2025
2025
Khotbah Minggu XII Setelah Pentakosta - 31 Agustus 2025 (Opsi 2)
Khotbah Minggu 31 Agustus 2025 – Minggu XII Setelah Pentakosta (Opsi 2)
IMAN DAN KASIH (Ibr. 13:1-8, 15-16)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XII setelah Pentakosta ini diambil dari Ibr. 13:1-8, 15-16. Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul kepada bagian yang mencakup kedua perikop ini "Nasihat dan doa selamat." Kitab Ibrani pasal 1 - 12 menyampaikan tentang iman dengan ayat puncak Ibr 11:1 yakni definisi "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Nas kita ditutup dengan penjelasan kasih. Ini menguatkan yang disampaikan Rasul Paulus di kitab Korintus: "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih" (1Kor. 13:13). Ujung semuanya adalah kasih.
Wujud nyata iman adalah perbuatan kasih, kepada Tuhan dan terhadap sesama. Iman tanpa disertai perbuatan pada hakekatnya mati (Yak. 2:17). Ini ditegaskan oleh dua hukum utama: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini" (Mrk. 12:30-31). Kasih kepada Allah puncaknya dinyatakan dalam rasa hormat, ketaatan dan kesetiaan, yang meski dalam kehidupan ada hal berat menimpa, termasuk penganiayaan seperti yang dialami pengikut Kristus saat surat Ibrani ini ditulis. Tetaplah taat dan setia.
Kasih terhadap sesama, pertama mesti dinyatakan terhadap keluarga. Menjaga kekudusan perkawinan merupakan bukti kasih terhadap keluarga (ayat 4). Menjaga kesucian hati dengan selalu bersyukur bersama keluarga, dan mencukupkan yang ada dengan tidak menjadi hamba uang. Andalan kita dalam hidup ini bukan uang, tetapi Tuhan Yesus yang hidup dan menjadi penolong setia. “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau”, demikian firman-Nya (ayat 5-6).
Kasih berikutnya dinyatakan terhadap gereja, dengan memberi dukungan kepada para hamba-hamba Tuhan, agar mereka cukup sejahtera hingga masa tua (ayat 7, band. Gal 6:6). Dukungan juga perlu kita berikan pada gerakan misi sebagaimana dinyatakan di ayat 2-3, yakni menolong dan memberi tumpangan bagi para misionaris dan orang asing, termasuk bagi orang-orang yang (saat itu) banyak diusir dari rumah orang tuanya, karena menjadi pengikut Kristus. Mereka membutuhkan tempat tinggal sementara. Menerima mereka dihitung sebagai menjamu malaikat (ayat 2).
Bagian terakhir nas ini (ayat 15-16) meminta kita untuk "senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah." Maka pesan firman-Nya bagi kita pada kesempatan ini: Milikilah iman yang kuat dan teguh, berbicara atau chat dengan perkataan yang selalu sejuk dan indah dalam kehidupan sehari-hari, serta lakukan tindakan kasih berupa bantuan nyata kepada sesama. Itulah semua yang menjadikan hidup kita semakin menyenangkan hati Allah.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 24 Agustus 2025
Kabar dari Bukit
BERSENANG-SENANG KARENA TUHAN
”Maka engkau akan bersenang-senang karena Tuhan, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi” (Yes. 58:14 TB2)
Apakah yang selalu di pikiran kita menjelang akhir pekan khususnya menyongsong hari Minggu? Hukum Taurat keempat memerintahkan: “Ingat dan kuduskanlah hari Sabat”. Umat Yahudi memegang teguh perihal menguduskan dan memuliakan hari Sabat ini. Mereka beribadah cukup lama, bisa 2-3 jam. Selebihnya, waktu bersama keluarga. Mungkin kita saat ini jika ibadahnya lewat 1,5 jam, sudah mulai rewel.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Yesaya 58:9b-14. Ayat 1-9a sebelumnya berpesan agar ibadah kita jangan palsu, mengutamakan dilihat orang. Ibadah sejati hakekatnya adalah berjumpa dan menyembah Tuhan, agar Dia berkenan menerima. Renungannya dapat diakses di
https://www.kabardaribukit.org/index.php/kumpulan-khotbah/2023/653-kabar-dari-bukit-minggu-5-februari-2024.
Nas minggu ini melengkapi, mengingatkan bahwa perbuatan nyata sangatlah penting untuk mendukung ibadah. Hal yang dipesankan, pertama: “engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu” (ay. 9b). Ini berarti dari hal sederhana, tidak boleh membuat susah hati orang lain, apalagi menyakiti dan menindas. Kasih merupakan dasar dan inti ajaran Yesus dan wajib menjadi nilai utama dalam berperilaku dan bertindak (1Yoh. 4:20-21).
Ayatnya diteruskan dengan perintah kedua, “dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah.” Artinya, memperlihatkan rasa hormat kepada orang lain. Firman lain juga mengatakan, hendaklah rendah hati dan menganggap orang lain lebih utama (Flp. 2:3). Prinsip kehidupan yang berlaku umum: bila kita menghormati orang lain, maka kita juga akan dihormati.
Perbuatan nyata ketiga yang diminta, agar "engkau menyerahkan kepada orang lapar makananmu sendiri dan memenuhi kebutuhan orang yang tertindas” (ay. 10). Kita pun jadi teringat perkataan Tuhan Yesus bahwa memberi dan menolong orang lemah dan tertindas adalah sama seperti memberi kepada Tuhan Yesus. Mereka yang melalaikannya dianggap sebagai kambing bukan domba, dan akan dibawa ke siksaan yang kekal (Mat.25:31-46). Hidup memang harus diisi dengan berkat bagi sesama.
Kedua sisi ini yakni ibadah dan perbuatan, saling melengkapi sebagaimana kitab Yakobus menegaskan, iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:17). Iman dibuktikan dengan buah nyata kepada sesama, bukan semata terfokus pada ritual ibadah apalagi yang bersifat palsu (ay. 1-9a).
Hal menarik dari nas minggu ini di bagian akhir, mengingatkan kita akan hari Sabat, hari ketujuh, perhentian yang sekarang di hari Minggu. Tuhan menghendaki kita memuliakan hari Minggu dengan tidak hanya melakukan urusan kita sendiri dan meremehkan ibadahnya (ay. 13). Janganlah hanya sibuk untuk diri sendiri dan melupakan Tuhan, meski kadang ada pengecualian sebagaimana murid-murid memetik gandum di hari Sabat oleh karena lapar (Luk. 6:1-5).
Semua perintah itu dilengkapi dengan janji Tuhan. Apabila kita berupaya melakukannya, maka Dia "akan menuntun engkau senantiasa dan memenuhi kebutuhanmu di tanah yang kering, serta membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti kebun yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan (ay. 11). Dan apabila kita menghormati hari Minggu sebagai hari yang mulia, Tuhan berjanji "membuat engkau bersenang-senang karena Tuhan, ... melintasi puncak bukit-bukit di bumi; Aku akan memberi engkau makan dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu" (ay. 14). Terpujilah Tuhan.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu XI Setelah Pentakosta - 24 Agustus 2025
Khotbah (2) Minggu 24 Agustus 2025 – Minggu XI Setelah Pentakosta
JALAN HIDUP (Yer. 1:4-10)
“Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam” (Yer. 1:10)
Salam dalam kasih Kristus.
Diri kita saat ini berasal dari hari kemarin, bahkan dari dulu-dulu. Sebuah jalan yang panjang. Dan iman kita mengajarkan bahwa perjalanan hidup manusia ditentukan oleh Tuhan Yesus. Ada rencana indah-Nya ketika kita hadir berada di dunia ini, dan akan berhasil mengikutinya dengan berupaya taat menjalani perintah-Nya sesuai Alkitab dan suara hati yang murni.
Selain ada yang berhasil dan hebat dipakai-Nya, tentu ada yang gagal dan rencana Tuhan dalam hidup mereka berantakan. Ini disebabkan karena tidak mau mendekatkan diri dan mendengar suara Tuhan; memilih lebih mengikut suara sekitar dan diri sendiri serta kedagingan. Roh manusia yang memiliki kehendak, pikiran, emosi, dan nafsu, lebih dominan diikuti. Ini tidak terlepas dari manusia tetap memiliki kehendak bebas (freewill), yang di kalangan teolog kuat perdebatannya. Martin Luther bahkan mengatakan, kehendak bebas adalah omong kosong. Semua adalah kedaulatan Tuhan.
Firman Tuhan bagi kita di Minggu yang berbahagia ini dari Yer. 1:4-10. Ini kisah panggilan Tuhan kepada Nabi Yeremia. Dari nas tersebut, kita tahu riwayat nabi Yeremia telah dipersiapkan oleh-Nya: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa" (ay. 5). Hal yang sama ada pada pengakuan Raja Daud, bahwa Tuhan “membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku” (Mzm. 139:13). Artinya, awal jalan hidup manusia telah ada campur tangan Tuhan.
Namun Alkitab juga mengajarkan, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi jalan hidup seseorang yakni dari keturunan, bukan saja perihal genetika kepintaran atau sisi emosional semata, tetapi juga dosa asal yang terbawa-bawa dari perbuatan orangtua dan nenek moyang. Soal dosa asal ini, memang terjadi pendapat berbeda meski tidak jauh hakikatnya: Dosa asal adalah kecenderungan atau natur berdosa (Mzm. 51:5), tetapi juga “kutuk” hukuman dari pendahulu sebagaimana Tuhan sampaikan melalui hukum Taurat kedua: “membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku” (Kel. 20:5).
Tentu kita tidak mengabaikan roh jahat atau iblis si penggoda, sebagaimana kisah jatuhnya Hawa yang membawa manusia ke dalam dosa dan terlempar dari Taman Eden. Dunia ini memang penuh tawaran, tetapi pikiran manusia tetaplah yang menentukan; dan melalui pertolongan Roh Kudus, kita dapat dituntun untuk tidak jatuh ke dalam jerat iblis yang kesudahannya adalah buruk, jahat dan penderitaan.
Oleh karena itu, jalan hidup manusia ditentukan oleh keempat faktor tersebut. Pertama, rencana Tuhan dan sekaligus kedaulatan-Nya; kedaulatan dapat diartikan juga sebagai pemeliharaan-Nya. Kedua, ada dosa asal dan natur berdosa yang ikut mempengaruhi. Faktor ketiga, yakni kemampuan diri sendiri, roh kehendak bebas tadi, dalam wujud kendali dan kemauan serta ketaatan dalam memahami keberadaan di dunia, pengakuan sebagai ciptaan Tuhan dengan misi khusus di dunia. Terakhir, waspadai keberadaan iblis si penggoda.
Alkitab dipenuhi pegangan dan nasihat agar manusia membentuk dirinya dengan rajin dan bertekun (Ams. 6:6-8; 12:24; Pkh. 11:6), bekerja keras (Ef. 4:28; 2Tes. 3:7-8), cerdik, berhikmat dan cerdas (Mat. 10:16; Ams. 1:7; 22:29). Kekuatan roh manusia untuk membawa dirinya lebih baik dan lebih tinggi sesuai dengan kemampuan (level of competence) dirinya.
Kini, dimana kita berada? Akankah kita sama seperti nabi Yeremia yang mengikuti rencana indah Tuhan? Untuk itu tidak perlu takut, sebab bila ada kelemahan atau kekurangan yang kita rasakan, seperti nabi Yeremia merasa tidak pandai berbicara dan masih muda, Yeremia meminta pertolongan Tuhan untuk menutupi dan memulihkannya (ay. 6-9). Dosa asal pun, mari kita bereskan kepada Tuhan yang Mahabaik, dengan mengakui, mohon pengampunan dan bertobat.
Keempat faktor atau kekuatan itu akan terus saling tarik-menarik, membentuk jalan hidup kita. Satu atau dua faktor boleh lebih menentukan, tetapi tidak dapat mengabaikan faktor lainnya. Kitalah yang memilih, menentukan, kekuatan mana yang akan lebih kita ikuti dan kembangkan dalam menjalani hidup kita ke depan. Setiap piihan tentu membawa buah konsekuensi. Janganlah salah dan menyesalinya kelak, sebab tidak lagi berguna. Tidak ada istilah terlambat, apalagi demi anak cucu kita, agar diberkati dan terus menjadi berkat; sebuah kerinduan seperti ayat pembuka di atas.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu XI Setelah Pentakosta - 24 Agustus 2025
Khotbah Minggu 24 Agustus 2025 – Minggu XI Setelah Pentakosta
BERSUKACITA KARENA PERKARA MULIA (Luk. 13:10-17)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Ibr. 12:18-29; Yer. 1:4-10 atau Yes. 58:9b-14; Mzm. 71:1-6 atau Mzm. 103:1-8
Pendahuluan
Tuhan Yesus kembali mengajar di sinagoge. Rumah ibadat Yahudi ini biasanya dipimpin oleh seorang kepala.. Pada saat mengajar itu, ada seorang perempuan yang sakit punggung selama 18 tahun sehingga tidak dapat berdiri tegak. Sungguh penderitaan yang menyiksa. Atas dasar belas kasihan, Tuhan Yesus menyembuhkan sakitnya. Namun, kepala rumah ibadat mencelanya karena melakukan penyembuhan di hari Sabat. Mereka ini terus berusaha untuk menguji dan menjebak Yesus agar dapat menyingkirkan-Nya Itulah yang menjadi pokok kisah firman bagi kita minggu ini. Dari bacaan tersebut, kita memperoleh pengajaran hidup sebagai berikut.
Pertama: Yesus yang penuh kuasa (ayat 10-13)
Perjalanan Tuhan Yesus dalam mengabarkan jalan baru keselamatan kepada umat Yahudi bukanlah pekerjaan mudah. Mereka telah hidup selama ribuan tahun dengan iman kepercayaan kepada Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub yang membebaskan mereka dari berbagai ancaman. Untuk itu mereka berusaha berpegang teguh kepada aturan-aturan tertulis dalam kitab perjanjian lama. Itu bukan sesuatu yang buruk. Namun oleh para imam dan ahli-ahli kitab Taurat, firman PL ini ditambah dengan aturan-aturan yang lebih rinci sehingga justru kehilangan maknanya. Penafsiran dalam praktek kehidupan oleh para imam dan ahli kitab itulah yang sering menjadi masalah. Para ahli kitab PL ini tidak lagi memperdulikan hakekat hubungan hakiki Allah dengan manusia yakni KASIH, melainkan lebih mementingkan penafsiran yang lebih menguntungkan bagi diri mereka sendiri.
Allah Bapa menyadari hal itu yakni kebenaran firman saja tidak cukup untuk melunakkan hati mereka. Para ahli kitab PL juga cukup ahli berdebat dan berusaha menjebak Yesus dengan berbagai pertanyaan agar orang-orang tidak percaya kepada-Nya. Kelahiran Tuhan Yesus yang sungguh ajaib tidak dapat meyakinkan mereka bahwa Ia adalah utusan Allah Bapa dengan penawaran perjanjian baru. Maka pilihan Allah adalah Yesus diberi kuasa istimewa yang tidak dimiliki oleh banyak nabi-nabi sebelumnya, untuk memperlihatkan bahwa Ia adalah Anak Allah yang memiliki kuasa sebagaimana Allah Bapa memiliki-Nya.
Inilah yang diperlihatkan oleh Tuhan Yesus ketika seorang perempuan yang menderita selama 18 tahun ikut hadir dalam pengajaran-Nya. Perempuan itu sebagaimana dalam tradisi Yahudi mungkin duduk di belakang, namun Tuhan Yesus dengan rasa kasih melihatnya menderita dan memanggilnya. Kemudian hanya dengan kata dan tumpang tangan di atas punggung yang bengkok itu, perempuan itu lantas berdiri tegak sehat. Sungguh kuasa yang dahsyat yang diberikan oleh Tuhan kita, untuk meneguhkan bahwa Ia adalah Anak Allah dan kuasa-Nya itu terus hadir bersama kita saat ini. Sebagaimana perempuan itu yang langsung memuliakan Allah, demikian jugalah kitanya kita dalam menerima berkat kasih-Nya.
Kedua: jangan munafik (ayat 14-15)
Tuhan Yesus sendiri tidak pertama kali melakukan penyembuhan dalam hari Sabat dalam kisah ini. Alkitab mencatat ada tujuh kali Ia melakukan mujizat di hari Sabat, yakni:
1. Yesus mengusir roh jahat yang merasuki seseorang (Mrk. 1:21-28).
2. Yesus menyembuhkan mertua Petrus (Mrk. 1:29-31)
3. Yesus menyembuhkan orang mati sebelah tangannya (Mrk. 3:1-6)
4. Yesus menyembuhkan orang lumpuh di kolam Bethesda (Yoh. 5:1-18)
5. Yesus menyembuhkan orang yang lahir buta (Yoh. 9:1-12)
6. Yesus memulihkan wanita yang bungkuk (Luk. 13:10-17) sesuai nats ini.
7. Yesus menyembuhkan orang yang sakit busung air (Luk. 14:1-6)
Kepala rumah ibadat itu takut dan marah karena Yesus memperlihatkan kuasa-Nya sehingga semakin banyak orang percaya kepada-Nya. Ia juga menyalahkan Yesus atas perbuatan-Nya itu. Dalam sudut pandangannya, Yesus telah melakukan “pekerjaan” di hari suci itu dengan menyembuhkan. Ia mencela dengan berfikir bahwa itu sama dengan pekerjaan profesi tabib atau dokter, yang jelas dilarang dilakukan pada hari Sabat. Akan tetapi Tuhan Yesus memandang kepala rumah ibadat ini munafik. Yesus menjawab bahwa mereka juga melepaskan lembu dan hewan peliharaannya untuk minum di hari Sabat, dan itu adalah pekerjaan, serta melepaskan hewan tersebut dari kehausan dan penderitaan. Maka, jika kepada ternak saja mereka memberi perhatian pada hari Sabat, bukankah sesama mereka jauh lebih layak seperti wanita ini mendapatkan setelah 18 tahun menderita?
Sikap munafik kepala rumah ibadat ini yang dicela Yesus. Mereka mengutamakan penafsiran hukum yang kaku dengan mengabaikan kasih kepada sesama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, munafik dijelaskan sebagai bermuka dua, suka mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; berpura-pura setia tetapi sebenarnya hatinya tidak demikian. Mereka seolah-olah mengutamakan kasih kepada Allah tetapi justru mengabaikan penderitaan orang lain. Padahal, kasih harus lebih besar dari aturan yang dibuat manusia. Penderitaan harus dikalahkan melalui kasih. Pertolongan harus diberikan tanpa harus melalui mekanisme persetujuan sistem dalam kelompok atau gereja. Kasih harus di atas segalanya. Jangan menunda esok sementara seseorang butuh pertolongan untuk lepas dari penderitaannya. Kita harus jujur dan jangan bersikap mendua atau munafik dalam melaksanakan kasih.
Ketiga: hari Sabat untuk siapa? (ayat 16)
Di zaman modern ini jenis penyakit semakin bertambah. Sebagian berasal dari pengetahuan manusia yang terus berkembang dan “menemukan” penyakit baru, akan tetapi sebagian besar akibat polusi alam dan pola hidup manusia yang tidak sehat: melalui makanan, kemalasan beraktifitas fisik, merokok dan lainnya. Hal ini merupakan pekerjaan setan yang semakin giat. Kita bisa katakan bahwa semua penyakit memang sumber awalnya adalah setan, yang dalam ayat 16 ini disebut dengan diikat oleh Iblis, termasuk keisengan setan untuk menguji anak-anak Tuhan (band. Kisah Ayub). Dari bacaan kita ini juga diperlihatkan bahwa penderitaan seseorang dapat terjadi dan berkepanjangan karena kesalahan sistem yang dibuat manusia, dan itu jelas bukan kehendak Allah.
Dunia modern juga memang membuat kita kurang peka terhadap penderitaan orang lain. Individualisme yang dibumbui dengan kebebasan media dalam mempertontonkan penindasan dan tindak kekerasan membuat kita semakin kebal atau immune atas penderitaan orang lain, seolah menganggap itu adalah sesuatu yang “biasa-biasa” saja. Tapi perlu diingatkan, kekristenan menempatkan individu di atas sistem yang tidak mengutamakan kasih. Individu harus memiliki tempat yang istimewa dalam sistim kemasyarakatan. Sistem yang kurang demokratis memang cenderung mematikan individu dengan segala dinamika perbedaannya, termasuk kadang kala muncul dalam kehidupan gereja. Sistem lebih menyukai aturan daripada kasih. Etika dan prosedur menjadi lebih utama dibandingkan urgensi pertolongan. Menjadi tragis dan berbahaya apabila masyarakat, negara, atau gereja kemudian terbelenggu oleh sistem yang demikian.
Di hadapan Allah, seorang manusia atau sebuah nama bukan hanya bagian dari angka statistik. Situasi ini bisa kita lihat ketika seseorang mau percaya tetapi tidak ada hamba Tuhan yang mau melayani untuk membaptis, padahal orang tersebut dalam keadaan sakit kritis. Atau seorang anak bayi yang belum dibaptis tapi sakit kritis? Akankah kita berdebat bahwa dalam kedua situasi itu harus pendeta yang membaptis? Oleh karena itu Yesus berkata: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat" (Mrk 2:27-28). Sabat, sistem, aturan dan etika, dibuat bertujuan untuk melepaskan penderitaan. Sabat justru merupakan hari yang tepat untuk melepaskan ikatan dari yang jahat sekaligus menyatakan kehadiran kuasa Allah yang membebaskan. Dalam hal ini, perempuan itu telah menerimanya dengan sukacita.
Keempat: semua bersukacita karena perkara mulia (ayat 17)
Setiap penampakan karya Allah berupa pembebasan dari penderitaan seharusnya disambut dengan sukacita. Hal itu menandakan bahwa Allah terus peduli pada anak-anak-Nya dan ingin memberikan kelepasan penderitaan duniawi dan akhir zaman bagi yang rindu mendapatkannya. Perempuan itu memperlihatkannya yakni dalam keadaan sakit 18 tahun masih tetap ikut dalam pengajaran di sinagoga dan ingin mendengar perkataan Tuhan Yesus. Akan tetapi sebaliknya yang terjadi pada kepala rumah ibadat itu. Ia justru tidak melihat karya Yesus sebagai mukjizat dan bersukacita atas penyembuhan yang terjadi, malah memakai hal itu sebagai alat untuk menjatuhkan-Nya.
Hal seperti ini perlu kita hindari. Janganlah tidak percaya akan karya mukjizat Tuhan Yesus yang terus bekerja sampai dengan saat ini, apalagi mencoba menghalanginya. Karya dan kasih Allah akan nyata dan senantiasa tampak bagi mereka yang terus rindu akan jamahan-Nya. Tidak ada seorang pun atau kuasa lain yang bisa menghalanginya. Kita tidak perlu berputus asa akan penyakit atau permasalahan yang kita hadapi saat ini, sebab Ia adalah Tabib Agung kita. Meski penderitaan masih membelenggu dalam kehidupan, janganlah berputus asa sebab campur tangan Allah masih terbuka dan nyata bila kita berserah kepada-Nya.
Justru kita diminta menjadi anak-anak-Nya yang terus bercahaya bagi kegelapan orang lain. Kerajaan-Nya harus diperluas dan ditinggikan, sehingga semakin banyak yang masuk dan merasakannya melalui Pribadi Yesus. Pertolongan atau pemberian kelepasan yang cepat bagi yang membutuhkan tanpa menunggu prosedur kelembagaan bukanlah suatu yang buruk. Ada peribahasa latin mengatakan bahwa mereka akan mendapatkan dua kali lipat bagi yang memberikan lebih cepat. Jangan kita menjadi serupa dengan kepala rumah ibadat itu, yang akhirnya menanggung malu, sementara banyak orang yang melihat karya Allah bersuka cita. Marilah kita terus melakukan perkara-perkara yang mulia sebagaimana dilakukan oleh Kristus bagi perempuan itu.
Kesimpulan
Minggu ini kita dikuatkan kembali dengan kenyataan bahwa Allah kita masih terus bekerja dan berkarya bagi anak-anak-Nya yang rindu dengan jamahan-Nya. Ia tetap memberikan kelepasan sepanjang kita ekspresikan kerinduan kita dengan datang kepada-Nya. Jangan kita menjadi munafik melainkan kita diminta agar tetap peduli terhadap kebutuhan orang lain, bukan memanfaatkan demi kepentingan kita. Sikap yang terlalu mengutamakan ritual dan prosedur dan menghalangi hakekat kasih dan perbuatan nyata tidak akan membantu menghadirkan kerajaan Allah di sekitar kita. Mari terus berkarya dengan meluruskan semua yang bengkok dan bungkuk. Kita terus berkarya sehingga semakin banyak yang bersuka cita karena perkara-perkara mulia telah dinyatakan melalui kehidupan kita.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu XI Setelah Pentakosta - 24 Agustus 2025
Khotbah (3) Minggu 24 Agustus 2025 – Minggu XI Setelah Pentakosta
KEMENANGAN ATAU HUKUMAN (Ibr. 12:18-29)
Suatu kali saya ikut ibadah di gereja besar dan populer di mal daerah Kuningan, Jakarta. Saat khotbah, pendetanya membaca ayat terakhir nas kita pada Minggu XII setelah Pantekosta: "Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan." Kemudian pendeta membuka khotbahnya dengan pertanyaan: apakah Allah kita itu penuh kasih atau pemarah? Jemaat menjawab: "Penuh kasih." Lantas pengkhotbah meresponnya: "Betul, tetapi Allah kita itu pemarah, berupa api yang menghanguskan." Semua kaget, termasuk saya; dan saya dengar, ia tidak pernah lagi dipanggil berkhotbah di tempat itu. Jelas, ia kurang bisa memahami Allah kita itu Maha Kasih tetapi juga Maha Adil, sehingga harus menghukum; bukan karena pemarah apalagi pendendam.
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XII setelah Pentakosta ini diambil dari Ibr. 12:18-29. Nas ini berbicara tentang tanggung jawab yang berat bagi umat yang telah mengikut Kristus, tentu termasuk kita semua. Pasal sebelumnya (ayat 3-17) meminta mereka untuk tetap kuat teguh dalam penderitaan yang mereka alami, dan agar tetap berusaha hidup damai dengan sesama, serta terus menjaga kekudusan hidup. Penjelasannya: "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya" (ayat 11).
Dalam nas ini, mereka diminta agar tetap bersukacita, sebab Allah mereka adalah Allah yang mereka kenal dengan baik dan sangat dekat serta akrab. Penulis Ibrani membandingkannya saat Musa menerima hukum Taurat di gunung Sinai: suasana kekelaman dan kegelapan, dan pemandangan yang mengerikan. Mereka yang mendengarnya saat itu memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka (ayat 19). Musa sampai berkata: “Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar” (ayat 21).
Sementara Allah melalui Kristus yang datang dengan perjanjian baru, digambarkan dengan Bukit Sion, kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi, dan ada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah. Jadi mereka yang mengikut Kristus telah melakukan hal yang benar, datang kepada Allah yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru yang akan menjadi Hakim bagi semua orang (ayat 23-24).
Oleh karena itu, siapapun yang sudah mengenal Yesus, janganlah menolaknya. Dia yang langsung berbicara dari sorga, tidak lagi melalui nabi-nabi seperti dalam PL sebelumnya. Allah memberi peringatan bagi kita tentang adanya godaan kekuasaan, harta dan wanita/pria. Seberat apapun beban dan masalah yang kita hadapi, jangan berpaling dari Dia yang api-Nya menghanguskan. Kita yang sudah diberi anugerah keselamatan kekal, tetaplah setia dan terus mengucap syukur, beribadah kepada-Nya menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Allah itu baik dan adil. Jadilah pemenang, bukan kalah dan terhukum.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu XVIII Setelah Pentakosta - 12 Oktober 2025Khotbah Minggu 12 Oktober 2025 - Minggu XVIII Setelah Pentakosta...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu XVIII Setelah Pentakosta - 12 Oktober 2025Khotbah Minggu 12 Oktober 2025 - Minggu XVIII Setelah Pentakosta...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu XVIII Setelah Pentakosta - 12 Oktober 2025Khotbah Minggu 12 Oktober 2025 - Minggu XVIII Setelah Pentakosta...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 31 guests and no members online