2025
2025
Khotbah (2) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025
Khotbah (2) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025
TEMBOK DAN JEMBATAN (Kis. 11:1-18)
(Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yoh. 13:31-35; Mzm 148; Why 21:1-6)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu V Paskah ini diambil dari Kis. 11:1-18. Nas ini menceritakan upaya Rasul Petrus mempertanggungjawabkan baptisan Kornelius di Yerusalem. Kaum Yahudi yang sejak awal bersunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya (Kej. 17:11), masih merasa sebagai umat khusus, umat pilihan. Mereka yang kemudian percaya dan mengikut Kristus, sebagian merasa keselamatan dari Tuhan Yesus hanya untuk kaum Yahudi saja, sehingga kabar sukacita tersebut dan bahkan baptisan tidak perlu diberikan kepada "orang asing", orang yang tidak bersunat. Tetapi Rasul Petrus melakukannya dan membaptis Kornelius, seorang tentara Romawi. Maka ia pun ditentang.
Allah menciptakan manusia yakni Adam dan Eva, dan kemudian setelah ribuan tahun menyebar ke seluruh penjuru bumi. Faktor alam dan campuran genetika membuat terjadinya keragaman manusia dengan ras, suku, bangsa, tempat, bahasa dan lainnya. Begitu juga dengan sifat, karakter, warna kulit, tradisi, kepercayaan, dan lainnya. Tidak ada manusia yang sama. Pengelompokan manusia terjadi atas kesamaan tersebut, atau oleh kepentingan dan tujuan yang sama, meski itu dapat sesaat.
Alkitab mengatakan, keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Banyak orang menyembah Tuhannya yang tidak mereka kenal, tetapi kita menyembah Allah yang kita kenal yakni dalam Pribadi Tuhan Yesus, yang memang bangsa Yahudi (Yoh. 4:22). Kita mengenal Allah dalam Pribadi Yesus karena ada gambaran utuh-Nya: hidup, kuasa, teladan, pelayanan, dan terutama kasih-Nya. Tidak ada agama lain di dunia ini yang bisa lebih baik menggambarkan Allah yang seperti Dia. Tawaran jalan keselamatan kekal yang diberikan-Nya, sungguh luar biasa. Kita memang layak memuji, menyembah, dan mengikuti-Nya.
Kabar sukacita itulah yang mesti disebarkan. Kita tidak perlu meributkan legalisme kaku dengan meributkan hal yang tidak prinsip, seperti makanan bercampur darah (ayat 9), baptisan air yang benar (ayat 16), hari raya Kristiani, atau format tata ibadah. Semua menjadi tidak produktif. Merasa unggul juga - seperti "bersunat" dalam nas ini, harus ditiadakan yang semua itu justru membangun tembok pemisah dan perbedaan. Apalagi, bila kepentingan pribadi sebenarnya dibungkus menjadi kepentingan kelompok, atau dalam nama agama dan bahkan demi nama Tuhan.
Perbedaan selalu ada. Di tengah hubungan sesama, perbedaan terus ada termasuk dalam iman dan kepercayaan, termasuk dalam ritualnya. Sungguh sangat disayangkan kalau perbedaan itu sampai membuat polarisasi terjadi dan tembok terbangun,
Tetapi melalui kasih yang menjadi ciri khas orang percaya, kita perlu membangun jembatan bagi mereka yang merasa seolah ada ketidakadilan dan kalah/tersisihkan. Memang tidak mudah membangun kembali relasi antar manusia. Tetapi kita harus siap menerima mereka dengan hati yang penuh kasih. Upaya mesti terus dilakukan, terutama oleh kita anak-anak Tuhan. Mencari buah dan Roh Kudus akan bekerja (ayat 17). Seperti ayat penutup dalam nas Minggu V Paskah ini: karunia itu diberikan kepada segala bangsa, pertobatan, atau perubahan yang terus memimpin kepada hidup (ayat 18). Itulah utamanya, intinya, bangunlah selalu jembatan, bukan tembok.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025
Khotbah (3) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025
PUJILAH TUHAN YANG SEJATI (Mzm.148:1-14)
Baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta (Mzm. 148:5)
Firman Tuhan di Minggu V setelah Paskah diambil dari Mzm. 148, dengan judul: Langit dan bumi, pujilah TUHAN! Lho, kenapa “benda mati” langit dan bumi ikut memuji Tuhan? Pemazmur tampaknya ingin melawan pendapat bangsa-bangsa lain di saat itu, yang masih menjadikan benda-benda langit atau makhluk sebagai allah yang mereka sembah. Mazmur ini lantas memerintahkan, selain makhluk hidup menyembah Tuhan, semua “benda mati” lainnya ikut menyembah, seperti bulan, bintang terang, air yang di atas langit, ular-ular naga dan segenap samudera raya, api dan hujan es, salju dan kabut, angin badai, dan lainnya.
Jika kita membaca buku History of Religion dari Prof. Allan Menzies, maka kita mengetahui mengapa sejak awal peradaban, manusia mulai menyembah benda-benda mati dan menjadikan mereka sebagai allahnya. Mereka membutuhkan kekuatan yang lebih tinggi, yang tidak dipahaminya dan melampaui kemampuan mereka. Menurut Menzies, motif ibadahnya adalah “ketakjuban, tidak diragukan lagi, selalu hadir di dalamnya....”
Memang dalam hal ini ada unsur kepercayaan dan proses intelektual, yang membawa mereka sampai pada titik kesimpulan, perlu menyembah benda mati tersebut. “Ketidakmampuannya untuk membantu dirinya sendiri atau untuk memenuhi kebutuhannya sendiri-lah yang mengantarkan penyembah kepada tuhannya (catatan: berupa benda-benda), yang memiliki daya yang ia sendiri tidak punya." Benda-benda seperti tanah atau bumi dan langit atau matahari, misalnya, memberikan kesuburan tanah dan hasil panen yang baik membuat mereka menyembah benda langit dan bumi.
Padahal, kepercayaan PL dan kita semua, langit dan bumi adalah ciptaan Allah, sehingga langit dan bumi tidak layak untuk disembah. Bumi dengan pohon yang besar atau gunung yang tinggi, dapat musnah hilang seketika oleh kuasa Allah dengan mematikan pohon itu atau meletuskan gunung sehingga hilang dari muka bumi. Demikianlah kuasa Allah, sehingga segala ciptaan-Nya tidak layak disembah, termasuk manusia dan nabi-nabi.
Pemazmur mengajak kita dengan iman percayanya, bahwa Allah berkuasa atas seluruh bumi dan carkawala dengan segala isinya, dan mengajak seluruh malaikat dan bala tentara surgawi untuk memuji dan menyembah-Nya. Semua raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; para taruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda (ayat 2, 11-12). Maka, lengkap sudah, penghuni surga, cakrawala dan isi bumi semua diajak, serta kita pun orang percaya, “baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta” (ayat 5). "Dialah pokok puji-pujianmu dan Dialah Allahmu, yang telah melakukan di antaramu perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kaulihat dengan matamu sendiri (Ul. 10:21).
Nas mazmur kita menekankan bahwa ibadah dan pujian terhadap Allah yang benar dan sejati, merupakan sentral kehidupan kita ke depan. Pujian tidak harus dengan mulut atau nyanyian, tetapi juga melalui perbuatan. Semua yang kita lakukan ke depan hendaklah merupakan ibadah kepada Tuhan (Kol. 3:23). Jangan lagi ada kegiatan kita yang sia-sia, apalagi hal yang tidak disukai-Nya (2Kor. 6:1; Ef. 4:17). Allah kita di dalam Tuhan Yesus adalah Roh dan kita pun menyembah Dia di dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:24). Dia telah menjadi daging dan turun ke dunia, tetapi kembali naik ke surga menjadi Roh.
Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit (ayat 13). Allah yang benar dan sejati, telah berkarya bagi umat Israel dengan meninggikan tanduk umat-Nya, serta membawa mereka kembali dari pembuangan (ayat 14). Kita pun telah ditinggikan dengan kasih Allah yang begitu besar, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Itulah dasar kita memuji-Nya. Haleluya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu IV Paskah - 11 Mei 2025
Khotbah Minggu IV Paskah - 11 Mei 2025
YESUS DITOLAK ORANG YAHUDI (Yoh. 10:22-30)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis. 9:36-43; Mzm. 23; Why. 7:9-17
Pendahuluan
Dalam minggu ini kita diberi firman yang menceritakan saat Tuhan Yesus mulai dipertanyakan siapa Dia dan keberadaan-Nya. Beberapa waktu sebelumnya sebenarnya Ia sudah memperkenalkan diri-Nya kepada perempuan Samaria bahwa Ia adalah Mesias (Yoh 4:26). Dalam kesempatan lain Ia menyatakan diri-Nya bukan dari dunia ini melainkan dari Atas dan Dia adalah Allah (Yoh 8:12-29); kemudian dalam percakapan tentang anak yang buta Ia menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah (Yoh 9:37). Akan tetapi orang-orang Yahudi belum yakin, sehingga tatkala saat hari raya Pentahbisan Bait Allah, mereka bertanya lagi tentang siapakah Dia sebenarnya.
Hari Raya Pentahbisan bermula dari zaman Yudas Makabeus di tahun 164 SM melakukan pentahiran dan pengudusan kembali Bait Allah, setelah sebelumnya Bait Allah diperlakukan dengan najis oleh Raja Syria yakni Antiochus Ephipanes dengan mengorbankan hewan babi di altar Bait Allah tersebut sebagai persembahan kepada dewa-dewa kafir. Bagi umat Yahudi, babi adalah hewan yang haram. Antiochus juga melakukan penghinaan dengan memakai ruangan-ruangan di Bait Allah tersebut sebagai tempat asusila. Yudas Makabeus kemudian bangkit dan mengusir Antiochus dan menahbiskan kembali Bait Allah tersebut. Inilah peringatan pentahbisan yang dilakukan dan masih dilakukan oleh umat Yahudi yang disebut sebagai hari raya Hanukah atau hari raya Terang.
Dari pertanyaan dan percakapan Tuhan Yesus dengan orang Yahudi di serambi Salomo Bait Allah itu kita diberi cahaya sorgawi sebagai berikut.
Pertama: mereka sudah mendengar dan melihat (ayat 24-25)
Meski beberapa orang Yahudi telah menjadi murid-Nya dan ada banyak orang yang terus mengikuti-Nya, rupanya banyak orang masih belum begitu yakin sehingga mereka terus mempertanyakan siapakah Dia sebenarnya. Memang yang bertanya ini mungkin mempunyai dua maksud, apakah betul-betul murni ingin mendapat kepastian tentang Dia adalah Mesias, dan menjadikan-Nya Raja yang Diurapi untuk memimpin umat Yahudi bagi pembebasan dari penjajahan Romawi. Kesengsaraan dan ketidakadilan pada umat Yahudi di masa itu membuat mereka menunggu-nunggu datangnya Mesias untuk memimpin perlawanan seperti Yudas Makabeas membebaskan mereka dari raja Syria. Tetapi pertanyaan orang Yahudi itu juga bisa menjebak-Nya sebagai alasan untuk melempari-Nya dan membawa Dia ke pengadilan agama Yahudi, karena dianggap menghujat Allah (band. Yoh. 8:13). Inilah yang diperhitungkan Yesus, sehingga Ia menjawab secara diplomatis, membalikkan pertanyaan kepada mereka. Ini strategi yang jitu dan pantas diteladani dalam menghadapi orang yang ingin menjebak kita.
Sebenarnya Tuhan Yesus sudah menyatakan diri-Nya berulang kali sebagaimana disebutkan pada bagian pendahuluan. Ia juga sudah menjelaskan makna dari ke-Mesias-an dan Anak Allah dalam percakapan sebelumnya, sehingga Yesus mengatakan kepada mereka: kamu telah mendengar! Bahkan Ia telah memperlihatkan pekerjaan kuasa Ilahi-Nya melalui berbagai mukjizat yang dilakukan, seperti merubah air menjadi anggur (Yoh. 2:1-11), penyembuhan beberapa orang sakit (Yoh 4 dan 5), memberi makan 5000 orang hanya dengan lima roti jelai dan dua ikan (Yoh. 6:1-14), dan Ia berjalan di atas air (Yoh 6:16-21). Hal ini juga yang membuat Tuhan Yesus berkata kepada mereka: kamu telah melihat apa yang Kukerjakan! Tetapi mereka tetap tidak percaya.
Dalam percakapan sebelumnya dengan orang Farisi, Tuhan Yesus telah mengingatkan bahwa mereka yang sudah melihat kuasa Allah tetapi tidak percaya, maka mereka berdosa (Yoh 9:40-41). Yesus menekankan bahwa orang Farisi itu telah melihat karya Allah melalui anak yang lahir buta dicelikkan oleh Yesus, tetapi mereka tidak percaya, sehingga Tuhan Yesus kemudian berkata mereka berdosa.
Dalam kaitan inilah Tuhan Yesus juga ingin mengingatkan kita bahwa katika bertanya tentang ke-Allah-an Yesus untuk motivasi yang kurang baik, misalnya untuk memperlihatkan kehebatan, kesombongan, bahkan niat melecehkan, itu sangat tidak baik. Bertanya bukanlah sebuah dosa. Kalau seandainya kita bertanya dengan motivasi yang benar, untuk mengetahui kuasa dan wujud penyertaan-Nya dalam hidup kita, maka Yesus akan memberikan jawaban-Nya. Roh Kudus akan bekerja. Inilah inti pesan pertama kepada kita, agar kita yang sudah melihat dan mendengar hendaklah terus percaya dan mengikut Dia; dan kalau masih ada keraguan, teruslah bertanya dan mencari hingga Dia berkenan memberi jawaban.
Kedua: menjadi domba dan kemudian percaya (ayat 26-27)
Dalam ayat 26 Tuhan Yesus menyatakan mereka bukanlah domba-domba-Nya. Dengan demikian, di sini muncul dua interpretasi, yakni: pertama, apakah pernyataan Tuhan Yesus itu merupakan reaksi atas pertanyaan orang Yahudi yang hadir saat itu, sehingga Yesus menyimpulkan pada dasarnya mereka bukanlah domba-domba-Nya; atau pada awalnya Tuhan Yesus sudah tahu bahwa umat Israel pada umumnya akan menolak Dia sehingga mereka bukanlah domba-domba-Nya. Kesimpulan Tuhan Yesus tersebut bisa berangkat dari dua pertanyaan dasar, yakni apakah mereka (dan semua orang) sudah “ditetapkan” dari “sononya” menjadi domba-domba Yesus, atau menjadi domba Kristus setelah ada respon pertobatan dari firman atau panggilan yang diberikan. Dalam hal ini kita akan masuk dalam diskusi predestinasi.
Dalam pandangan predestinasi (yang dicetuskan oleh John Calvin), seseorang itu sejak semula sudah ditetapkan menjadi domba-domba Tuhan Yesus. Ucapan Yesus, "tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku" (ayat 26) dapat diartikan bahwa Yesus sudah mengetahui mereka ini tidak akan percaya dan tidak ada gunanya untuk menjelaskan lebih lanjut. Predestinasi adalah kedaulatan Allah yang kekal dan penetapan di dalam diri-Nya apa yang akan terjadi dalam sejarah dunia, bangsa-bangsa dan bagi setiap orang. Dalam lingkup kecil misalnya pribadi lepas pribadi, keselamatan dan kehidupan kekal telah ditetapkan sebelumnya bagi sebagian orang, dan penghukuman kekal bagi sebagian orang lain. Hal ini berarti seseorang percaya dan mengikut Dia itu sudah ditetapkan sejak semula. Dalam kaitan ini, keselamatan yang sudah ditetapkan bagi seseorang tidak bisa hilang, sebab ada pemeliharaan Allah bagi mereka.
Pandangan lain menyebutkan bahwa seseorang menjadi domba atau pengikut Tuhan Yesus adalah hasil respon orang tersebut terhadap panggilan dari Tuhan. Panggilan ini dapat dilakukan secara langsung melalui pendengaran (Rm 10:17) baik yang audible maupun yang unaudible, tetapi ada juga yang melalui bantuan perlu ada penglihatan atau mukjizat. Apabila ia merespon panggilan atau penglihatan itu, maka ia menjadi percaya dan pengikut. Sepanjang ia bisa menjaga keselamatan yang diberikan, maka ia akan tetap selamat. Tetapi apabila ia tidak dapat memelihara iman dan ketaatannya, maka ia tidak akan selamat. Oleh karena itu, dalam pandangan ini keselamatan dapat hilang. Pendangan ini dianut oleh Armenian dan cukup banyak pengikutnya sampai saat ini.
Pandangan Predestinasi oleh Calvinis dan Armenian merupakan pandangan yang dominan dalam kaitan dengan panggilan dan keselamatan. Kedua pandangan ini mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan masing-masing memberikan argumentasi sebagaimana disebutkan di atas. Tetapi ini tentu merupakan pandangan yang tidak perlu dipertentangkan lebih jauh dalam penjelasan firman minggu ini, sebab bagi kita yang penting adalah: apakah sudah ada panggilan dan iman itu kepada kita untuk menjadi domba-domba-Nya? Apakah kita sudah mendengar tentang Yesus dan keselamatan itu, dan apakah kita sudah melihat kuasa dan karya Tuhan Yesus dalam hidup kita maupun dalam hidup orang lain? Dalam hal ini, tidak perlu kita pertanyakan, misalnya, kita ini menjadi Kristen karena pertobatan atau karena keturunan. Tetapi yang utama adalah, kita sudah mengenal Dia dan suara-Nya, mengikuti Dia, dan berinteraksi dengan Dia, sebagaimana domba yang baik selalu berinteraksi dengan Gembala yang penuh kasih. Mendengar suara-Nya atau melihat karya pekerjaan-Nya adalah merupakan langkah permulaan yang akan bertumbuh dan bertambah-tambah menjadi iman yang kokoh.
Ketiga: Domba yang taat akan masuk dalam keselamatan (ayat 28-29)
Ucapan Yesus sangat lugas pada ayat 28-29 dalam konteks keselamatan ini, dengan berkata, "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa." Alangkah indahnya pernyataan Tuhan kita itu.
Pernyataan ini sangat tegas dan mengandung beberapa hal yang penting. Pertama, kita domba-domba-Nya akan diberi kehidupan kekal; Kedua, kita tidak akan binasa dalam arti tidak akan kalah dari siapa pun yang menjadi lawan kita termasuk maut dan kematian sekalipun; dan ketiga, tidak ada satupun yang mampu merebut kita dari kasih Tuhan Yesus. Dalam mendukung pernyataan itu, dasarnya sangat kuat dan logis diberikan Tuhan Yesus: karena kita diberikan oleh Allah Bapa kepada Tuhan Yesus untuk menjadi anak-anak-Nya. Janji indah inilah yang membuat kita domba-domba-Nya tidak akan dipisahkan dari Gembala Agung, bahkan mustahil ada kekuatan yang bisa menarik kita dari pada-Nya (band. Rm. 8:31-39).
Yesus adalah Gembala Baik yang melindungi domba-domba-Nya dari si jahat dan dunia ini. Memang iblis bisa mengganggu tubuh dan sukacita para pengikut-Nya, tetapi iblis tidak akan pernah bisa mengganggu jiwa dan roh dari pengikut yang setia, apalagi sampai mengambilnya dari Tuhan. Sebagaimana dikatakan, tidak ada yang lebih besar dari Allah, tidak ada satu pun kekuasaan yang bisa menandinginya, sebab Allah kita adalah Allah yang Mahakuasa, dan kuasa-Nya itu telah diberikan kepada Tuhan Yesus.
Banyak tantangan yang akan diberikan oleh iblis (band. 1Pet 5:8), tetapi apabila kita putuskan mengikut Dia dan taat, maka kita akan berada dalam lindungan-Nya selamanya. Dalam pasal 10:11 disebutkan Yesus memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya untuk membuat kita hidup. Bagaimana mungkin, Dia yang sudah berkorban bagi keselamatan kita, mau melepaskan kita pada kekuasaan si iblis.
Hal yang diminta dari kita adalah ketaatan dan terus mendengar untuk mengikuti Dia. Kita harus melihat bahwa anugerah dan kasih-Nya terus menerus berkarya dalam hidup kita, untuk menjadi berkat bagi kita dan sesama. Domba yang meninggalkan gembala dan tidak mau mendengar, menunjukkan bahwa mereka bukanlah domba Kristus (Yoh. 15:1-6).
Keempat: Yesus dan Bapa adalah satu (ayat 30)
Ini adalah pernyataan Tuhan Yesus yang paling gamblang tentang pribadi-Nya dengan mengatakan Dia dan Bapa adalah satu. Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus dalam pernyataan-Nya itu untuk mendukung janji yang diberikan-Nya: Ia sama dengan Bapa dalam memelihara domba-domba dan memberikan kehidupan kekal tadi. Jawaban ini juga menghindari perkiraan bahwa Yesus akan dijadikan Mesias politik. Ia tidak menjawab kepada banyak orang: benar, Aku ini Mesias sebab akan berpengharapan salah terhadap diri-Nya.
Pengertian yang dinyatakan Tuhan Yesus bahwa Dia dan Bapa adalah Satu, mengacu kepada konsep Tritunggal yakni Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Ini dapat dilihat juga pada 1Yoh. 5:7. Dalam pemahaman Allah Tritunggal, Mereka memiliki hakekat yang sama dalam tiga wujud tetapi juga sering disebut dengan tiga peran. Allah Bapa sebagai pencipta, Yesus sebagai Penyelamat, dan Roh Kudus sebagai Penolong, Penyerta, dan Penghibur.
Yesus sebagai Penyelamat dilihat dalam konteks peran yang Dia lakukan ketika diutus untuk datang ke dunia memperdamaikan manusia dengan Allah. Penugasan ini sudah diteguhkan sejak Ia lahir melalui pesan kepada Maria dan Yusuf, demikian juga saat Yesus dibaptis ketika Allah melalui Roh Kudus menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Mrk. 1:11; 15:39; band. Mat. 16:16). Kata Yesus sendiri berarti "Yang Menyelamatkan." Kristus sama artinya dengan Mesias dan Almasih, berarti "Yang Diurapi." Zaman dahulu yang diurapi adalah Raja, Nabi dan Imam. Dalam hal inilah Yesus mengambil tiga peran utama itu, yakni Yesus sebagai Raja menyelamatkan dengan kuasa-Nya, Yesus sebagai Nabi menyelamatkan dengan firman yang disampaikan, dan Yesus sebagai Imam menyelamatkan dengan korban persembahan tubuh-Nya. Tidak ada lagi keraguan bahwa Yesus dan Bapa adalah Satu!
Kesimpulan
Minggu ini kita diberikan gambaran bagaimana Tuhan Yesus walaupun sudah menegaskan diri-Nya dan melakukan pekerjaan yang dipenuhi kuasa mukjizat, tetap saja umat Yahudi tidak percaya bahwa Ia adalah Mesias, Ia adalah Allah, yang mereka tunggu untuk memyelamatkan. Memang perbedaan pemahaman tentang penyelamatan di sini menjadi hal yang utama, sebab bagi umat Yahudi pemahaman mereka Mesias yang ditunggu adalah Mesias politik yang memimpin mereka untuk pembebasan bangsa Yahudi dari penindasan penjajahan Romawi. Sementara bagi Yesus, Dia datang sebagai Mesias yakni Raja yang Diurapi untuk membebaskan mereka dari belenggu dosa dan maut. Kerajaan yang dibangun-Nya adalah kerajaan sorga yang penuh damai sejahtera, bukan kerajaan politik dan bangsa Israel saja. Inilah yang sebaiknya tidak terjadi pada kita, marilah kita mendengar suara-Nya dan melihat karya-Nya sehingga kita menjadi domba-Nya dan mengikut Dia. Dengan penuh keyakinan bahwa dalam ketaatan kita, Tuhan Yesus sudah menyediakan keselamatan dan kehidupan kekal bagi kita, kehidupan aman sejahtera yang tidak pernah kalah dari kuasa apapun sudah diberikan-Nya pada kita, sebab Yesus dan Bapa adalah satu.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan memberkati kita sekalian, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 11 Mei 2025
Kabar Dari Bukit
GUSTI MBOTEN SARE (Kis. 4:5-12)
Tuhan Tidak Tidur
“Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan--yaitu kamu sendiri--, namun ia telah menjadi batu penjuru” (Kis. 4:11)
Membaca nas minggu ini saya jadi teringat saat diadili dan dipenjara karena melawan rezim Presiden Suharto di tahun 1978-1979. Saat itu gerakan mahasiswa memang langsung menyerang Suharto, memintanya turun karena dianggap sebagai sumber permasalahan bangsa. Peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari) sebelumnya, hanya menyerang dominasi Jepang dan peran Ali Murtopo yang dianggap otak pengerdilan partai politik, ormas dan juga mahasiswa. Meski banyak yang mendukung gerakan mahasiswa, namun tidak sedikit yang mengatakan bahwa yang kita lakukan adalah sia-sia. Penguasa kuat, militer dan partai politik kokoh mendukung Suharto. Pengadilan mahasiswa pun termasuk terhadap saya nyatanya berjalan tidak adil. Tuduhannya pasal karet. Saya dan kawan-kawan pemimpin mahasiswa akhirnya dipenjara setahun. Namun sejarah membuktikan, sepuluh tahun kemudian, Suharto jatuh! Keputusan pengadilan terdahulu bahwa kami bersalah, akhirnya dianulir. Kebenaran memang sering mengambil jalan yang panjang dan berliku.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Kis. 4:5-12. Ini kisah pengadilan terhadap Rasul Petrus dan Yohanes yang dianggap penghasut oleh pemimpin-pemimpin Yahudi bersama Imam Besar yang mengadakan sidang Mahkamah Agama di Yerusalem (ay. 5). Petrus dan Yohanes memang sebelumnya menyembuhkan seorang laki-laki lumpuh di Bait Suci (Kis. 3:1-10) dan berkhotbah tentang Yesus. Tuduhannya: dengan kuasa apa mereka melakukannya?
Petrus dengan lantang menjawab: “Ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati--bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu." Petrus berani mengatakan hal itu karena ia penuh dengan Roh Kudus (ay. 8-10).
Petrus dan Yohanes beruntung saat itu, setelah melihat penampilan mereka (ay. 13), keputusan sidang hanyalah menegur dan meminta agar mereka tidak mengulangi lagi perbuatannya. Ternyata, hal itu tidak membuat para murid takut, malah terus mengabarkan Injil hingga ke seluruh dunia.
Dalam kehidupan keseharian kita, hal seperti ini sering terjadi. Perbuatan baik, tidak selamanya dapat diterima pihak tertentu. Ada saja dibuat alasannya. Tapi ini tidak membuat kita untuk takut berbuat baik. Resiko selalu ada, ya tidak apa-apa. Kadang buah kebaikan tidak langsung kelihatan, atau tidak dihargai, itu adalah ujian ketulusan dan kesabaran kita. Tapi satu prinsip, tidak ada perbuatan baik yang sia-sia. Tuhan tidak tidur, Gusti Mboten Sare. Semua ada dalam kendali-Nya dan Ia Mahamelihat dan Mahatahu. Perlu kita sadari juga, Gusti Mboten Sare mengingatkan kita agar berpikir bijak sebelum bertindak.
Oleh karena itu jangan mudah menyerah. Tetaplah berbuat baik, dan lakukan dengan konsisten, tulus, penuh kasih, dan percaya itu adalah panggilan orang percaya. Bila buah keberanian dan pengorbanan kita tidak langsung kelihatan, bukan berarti Tuhan tidak bekerja. Kita hanya perlu meneguhkan hati dengan percaya pada rencana-Nya, mengingat janji-Nya, berpatokan keteladanan dalam Alkitab, dan berdoa serta berserah. Sebagaimana Yesus, lihat, batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan..., namun ia telah menjadi batu penjuru (ay. 11).
Selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu IV Paskah - 11 Mei 2025
Khotbah (2) Minggu IV Paskah - 11 Mei 2025
GADA DAN TONGKAT (Mzm. 23)
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku (Mzm. 23:4)
Firman Tuhan di Minggu IV Paskah hari ini diambil dari Mzm. 23. Nas ini sangat populer bagi orang Kristen, selain Yoh. 3:16 dari PB. “TUHAN, gembalaku yang baik,” itulah judul perikopnya.
Mazmur ini mengungkapkan keteguhan iman dalam menjalani kehidupan. “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku,” sebutnya (ayat 1). Bahasa yang sederhana, tetapi memiliki makna yang dalam. Dengan iman seperti itu tidak ada lagi keraguan, tanda-tanya, atau kebingungan yang menguasai hati pikiran. Benar kata firman, iman membuat Tuhan berkenan (Ibr. 11:6; Hab. 2:4).
Keteguhan iman selalu berbuahkan perasaan damai sejahtera, sukacita, kepuasan dan kepenuhan. Bayangan ketenangan pun muncul di dalam pikiran, “Tuhan membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku” (ayat 2-3a). Bagi seorang yang menggembalakan domba di padang-padang tandus di Israel, gambaran ini sangat indah dan sungguh menyejukkan.
Tuhan tentu tidak menjanjikan perjalanan hidup semuanya indah, tanpa gelombang. Kadang ada badai, melewati lembah kekelaman dalam istilah nas ini - yang dalam tafsiran lain disebut sebagai lembah bayang-bayang maut termasuk menghadapi kematian. Tetapi ada keyakinan pemazmur bahwa Tuhan menuntun, berjalan beserta kita di jalan yang benar sehingga kita pun tidak takut bahaya (ayat 4a).
Gelombang kehidupan adalah kasih sayang Tuhan untuk mendisiplinkan kita sebagai kepunyaan-Nya dengan memakai gada dan tongkat, yang dilihat pemazmur sebagai alat pertolongan dan menghibur (ayat 4b). Gada adalah pemukul pendek yang dipakai gembala sebagai alat pertahanan dan pendisiplinan domba. Tongkat adalah simbol pertolongan yang melengkung di ujungnya, untuk menarik leher domba ke jalan yang benar. Gada dan tongkat sekaligus simbol kuasa dan kekuasaan Tuhan (Kej. 49:10; Ayub 9:34). Hal yang menarik, gada terlebih dahulu disebut, baru tongkat. Oleh karena itu untuk memperoleh pertolongan Tuhan, kita perlu disiplin dan taat dalam kuasa dan penggembalaan-Nya.
Alkitab menjelaskan bahwa kekelaman atau bayang-bayang maut terjadi ketika kita jatuh, dalam pergumulan berupa sakit yang berat, kondisi ekonomi yang sulit, anak/keluarga yang bermasalah serius, ribut dengan orang lain, dan bentuk lainnya. Situasi ini sering mendorong iblis membujuk kita agar kecewa terhadap Tuhan. Tetapi pemazmur mengatakan, ia tidak pernah ditinggalkan dan berkekurangan. ”Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah” (ayat 5). Sebuah penegasan kembali, sebab Tuhan berkenan dan memenuhi semua kebutuhan - bukan keinginan ya, ketika kita dalam lembah kelam itu termasuk menghadapi musuh. Piala dalam nas ini menggambarkan batu besar yang berlubang, tempat minum domba-domba. Gembala yang baik memang menyediakan segala keperluan dombanya.
Puncak kerinduan setiap orang percaya adalah hidupnya selamat, di dunia ini dengan penuh berkat hikmat dan keperluan tubuh dan jiwa; selamat juga kelak di akhirat bertemu Tuhan dan orang-orang yang dikasihi. Membayangkan hal itulah pemazmur mengungkapkan di ayat terakhir, “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.”
Adakah sukacita hidup yang melebihi semua itu? Saya kira, tidak ada. Ya, ayo jalani hidup kita ini tidak hanya mengandalkan pikiran, tetapi mengikuti Penuntun yang hidup, Gembala yang Baik. Itulah Yesus Tuhan yang berkata: “Akulah Gembala yang baik....” (Yoh. 10:14).
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan memberkati kita sekalian, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu Pertama Setelah Pentakosta, Minggu Trinitas - 15 Juni 2025Khotbah Minggu Pertama Setelah Pentakosta, Minggu Trinitas - 15...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu Pertama Setelah Pentakosta, Minggu Trinitas - 15 Juni 2025Khotbah (2) Minggu Pertama Setelah Pentakosta Minggu Trinitas...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu Pertama Setelah Pentakosta – Minggu TrinitasKhotbah (3) Minggu Pertama Setelah Pentakosta, Minggu Trinitas -...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 39 guests and no members online