Thursday, November 21, 2024

Khotbah Minggu 20 April 2014

Khotbah Minggu 20 April 2014

 

Minggu Hari Raya Paskah

 

PIKIRKANLAH PERKARA DI ATAS, BUKAN DI BUMI

(Kol 3:1-4)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 10:34-43 atau Yer 31:1-6; Mzm 118:1-2, 14-24; atau Kis 10:34-43; Yoh 20:1-18 atau Mat 28:1-10

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)


Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas Kol 3:1-4 selengkapnya:

 

3:1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. 3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. 3:3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. 3:4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

 

---------------------

 

Pendahuluan

Dalam kitab Kolose, firman Tuhan yang disampaikan melalui Rasul Paulus pada bab 1 dan 2 bercerita tentang apa yang sudah dilakukan oleh Kristus bagi kita, khususnya dalam menebus dosa-dosa kita dan keselamatan, termasuk penjelasan alasan yang salah tentang penyangkalan diri. Maka dalam bab 3 dan 4 Rasul Paulus menjelaskan bahwa setelah Kristus melakukan sesuatu yang bergitu istimewa bagi kita, maka kita pun perlu melakukan sesuatu bagi Dia, termasuk untuk keberadaan gereja yang Dia adalah Kepala. Pada bagian awal bab 3 ini dijelaskan tentang pentingnya kita memikirkan hal-hal di atas dan bukan lagi soal-soal di bumi. Maka melalui nas minggu ini, kita diberikan pokok-pokok pengajaran sebagai berikut.

 

Pertama: Dibangkitkan bersama Kristus (ayat 1a)

Setiap orang percaya yang menerima Kristus pada hakekatnya telah mati dengan dosa-dosa lamanya (Rm 6:11), sebab dosa itu upahnya maut (Rm 6:23). Hidup lamanya telah dikubur dan dipisahkan dari dosa-dosa itu. Namun oleh karena kebaikan dan anugerah Tuhan Yesus, kita dibangkitkan dari kematian itu. Simbol baptisan dengan diselam pada zaman dahulu dapat diartikan demikian; ketika seseorang dibenamkan, itu lambang dikuburkan, dan ketika diangkat dari air, itu lambang dibangkitkan. Tetapi baptisan tetaplah sebuah simbol, sama seperti tanda sunat lahiriah di zaman Musa. Oleh karenanya dalam Kol 2:12 dikatakan, "karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati."

 

Bangkit bersama dengan Kristus berarti hidup kerohanian kita dibangkitkan oleh Allah untuk memasuki hidup baru bersama dengan Kristus. Melalui kebangkitan itu, Allah memperbarui roh dan jiwa kita dengan Roh Kudus diam dan berkuasa di dalam hati kita, meski fisik kita belum berubah setelah kebangkitan itu, yakni masih memiliki tubuh yang sama sebelum masa hidup baru. Kita masih tetap hidup dan tinggal di dunia ini, dengan pengertian kita tidak bisa lepas dari kebutuhan pangan, sandang, biologis, rasa aman, dan lainnya, dan demikian juga kita tidak bisa menghindar dari penyakit dan kematian tubuh duniawi yang ada. Dalam hal itu memang "dunia lama" kita masih tetap ada, yang membuat kadang-kadang kita terjatuh ke dalam dosa akibat kedagingan dan rayuan si jahat. Oleh karenanya, tanpa memiliki hidup baru dengan kuasa Roh Kudus, maka segala upaya kita untuk hidup yang berkenan kepada Allah akan sia-sia.

 

Bangkit bersama Kristus berarti memberi kesempatan kepada Roh Kudus untuk membaharui hidup kita secara terus menerus, sebagaimana dijelaskan pada pasal 2 sebelumnya, mengakui bahwa hidup kita sudah menjadi milik-Nya, sehingga kita memiliki sifat dan perilaku serupa seperti Kristus. Kitab Rm 6:5 mengatakan, “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.” Kita jangan masuk dalam pengajaran-pengajaran yang salah sebagaimana dinyatakan pada pasal 2 yang menjauhkan kita dari Kristus dan kasih akan sesama, melainkan berupaya memberikan yang terbaik sesuai dengan talenta dan karunia untuk menyenangkan hati Allah. Orientasi kita tetaplah sorgawi tempat Kristus Yesus duduk saat ini di sebelah kanan Allah (Mzm 110:1; Mrk 16:19; Ef 1:20). Ia bertakhta sambil terus berdoa bagi kita orang percaya, agar kerohanian kita sama dengan wujud perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari.

 

Kedua: Cari dan pikirkanlah perkara di atas (ayat 1b-2)

Bagi kita yang sudah dibaptis dan mati di dalam Kristus, firman Tuhan sebelumnya mengatakan, "Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia (Kol 2:20). Firman ini mengajarkan agar belenggu ketakutan berupa ketaatan dalam ritual dan aturan-aturan peribadahan itu memperlihatkan ketidakdewasaan kita sebagai orang yang sudah dibangkitkan bersama Yesus. Sebagai manusia baru kita orang percaya diminta mencari perkara-perkara di atas, dalam hal ini maksudnya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan sorgawi. Kita tidak terjebak lagi dengan aturan-aturan legalistik dan menghilangkan hakekat yakni kasih. Firman Tuhan menegaskan, "carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat 6:33). Mencari dan memikirkan sesuai nas minggu ini berarti mengerahkan segala upaya roh dan jiwa kita untuk memberikan yang terbaik. Kita bisa lihat dan ukur hal itu dari kesukaan kita pada firman Allah dan keinginan menjadi pelaku-pelaku firman Allah.

 

Memikirkan hal-hal di atas berarti berjuang untuk menempatkan prioritas sorgawi dalam kehidupan praktis sehari-hari. Hal-hal di atas berarti sesuatu yang berlawanan dengan di bumi, meski cara berpikir itu akan mempengaruhi tindakan kita di bumi. Ini juga berarti kita berkonsentrasi pada hal-hal yang abadi dibandingkan dengan hal yang sementara di dunia ini yang memperlihatkan kedewasaan dalam berpikir. Memikirkan tentang hal-hal di atas berarti melihat kehidupan ini dari sudut pandang Allah dan mencari tentang rencana-Nya dalam hidup kita. Beberapa hal tentang hidup yang berkenan kepada Allah itu diberikan pada ayat-ayat berikutnya hingga pasal 4. Dalam  Kol 3:15 diberikan gambaran bagaimana Kristus menguasai hati dan pikiran orang-orang Kristen (band. Flp 4:9). Hal ini bisa menghasilkan penangkal bagi kecendrungan materialisme, dan kita juga mendapatkan pemahaman yang benar akan materi dan kekayaan ketika kita melihat dari sudut pandang sorgawi. Itu juga merupakan penangkal bagi sensualitas, dan akan melengkapi penangkal-penangkal yang menghambat perkembangan aspek kerohanian kita, serta menyadari mengikut Kristus berarti mengasihi dan melayani dunia. Dengan mencari apa yang Kristus inginkan, kita memiliki kekuatan untuk menahan kesenangan-kesenangan dan kegiatan tidak produktif lainnya.

 

Kewargaan kita adalah sorgawi (meski kita masih punya KTP di bumi). Dalam kitab Filipi dikatakan, “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya” (Flp 3:20-21). Dengan demikian kita membuat penilaian dan pertimbangan segala aspek kehidupan ini dari sudut pandang sorga. Kita hidup di dunia bukan berarti kita harus membenci dunia dan menjadi terpisah dengannya. Kita hanya memperlakukan dunia di sekitar kita sebagaimana Allah menciptakan dengan maksud tujuan-Nya, maka kita akan hidup secara harmoni di dalamnya. Membenci dunia haruslah dalam pengertian sifat-sifat duniawinya, bukan membenci isi ciptaan-Nya, sebab tugas dan tanggungjawab kita ada juga di dalamnya yakni sebagai orang-orang yang mengelola demi nama kemuliaan-Nya.

 

Ketiga: Kamu telah mati dan tersembunyi dalam Dia (ayat 3)

Apa yang dimaksudkan dengan hidup orang percaya tersembunyi di dalam Kristus? Kita tahu orang mati dikuburkan dan menjadi tersembunyi di dalam tanah. Tetapi orang yang mati dosa-dosanya, tubuhya tetap ada terlihat namun hidupnya menjadi tersembunyi di dalam Kristus. Inilah perbedaan yang sangat penting.  Dalam perjanjian lama tersembunyi berarti aman dan selamat (Mzm 27:5–6; Yes 49:2; 31:19–20). Pelayanan dan perbuatan kita tidak menghasilkan keselamatan, sebab keselamatan dari iman, tetapi semua pelayanan dan perbuatan baik itu adalah buah dari keselamatan. Ini bukan sekedar pengharapan akan masa depan, tetapi juga sebuah fakta yang sudah digenapi pada saat ini. Status dan kedudukan kita sudah pasti. Oleh karena itu peganglah teguh akan keselamatan yang diberikan, dan hiduplah setiap hari untuk Kristus. Kebenaran ini akan melengkapi perspektif yang berbeda tentang hidup kita di dunia ini dan dunia ini bukan lagi yang terpenting dan utama.

 

Tersembunyi di dalam Kristus berarti yang terjadi bukan lagi penonjolan diri. Apa yang kita perbuat dan capai dalam hidup, pekerjaan dan pelayanan harus kita akui bahwa itu adalah kehendak dan pertolongan Allah, sehingga Dia-lah yang ditinggikan, bukan kita. Kita bermegah hanya dalam salib Tuhan (Gal. 6:14; Luk 9:23). Apa yang kita lakukan memang bisa tersembunyi bagi mata dan pujian manusia, akan tetapi itu semua ada terbuka dan terungkap dalam buku kehidupan kita. Kita juga jangan terjebak dalam kegiatan-kegiatan yang membawa kita seolah-olah rajin bersekutu, ikut beribadah, membaca firman Tuhan, bahkan melayani, namun kemudian kita merasa tidak bahagia. Pasti ada yang salah dalam hal ini. Jangan sampai dalam melakukan itu kita sebenarnya melupakan hakekat dan tujuan melakukan itu sehingga kita kecewa dan merasa tidak puas. Jangan sampai ibadah dan pelayanan kita berpusat pada diri sendiri dan bukan pada Kristus. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi atas tujuan dan penyertaan Roh dalam melakukan semua itu, sebelum akhirnya kekecewaan kita membawa kita kepada dosa. Perlu dilihat dan diperhatikan komunitas kita bergaul yang sangat menentukan dalam cara berpikir kita, di samping tentu saja kecendrungan bawaan dari bawah sadar yang merupakan hasil pendidikan dan masa kecil.

 

Kita telah mati dan tersembunyi berarti harus menekan serendah dan sesedikit mungkin keinginan-keinginan duniawi. Semua itu hanya terjadi bila terjadi proses identifikasi diri kita menjadi serupa dengan Kristus. Tujuan kita hanyalah untuk melakukan kehendak Allah yang bersifat kekal dan mulia. Namun itu juga jangan ditafsirkan bahwa kita harus lari dari dunia ini dengan mengasingkan diri dalam bentuk tapa, merenung-renung, semedi, atau larangan-larangan yang tidak berguna. Kalaupun kita melakukan hal itu maka dasarnya haruslah dari hikmat akal pikiran atau tujuan latihan rohani. Seseorang yang tidak makan daging atau darah jangan berdasarkan bahwa itu dari firman Tuhan, akan tetapi boleh saja berdasarkan hal itu tidak sehat sebab mengandung kolesterol tinggi. Memang dalam sejarah kekristenan hal-hal ekstrimitas juga pernah ada dalam bentuk menjaga kekudusan, namun akhirnya semua kembali kepada firman Tuhan yang dipadu dengan hikmat akal pikiran yang diiluminasi oleh Roh Kudus.

 

Keempat: Kita pun menyatakan diri kelak dengan Dia (ayat 4)

Sebagaimana dikatakan di atas, mereka yang sudah percaya hidupnya tersembunyi di dalam Kristus, dalam pengertian apa yang dilakukannya untuk kebaikan Kristus adalah pekerjaan Kristus dalam dirinya (Gal 2:20). Ia tidak menonjolkan diri sehingga manusia tidak dapat melihatnya dengan baik. Tetapi dalam semua perbuatan baiknya itu, Allah melihat dan mencatat dengan jelas akan semua hasil kerjanya termasuk dengan motivasinya. Satu pun tidak akan terlewatkan dan semua yang mengambil bagian dalam perluasan kerajaan-Nya menjadi jelas bagi semua orang. Kemuliaan Yesus pada masa kedatangan-Nya dan masa penghakiman bagi bangsa-bangsa merupakan saat kemuliaan bagi kita. Semua janji-Nya pasti sebab Dia adalah Allah yang setia.

 

Kebangkitan Kristus adalah fakta yang sudah tidak dapat disangkal. Kebangkitan Kristus merupakan dasar iman kita yang membuat semua yang kita percayai dan kerjakan sebagai buah iman tidak akan sia-sia, dan semua yang kita lakukan akan penuh berarti. Kebangkitan-Nya adalah kebangkitan kita juga, bukan saja saat ini tetapi juga kelak pada kita berupa kebangkitan tubuh kemuliaan. Kebangkitan kita saat ini memberi kita kuasa untuk hidup bagi dia saat ini, dengan hidup berbuah dan terus berkarya. Kebangkitan kita kelak dengan tubuh kemuliaan memberi kita pengharapan akan masa depan yakni Dia akan datang kembali. Pada bagian akhir pasal 3 ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa orang percaya harus bertindak saat ini dalam menyongsong saat kembali-Nya.

 

Saat ini Tuhan Yesus sudah duduk bertakhta di sorga (Mzm 110:1; Ef 1:20). Rumah kediaman orang Kristen adalah tempat dimana Kristus hidup (Yoh 14:2,3). Semangat kita adalah semangat pengabdian dan rasa syukur dan bukan semangat mencari imbal jasa. Upah adalah sesuatu hak yang melekat dan bukan itu tujuannya. Kesempurnaan dalam panggilan dan pilihan Tuhan yang membuat kita sebagai orang yang merdeka adalah supaya kita semakin memberi buah, menjadi serupa dengan gambar Kristus (2 Kor 3:18). hidup semakin berbuahkan kebenaran (2 Kor. 9:10). Bagi kita yang sudah memahami itu dan rindu untuk berbakti, melayani Allah dengan segenap hati dan melayani sesama kita. Maka semua itu nanti akan dibukakan dan dinyatakan pada saat Parusia, janji kemuliaan itu akan datang bersama-sama dengan Dia (Yoh 17:24).

 

Penutup

Melalui nas minggu ini kita diingatkan bahwa sebenarnya kita sudah dibangkitkan dari kematian akibat dosa-dosa kita. Kristus Yesus telah melakukan itu melalui penderitaan dan kematian-Nya sebagai tebusan atas dosa-dosa kita. Maka untuk itu kita tidak lagi memikirkan hal-hal yang rendah di bumi ini, melainkan berpikir dan mencari hal-hal yang di atas di sorga. Cara berpikir ini akan mempengaruhi kita dan membuat apa yang kita lakukan adalah pengakuan karena pertolongan Tuhan, dan itu membuat kita tidak menonjolkan diri. Diri kita menjadi tersembunyi di dalam Kristus yang sudah hidup di dalam diri kita. Kita tidak perlu kecewa atau kesal meski manusia tidak melihat dan menghargai hal itu.  Seperti dikatakan ayat terakhir nas minggu ini, “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.”

 

Tuhan Yesus memberkati.


(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min adalah Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode Pusat GKSI. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan).

 

Khotbah Jumat Agung 18 April 2014

Khotbah Jumat Agung 18 April 2014

 

Memperingati Kematian Tuhan Yesus

 

KITA MEMPUNYAI SEORANG IMAM BESAR

(Ibr 10:16-25)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari:

Yes 52:13-53:12; Mzm 22; Ibr 4:14-16, 5:7-9; Yoh 18:1-19:42

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)


Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas Ibr 10:16-25 selengkapnya:

 

10:16 sebab setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, 10:17 dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka." 10:18 Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa. 10:19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, 10:20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, 10:21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. 10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. 10:23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. 10:24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. 10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

 

--------------------------------------

 

Pendahuluan

Perjanjian lama mengajarkan cara untuk menebus dosa sesuai dengan hukum Taurat. Dalam melakukan itu mereka melakukan ritual-ritual sesuai dengan aturan legalistik yang diajarkan melalui nabi Musa. Salah satu hal yang penting dalam ritual itu adalah peran Imam Besar umat Yahudi sesuai dengan peraturan Melkisedek. Namun kini orang percaya pengikut Tuhan Yesus diajarkan untuk tidak terikat lagi pada aturan-aturan legalistik tersebut. Peran Imam Besar juga sudah berganti dari manusia keturunan Lewi menjadi Imam Besar Agung yakni Tuhan Yesus Kristus. Penebusan dan pengampunan dosa juga tidak dengan darah hewan, melainkan dengan darah Yesus sendiri yang tercurah di Golgota. Melalui nas minggu ini kita diajarkan tentang hal tersebut melalui pokok-pokok pikiran di bawah ini.

 

Pertama: Perjanjian baru dan pengampunan (ayat 16-18)

Perjanjian lama mengajarkan bahwa manusia yang melakukan dosa dan kesalahan dapat menebus dengan menyerahkan korban persembahan. Ada beberapa jenis korban persembahan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuannya, yakni:

 

  • Ola, korban bakaran
  • Khatta’t, korban penghapus dosa
  • ‘Asyam, korban penebus salah
  • Minkha, korban sajian
  • Zevakh dan Selamin, korban perdamaian dan korban keselamatan

 

Dalam ritual persembahan itu mereka yang berdosa akan membawa persembahan, baik berupa ternak hewan atau barang lainnya. Jenis, ukuran dan nilai dari persembahan yang diberikan, disesuaikan dengan tingkat kesalahan mereka yang berdosa, tetapi juga disesuaikan dengan kemampuan ekonominya. Seorang janda miskin yang berdosa dapat membawa hanya tepung atau seekor burung tekukur, akan tetapi seorang pejabat kerajaan diwajibkan membawa beberapa ekor hewan ternak seperti sapi atau lembu yang gemuk sebagai ganti penebusan atas kesalahan dirinya yang besar. Oleh karena itu dalam ritual yang lazim dilakukan, seorang imam akan meletakkan tangannya di atas hewan ternak tersebut, mensahkan bahwa itulah penebusan atas dosanya, dan kemudian setelah hewan itu disembelih, darahnya dipercik-percikkan ke seluruh arah Bait Allah. Ibadah itu dapat berlangsung berulang-ulang apabila mereka melakukan dosa yang berulang juga. Dalam hal ini, yang ditekankan adalah ketaatan pada aturan Taurat itu, sehingga secara hakekat, manusianya sendiri tidak mengalami perubahan dalam dirinya (band. Ibr 10:1).

 

Melalui nas ini disampaikan (ayat 15) bahwa Roh Kudus telah membuat perjanjian baru dengan mengatakan bahwa Ia "telah menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka", dengan maksud hati orang percaya telah dimeteraikan oleh firman-Nya. Maka dalam hal ini perubahan yang diutamakan adalah dalam diri orang itu melalui hatinya. Kalau di dalam pemahaman Taurat semua dosa itu seolah-olah menumpuk terus menerus dan dibalas dengan kebaikan yang lebih besar termasuk ketaatan pada aturan pemberian korban persembahan itu, maka melalui perjanjian baru ini, pemahamannya berubah total. Allah mau mengampuni semua kesalahan manusia, tidak diperhitungkan lagi, timbunannya hilang bersih, melupakan dosa dan kesalahan yang lalu-lalu, sepanjang mengakui bahwa Allah telah menempatkan Roh Kudus di dalam hatinya, menjadi manusia baru, manusia yang berbeda dengan sebelumnya. Hal ini terjadi secara otomatis ketika seseorang mengakui Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatnya, maka pada saat yang sama hati orang tersebut diubah diperbaharui serta bersamaan Roh Kudus diam dan berkuasa di dalam hatinya.

 

Kalau dilihat bagian awal, nas ini sebenarnya merupakan peneguhan ayat sebelumnya (Ibr 8:2) dan penggenapan nubuat Nabi Yeremia dari kutipan Yer 31:33, "Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka. Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa." Hal yang dimaksudkan adalah kita tidak perlu lagi mengulang-ulang mengakui dosa-dosa yang lalu dan membawa persembahan sebab penebusan sudah sempurna dan lengkap. Melalui persembahan tubuh Kristus yang mati dan menjadi tebusan bagi dosa-dosa kita, maka tidak diperlukan lagi korban-korban dan persembahan lain untuk memperoleh pengampunan. Melalui darah dan jalan Kristus Yesus, kita orang-orang percaya telah dibersihkan, dimurnikan, dan dipersiapkan untuk persekutuan abadi dengan Allah. Korban tubuh Yesus sudah sangat sempurna, tidak bercacat, dan hanya sekali untuk selama-lamanya (Ibr 10:10). Ini jelas merupakan kemenangan sejati manusia dalam melawan kuasa dosa, kuasa iblis, dan konsekuensinya yakni kematian.

 

Kedua: Keberanian menghadap Imam Besar (ayat 19-21)

Bait Allah di Yerusalem terdiri dari tiga bagian, yakni pelataran luar tempat umat datang untuk beribadah termasuk menyampaian korban persembahannya. Bagian tengah merupakan tempat para imam dan suku Lewi yang dianggap sebagai bagian pengurus Bait Allah. Kemudian ada ruang mahasuci tempat Imam Besar menyampaikan doa dan persembahan umatnya. Umat Israel tidak dapat dengan bebas memasuki kedua wilayah tersebut yang didasarkan atas keberdosaan mereka. Ruang maha kudus itu ditutup dengan tirai agar tidak seorang pun umat Israel dapat masuk bahkan melihat ke dalam. Dalam hal ini ada tirai penghalang dan membuat jarak antara umat dengan Imam yang mewakili Allah. Imam Besar umat Yahudi juga hanya masuk ke dalam ruang tersebut sekali setahun di Hari Penebusan, saat ia mempersembahan korban persembahan untuk penebusan dosa-dosa umatnya.

 

Akan tetapi ketika Yesus mati, oleh kuasa Roh Kudus, tirai di Bait Allah itu kemudian robek terbelah dua (Mat 27:51; Luk 23:45) dan membuat batas dan jarak antara Allah dengan manusia tidak ada lagi. Tirai penghalang itu hilang melalui penderitaan dan kematian Yesus, sehingga manusia dapat menghampiri Allah ke dalam ruang maha kudus setiap saat, tanpa memerlukan Imam Besar yang lain selain Kristus Yesus sendiri. Dengan terkoyaknya trai itu, kita orang percaya telah menjadi imam-imam dan bagian dari suku Lewi dengan "tubuh yang dibasuh dengan air", yang membuat kita orang-orang yang dipanggil khusus dan dikuduskan. Oleh karena itu orang percaya dengan penuh rasa syukur dan penuh keyakinan bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni melalui percikan darah dan kematian Tuhan Yesus, dengan mengaku Ia sebagai Penebus dan Juruselamatnya. Bahkan dalam ayat lain dikatakan bahwa tubuh kita adalah bait Allah sendiri yakni tempat Roh Kudus bersemayam dalam memandu hidup kita setiap saat. Inilah yang dimaksudkan merupakan jalan yang baru dan yang hidup (dalam pengertian hidup senantiasa dalam kekekalan sebagai Pengantara – Ibr 7:25) bagi kita melalui tabir yaitu Tuhan Tubuh Yesus sendiri.

 

Melalui tabir yang terkoyak saat ini kita menurut peraturan Melkisedek mempunyai seorang Imam Besar Agung yakni Tuhan Yesus sebagai kepala Rumah Allah, atau Kepala Gereja dan Umat Allah, dan setiap orang dapat menghampiri-Nya dengan rasa syukur dan penuh keyakinan (Rm 5:2; Ef 3:12; Kol 1:22). Orang percaya dengan penuh syukur senantiasa dapat menghampiri Allah melalui Kristus melalui penyembahan dan doa, di segala tempat dan waktu, tanpa ada keterikatan untuk datang ke Jerusalem atau tempat mistik lainnya, sebab Allah kita adalah Allah Mahahadir. Imam Besar Agung kita yaitu Yesus Kristus juga adalah Allah Mahahadir dan sekaligus bertakhta di sorga, yang membuktikan karya penyelamatan-Nya sudah sempurna. Dan kalau pun kita saat ini memiliki pendeta dan hamba Tuhan sebagai imam, mereka adalah yang dipanggil khusus untuk melaksanakan amanat agung dan tugas-tugas kejemaatan sebagai konsekuensi adanya gereja sebagai tubuh Kristus. Dengan demikian, telah tersedia tempat maha kudus surgawi bagi orang percaya, dan untuk itu diperlukan hamba-hamba Tuhan dalam pelayanan imamat rajani bagi mereka.

 

Ketiga: Menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas (ayat 22-23)

Kita memiliki keistimewaan setelah hidup baru di dalam Kristus. Beberapa keistimewaan tersebut adalah: Pertama, sebagaimana dijelaskan di atas, kita memiliki jalan masuk kepada Allah melalui Kristus dan dapat begitu dekat kepada-Nya tanpa melalui cara yang rumit bertele-tele dan perantaraan manusia lainnya (ayat 22); Kedua, kita dapat bertumbuh dalam iman melalui hubungan yang lebih dalam dengan memanfaatkan kebebasan menghadap Dia (ayat 23). Menghadap dalam hal ini pengertiannya adalah “datang kepada” atau menghampiri. Pertanyaannya, bagaimana caranya kita bisa langsung datang kepada Allah? Kita tidak mungkin datang dengan hati yang penuh kebencian atau motivasi atau kecendrungan yang tidak benar; melainkan kita harus datang dengan hati yang tulus ikhlas dan bersifat pribadi, dengan maksud untuk memuji dan memuliakan Dia. Kita dapat mengukur dan mengetahui motivasi kita benar atau tidak, jika kita menanyakan dengan jujur dan mengevaluasi tujuan kita ketika datang menghadap dan meminta atau menyembah dan berdoa. Dasar kita melakukan evaluasi adalah firman Tuhan (Ibr 4:2) dan ketekunan kita menjaga kehidupan sehari-hari yang berkenan kepada-Nya.

 

Hal kedua yang dinyatakan adalah perlunya keyakinan iman yang teguh. Iman dalam hal ini adalah keteguhan dan kepastian bahwa kita telah diselamatkan dan adanya jaminan kekal berlandaskan pada korban penebusan Yesus yang sempurna, dan adanya kuasa Roh Kudus yang diam di dalam hati kita. Orang percaya mendapat kehormatan dapat datang dengan penuh keberanian, bebas dari rasa bersalah, tanpa keraguan, dengan keyakinan menyampaikan isi hatinya dan bahwa Ia akan mendengar dan menjawab permohonan kita. Maka dalam hal ini kesungguhan menghampiri Allah dan iman melalui Yesus Kristus menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kepastian ini juga memampukan kita merubah keraguan dan tantangan menjadi peluang untuk memperoleh kasih karunia dan pertolongan yang lebih besar, sehingga hidup kita semakin berkenan dan dipakai oleh Tuhan. Iman adalah percaya dan berpengharapan pada kebaikan Allah melalui Tuhan Yesus dan meggantungkan segala hal pada-Nya (Ibr 4:16; 11:6), dan kesempatan itulah yang harus dimanfaatkan setiap orang dengan percaya dan datang kepada Tuhan Yesus.

 

Dengan dasar perjanjian baru yang disampaikan tadi, hati dan kesadaran kita juga sudah dibersihkan seluruhnya, dalam hal ini bukan sebagian-sebagian atau bersifat sementara (band. Ibr 9:14). Melalui kesadaran yang sudah dibersihkan, dengan membayangkan "tubuh kita sudah dibersihkan dengan air yang murni" sebagai gambaran diri kita yang dibersihkan, maka kita dapat menghampiri Allah dengan kekudusan. Ini juga sama seperti baptisan sebagai tanda pembersihan tubuh bagian luar, demikianlah Kristus melakukan pembersihan pada sisi dalam hati kita, sebagai pembersihan atas dosa-dosa kita (Kis 22:16). Sekali “tubuh” kita sudah dibersihkan dan dibasuh dengan air yang murni melalui pembaptisan iman percaya, dan hati kita disucikan dan dibersihkan dari yang jahat melalui pengakuan Roh Kudus yang menguasai hati kita, maka kita bebas datang kepada-Nya tanpa perantara. Firman Tuhan nas minggu ini meneguhkan, kita berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia (band. 1Kor 1:9; Ibr 3:1, 6; 7:19).

 

Keempat: Saling memperhatikan dalam kasih (ayat 24-25)

Dua keistimewaan sebagai buah hidup baru di dalam Kristus telah disampaikan di atas. Ada dua buah tambahan lagi yakni kita dapat menikmati saling dukung dan kasih dari sesama orang percaya (ayat 24); dan terakhir, kita dapat beribadah bersama sesame orang percaya dengan sukacita (ayat 25). Yesus Kristus sebagai Kepala Rumah (Umat) Allah dan Kepala Gereja tidak menghendaki satu pun anak-anaknya yang terhilang. Latar belakang dan perjalanan hidup setiap orang tidaklah sama, demikian pula dengan kesiapan dalam menghadapi tantangan dan pergumulan hidup. Dalam kehidupan ini kita berhadapan dengan pelbagai pencobaan dan perjuangan hidup, bahkan kadang kala dengan ketidakadilan dan penganiayaan. Mereka yang membenci Kekristenan akan terus melakukan upaya-upaya hal itu. Kita juga tidak perlu langsung menghakimi sebab setiap orang mudah jatuh dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu juga dalam Doa Bapa Kami kita selalu menaikkan permohonan, jauhkanlah pencobaan dari kami.

 

Tetapi itu semua mendorong semangat kita untuk bersekutu dengan sesama orang percaya, berusaha lebih keras lagi untuk dapat bersatu dalam iman dan perbuatan, membangun semakin kuat dalam menghadapi tantangan yang kita hadapi. Dari sisi lain kita juga akan menghadapi ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan pokok iman kita. Maka nas minggu ini mengingatkan bahwa menjauhkan atau menghindari pertemuan-pertemuan ibadah sama saja dengan mengabaikan pentingnya orang Kristen untuk saling menolong. Kita berkumpul untuk berbagi dan saling menguatkan satu sama lain di dalam Tuhan. Kesediaan kita untuk berkumpul dan saling menasihati dan mengajar, mewujudkan kasih dan perbuatan baik terhadap sesama dan orang yang belum percaya membuktikan iman kita hidup dan menyadari kita adalah bagian dari rencana Tuhan dalam membangun kerajaan-Nya yang lebih luas. Dalam kitab Galatia dikatakan, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Gal 6:2). Dengan hati yang sudah dibersihkan kita seyogiayanya semakin memahami dan peka akan kehendak-Nya, sehingga jangan menafsirkan pertemuan ibadah itu hanya datang pada ibadah hari minggu saja. Melalui persekutuan orang percaya dalam ibadah dan hubungan pribadi yang erat diharapkan adanya sinergi yang lebih baik dalam meninggikan nama Tuhan Yesus.

 

Setiap orang percaya harus berpegang teguh pada tugas dan pengharapan ini. Kita tidak boleh mudah terombang-ambing oleh berbagai pergumulan yang dapat meruntuhkan iman kita. Keengganan bersekutu dapat menimbulkan iman yang merosot dan memudar. Sebaliknya ketekunan dalam beribadah akan menghasilkan disiplin yang baik.  Orang Kristen dipanggil bukan untuk menjadi pribadi yang individual. Allah memberikan gereja untuk tempat kita saling berbagi dan menguatkan. Sikap ini juga harus dikaitkan dengan berpikiran bahwa hari Tuhan akan segera datang, yakni dalam pengertian "kecil" bersifat pribadi atau dalam pengertian besar yakni akhir zaman, meski pada nas ini lebih tepat tentang nubuatan hancurnya kota Yerusalem dan Bait Allah oleh serangan Nero dan Kaisar Titus di tahun 70 M setelah Tuhan Yesus naik ke sorga. Akan tetapi Yesus Kristus tetap akan datang kembali untuk menjemput kita orang-orang yang setia dan menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Ia yang akan menyediakan tempat bagi kita yang setia, dan untuk itulah kita peringati kematian-Nya pada Jumat Agung ini.

 

Penutup

Atas kebaikan dan anugerah Allah di dalam Kristus dosa-dosa kita sudah ditebus dengan kematian-Nya. Penderitaan yang Dia alami melalui jalan menjadi manusia biasa, merubah hal pokok bagi kita dalam menebus setiap dosa dan kesalahan kita. Kita tidak perlu lagi membawa korban persembahan berulang-ulang, karena kita sudah disucikan dengan darah-Nya. Ruang Mahakudus di sorga terbuka bagi kita orang percaya. Kita juga dinyatakan harus dengan berani menghampiri takhta-Nya menyampaikan segala keluh kesah dan penderitaan, bahkan seluruh pengharapan kita. Tidak diperlukan lagi imam lain manusia biasa sebab Ia sudah menjadi Imam Besar Agung kita. Dengan iman yang teguh, kita melangkah di setiap saat dan tempat mengisi kehidupan ini dengan melakukan perbuatan kasih sebagai penggenapan janji-janji sorgawi yang akan kita terima. Mari kita melupakan dosa masa lalu dengan tetap mengikut Yesus dan mengabdikan hidup kita bagi Dia dan melayani-Nya, dengan tetap berpengharapan teguh bahwa Ia akan kembali untuk menjemput kita yang dipilih-Nya. Dengan demikianlah kita memperingati kematian-Nya dan sekaligus menghormati apa yang sudah dilakukan-Nya bagi hidup kita.

 

Tuhan Yesus memberkati.


(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min adalah Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode Pusat GKSI. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan).

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 709 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7405875
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
48990
61324
158641
7204198
440737
1386923
7405875

IP Anda: 172.70.143.99
2024-11-21 20:05

Login Form