2025
2025
Khotbah (2) Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal
Khotbah (2) Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal
SPESIAL DI HADAPAN ALLAH (Mzm. 147:12-20)
“Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal. Haleluya! (Mzm. 147:20)”
Firman Tuhan di Minggu kedua setelah Natal atau Minggu pertama di tahun baru, diambil dari Mzm. 147:12-20. Judul perikopnya: Kekuasaan dan kemurahan Tuhan. Ayat 1-11 sebelumnya menekankan kekuasaan dan kemurahan Tuhan, dengan karya-Nya yang besar dan ajaib bagi umat-Nya Israel. Tuhan baik dengan memulihkan mereka dari pembuangan di Babel, menyembuhkan yang patah hati, dan membalut luka-luka mereka (ayat 1-3). Kebaikan tersebut meneguhkan pengakuan Allah Mahakuasa, yang menciptakan bintang-bintang dan membuat awan-awan penutup langit. Ia membuat gunung-gunung dan menumbuhkan rumput (ayat 4, 8). Maka untuk itu Allah sungguh layak dimegahkan, disembah, serta dinaikkan puji-pujian bagi-Nya (ayat, 6-7).
Kita pun sebagai jemaat Israel baru, pengikut Kristus, tentu sudah merasakan kuasa dan kemurahan Tuhan sepanjang tahun lalu. Kita merayakan Yesus Kristus yang turun ke dunia, menebus dosa-dosa manusia, dan menjadikan Ia sebagai Juruselamat dan Raja yang memerintah hidup sehari-hari. Kita dapat menghitung hari-hari kemurahan Tuhan, membuat daftar besarnya, termasuk kemurahan-Nya, sehingga kita sehat selamat masuk ke tahun yang baru ini.
Tetapi, mungkin ada yang tidak dapat merasakan kebaikan Tuhan selama tahun lalu, atau sebelumnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Pertama, kita perlu menyadari bahwa kebaikan Tuhan tidak tergantung kepada keadaan kita atau seseorang. Dia Allah yang Mahabaik; itu karakter Allah. Tidak ada yang dapat mengubah itu. Mungkin kita merasa sudah meminta, bahkan mengklaim memintanya dengan iman, namun belum ada jawaban. Tentu hal yang perlu ditanyakan adalah: apakah kita memintanya dengan motivasi yang baik? Allah tidak mungkin memberikan ular jika anak-anak-Nya meminta ikan (Mat. 7:9-10, Flp 4:19).
Nah, kalau kita merasa Allah belum baik (kepada kita), justru pertanyaannya: Mengapa? Mazmur minggu ini mengajarkan: Pertama, kita belum sungguh-sungguh menjalankan perintah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Kurang taat, itu istilah tepatnya. Jika kita merasa Allah berkuasa memberikan yang kita minta, maka taatlah pada aturan dan perintah-Nya. Bersekutu tiap pagi, berserah dalam menjalani kehidupan, produktif dan bekerja dengan baik, dan berbuah bagi sesama. “Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya dan hukum-hukum-Nya kepada Israel,” kata Mazmur ini dalam ayat 19.
Kedua, kita mungkin tidak mensyukuri pemberian Allah yang sudah ada. Istilahnya, sering kurang puas. Allah Mahatahu akan kebutuhan dan keperluan kita. Tidak pernah ada yang mati karena kelaparan di negeri ini. Maka bila ada yang ingin ditambahkan, berusahalah dalam jalan Tuhan untuk meraihnya. Membuat rencana itu mutlak, sebab Allah lebih senang melihat rencana yang kita buat dan diberkati-Nya (Luk. 14:28; Yak. 4:15). Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.... (Mat. 7:7). Tetapi janganlah meminta hanya kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu (Yak. 4:3).
Kita juga harus belajar bersyukur, meski ada pergumulan dan ujian iman yang datang menerpa. Sepanjang itu bukan karena kebodohan atau hilangnya hikmat, maka Tuhan pasti memberikan jalan keluarnya (1Kor. 10:13; Flp 4:13). Tetaplah semangat dan bersyukur. Tuhan menginginkan kita bertumbuh dalam keyakinan akan penyertaan-Nya, dan semua itu terjadi jika ada penghayatan firman yang dalam dan benar (lih. Rm 8:28). Ketahui firman-Nya dan refleksikan dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan semakin mengenal Allah yang Mahabaik itu. Jadi, jangan hanya manis di mulut saja (Mat. 2:1-12).
Allah berkuasa dengan karakter Mahabaik-Nya, maka tidak sulit merasakan kita telah diberkati. “Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik” kata ayat 14. Ia menyampaikan perintah-Nya, firman-Nya, maka semua terjadi, bahkan membalikkan (ayat 15, 18).
Merasa diri hebat bahwa kita tidak membutuhkan Allah, sebab pintu-pintu gerbang berkat telah ada, itu sikap yang salah. Matthew Henry mengatakan, “palang pintu” tetap Allah yang pegang (ayat 13). Palang itu bisa menutup semua, kemudian orang congkak menjadi sengsara. “Allah senang kepada orang-orang yang takut akan Dia,” kata nas di ayat 11.
Poin penting dalam nas Mazmur minggu ini adalah: jadikan diri kita spesial, istimewa di hadapan Allah. Jangan merasa kita seperti “orang kebanyakan”, biasa-biasa saja. Kita merupakan pilihan Allah dalam bagian rencana-Nya. Membuat “perjanjian dengan Allah” menjadikan kita spesial, dan Allah akan menyertai dengan janji tersebut (ayat 19). Dan ayat 20 nas mengatakan, “Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.” Jadikan resolusi kita di tahun yang baru ini: aku istimewa di hadapan Tuhanku. Haleluya!
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal
Khotbah (3) Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal
SUKACITA MENANTI (Yer. 31:7-14)
“Mereka akan datang bersorak-sorak di atas bukit Sion, muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan TUHAN, karena gandum, anggur dan minyak, karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi; hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik, mereka tidak akan kembali lagi merana” (Yer. 31:12)
Firman Tuhan bagi kita hari Minggu ini adalah Yer. 31:7-14. Judul perikopnya: Perjanjian baru. Surat Yeremia ini ditulis saat bangsa Israel di masa pembuangan. Berbagai kesusahan mereka alami: tidak ada lagi lahan bertani dan panen hilang, kejahatan meningkat, umat terserak tidak dapat berkumpul, beribadah sulit sehingga pengajaran hilang, rumah Tuhan kosong, hubungan dengan Allah semakin menjauh (ay. 4-9). Tetapi, Allah berjanji memulihkan hal itu semua. Keselamatan akan diberikan, kesedihan menjadi sukacita dan sorak-sorai.
Kita sudah merasakan beratnya perjalanan hidup tahun lalu. Pandemi Covid-19 melantakkan seluruh bumi. Jutaan orang Indonesia semakin miskin, pekerjaaan hilang, pendapatan turun bahkan lenyap, berkumpul untuk melepas rindu pun dilarang. Keluar rumah harus bertutup mulut dan hidung, tidak boleh lagi merangkul, dan harus mengikuti prokes 5M supaya selamat dari virus jahat. Dalam hal ini, mungkin ada yang bertanya: Dimana Tuhan? Mengapa Tuhan membiarkan ini terjadi?
Nas minggu ini menjelaskan bahwa di atas semua kesusahan umat Israel itu, tujuan Allah adalah terjadinya pemulihan rohani. Bangsa Israel dihukum dengan dibuang ke negeri orang; oleh karena dosa-dosa umat dan pemimpinnya. Tidak ada ketaatan dan tidak ada lagi hubungan kasih sesama yang erat di antara umat. Para imam tidak lagi peka terhadap pesan Allah; umat telah meninggalkan Allah dan para pemimpin pun tidak peduli atas situasi yang ada yakni berkat Tuhan tidak lagi tercurah bagi mereka.
Perayaan Natal yang baru lalu selayaknya mengingatkan, jika ingin kita dipulihkan maka umat perlu semakin mendekat kepada Tuhan. Pemimpin juga harus semakin menyadari tujuan Yesus datang ke dunia, yakni bukan hanya untuk menebus dosa dan memberitahukan tahun rahmat, tetapi juga "untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; ... untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4:18-19). Sangat jelas, selain rohani dipulihkan, semua kemiskinan dan dampaknya, mesti dikembalikan kepada gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26).
Pemulihan seperti apa yang kita harapkan setelah pandemi ini berlalu? Pemulihan apa yang kita mimpikan di tahun yang baru ini? Semua tergantung kita. Allah bekerja dengan perkasa dengan mudah membalikkan semua keadaan. Justru kita yang perlu banyak berkorban, perlu lebih banyak bersekutu dengan Tuhan dengan membaca firman dan berdoa; berdoa tidak hanya untuk diri sendiri.
Gereja-gereja kita sebaiknya tidak hanya fokus dan sibuk dengan dirinya, mengurus organisasi dan denominasi untuk kepentingan anggotanya saja. Sebab, hal ini akan membuat umat lainnya yang berada di kawasan jauh dan pinggiran menjadi terus terabaikan. Serigala mengintai dan gereja tidak peduli. Jika kita ingin kesusahan pandemi ini segera berlalu, mohonkan kita dipulihkan dari "pembuangan" peradaban normal. Saatnya semua pihak bertobat, berbalik ke maksud Tuhan demi menebus dan menyelamatkan, yakni untuk menjadi alat Tuhan dalam menyelamatkan orang lain. Yesus diutus untuk mengutus kita. Ia memberkati agar kita menjadi berkat. Ia memberi teladan supaya kita menjadi teladan.
Marilah, memasuki tahun yang baru ini, kita nyatakan dengan bersyukur, juga semakin memberi hati dan talenta kita kepada Tuhan dan sesama. Kita bersukacita karena Tuhan telah menebus dan menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya. Kita melewati tahun lalu dan kini kita berpengharapan sebab Tuhan memberi janji baru kepada kita. Saatnya akan tiba: "Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka. Aku akan memuaskan jiwa para imam dengan kelimpahan, dan umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku” (ay. 13b-14).
Tuhan telah bersemayam dalam hati kita semua menjalani tahun yang baru ini.
Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2025 - Perayaan Tahun Baru
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2025 - Perayaan Tahun Baru
SEGALA SESUATU ADA WAKTUNYA (Pkh. 3:1-13)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Mzm. 8; Why. 21:1-6a; Mat. 25:31-46
Pendahuluan
Saya dan keluarga pertama-tama mengucapkan Selamat Tahun Baru 2025 kepada sahabat semua pengunjung website kita ini. Salam Kasih.
Tahun baru selalu disambut penuh kegembiraan karena mengandung pengharapan. Tanggal 1 Januari ibarat sama dengan hari ulang tahun bagi setiap orang, sebuah batu pengukur jarak (milestone) atau halte perhentian sementara dalam perjalanan, saat untuk merenungkan perjalanan hidup yang ditempuh dalam 1 tahun ke belakang, sekaligus menatap ke depan hari-hari yang baru. Jadi dalam perhentian itu selalu ada dua arah pandangan, ke depan dan ke belakang. Oleh karena itu nama bulan Januari sebenarnya berasal dari nama Janus, dewa orang Romawi, dengan patung dua muka, satu menghadap ke belakang, dan satu menghadap ke depan. Orang Romawi sendiri berdoa bagi dewa Janus untuk memberkati “awal segala usaha”, dengan pengharapan berhasil pada tahun yang baru tersebut.
Dalam mengevaluasi perjalanan hidup kita yang lalu, kita harus memiliki hikmat agar semua yang berlalu biarlah berlalu, menjadi milik masa lalu. Let the past belong to the past. Kita tidak perlu meratapi atau menangisi yang sudah berlalu tersebut. Kalaupun ada rasa penyesalan, hal itu harus dijadikan sebagai cambuk untuk mendorong lebih baik lagi ke depan, kembali ke jalan Tuhan. “Penyesalan” harus dilihat sebagai renungan atau komtemplasi saja untuk melihat apa yang seharusnya bisa dilakukan pada masa lalu untuk kebaikan tetapi tidak kita lakukan (dan tentu juga atas apa yang kita lakukan berupa kejahatan). Mungkin kita melakukannya atau tidak melakukannya dengan berbagai alasan, yang semua itu harus kita pertanggungjawakan kemudian. Perjalanan memang seperti berkendaraan, melihat ke belakang hanya dengan spion kecil, tetapi kalau ke depan melalui kaca besar yang luas dengan hamparan segala kemungkinan baik yang ada.
Pertama: Segala sesuatu ada waktunya (ayat 1-8)
Firman Tuhan dari ayat 1 – 8 melukiskan bahwa beberapa perbuatan manusia yang buruk sebelumnya haruslah berganti menjadi sesuatu yang baik. Alkitab menggambarkannya, seperti di bawah ini:
Ada waktu menangis ada waktu tertawa
Ada waktu meratap ada waktu menari
Ada waktu menanam ada waktu memperoleh hasil
Ada waktu berdiam diri ada waktu berbicara
Hal lainnya yang penting dari waktu itu adalah: siapakah yang menentukan waktunya? Adalah salah kalau kita mengatakan bahwa kitalah yang menentukan. Sejatinya, Tuhan yang memberi waktu dan Tuhan yang menentukan waktu. Dalam teori ilmu pengetahuan, “waktu” itu ada karena ada gerak, ada energy, ada perpindahan. Semua itu karena Tuhan juga sebagai sumber energi dan pergerakan. Waktu adalah mutlak dan sama. Kalaupun ada yang mengatakan waktu itu relatif (misalnya dalam contoh lima menit di dekat api pasti beda dengan di dekat yang kita kasihi), sebenarnya itu perasaan saja.
Tetapi ada orang yang berusaha “mengatur waktu” dengan cara yang tidak berkenan kepada Tuhan. Mereka menginginkan sesuatu tetapi tidak sabar sehingga pergi ke tukang ramal, melihat horoskop, ke dukun dan para penenung, yang menurut kitab Pengkhotbah itu hanyalah sia-sia “menjaring angin” (Pkh. 1:14; dst.). Usaha itu kalau dilihat sebenarnya didasari oleh keraguan atas waktu yang ditetapkan Tuhan, atau tidak percaya bahwa Tuhan ikut campur tangan dalam menentukan apa yang terbaik bagi kita dari seluruh usaha dan keinginan kita. Usaha-usaha untuk mengingkari waktu Tuhan dan mencoba berusaha dengan kuasa lain, maka sebenarnya kita sudah murtad. Maka, sabarlah atas waktu yang ditetapkan Tuhan dan jauhilah penetapan waktu untuk kepentingan sendiri dengan cara-cara yang tidak berkenan kepada Tuhan.
Ini juga yang disampaikan dalam bacaan lainnya kitab Mazmur 8, bahwa betapa mulianya Allah dalam mengatur kehidupan ini. Meski banyak yang murtad, Allah tetap bersabar. “Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan; apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (ayat 4-5). Mari kita percayakan semua kepada Dia, karena Dia yang mengatur kehidupan kita ini.
Kedua: Pekerja pasti mendapat upah (ayat 9-10)
Ada kesan kitab Pengkhotbah seolah-olah “ragu” terhadap segala usaha manusia, kesan seolah semua harus kita serahkan kepada Allah, dan Allah sendirian yang mewujudkannya. Pandangan ini tidak benar. Jalan pikiran seperti ini tentu salah. Bahwa Allah memiliki hak prerogative atas setiap insan manusia, itu sudah pasti. Tetapi Allah juga tidak melepaskan semua proses kehidupan itu harus mengikuti hukum-hukum alam seolah-olah manusia dibiarkan saja sendirian menjalani hukum alam itu. Itu hal yang tidak benar. Allah adalah Roh dan Roh ada bersama kita, ada dalam hati dan pikiran kita. Roh itu yang menuntun kita menjalani hukum alam itu, tetapi kadangkala Roh itu menentang hukum alam itu karena Dia adalah Allah yang Mahakuasa. Dia adalah Pemilik dan Majikan dalam menjalani seluruh proses itu.
Allah meminta setiap orang untuk berpartisipasi dalam memenuhi panggilan dan amanat kehidupan di dunia ini. Rencana Allah dalam kehidupan kita harus direnungkan, dicerna, dan “diexercise” melalui doa mohon petunjuk Allah. Dalam kerangka itulah, setiap saat khususnya awal tahun baru ada kesempatan yang bagus untuk perenungan itu, sehingga ada timbul pengharapan baru, ada resolusi baru dalam menempuh hari-hari ke depan. Mungkin resolusi itu hal yang belum terwujud di tahun sebelumnya, tetapi mungkin juga merupakan kelanjutan atau peningkatan dari hal yang sudah dicapai. Adalah baik bagi setiap orang untuk membuat daftar resolusi itu, daftar pengharapan apa yang ingin didapatkan dan diraih dalam tahun 2025 ini. Resolusi dan pengharapan tidak dilarang Tuhan, justru memberi arah dan visi apa yang akan dicapai dan sekaligus merupakan pendorong atau motivasi untuk mencapainya. Tentu dalam mencapainya, hal yang utama adalah bahwa kita harus bekerjasama dengan Tuhan sehingga sebenarnya Tuhan yang menentukan keberhasilan dalam pencapaian tersebut.
Nats ini mencontohkan bahwa setiap pekerja akan memperoleh upahnya. Meski dengan gaya agak “sinis” dikatakan, “Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya”. Tetapi maksud dari ayat tersebut adalah agar kita jangan terpukau pada pekerjaan itu sendiri, tidak terpukau pada upah (duniawi) itu sendiri. Kebahagiaan dan sukacita bukan berasal dari itu semua, melainkan dari hubungan dan pengakuan bahwa Allah yang mengatur segalanya. Pengertian lainnya dalam bentuk apapun yang kita lakukan, maka akan ada upahnya. Upah (berbuat) dosa adalah maut. Upah (berbuat) kebaikan dengan dasar iman, adalah hidup damai bersama Allah dalam kekekalan.
Kalau kita kaitkan nats ini dengan bacaan lainnya dalam Mat. 25:31-46, maka pesan yang lebih khusus adalah agar kita mewujudkan kasih kepada mereka yang berkekurangan. Bacaan Mat. 25 ini menggambarkan bahwa apabila kita mengasihi Allah, maka kasih itu harus kita wujudkan kepada mereka yang berkekurangan dan memerlukan. Oleh karena itu digambarkan: kapankah kita membiarkan Tuhan Yesus lapar, kekurangan pakaian, dan tidak melihat saat sakit? Nats ini mengatakan, ketika mereka orang kecil yang lapar (di sekeliling kita) tidak kita beri makan, tidak beri pakaian atau menjenguk mereka saat sakit, maka kita tidak melakukannya kepada Tuhan Yesus. Alkitab menuliskan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40). Kepada yang tidak melakukan kasih itu, Tuhan Yesus memberi “upah” dengan mengatakan: “… Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya”.
Itukah upah yang kita harapkan sebagai pekerja di dunia ini, dimana kita mengaku Tuhan adalah Majikan dan Pemilik hidup kita?
Ketiga: Indah pada waktunya (ayat 11-12)
Mari kita mulai dengan pengakuan, kita sendiri tidak akan mampu. Mungkin dengan mengandalkan kemampuan kita sendiri, kita berhasil mencapai seseuatu, tetapi itu pasti bukan yang terbaik. Justru yang terbaik adalah kalau kita melakukan segala sesuatu itu bersama dengan Tuhan. Hal itu akan membuat kita lebih berani, lebih berkarya, lebih mampu, dan lebih siap dalam menghadapi hari-hari ke depan yang lebih baik dalam kehidupan ini.
Untuk itu hal yang penting adalah bagaimana kita terus berubah, berubah oleh dasar akal budi kita (Rm 12:2). Berubah dari pribadi yang lama menjadi pribadi yang baru, berubah dari orang yang mengandalkan diri sendiri menjadi mengandalkan Tuhan, berubah dari keluarga yang lama menjadi keluarga yang diperbaharui. Berubah terus menerus menjadi lebih baik dan berkenan kepada Tuhan dengan akal budi, itulah yang diinginkan olehNya. Jangan kita lupakan, perubahan itu sendiri adalah proses yang abadi sampai kita nanti “berhenti“ karena kematian dan kekekalan sudah tiba dalam perjalanan hidup kita.
Jangan kita lupakan, iblis akan merongrong kita terus menerus. Banyak cara yang dibuat oleh iblis karena dia adalah pembohong dan penggoda. Kita harus bisa mengalahkan Iblis. Iblis sering memanipulasi keadaan sehingga sesuatu yang biasa-biasa dibuat menjadi hal yang tidak memuaskan, hal sepele digoda oleh iblis menjadi masalah besar. Ada kisah di balik ini seperti kita lihat dalam kata-kata dalam bahasa Inggris: dissatisfaction (tidak puas), diskualification (tidak mampu), disadvantage (tidak beruntung), dan sebagainya yang memakai kata dis di depan katanya. Kata dis dalam hal ini berasal dari Dewa Dis yang dilambangkan sebagai setan atau iblis. Dengan demikian segala hal yang membuat dissatisfaction (ketidakpuasan) sebenarnya adalah godaan iblis. Justru bagaimana dalam perjalanan hidup ini kita mampu membuat: kekesalan kita rubah menjadi kegembiraan, kecemasan menjadi keceriaan, ketakutan menjadi kewaspadaan, dan sebagainya. Kita harus bersabar dan melihat, segala pengharapan dan resolusi kita yang sudah kita buat (mari kita buat), pada waktunya nanti Allah akan mewujudkannya, membuat segalanya indah pada waktunya.
Keempat: Bersyukurlah (ayat 13)
Hal yang terpenting adalah kita selalu ada bersama Tuhan dalam melangkah masuk ke tahun 2025 ini. Kita bersyukur atas apa yang sudah kita jalani. Segala berkat yang kita terima ucapkan Haleluya. Kalau Tuhan memberi kita kesehatan pada saat ini, itu sangat disyukuri. Kalau kita ada dalam sakit-penyakit, maka kita harus bersyukur Tuhan memakai cara yang unik dalam mendekatkan kita kepadaNya. Untuk hal itu juga kita layak mengatakan: Haleluya, terpujilah Tuhan. Sebab yang utama kita sudah diselamatkan melalui kasih Tuhan Yesus yang baru kita rayakan natal seminggu lalu.
Kita harus semangat dan antusias dalam memandang ke depan. Semangat dalam pengertian antusias yang berasal dari kata Yunani en-theos (yang dalam bahasa Inggris ditulis enthuastic). En berarti di dalam dan Theos berarti Tuhan. Jadi antusias, enthuastic, entheos berarti kita ada di dalam Tuhan. Kita bersama dengan Tuhan. Justru siapa yang belum semangat, berarti belum ada di dalam Tuhan.
Meraih masa depan di dalam Tuhan mendorong kita untuk bercita-cita, bervisi, berorientasi ke masa depan. Untuk itu sikap kita akan lebih dinamis, progresif dan jauh dari sekedar berangan-angan saja. Menyusun pengharapan dalam rasa syukur, membuat resolusi dalam syukur, dan mengakui bahwa Allah akan mendampingi kita melangkah ke depan adalah rasa yukur yang tidak terkira. Kita yakin, bersama Tuhan maka semua akan menjadi baru, melihat buah dari pekerjaan kita itu kelak seperti yang disampaikan dalam bacaan ketiga (Why. 21 :1-6a) yakni : ‘… langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi‘ (ayat 1). Pesan dari sorga bagi penerima upah yang baik dikatakan, ‘ ….aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka’ (ayat 3).
Penutup
Kita yang hidup pada saat kini memang tidak bisa lepas dari masa lampau, tetapi kita harus melihatnya hanya sebagai sebuah perenungan dengan kaca spion yang kecil. Sebaliknya kita harus melihat ke arah masa depan dengan kaca besar yang penuh pengharapan, karena kita berjalan bersama dengan Tuhan dalam tahun 2025 ini.
Mari kita syukuri bahwa kita lewati tahun 2024 dan tetap bersama Tuhan di tahun 2025 ini. Kita bersyukur sudah diselamatkan dan ditebus. Kita melihat waktu yang berjalan adalah waktu bersama dengan Tuhan. Kita menjadi pekerja Tuhan yang siap menerima upah dari padaNya, karena semua akan indah pada waktunya. Semua akan terlihat nanti pada saatnya, pada saat ada langit baru dan bumi yang baru. Dia adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir (ayat 6).
Selamat TAHUN BARU 2025 dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Tahun Baru 1 Januari 2025
Kabar dari Bukit
LIHATLAH, INI BARU (Pkh. 1:1-11
Perayaan Tahun Baru 1 Januari 2025
“Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari” (Pkh. 1:9).
Hari ini kita memulai tanggalan yang baru, 1 Januari 2025. Mulai hari ini ke hari seterusnya, tahunnya bertambah satu. Seperti itulah kira-kira cara kita memahami masa depan dan akhir dunia ini.
Tahun baru selalu membawa harapan. Memang harapan kadang-kadang bisa menjadi sumber kekecewaan, jika tidak terwujud atau terlambat. Francis Bacon berkata, “Harapan sangat bagus sebagai sarapan, tetapi tidak bagus untuk makan tengah malam.” Tetapi harapan lebih memiliki nilai plus yang besar, yakni menjadi pendorong dalam kehidupan. Harapan adalah sauh yang kuat (Ibr. 6:19), maka tetap bersukacitalah dalam pengharapan (Rm. 12:11). Harapan yang besar membuat orang menjadi besar, kata Thomas Fuller. Alkitab menegaskan, jangan terjebak realitas. “... karena hal-hal yang dilihat bersifat sementara; tetapi hal-hal yang tidak terlihat adalah abadi (2Kor. 4:18).
Saya percaya segala sesuatu memiliki awal dan akhir. Firman Tuhan berkata: “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan” (Why. 21:6). Saya juga percaya pada proses. Dalam proses ada yang berjalan sesuai hukum alam, dan kadang campur tangan Tuhan secara langsung. Orang beriman layak menyadari hal itu. Dalam proses tersebut, firman Tuhan menekankan, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm. 90:12).
Hidup di dunia sebuah perjalanan, sebuah ziarah. Di pergantian tahun ini, sangat baik bagi kita untuk berhenti sejenak, merenungkan perjalanan kita selama tahun 2024. Pasti ada sesuatu kebiasaan dan tingkah laku perbuatan kita yang kurang berkenan kepada Tuhan. Demikian halnya ada doa dan pengharapan yang terwujud, tapi mungkin ada pergumulan yang belum terjawab. Semua layak direnungkan dan dikembalikan kepada Tuhan kita, pemilik dan pengendali kehidupan.
Kita harus tetap berpegang bahwa Tuhan itu baik, sangat baik. Untuk itu “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Mzm. 107:1). Dengan bersyukur maka kita tahu Tuhan bekerja dan memberi yang terbaik dalam hidup kita dalam memasuki tahun yang baru ini. Bila ada pengharapan naikkan dalam resolusi baru di 2025. Bila ada pergumulan yang belum terjawab, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya" (ay. 11a).
Mari kita berpegang pada narasi lagu KJ 408:
"Di jalanku 'ku diiring oleh Yesus Tuhanku.
Apakah yang kurang lagi, jika Dia Panduku?
Diberi damai sorgawi, asal imanku teguh.
Suka-duka dipakai-Nya untuk kebaikanku;
Suka-duka dipakai-Nya untuk kebaikanku."
Selamat TAHUN BARU 2025 untuk kita semua dan selamat beribadah bersekutu bersama Dia.
Tuhan Yesus mengiringi kita yang takut kepada-Nya, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Tahun Baru 1 Januari 2025 Perayaan Tahun Baru
Khotbah (2) Tahun Baru 1 Januari 2025 - Perayaan Tahun Baru
IA MEMISAHKAN DOMBA DARI KAMBING (Mat. 25:31-46)
Bacaan lainnya: Pkh. 3:1-13; Mzm. 8; Why. 21:1-6a
Pendahuluan
Saya dan keluarga pertama-tama mengucapkan Selamat Tahun Baru 2025 kepada sahabat semua pengunjung website kita ini. Salam Kasih.
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dari sisi tampak luar, sedikit sulit membedakan murid Yesus yang sejati dengan murid yang asal-asalan. Seringnya seseorang hari Minggu ke gereja dan menyatakan Pengakuan Iman Rasuli tidak menjadi jaminan bahwa hal yang dinyatakannya itu sesuai dengan perbuatanya sehari-hari. Ada orang yang pintar menyembunyikan kejahatannya atau dosa-dosa di tengah-tengah masyarakat, dan ada juga yang melakukan perbuatan baik tapi bertujuan kamuflase atau pencitraan. Namun Tuhan pasti mengetahui semua itu dan menjadi ukuran masuknya seseorang dalam kerajaan-Nya dan akan terlihat saat penghakimam di akhir zaman. Melalui nas minggu ini kita memperoleh pelajaran hidup penting sebagai berikut.
Pertama: Penghakiman dan pemisahan (ayat 31-33)
Dalam sebuah seminar di Eropa baru-baru ini tentang masa depan bumi dan seluruh isinya, seorang ahli mengatakan bahwa nasib bumi ini tergantung kepada manusia. Meski sudut pandangnya adalah soal kecukupan pangan, energi, perubahan lingkungan dan lainnya, memang hal ini benar di satu sisi. Maksudnya, kelangsungan hidup manusia dari sisi fisik-biologis tersebut sangat tergantung kepada hikmat manusia sendiri, cara manusia mengelola dan menyepakati masa depannya sendiri. Beberapa hal yang pokok, misalnya, adalah soal pertumbuhan penduduk, pengelolaan dalam soal kebutuhan makanan, penghematan energi penjagaan lingkungan hidup, sangat menentukan dalam ketahanan dan daya dukung alam ini. Apakah bangsa-bangsa penghuni bumi, misalnya, dapat melakukan kebijakan pertumbuhan nol penduduk (zero population growth) atau bahkan "satu anak cukup" seperti di negeri China, tentu sangat menentukan nantinya. Mungkin dalam hal ini kita sedikit optimis bahwa suatu saat bangsa-bangsa akan dapat menyesuaikan diri sendiri, dalam arti muncul apa yang disebut sebagai "wisdom of the nations" atau "wisdom of the crowd" yakni bersatunya bangsa-bangsa dan penduduk dalam menghadapi masalah bersama.
Namun di samping faktor fisik-biologis, masa depan dunia ini juga ditentukan oleh sikap dan tingkah laku manusia itu sendiri secara moral rohani. Sudut pandang rohani seperti, misalnya, bagaimana manusia mensikapi keberadaannya dan tentang peran Tuhan dalam perjalanan hidupnya sebagai pribadi, sebagai komunitas atau bangsa-bangsa. Dengan teknologi dan informasi yang semakin maju, memang ada kecenderungan bahwa manusia semakin mengandalkan akal pikirannya sendiri, lebih ego-sentris, dan bahkan tidak lagi memerlukan Tuhan. Manusia berpikir bahwa kemegahan manusia dapat dicapai dengan teknologi, atau persoalan manusia yang ada sebenarnya hanyalah karena ketidakmampuan manusia itu sendiri dan tidak memerlukan Tuhan dalam penyelesaiannya. Dengan pikiran seperti itu, peristiwa menara Babel akan terulang kembali dan akhirnya Allah menghukum manusia. Itulah akhir zaman.
Di lain pihak manusia belum bisa menafsirkan nubuatan akhir zaman secara pasti. Ramalan demi ramalan dilakukan beberapa orang dengan tanda-tanda zaman seketika, tapi semua meleset, dan bahkan semuanya hanya untuk kepentingan pemimpin rohani itu saja. Alkitab sendiri menggambarkan akhir zaman atau datangnya Kristus kedua kalinya itu dengan berbagai tanda-tanda, namun sangat sukar menggabungkannya menjadi sebuah tanda atau tafsir yang pasti. Demikian juga dengan beberapa istilah, seperti kerajaan seribu tahun, penderitaan besar, bertakhta di atas awan, bunyi sangkakala, dan lainnya, sangat sukar dibayangkan. Meskipun demikian, satu hal yang pasti bahwa dunia ini akan berakhir, dan pada saat itu akan ada penghakiman bagi mereka yang taat dan berbuat baik dengan mereka yang murtad dan tidak melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Dalam penghakiman itulah Yesus akan datang sebagai Raja dengan malaikat-Nya, memisahkan mereka yang taat dan berbuah serta dikelompokkan-Nya dengan perumpamaan domba, dan mereka yang murtad dan egoistis dikelompokkan-Nya dengan perumpamaan kambing. Perumpamaan ini berangkat dari gembala pada masa itu biasanya menggembalakan kedua hewan itu bersamaan, dan setelah menjelang malam mereka dipisahkan. Masa penghakiman pun dimulai, pemisahan antara orang fasik dengan orang benar, antara domba dan kambing, yang kuasa-Nya telah diberikan kepada Yesus, sesuai dengan pesan-pesan-Nya dalam Alkitab. Pertanyaannya, apakah kita masuk kelompok domba atau kambing?
Kedua: Terimalah kerajaan yang disediakan (ayat 34-40)
Alkitab mengatakan bahwa saat akhir zaman dan Tuhan Yesus kembali ke dunia, masih banyak orang hidup yang ditemui-Nya (1Tes. 4:15-16; band. Yoel. 3:1-2). Maka pemisahan orang yang hidup (dan yang mati dibangkitkan) menjadi kelompok domba dan kambing akan dilaksanakan dengan dua kriteria utama: apakah ia beriman kepada Yesus Kristus, dan apakah imannya itu berbuah nyata atau hanya OMDO, alias Omong Doang. Jadi iman orang tersebut bukan hanya di mulut atau di hati, tetapi juga dalam perbuatan. Pada saat penghakiman tidak ada lagi keistimewaan atau preferensi sebagai bangsa terpilih, negara kaya atau miskin, mayoritas Kristen atau muslim, kumpulan orang, pengusaha kaya, seorang pendeta, atau preferensi lainnya, melainkan semua dihakimi berdasarkan kedua hal tersebut: iman dan perbuatannya. Dalam hal ini perbuatan yang paling diutamakan adalah hukum kasih, yakni mereka yang mengasihi orang-orang yang memerlukan pertolongan dan belas kasihan sebagaimana diuraikan pada nas ini.
Tuhan Yesus sendiri ketika pertama kali masuk dalam pelayanan, setelah menyerukan agar manusia bertobat sebab Kerajaan Allah sudah dekat (Mat. 4:17), Ia menyampaikan bahwa tujuan-Nya secara implisit: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku. untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4:18-19). Memang ini merupakan kutipan dari nabi Yesaya dengan nuansa baru oleh Yesus. Dengan demikian sangat jelas bahwa hal yang menjadi perhatian utama Tuhan Yesus adalah mereka yang miskin, para tawanan, mereka yang tertindas, dan kelepasan.
Maka tidak mengherankan bahwa kriteria yang dipakai oleh Tuhan Yesus dalam menghakimi adalah dasar dan buah iman itu, yakni sikap dan respon: ketika mereka melihat yang miskin, lapar dan haus, apakah mereka memberi makan dan minum? Ketika melihat mereka yang tuna wisma (seorang asing), apakah memberi tumpangan? Ketika melihat yang telanjang, apakah memberi mereka pakaian? Ketika melihat yang sakit, apakah mereka melawatnya? Ketika ada orang yang di penjara, apakah kita mengunjunginya? Personifikasi Tuhan Yesus dengan orang-orang yang lemah ini sangat sah, demikian juga bagi murid-murid dan pengikut-Nya, sebab bagi merekalah kedatangan utama Tuhan Yesus. Orang yang benar adalah mereka yang memahami dan mengikuti tujuan Yesus adalah para domba-Nya, sehingga Tuhan Yesus mengatakan: "kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan."
Ketiga: Enyahlah hai orang-orang terkutuk (ayat 41-44)
Anugerah keselamatan adalah kasih karunia berdasarkan pertimbangan Allah semata. Namun prinsip itu tidak boleh diterjemahkan sederhana, bahwa Allah itu baik, kita manusia berdosa, dan kalaupun kita berdosa terus, sepanjang KITA juga melakukan perbuatan baik, maka kita tidak masuk neraka. Prinsip seperti ini salah dan berbahaya. Itu bukan iman Kristen. Iman Kristen yang benar adalah kita manusia berdosa dan tidak muda menghilangkan kecenderungan berdosa. Keberdosaan kita hanya bisa dihilangkan dengan memohon pengampunan dan pengakuan bahwa Yesus menjadi tebusan-Nya, dan kemudian beriman dan taat kepada-Nya, menyerahkan seluruh hidup kita di bawah pimpinan-Nya untuk berbuah bagi banyak orang.
Maka apabila kita melakukan perbuatan baik, itu bukanlah sebagai "balasan" atas anugerah keselamatan yang diberikan-Nya, melainkan semata-mata karena pimpinan dan kasih-Nya memampukan kita melakukan perbuatan baik itu. Pemikiran perbuatan baik sebagai "balasan" seolah-olah membuat ada perhitungan besar kecilnya yang harus kita lakukan. Padahal, secara prinsip, semua yang kita lakukan haruslah merupakan "perbuatan baik" dan khususnya kepada sesama, terlebih-lebih lagi untuk mereka yang membutuhkan, seperti yang disebutkan Tuhan Yesus dalam nas ini. Jadi perbuatan baik atau melakukan hal baik itu bukan hanya untuk diri sendiri atau keluarga saja; atau hitung-hitungan pamrih dengan pengharapan upah yang besar.
Bagi mereka yang mengabaikan tujuan-Nya yakni kepedulian kepada mereka yang membutuhkan dan menderita, maka Allah akan mengelompokkannya menjadi sekumpulan kambing yang tidak penurut. Mereka yang berbangga hati dan mengharapkan upah yang besar juga akan dikatagorikan pada kelompok ini, sebab tidak melakukannya dalam semangat pengorbanan, ketulusan dan kerendahan hati, melainkan hanya bermotivasi untuk memuliakan diri sendiri. Bagi mereka ini, Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan, "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya." Mereka tidak layak mendapatkan bagian dalam kerajaan Allah, sebab yang mereka imani hanya di mulut, bukan pada kehidupan sehari-hari. Mereka layak dihukum setelah kelompok domba diberkati, agar anak-anak Tuhan dapat melihat apa yang terjadi.
Keempat: Masuk ke tempat siksaan kekal (ayat 45)
Gambaran hukuman yang diberikan kepada mereka yang tidak terlalu taat dan setia, yakni mereka yang hanya melakukan sebagian saja perintah Tuhan, ini memiliki dua aspek: pertama siksaan, dan kedua kekal. Gambaran yang sangat umum di dalam Alkitab tentang siksaan ini adalah dalam bentuk api neraka, mendambakan setetes air saja demikian sulitnya, api yang panas membakar yang menahan sakitnya saja akan penuh ratapan dan kertakan gigi (Mat. 13:42, 50). Namun gambaran siksaan lainnya ada juga dalam Alkitab yang berbentuk penyakit bisul yang dahsyat, dimakan ulat, dan lainnya yang membuat kesakitan seperti saat melahirkan, atau menggigit lidah karena rasa sakit yang hebat (Why. 12:2; 16:11).
Aspek kedua dari hukuman itu adalah bentuknya yang kekal. Ini sejajar dengan mereka yang mendapatkan bagian dalam kerajaan Allah juga akan mengalaminya dalam kekekalan. Pengertian kekekalan disini adalah waktu yang sangat lama sekali, bukan hanya ratusan atau ribuan tahun, tapi waktu yang bagi manusia tidak mungkin menghitungnya. Pengertiannya abadi dan selama-lamanya. Kekekalan hanyalah milik Tuhan sebab Dia adalah Allah yang kekal. Jadi pengertian penghukuman yang kekal dan selama-lamanya adalah semata-mata waktu yang ditetapkan Tuhan saja, namun itu yang pasti lama sekali. Hukuman itu tidak hanya diberikan kepada mereka yang tidak taat dan tidak mengasihi tadi, tetapi juga bagi iblis dan malaikat-malaikat jahatnya. Bertobatlah, sebab kerajaan sorga sudah dekat.
Mereka yang taat dan terus berbuat baik haruslah seperti domba, penurut dan lembut, sabar, bukan seperti kambing yang susah diatur dan liar. Domba-domba-Nya yang berkenan kepada-Nya layak ditempatkan di sebelah kanan, sebagai simbol kepercayaan dan akan dibawa masuk dalam Kerajaan-Nya yang kekal (band. Mat. 13:43; Why. 20:4).
Penutup
Firman Tuhan melalui nas di tahun baru ini mengajak kita untuk memeriksa diri dalam memasuki tahun yang baru, hari-hari yang baru agar iman yang selalu kita nyatakan benar-benar sesuai dengan perbuatan kita. Iman tanpa perbuatan adalah mati. Kita harus menyadari bahwa kita pasti mati dan dunia ini akan berakhir serta akan ada penghakiman bagi seluruh manusia berdasarkan iman dan perbuatannya. Pertanyaannya adalah: apakah kita akan ditaruh di sebelah kiri sebagai kelompok kambing, dan dimasukkan dalam penghukuman siksaan yang kekal? Atau, kita dikelompokkan ke dalam kelompok domba yang memperoleh berkat dan masuk ke dalam kerajaan kekal-Nya? Seandainya kita melakukan yang benar maka hendaklah itu bukan motivasi mendapatkan upah yang besar semata, melainkan hanya untuk menyenangkan hati-Nya.
Selamat TAHUN BARU 2025 dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan YesusKhotbah Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani &...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan YesusKhotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani &...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan YesusKhotbah (3) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani &...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 1264 guests and no members online