terang haruslah merupakan model dan teladan yang merupakan teguran bagi sekitar kita yang hidup dalam kegelapan, meski tampak luar kita dibenci oleh mereka (Yoh 7:7; 15:18).
Keempat: Bangunlah, hai kamu yang tidur (ayat 14)
Mereka yang hidup terus di dalam kegelapan maka akan mendapatkan hukuman dari Allah (1Kor 6:9-10), sementara mereka yang setia dan terus berupaya hidup di dalam terang Kristus akan mendapat kasih Allah hingga kekekalan. Mereka yang tadinya terlelap dalam waktu yang sia-sia diminta menggunakan waktu secara efektip untuk melakukan sesuai dengan kehendak Allah. Mereka yang terlelap dan tertidur diminta bangun melihat terang dan melayani Tuhan. Jadi dalam hal ini mereka tidak tertidur dan memahami bahwa perbuatan-perbuatan kegelapan tidak berbuahkan apa-apa, sehingga harus menghindarinya, dan meninggalkan perbuatan kesenangan yang menghasilkan dosa (1Tes 5:5).
Kalimat “Bangunlah…” ini tampak bukan kutipan langsung dari perjanjian lama, tetapi mungkin dari sajak atau lagu-lagu yang cukup dikenal oleh orang Efesus saat itu. Kalimat itu mungkin dilatar belakangi dari kitab Yesaya (26:19; 51:17; 52:1; 60:1) dan Mal 4:2, yang dipakai saat pembaptisan keluar dari air. Baptisan saat itu dipakai juga bagi mereka yang bertobat dari penyambahan berhala, dan keberadaan mereka dalam kegelapan berhala itu dianggap tertidur dan saat dibaptis menjadi terbangun. Oleh karena itu Rasul Paulus mendorong orang Efesus untuk bangun dan bangkit dan menyadari kondisi yang berbahaya bagi mereka khususnya mereka yang sudah terjatuh tergelincir (band. Rm 13:11). Terang yang dibawa Kristus itu memiliki daya untuk membangkitkan, membersihkan dan memulihkan dan itu siap menjadi berkat bagi semua orang.
Dalam ayat berikutnya disebutkan agar kita yang menerima terang itu bersikap seksama hati-hati ditengah-tengah zaman yang jahat, dengan mempergunakan waktu sisa yang ada dan sangat berharga bertindak sebagai prajurit Kristus, membangunkan orang-orang untuk melihat terang dari Kristus (Yes 60:1). Ada tiga hal katanya di dunia ini yang sekali kejadian tidak pernah kembali, yakni waktu, kesempatan dan ucapan (khususnya yang salah menyakitkan). Waktu dan kesempatan adalah anugerah yang kita miliki namun berlalu sangat cepat dan tidak bisa kembalikan. Oleh karena itu ditengah waktu yang terus berjalan dan kesempatan menabur dan menuai selalu terbuka, kita merapat ke dalam barisan prajurit Kristus sehingga melalui terang dan pelayanan kita nama Tuhan dimuliakan.
Penutup
Sebagai anak-anak terang kita harus jauh hidup dalam kegelapan yang membuat hati Allah bersedih. Kita sebagai umat-Nya hendaklah meneladani Yesus Kristus dengan hidup sesuai dengan panggilan kita. Semua yang kita lakukan pun sebagai perbuatan terang perlu diuji apakah sesuai dengan kehendak-Nya dan dapat menyenangkan hati-Nya, berdasarkan kebaikan, keadilan dan kebenaran. Kita dipanggil bukan saja untuk menjadi teladan dan model sebagai orang yang sudah menerima kasih dan pengampunan, tetapi kita juga dipanggil untuk menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan orang lain agar itu tidak menjadi virus menular bagi yang lain. Tindakan itu sekaligus juga untuk membuktikan bahwa kita sebagai prajurit Allah yang siap untuk membangunkan orang lain agar tidak terjerat dalam kegelapan, melainkan mereka dapat menikmati terang yang membebaskan dan menikmati kasih Allah yang berkelimpahan sebagai anak-anak terang. Naikkanlah doa kepada Tuhan agar kita dibimbing-Nya ke arah hidup terang sehingga dapat mengerti rencana indah-Nya.
Tuhan Yesus memberkati.
(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min adalah Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode Pusat GKSI. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, akan lebih baik jika pada setiap bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari dan juga diselingi humor yang relevan).
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 705 guests and no members online