2025
2025
Khotbah (3) Minggu II Prapaskah 16 Maret 2025
KHOTBAH (3) MINGGU II PRAPASKAH 16 Maret 2025
KEKUATAN PERCAYA (Kej. 15:1-12, 17-18)
“Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” (Kej. 15:6)
Semua berharap anak dan cucu kita lebih maju dan diberkati. Bila diri kita sekolah S1, kita pun berharap anak-anak bisa S2 atau S3. Jika kita bekerja sebagai staf, wajar berharap anak-anak mencapai manajer bahkan direktur. Jika kita tinggal di perumahan sempit, maka kita berharap anak cucu kita bisa tinggal di perumahan yang nyaman. Itu wajar. Tapi yang terpenting, tentunya, anak cucu kita tetap menjadi pribadi/keluarga yang mandiri, dalam iman teguh kepada Kristus, dan menjadi berkat bagi orang lain.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Kej. 15:1-12, 17-18. Judul perikopnya: Perjanjian Allah dengan Abraham; janji tentang keturunannya. Bagian awal menceritakan tentang kesedihan Abraham bahwa ia tidak memiliki keturunan (ayat 1-4). Kita tahu istrinya Sara mandul. Lalu TUHAN membawa Abraham ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Abraham pun percaya dan Tuhan memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran (ayat 5-6).
Adakah janji Tuhan yang saat ini kita pegang teguh? Sudahkah kita merasa bahwa Tuhan telah memberikan janji-janji-Nya kepada kita dengan mengikut Tuhan Yesus? Bila kita belum merasakan ada janji itu, maka sebaiknya kita membaca Alkitab lebih rajin. Mulai saja dari PB dan terus ke Mazmur, dan bila suka, teruskan ke PL. Alkitab adalah Buku Janji. Bacalah, dan ketahuilah, itulah janji Tuhan kepada kita anak-anak-Nya.
Kunci kedua, berusahalah agar janji itu melekat bersemayam dan menguasai hati akal pikiran kita. Isi Alkitab jangan dilihat sekedar pengetahuan. Untuk itulah Abraham patut kita teladani. “Percayalah Abram kepada Tuhan dan Tuhan melihat itu sebagai kebenaran.” Disini kita melihat KEKUATAN PERCAYA. Abraham bahkan meminta tanda atau jaminan (ay. 8). Ia telah melihat manusia memiliki kemampuan yang terbatas, tetapi Allah memiliki kuasa yang tidak terbatas. Allah pun memberikan peneguhan atas janji-Nya (ayat 9-10, 17).
Buah percaya Abraham dijelaskan dalam Alkitab PB di tiga bagian, yakni Rm.4:3; Gal. 3:6 dan Yak. 2:23. Kitab Roma menjelaskan dengan penerimaan Abraham, maka Allah menjadi Bapa kita dan kita adalah anak-anak-Nya. Kitab Galatia menjelaskan, dengan kita mengikuti Abraham maka kita juga menjadi anak-anak Abraham, karena kita hidup dari iman (Gal. 3:8). Kitab Yakobus menjelaskan bahwa dengan kita percaya seperti Abraham, maka kita akan menjadi Sahabat Allah. Luar biasa!
Namun, hidup tidak berhenti hanya di percaya saja. Percaya adalah dasar dan pegangan. Untuk itu kita diminta melakukan sesuatu, yakni ketaatan. Abraham taat ketika Allah memberi perintah kepadanya untuk mempersiapkan persembahan yang terbaik. Ia patuh taat dan menjaganya (ay. 9-12). Memang perlu bukti bahwa iman percaya mewujud dalam perbuatan. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:17). Setelah percaya perlu ketaatan dan kesetiaan sebagai anak-anak Allah dan sahabat Allah. Percaya, taat setia, dan memberi yang terbaik, itulah prosesnya.
Tuhan juga tidak selalu memberi dengan mudah dan mulus. Kadang jalan yang panjang, sebagaimana kepada Abraham. Firman-Nya, beberapa generasi akan melewati perbudakan dan penderitaan (ay. 13-16). Namun tertundanya janji merupakan ujian dan latihan agar kita bertekun dan tetap setia. Kita diminta memegang teguh bahwa Allah akan menggenapkan janji-Nya dalam hidup kita. Ia Allah yang Maha Kuasa.
Abraham yang sudah tua, takut. Kita pun mungkin takut atau khawatir tentang anak-anak kita; juga terhadap orang yang kita kasihi. Mari belajar dari Abraham, PERCAYALAH kepada Allah. Bila merasa kurang kuat percayanya, berserulah, "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" (Mrk. 9:24). Serahkanlah kepada-Nya. Berusahalah taat meski melalui jalan yang berat. Berikanlah yang terbaik untuk menyenangkan hati-Nya. Ia akan memberi yang kita tidak pernah pikirkan (ay. 18; band. Mzm. 37:5).
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Kabar dari Bukit, Minggu 9 Maret 2025
Kabar dari Bukit
LAIN DI MULUT LAIN DI HATI (Rm. 10:8-15)
"Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (Rm. 10:10)
Rano Karno yang saat ini sebagai Wakil Gubernur Jakarta, pernah membawakan lagu yang sangat populer berjudul "Lain di Bibir Lain di hati". Lagu ini juga dibawakan banyak penyanyi lain. Liriknya bernada sakit hati dan mengekpresikan rasa benci terhadap kekasih, yang tega membagi cinta, pandai bersandiwara, lain dibibir dan lain pula di hati.
Firman Tuhan hari Minggu ini Rm. 10:8-15 berbicara tentang hubungan erat dan berkaitan antara firman, iman dan pengakuan. Paulus mengutip hal yang disampaikan Nabi Musa kepada umat Israel, yakni “Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu” (ay. 8; Ul. 30). Artinya, firman perintah Allah itu telah diberikan melalui Musa dan juga Yesus membuat sangat dekat, menyatu dengan diri kita sehingga kita dengan mudah menerima dan memahaminya. Tidak ada alasan untuk mengabaikannya, yang tentunya memiliki konsekuensi kita kehilangan arah dan masuk terjerumus ke dalam kematian kekal dan penghakiman.
Iman berarti percaya dalam hati bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat. Paulus menjelaskan iman ini yang membawa kepada keselamatan (ay. 11-12). Dalam hal ini tidak ada perbedaan bagi Yahudi dan yang lain, "Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan" (ay. 13).
Namun juga diingatkan bahwa iman yang sudah dekat di hati tersebut, tidak cukup hanya dengan pengucapan dalam ibadah melalui Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari; mewujudnyatakan firman dalam kehidupan sehari-hari yang membuat hidup kita sesuai dengan kehendak Allah. Pengakuan juga perlu diberitakan, disebarluaskan agar orang lain juga menerima dan pengakuan iman tersebut menghasilkan buah. Nas minggu ini memberi alasan yang kuat, "Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? (ay. 14-15).
Dengan dasar yang sama kitab Yakobus menuliskan, "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.
Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin" (Yak. 1:22-23). Bahkan kemudian ditegaskan, "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati" (Yak. 2:26).
Kita boleh saja tidak peduli atas keselamatan orang lain; berpikir yang penting saya selamat. Namun semua itu memperlihatkan bahwa sebenarnya kita tidak mengenal Allah yang Firman hidup. Ini menunjukkan kita tidak dekat dan memahami dasar kita diselamatkan oleh anugerah. Seperti ayat pembuka di atas, "dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (ay. 10). Janganlah lain di mulut lain pula di hati. Resikonya, tidak akan ada upah dan damai sejahtera sejati. Dan kita bisa terkaget-kaget kelak di masa penghakiman, Tuhan berkata: "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Mat. 7:23). "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (Mat. 13:9).
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu I Prapaskah 9 Maret 2025
KHOTBAH (2) MINGGU I PRAPASKAH– 9 Maret 2025
PERSEMBAHAN SULUNG (Ul. 26:1-11)
“Maka haruslah engkau membawa hasil pertama dari bumi yang telah kaukumpulkan dari tanahmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu” (Ul. 26:2a)
Firman Tuhan saat kita memasuki Minggu I Prapaskah ini adalah Ul. 26:1-11, yang berpesan tentang mempersembahkan hasil pertama. Bagi kita warga gereja, ini sama dengan persembahan sulung. Biasanya dijalankan saat sidi, pernikahan, ditahbis/diteguhkan, dan saat lain yang dianggap memulai tahapan kehidupan baru.
Persembahan Sulung atau Buah Sulung hanya diatur dalam PL, dan sejatinya merupakan persembahan anak sulung dari ternak yang dilahirkan (Kej. 4:4), atau dari hasil pertama buah pohon (Im. 2:12; Neh. 10:35). Oleh karena itu dalam PL, hakikat persembahan sulung selain rasa syukur dan terima kasih, Tuhan berhak atas berkat hasil tangan pertama.
Ada banyak persembahan yang dipakai dalam PL dan kadang disebut korban. Ada korban bakaran (Ola), korban sajian (Minkha), korban penghapus dosa (Khatta’t) atau penebus salah (‘Asyam), dan korban perdamaian atau korban keselamatan (Zevakh dan Selamin). Selain itu ada persembahan lainnya, seperti unjukan, persepuluhan, dan persembahan sulung yang menjadi nas minggu ini.
Perjanjian Baru tidak banyak berbicara tentang persembahan di atas. Hal yang utama dan ditekankan, persembahan tidak lagi sebagai penghapus dosa. Darah hewan yang dipercikkan tidak lagi menjadi simbol, sebab "persembahan" kita adalah tubuh Yesus Kristus yang tersalib, satu kali dan untuk selama-lamanya. Apabila itu kita imani, Dia adalah Penebus, Tuhan dan Juruselamat, maka kita layak menjadi anak-anak-Nya dan menerima semua janji-Nya.
Persembahan sebagai rasa syukur menurut PB, bentuknya berupa kekudusan tubuh (Rm. 12:1; 1Kor 6:15, 19; Yak. 1:27b; 3:5-10), persembahan hati dan mulut (Ibr. 13:15; Mzm. 28:7; Ef 5:19-20), persembahan waktu dan tenaga (Yak. 1:27; Mat. 25:31-46), persembahan uang dan materi (1Kor. 16:1-2; 2Kor. 9:6-9). Terakhir, persembahan nyawa kita, dalam arti kerelaan berkorban dan tetap setia hingga akhir hayat (Yoh. 15:13; 1Yoh. 3:16).
Ketika memberi persembahan, ada empat prinsip. Pertama, “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak akan menabur banyak juga” (2Kor. 9:6). Prinsip kedua, setia menyisihkan sesuai penghasilan (1Kor. 16:1-2). Tujuannya, membangun komitmen, ketaatan, tanggungjawab bagi gereja dan sesama, serta selalu hidup dalam pengucapan syukur.
Prinsip ketiga, yang memperoleh penghasilan besar maka memberi jumlah yang besar; dan yang memperoleh penghasilan kecil, memberi lebih kecil (Luk. 12:48b). Prinsip keempat, memberi dengan hati sukacita dan sukarela, bukan dengan sedih hati atau karena paksaan (2Kor. 9:7). Dasar memberi persembahan adalah iman (Ibr. 11:4; 10:6), rasa kasih dan tanggung jawab sosial dan imamat (Ul. 14:22-29; 2Kor. 8:13-14), dan tujuan persembahan sebagai batu hidup untuk pembangunan rumah rohani dan imamat kudus (1Pet. 2:5).
Hal terakhir, ukuran persembahan yang baik dan hebat adalah, kita merasakan sakitnya saat memberi. Mari kita jadikan persembahan sebagai hal yang sulung dalam hidup kita dan ucapan syukur terbaik bagi-Nya serta berkat bagi sesama.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kotbah Minggu I Prapaskah 9 Maret 2025
KHOTBAH MINGGU I PRAPASKAH 9 Maret 2025
MENANG MELAWAN PENCOBAAN IBLIS (Luk 4:1-13)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Ul 26:1-11; Mzm 91:1-2, 9-16;Rm 10:8b-13
Pendahuluan
Nats minggu ini masuk ke dalam tema pra-paskah yakni masa sebelum Tuhan Yesus mengalami penderitaan yang sudah dinubuatkan-Nya. Sebelum semua itu terjadi dan bahkan sebelum Tuhan Yesus masuk ke dalam pelayanan-Nya yang singkat itu, Tuhan Yesus terlebih dahulu diuji dan dicobai oleh iblis sebagaimana dalam nats yang kita baca dan renungkan pada minggu ini.
Kisah pencobaan ini terjadi setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes yang meneguhkan dari langit melalui suara yang berkata: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." Pencobaan ini diawali dengan kemampuan Tuhan Yesus melewati puasa yang sangat panjang yakni tidak makan selama 40 hari di tengah padang gurun yang terpencil dari sekitarnya. Akan tetapi Yesus yang sejak semula telah penuh Roh, dapat mengatasi semua itu dengan kemenangan. Nats minggu ini memberikan pengajaran kepada kita beberapa hal yakni sebagai berikut.
Pertama: Manusia hidup bukan dari roti saja (ayat 3-4)
Hal yang sangat mudah dibayangkan ketika seseorang tidak makan selama 40 hari, maka yang terjadi adalah pasti lapar berat!!! Maka tawaran pertama dari iblis kepada Yesus adalah agar Dia merubah batu menjadi roti, yang sangat dibutuhkan oleh Tuhan Yesus saat itu, tentu sangat menggoda. Iblis mengetahui dan juga Yesus sudah menyadari kedudukan-Nya sebagai Anak Allah sehingga sebenarnya Ia memiliki kuasa untuk merubah batu tersebut menjadi roti. Namun, Yesus tidak menuruti permintaan iblis tersebut dengan tiga alasan: Pertama, Ia menyadari mengikuti permintaan iblis akan masuk dalam jebakan Iblis. Kedua, Yesus tidak mementingkan dirinya sendiri, sebab apa yang perlu dan terbaik bagi diri-Nya adalah sesuai dengan kehendak Allah. Apalagi untuk makanan, Yesus memiliki prinsip: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh 4:34). Ketiga, Yesus juga menyadari bahwa saat itu sebenarnya belum tiba waktunya untuk memperlihatkan kuasa-Nya, sebagaimana Ia menyampaikan tatkala ibu-Nya meminta untuk menyelesaikan masalah anggur yang habis di Kana.
Hal yang juga penting untuk diperhatikan ketika Yesus menjawab iblis, Ia menggunakan firman Tuhan sebagai dasar: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja" (Ul 8:3). Artinya, hanya kekuatan dari firman Tuhan dan iman yang menyertainya yang mampu mengalahkan iblis dengan godaannya. Godaan iblis selalu tidak tanggung-tanggung, sesuatu yang sangat dibutuhkan seseorang dan bahkan kadang kala tidak ada pengganti, sehingga yang diperlukan hanyalah keteguhan iman dan kesabaran. Yesus sudah tidak makan 40 hari dan berada di padang gurun yang jauh dari kehidupan sekitar, sehingga tidak mudah mendapatkan roti dan makanan. Tetapi Yesus berhasil menguasai diri-Nya dan tidak jatuh dalam jebakan dan godaan iblis dengan kekuatan firman dari Bapa-Nya serta iman yang teguh bahwa Allah memberikan lebih baik lagi pada saatnya nanti.
Demikian jugalah kiranya kita dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin kita sering masuk dalam kondisi yang seolah-olah sangat-sangat-sangat membutuhkan, yakni ketika kita lapar, ketika kehabisan uang, ketika membutuhkan kasih sayang, ketika merasa tidak sembuh-sembuh dari penyakit, maka iblis akan dengan agresif menawarkan pilihan yang lebih mudah dan cepat, bahkan mengiming-imingi dengan perasaan tidak perlu merasa berdosa, sehingga seseorang akan jatuh dalam kuasanya. Ketika kita memiliki perasaan “butuh” akan sesuatu dan seolah-olah mendesak, maka haruslah kita ingat bahwa Tuhan mengkondisikan demikian dengan maksud agar kita lolos dan menang dari ujian “kebutuhan” tersebut dengan memegang firman Tuhan yang mengatakan: Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan (Mat 5:6).
Kedua: Hanya kepada Allah sajalah kita menyembah (ayat 5-8)
Tawaran kedua iblis kepada Yesus juga tidak tanggung-tanggung, yakni menyerahkan kerajaan dunia berikut segala kuasa serta kemuliaannya, yang akan diberikan kepada Yesus dengan satu syarat: Dia menyembah iblis. Alasan iblis sangat masuk akal, sebab “kerajaan dunia” ini telah diserahkan kepadanya dan iblis berhak memberikannya kepada siapa saja yang dikehendakinya, untuk menjadi miliknya. Jelas itu tawaran yang sangat menggoda dan tidak “susah” untuk mewujudkannya cukup dengan menyembah iblis.
Tetapi sekali lagi Yesus menjawab dengan firman Tuhan dari Ulangan 6:13: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (ayat 8). Adapun yang dimaksud Tuhan Yesus adalah tidak mungkin Dia menyembah iblis walau tawarannya demikian menggiurkan, sebab Ia datang sebagai Utusan Bapa untuk menguasai “kerajaan dunia” tetapi hanya kepada Bapa di sorga saja Ia akan menyembah. Yesus sangat mengandalkan dan tergantung kepada Bapa-Nya. Selain itu, kerajaan Yesus bukanlah kerajaan fisik dengan kemegahan duniawinya, melainkan kerajaan Yesus adalah kerajaan rohani yang bersemayam di dalam hati setiap orang percaya. Itulah tujuan utamanya, sasaran akhir dari misi Yesus datang ke dunia ini.
Demikian jugalah dalam kehidupan kita sehari-hari. Ada beberapa orang mungkin berburu jabatan dalam karirnya dengan mengorbankan integritas bahkan imannya. Mereka mengambil jalan kompromi dengan menyuap atasan atau pihak mediator lainnya untuk sebuah kedudukan atau jabatan. Bahkan ada pula yang bersedia mengganti imannya dengan melepaskan keselamatan dari Yesus demi mendapatkan peluang jabatan di kantornya. Mereka lebih berorientasi pada masa kini, kekinian dibanding dengan ketaatan kepada integitas dan khususnya iman yang memberikan kehidupan kekal. Mereka sering lupa bahwa memburu kesuksesan dan perkara-perkara duniawi di luar jalan dan kehendak Allah justru akan menimbulkan kekecewaan dan ujung-ujungnya berakhir dengan kegagalan.
Yesus tidak memilih jalan yang mudah dengan menerima kuasa dunia ini dari iblis dan dengan demikian Ia akan memiliki banyak pengikut yang terkagum-kagum pada-Nya. Ia tetap taat dan percaya bahwa jalan-Nya bukanlah jalan itu melainkan melalui jalan penderitaan. Demikianlah juga kita, firman Tuhan menekankan bahwa kita harus mencari dan mengutamakan dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepada kita (Mat 6:33). Kerajaan Allah dalam hidup kita berarti menempatkan kuasa dan pemerintahan Allah di dalam setiap langkah dan pilihan hidup kita tanpa kompromi dengan iblis dan dunia ini. Kita terus belajar menghindari jalan “mudah” yang tidak berkenan kepada Allah dalam mencapai keinginan kita.
Ketiga: Janganlah mencobai Tuhan (ayat 9-12)
Seringkali orang berfikir bahwa Allah itu tidak lagi mencampuri urusan dunia ini bahkan mencampuri kehidupan pribadi orang-seorang. Banyak orang berfikir bahwa semua sudah diatur dalam hukum alam sehingga semua harus berjalan sesuai dengan hukum alam tersebut yang dapat dijelaskan dan dicerna dengan akal pikiran manusia. Oleh karena itu mungkin kita sering mendengar perkataan: “Coba saja, apakah Tuhan bisa merubah daun-daun ini menjadi uang?” Atau juga pikiran-pikiran aneh yang muncul, seperti seorang pernah bertanya: Apakah Tuhan dapat menciptakan batu yang sangat besar sehingga Ia sendiri tidak dapat mengangkatnya?
Pikiran seperti itu jelas merendahkan kuasa Tuhan dalam kehidupan ini. Allah tidak memerlukan sensasi untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Demikian juga yang diharapkan iblis dalam nats ini, agar Yesus memperlihatkan sensasi dengan melompat dari ketinggian dan dengan janji Tuhan, Ia takkan jatuh tergeletak melainkan malaikat-malaikat sorgawi akan menatangnya. Iblis memanipulasi firman Allah (Mzm 91:11-12) sebagaimana iblis memanipulasi Hawa di Taman Eden. Sensasi itulah yang diminta iblis, dengan tujuan bahwa apabila Yesus mengikutinya maka jalan sensasi itu akan memudahkan Ia mendapatkan banyak pengikut dan percaya kepada-Nya. Tetapi Yesus mengutip Ulangan 6:16 yang mengatakan: “Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
Kita hidup dari firman Allah dan harus berpegang pada firman tersebut. Kehadiran dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita tidak harus melalui sensasi dan mukjijat yang kasat mata bagi orang lain. Kehadiran dan pertolongan Tuhan bagi kita harus dirasakan melalui hati dan iman yang tampak melalui mata rohani. Mukjijat telah diberikan melalui kehidupan di dunia ini dan penebusan atas segala kesalahan dan dosa yang kita lakukan, sehingga akhir hidup kita bukan neraka melainkan sorga kekekalan. Itu sudah mukjijat paling besar dalam hidup kita. Itu yang harus kita syukuri sehingga tidak perlu percaya dan masuk jebakan iblis untuk mengandalkan kekuatan lain dalam memperjuangkan hidup ini. Percaya kepada Allah dan tergantung sepenuhnya kepada-Nya.
Keempat: Iblis selalu menunggu waktu yang baik (ayat 13)
Hal yang paling penting kita perlu sadari adalah ayat terakhir ini bahwa iblis takluk dalam menguji Yesus, tetapi dikatakan: ia mundur dan menunggu waktu yang baik. Artinya iblis tidak pernah menyerah. Iblis yang disebut sebagai “penguasa dunia” (Yoh 12:31; 14:30; 16:11) ini akan terus menerus menawarkan dan menggoda kita orang percaya untuk mau mengikuti dan tunduk kepadanya. Iblis dengan kepintarannya menawarkan kepada kita justru pada saat kita merasa membutuhkan, kepepet, terdesak tanpa pilihan, sehingga kita mudah jatuh terikat kepada tawarannya.
Akan tetapi Allah tidak membiarkan kita sendirian dalam melawan godaan dan tawaran itu. Allah memberikan firman-Nya yang dapat kita pakai sebagai tameng perisai dalam melawan serangan tersebut, sebagaimana Tuhan Yesus mengalahkan godaan iblis di padang gurun tersebut. Firman yang diberikan Tuhan kepada kita bukan sekedar kata-kata, melainkan firman yang memiliki kuasa melalui kesadaran dan urapan dari Roh yang bekerja dalam diri kita. Jadi tatkala kita lemah, tatkala kita rentan mudah jatuh, maka ingatlah firman Tuhan yang menjadi sumber kekuatan kita. Iblis akan terus menerus mencoba membuat keraguan akan kuasa Allah dalam hidup kita. Sebab, timbulnya benih keraguan akan kuasa Allah merupakan titik lemah bagi serangan iblis untuk menundukkan kita. Iblis pintar menggunakan dan melihat titik lemah tersebut.
Kita perlu membangun iman yang lebih kokoh dalam ketergantungan dan mengandalkan hidup kita kepada Tuhan Yesus. Iman yang kokoh berarti tidak goyang sedikit pun tatkala ada ujian atau cobaan hidup baik dalam keadaan susah maupun dalam tawaran godaan oleh kegelimangan dunia ini. Sikap ketergantungan dan pengandalan berarti kita sadar dan menjiwai bahwa apapun yang kita peroleh saat ini adalah merupakan yang terbaik dari Tuhan, dan apabila kita memerlukan sesuatu yang lebih “baik” maka Tuhan mempunyai waktu dan cara yang terbaik untuk kita, sepanjang kita bertekun dalam doa dan usaha yang sesuai dengan jalan dan petunjuk Tuhan melalui firman-Nya.
Kesimpulan
Dalam hal umum adakalanya ketiga godaan iblis kepada Tuhan Yesus dalam nats minggu ini disamakan dengan godaan tiga TA dalam kehidupan sehari-hari, yakni harTa, tahTA dan waniTa. Harta mewakili roti dalam kebutuhan hidup, tahta mewakili cobaan kedudukan atau jabatan, dan wanita mewakili sensasi kenikmatan atau pujian-pujian duniawi yang kosong. Tetapi nats minggu ini memberikan pelajaran yang berharga bagi hidup kita yakni keteladanan Tuhan Yesus dalam mengalahkan iblis dengan segala godaannya. Semua itu terjadi karena Yesus menggunakan firman sebagai tameng perisai dalam melawan godaan tersebut, sekaligus memperlihatkan bahwa sikap percaya kepada Allah haruslah diikuti dengan taat kepada kehendak-Nya. Ketaatan tersebut akan lahir melalui kecintaan untuk belajar dan mengingat firman Tuhan yang selalu kita gunakan dalam melawan iblis. Inilah pelajaran yang diberikan kepada kita dalam mengarungi kehidupan yang penuh tantangan ini, sehingga kita tetap sebagai pemenang.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit 2 Maret 2025
Kabar dari Bukit Minggu 2 Maret 2025
MEMBUKA SELUBUNG KEMULIAAN
Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi
“Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar” (2Kor. 3:18)
Tentu tidak enak rasanya jika kita disebut sebagai kafir, apalagi oleh orang seiman dengan kita. Alkitab terjemahan baru (edisi 1) memang menggunakan kata “kafir” baik dalam Perjanjian Lama (PL) maupun Perjanjian Baru (PB), yakni pada Bil. 23:9, Mat. 5:22 dan Gal. 2:14. Namum pada terjemahan baru (edisi 2) yang diterbitkan oleh LAI, kata "kafir" telah diganti dengan istilah lain yang maknanya sama. Kafir sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya tertutup, terselubung, dalam arti tidak menerima doktrin yang dianut pengikutnya.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu Transfigurasi yang berbahagia ini adalah 2Kor. 3:12--4:2. Nas ini berbicara tentang pelayanan Rasul Paulus (ay. 12; 4:1-2) dan keberaniannya untuk memberitakan Injil, serta menjelaskan perbedaan Nabi Musa dengan dirinya. Setelah perjumpaannya dengan Tuhan, Musa menyelubungi mukanya yang bersinar saat turun dari Gunung Sinai. Ia menutupi wajahnya agar umat Israel tidak melihat kemuliaan Allah yang diterimanya dan bersifat sementara (ay. 13-14; Kel. 34:29-35). Oleh karena itu, dengan terselubung, pikiran orang Israel menjadi buta, tumpul, hati mereka tertutup sehingga tidak dapat memahami firman Tuhan sepenuhnya. Menurut Paulus, hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya, itupun apabila hati mereka berbalik kepada Kristus (ay. 14-16).
Kita tahu agama Yahudi sampai saat ini masih tetap agama tertutup. Keselamatan yang mereka imani bukanlah bagi bangsa-bangsa lain, melainkan hanya bagi mereka sebagai bangsa pilihan Allah. Ini berbeda dengan keselamatan melalui Kristus (doktrin PB), anugerah dari Allah tersebut terbuka bagi semua bangsa. “Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya” (Rm. 10:12).
Berikutnya nas minggu ini menjelaskan, “Tuhan adalah Roh, dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (ay. 17). Kemerdekaan dimaksudkan bukan kebebasan mutlak, melainkan kemerdekaan dari kuasa dosa yang telah menjerat manusia. Kemerdekaan yang diberikan membuat orang percaya tidak terikat pada aturan legalistik hukum Taurat menurut tafsir manusia, melainkan kemerdekaan hidup sesuai kehendak Allah yang dinyatakan dalam hati orang percaya dengan tuntunan Roh Kudus. Allah berkehendak agar melalui kehidupan orang percaya yang sudah dimerdekakan, kemuliaan yang datang dari Tuhan, setiap yang percaya diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar (ay. 18). Itulah makna transfigurasi dalam minggu ini, dalam arti ada perubahan rupa dan kehidupan.
Jeratan dosa dan ketidakpercayaan terhadap Kristus, membuat hati dan pikiran terselubung; itu merupakan kekafiran. Ini berlaku juga bagi mereka yang mengaku percaya namun tidak melakukan perubahan dalam dirinya. Proses transformasi dari "kemuliaan awal kepada kemuliaan penuh," melalui perubahan diri yang terus-menerus, haruslah terjadi pada setiap orang percaya untuk menuju gambaran Kristus dalam dirinya.
Rasul Paulus juga mengingatkan, mereka yang terbuka hatinya akan masuk dalam pelayanan dengan jujur, berani, tidak licik tersembunyi dan memalukan, bahkan didasari pengharapan yang penuh dan tidak pudar (ay. 12; 4:1-2). Melalui Kristus, kita akan memperoleh kebenaran Allah yang sejati dan melihat kemuliaan-Nya dengan perubahan hidup. Roh Kudus akan setia menuntun kita menjalaninya. Terpujilah Bapa sorgawi atas kasih-Nya yang besar.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu Paskah, Hari Kebangkitan Tuhan Yesus - 20 April 2025KHOTBAH MINGGU PASKAH - HARI KEBANGKITAN TUHAN YESUS, 20 April 2025 KEBANGKITAN...Read More...
-
Khotbah (2) Hari Kebangkitan Tuhan Yesus - Minggu Paskah – 20 April 2025KHOTBAH (2) HARI KEBANGKITAN TUHAN YESUS - MINGGU PASKAH – 20...Read More...
-
Khotbah (3) Hari Kebangkitan Tuhan Yesus - Minggu Paskah – 20 April 2025KHOTBAH (3) HARI KEBANGKITAN TUHAN YESUS - MINGGU PASKAH – 20...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 65 guests and no members online