Friday, October 10, 2025

2025

Khotbah (3) Minggu XVI Setelah Pentakosta - 28 September 2025

Khotbah Minggu 28 September 2025

 Minggu XVI Setelah Pentakosta (Opsi 3)

  

IBADAH DAN KECUKUPAN (1Tim. 6:6-19)

 

            Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XVI setelah Pentakosta ini diambil dari 1Tim. 6:6-19. Pokok renungan nas ini tentang ibadah, cinta uang, dan kebajikan. Ibadah berasal dari kata Ibrani abodah, avodah yang menurut KBBI berarti "Perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya."

 

 

 

            Alkitab meminta kita orang percaya agar jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah (Ibr. 10:25a). Pertemuan ibadah yang dimaksud mencakup ritual rutin, seperti doa pagi dan membaca Alkitab/Renungan, doa syukur malam, ibadah Minggu, doa-doa bersama, PA bulanan. Semua itu mestinya menjadi bagian dari kehidupan kita.

 

 

 

            Tetapi Alkitab juga memberikan pemahaman, bahwa melakukan kegiatan baik dalam kerangka pekerjaan, sosial, rumah tangga dan lainnya, itu pun merupakan ibadah. Perintahnya cukup jelas, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kol. 3:23). Dengan demikian seluruh kehidupan kita harus dianggap sebagai ibadah, dalam arti totalitasnya mewujudkan misi Allah di dunia ini.

 

 

 

            Manusia perlu uang. Itu wajar. Kita tahu tanpa uang hidup akan susah. Tapi uang bukanlah segalanya.  Banyak kesaksian dari orang kaya raya, bahwa uang tidak bisa membeli kebahagian. Uang juga tidak bisa membeli keselamatan. Oleh karena itu nas ini menekankan, jangan cinta uang sebab itu menjadi akar semua kejahatan (ayat 10). Kita tidak membawa sesuatu apapun ke dalam dunia saat lahir, dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa saat mati (ayat 7). Cinta uang membawa kita menghalalkan secara cara. Menumpuk uang serta harta dapat menjadi tujuan dan menjadikannya mammon sebagai penyembahan berhala (Kol. 3:5; Ef. 5:5).

 

 

 

            Kita diajar untuk memahami sukacita mencukupkan diri dan terhindar dari keserakahan. Kita diminta bijak membedakan keperluan hidup dan keinginan hidup. Keinginan mudah terkontaminasi dengan godaan kedagingan, kuasa dunia, dan pengaruh iblis; semua dipadu melalui jerat dan nafsu keserakahan. Dan, motivasi ibadah kita janganlah untuk mencari berkat kekayaan. Waspada, tidak sedikit yang kecewa, berakhir dengan penjara, rasa malu, tekanan pikiran, atau putus asa.

 

 

 

            Pemazmur berkata, "Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik" (Mzm. 37:16). Untuk itu bersyukurlah atas hal yang sudah diterima. Justru perasaan syukur lebih dinikmati saat dapat memberi, bukan menerima. "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima" (Kis. 20:35b). Kita anak-anak Allah atau manusia Allah disebut dalam nas ini (ayat 11), diminta: "engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan." Jelas. Jangan kalah karena rakus uang, jadilah pemenang pertandingan dan teruslah rebut hidup yang kekal.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Kabar dari Bukit, Minggu 21 September 2025

Kabar dari Bukit

 MENGHADAPI PENOLAKAN GEREJA (Mzm. 79:1-9)

 ”Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu!” (Mzm. 79:9a)

 

Masalah penolakan kehadiran gereja di tengah-tengah masyarakat sudah sering kita baca dan dengar; bahkan kadang disertai tindak kekerasan berupa perusakan bangunan, pembakaran termasuk kekerasan fisik. Peristiwa terbaru dan viral yakni perusakan rumah doa di Sukabumi tanggal 27 Juni 2025 dan di kota Padang tanggal 28 Juli 2025 lalu. SETARA Institute melaporkan pada tahun 2024 terdapat peningkatan tindakan pelanggaran kebebasan beragama & berkeyakinan di Indonesia dengan 260 peristiwa dan 402 tindakan; naik dari tahun 2023. Ironisnya, tindakan intoleransi dan diskriminatif ini tidak hanya oleh masyarakat, tetapi juga oleh negara.

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Mzm. 79:1-9. Judul perikopnya: Doa umat yang terancam, yang mengungkapkan tangisan bangsa Israel atas penghancuran bait Allah di Yerusalem oleh Nebukadnesar. Umat mengadu: “Ya Allah, bangsa-bangsa lain telah menyerbu ke milik-Mu, menajiskan bait kudus-Mu, membuat Yerusalem menjadi timbunan puing. Mereka memberikan mayat hamba-hamba-Mu sebagai makanan kepada burung-burung di udara, daging orang-orang yang Kaukasihi kepada binatang-binatang liar di bumi. Darah mereka ditumpahkan seperti air sekeliling Yerusalem, dan tidak ada yang menguburkan. Kami menjadi celaan bagi tetangga-tetangga kami, menjadi olok-olok dan cemoohan bagi orang-orang sekeliling kami" (ay. 1-4).

 

Ratapan umat Israel kemudian dilanjutkan dengan permohonan: “Berapa lama lagi, ya Tuhan, Engkau murka terus-menerus, dan cemburu-Mu berkobar-kobar seperti api?  Tumpahkanlah amarah-Mu ke atas bangsa-bangsa yang tidak mengenal Engkau” (ay. 5-6a).

 

Tentunya bagi kita umat Kristus hal ini tidak dianjurkan. Tuhan Yesus memerintahkan, "Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu" (Luk. 6:27). “Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan” (Rm. 12:19b). Sikap ini telah diperlihatkan oleh pengelola tempat ibadah di Sukabumi dan Padang, tanpa melakukan tindakan pembalasan. Bahkan sumbangan dana renovasi di Sukabumi dipakai untuk perbaikan mushola dan fasilitas umum.

 

Memang perlu disadari kadang di negeri ini, kita diperlakukan seperti “pendatang dan perantau” (1Pet. 2:11). Tuhan Yesus juga sudah menubuatkan penganiayaan murid-murid-Nya (Luk. 21: 12). Gunakan kesempatan tersebut untuk introspeksi sekaligus mendekat kepada-Nya. Belajar dari Mazmur ini, ada faktor ketidaktaatan umat penyebabnya. Oleh karena itu perlu pengakuan dosa. “Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami.... Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu!" (ay. 8a, 9b).

 

Menghadapi penolakan gereja meminta kita untuk mencari hikmat sorgawi, jangan memperburuk situasi dan malah berdosa. Ajarlah jemaat jangan cepat menghakimi. Bangun relasi sekitar dan dukungan lembaga-lembaga, perkuat hukum dan advokasi (bdk. Kis. 22:25). Tetap setia memuji-Nya dan mohonkan belas kasihan dan campur tangan-Nya, sebab IA pasti memiliki rencana yang indah dibalik penderitaan.

 

Pengharapan dan andalan kita adalah Tuhan Yesus. “Tetapi hendaknya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu!" (ay. 8b-9a). Selain itu, tambahkan janji sebagaimana ayat penutup mengajarkan, “Maka kami ini, umat-Mu, dan kawanan domba gembalaan-Mu, akan bersyukur kepada-Mu untuk selama-lamanya, dan akan memberitakan puji-pujian untuk-Mu turun-temurun” (ay. 9, 13).

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (2) Minggu XV Setelah Pentakosta - 21 September 2025

Khotbah Minggu 21 September 2025

 

Minggu XV Setelah Pentakosta (Opsi 2)

 

 DOA SYAFAAT (1Tim. 2:1-7)

 

             Dalam memimpin sesi Pemahaman Alkitab, sering saya tanyakan: apa arti "syafaat"? Ternyata banyak yang tidak tahu, meski tiap hari Minggu mendengar kata doa syafaat. Bahkan ada yang mengartikan doa syafaat sebagai doa panjang, doa gado-gado. Syafaat berarti perantaraan, intercession (Inggris), entugkhanein (Yunani). Doa syafaat berarti permohonan melalui (kita sebagai) perantara. Intinya doa untuk pihak lain. Jadi janganlah dalam doa syafaat, fokus permohonan kepada diri atau kelompok kita sendiri.

 

 

 

            Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XVI setelah Pentakosta ini diambil dari 1Tim. 2:1-7. Nas ini mengenai doa jemaat. Kita diminta menaikkan permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan (ayat 1-2). Dalam ayat berikutnya dinyatakan, Allah, Juruselamat kita, menghendaki supaya semua orang diselamatkan, dan memperoleh pengetahuan tentang kebenaran (ayat 4, band. 2Pet. 3:9). Untuk itu peran doa dan saling mendoakan sangatlah penting (band. Yak. 5:14).

 

 

 

            Kekristenan dasarnya adalah pengakuan iman, yakni percaya adanya Allah yang Esa (ayat 5) dan Allah Bapa sebapai Pencipta; percaya Allah telah menjadi manusia yakni Yesus Kristus untuk menyelamatkan semua manusia dengan menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan (ayat 6); dan percaya Allah kita itu Allah yang hidup untuk menyertai dan menolong kita dalam kehidupan ini melalui Roh Kudus. Semua itu tertulis dalam Alkitab yang kita yakini sebagai kebenaran yang tanpa salah (infallibility dan inerrancy).

 

 

 

            Manusia diciptakan sempurna, tetapi tetap terbatas kemampuannya. Untuk melihat kuping dengan mata langsung saja kita tidak bisa, apalagi memahami alam semesta ini termasuk jalan kehidupan di tengah-tengah dinamika kehidupan yang berjalan, dan terlebih melihat masa yang akan datang. Untuk itu manusia membutuhkan orang lain, termasuk untuk saling mendoakan. Berdoa, berarti kita mengakui keterbatasan, tanda ketaatan, tanda kasih dan kesatuan umat, dengan memohon pertolongan Allah yang hidup untuk campur tangan. Berdoa bukan hanya untuk diri sendiri - dengan daftar yang panjang seperti belanjaan, tetapi juga untuk pihak lain sebagaimana diminta firman-Nya hari ini.

 

 

 

            Sebagai pegangan mudah, pihak-pihak yang masuk dalam doa syafaat lebih mudah diingat dengan menggunakan tangan dan kelima jari kita sebagai model.

 

 

 

·         Tangan diangkat, bermakna doa dimulai dengan ucapan syukur (ayat 1; Flp. 4:6);

 

·         Ibu jari, memaknai berdoa bagi orang tua dan keluarga dekat (Ef. 6:2; Kel. 20:12);

 

·         Jari telunjuk, memaknai doa bagi penunjuk jalan keselamatan, yakni: para pendeta, pengerja gereja, dan para hamba Tuhan khususnya di ladang misi (Kol. 4:3; 2Tes. 3:1);

 

·         Jari tengah yang tertinggi/terpanjang, menandai berdoa untuk para pemimpin kita, organisasi, kumpulan, RT/RW bahkan negara (Mzm. 21:9-14; 1Tim. 2:1-2);

 

·         Jari manis, memaknai berdoa bagi semua persoalan dan pergumulan termasuk musuh kita (Mat. 5:44)

 

·         Jari kelingking menandakan berdoa bagi yang kecil lemah dan kaum miskin termasuk bagi musuh kita (Luk. 6:28).

 

 

 

Doa menyambung hasrat dan pengharapan kita kepada Allah.  Melalui nas ini diajarkan dengan doa kita menjadi dekat dengan-Nya. Alkitab meminta kita bertekun dalam doa (Rm. 12:22; 1Tes. 5:17). Pentingnya doa juga dinyatakan dengan Roh Kudus berdoa bagi kita (Rm. 8:26-27), sebagaimana Tuhan Yesus berdoa dari sorga (Yoh. 17:9, 20). Tetaplah berdoa dan "percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk. 11:24).

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah Minggu XV Setelah Pentakosta - 21 September 2025

Khotbah Minggu 21 September 2025

 

Minggu XV Setelah Pentakosta

 

 

SETIA DALAM PERKARA-PERKARA KECIL (Luk. 16:1-13)

 

 Bacaan lainnya menurut Leksionari: 1Tim. 2:1-7; Yer. 8:18-9:1 atau Am. 8:4-7;

 

Mzm. 79:1-9; atau Mzm. 113;

 

 

Pendahuluan

 

Minggu ini bacaan kita masih tentang pengajaran Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ia banyak memberikan contoh dan perumpamaan tentang makna kehidupan ini dengan maksud agar mereka dan kita tidak tersesat atau terperosok pada hal-hal duniawi yang singkat ini. Melalui bacaan nats ini, Yesus memberikan pelajaran yang cukup rumit dan bermakna ganda, yakni tentang amanah dan tanggungjawab bagi seorang bendahara yang dipercaya mengelola tanah milik Tuan tanah. pertanggungjawaban akan diminta dan keputusan pasti diberikan. Melalui kisah dan perumpamaan yang diberikan, kita mendapatkan pelajaran hidup sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: pertanggungjawaban (ayat 1-2)

 

Nats ini merupakan kisah yang lumayan sulit untuk ditafsirkan, sebab menyangkut penilaian hal yang baik dari orang jahat. Pihak yang jahat dalam kisah ini bukan hanya bendahara, tetapi juga penyewa, yang bersedia diajak kompromi, meski bagi mereka belum tentu ada manfaatnya, sebab bisa saja biaya sewa sama, hanya sebagian dibayar kepada pemilik tanah dan sebagian kepada bendahara yang akan berhenti. Memang pembayaran tidak dalam bentuk uang atau barang, melainkan beban tanggungan yang sama saja ada biayanya. Tuan pemilik tanah sendiri sulit dikatagorikan apakah orang baik atau orang jahat, sebab ia juga membenarkan sikap bendahara yang cerdik bahkan licik dalam kisah ini.

 

 

 

Ada dua tafsiran atas kisah ini. Pertama, bendahara pada prinsipnya adalah mitra pemilik tanah, sehingga ia bebas menetapkan hutang-piutang sewa dengan penyewa. Dalam hal ini tuan tanah tinggal terima bersih hasil akhirnya. Maka ketika bendahara itu memutuskan perubahan nilai sewa, ia sebenarnya “berhak” atas keputusan itu. Ia masih memiliki kuasa meski di saat terakhir, dan itu mengikat seterusnya. Tafsiran kedua, bendahara itu hanya hamba, seorang pegawai, sehingga ia harus melaporkan apa adanya, tidak berhak merubah apapun soal sewa menyewa. Dengan status itu, ada kecurangan yang dia lakukan, dan dalam hal ini ditafsirkan ia mungkin sudah sering mencuri hasil sewa tanah tersebut.

 

 

 

Namun dari kedua tafsiran itu pokok yang ditekankan dari nats ini adalah bahwa semua yang kita terima baik harta maupun wewenang, adalah amanah belaka yang dipercaya kita kelola sementara. Tidak ada harta dan kuasa dalam hidup ini yang menjadi milik kita abadi dan itu semua suatu saat akan kita tinggalkan. Segala sesuatunya itu nanti ada yang menilai dan kita harus mempertanggungjawabkan kepada tuan pemilik yang sah. Dalam hal ini pemilik sah atas alam semesta dan kehidupan ini termasuk kita adalah Allah yang kita kenal melalui Tuhan Yesus. Maka pertanyaannya adalah: saat kita memiliki harta atau Mamon dan wewenang saat ini, apakah kita mempergunakannya untuk kebaikan bagi kita dan orang lain, atau kita hanya pakai dan kelola untuk kepentingan diri sendiri, bahkan yang tidak berkenan kepada Tuhan? Janganlah kita menganggap itu sebagai hal yang sepele dan tidak ada kaitannya kelak dalam pertanggungjawaban di kehidupan lain setelah di dunia ini.

 

 

 

Kedua: memanipulasi keadaan (ayat 3-8)

 

Tuan pemilik tanah merasa bahwa bendahara tersebut tidak mengelola tanah tersebut dengan baik, bahkan menghamburkan hasilnya. Oleh karena itu ia memutuskan memberhentikan bendahara tersebut. Namun ketika bendahara itu memanfaatkan situasi sempit itu untuk mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri, tuan pemilik tanah itu justru memuji bendahara tersebut dengan mengatakan ia adalah orang yang cerdik. Ia dengan cepat mengurangi hutang orang lain dari seratus tempayan minyak (zaitun) menjadi lima puluh tempayan, dan kepada yang lain dia kurangi dari seratus pikul gandum menjadi delapan puluh pikul. Semua itu ia lakukan agar kedua orang ini merasa berhutang budi padanya dan suatu saat kelak ia bisa ditampung di rumah mereka atau membayar kepadanya.

 

 

 

Pelajaran yang bisa diambil dari perumpamaan ini bahwa orang-orang dunia demikian pintarnya dalam mencari peluang mencari harta, berpikir cepat dan kreatif untuk mendapatkan hasil meski untuk kepentingannya sendiri. Maka menjadi tantangan bagi orang-orang Kristen agar selalu lebih cerdik dari mereka (ayat 8). Di satu sisi memang kita bisa melihat bendahara tersebut mempergunakan kesempatan yang ada untuk menjalin hubungan yang baik dengan para penyewa, memberi keringanan hutang utnuk sementara. Maka pesan yang kita ambil adalah untuk berbuat kebaikan perlu kreatifitas dan pengetahuan, mempergunakan waktu yang masih sisa agar diperoleh hasil yang maksimal.

 

 

 

Memang cara yang dipakai oleh bendahara bukanlah cara yang benar. Akan tetapi kecerdikan dan perhitungannya dalam membangun hubungan bagi dirinya di masa depan adalah sesuatu yang perlu diteladani. Kita orang Kristen telah diberi kepercayaan oleh Allah melalui kepemilikan yang ada, maka apakah kita cukup kreatif untuk melipatgandakan semua itu dan mampu mengembangkan hubungan yang lebih luas kepada banyak orang? Kepemilikan atas harta dan kuasa mempunyai pengaruh kepada hubungan dengan sesama, membuat hidup orang lain lebih mudah, dan itu semua mempunyai konsekuensi pada kehidupan kit adi masa yang akan datang. Memanipulasi keadaan untuk kepentingan diri sendiri dan pemuasan nafsu jelas salah, akan tetapi menerapkan kecerdikan dan kelihaian berhitung bagi kepentingan meluaskan hubungan dan menolong sesama, jelas sesuatu yang disenangi oleh Tuhan kita. Tindakan cerdik dan berani seperti ini dapat dipuji oleh Majikan kita yang Agung.

 

 

 

Ketiga: setia dalam perkara-perkara kecil (ayat 9-12)

 

Tuan pemilik tanah itu tidak berarti setuju dengan apa yang dilakukan oleh bendahara itu. Akan tetapi tuan tanah itu mengatakan bahwa menggunakan kesempatan melalui “mamon yang tidak jujur” jelas ada gunanya. Mamon berasal dari bahasa Aram yang berarti uang, harta atau laba. Kalau sumbernya tidak jujur maka ia menjadi mamon yang tidak jujur. Tetapi ditekankan juga bahwa tidak selamanya harta atau mamon itu dapat menolong, ada saatnya ia menjadi “tidak berarti dan tidak berguna”, sebab yang lebih utama dan merupakan tujuan hidup adalah kemah abadi yakni kehidupan nanti (band. Luk. 12:33; Mat. 19:21).

 

 

 

Pesan lainnya adalah kita diuji melalui kesetiaan pada hal-hal yang kecil terlebih dahulu, sebelum pada hal yang besar dan bahkan yang utama. Harta dan kekuasaan duniawi sangatlah kecil nilainya dibandingkan dengan nilai kekayaan sorgawi. Apalagi masa kehidupan di dunia ini sangat singkat bila dibandingkan dengan masa kekekalan. Tanggung jawab penggunaan harta duniawi akan menjadi ujian terhadap kesetiaan kita, sebab apabila kita tidak setia terhadap harta duniawi, maka kita juga dianggap tidak akan setia dan mampu untuk menerima harta sorgawi yang rohani dan abadi. Harta duniawi seperti uang jelas merupakan godaan besar, sehingga firman Tuhan mengatakan akar segala kejahatan adalah cinta uang dan hamba Tuhan diminta untuk tidak mencintai uang (1Tim. 3:1-3).

 

 

 

Pengelolaan hal kecil dianggap merupakan ujian bagi karakter (watak) dan integritas yang kita miliki dalam hal pengelolaan. Apakah kita memang orang yang setia dan layak dipercaya sehingga berhak atas sesuatu yang paling berharga nantinya, yakni harta sorgawi yang kekal? Sejauh mana integritas kita dan kesetiaan dalam pengelolaan itu? Perumpamaan dalam nats ini juga dapat disamakan dengan pengelolaan uang mina, sehingga Tuhan berkata: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat. 25:21-23; band Luk. 19: 11-27).

 

 

 

Keempat: mengabdi kepada dua tuan (ayat 13)

 

Ada sebuah keunikan dalam kepemilikan. Rasa kepemilikan atau sense of belonging memaksa kita bertanggungjawab. Memiliki keluarga membuat kita bertanggungjawab atas keluarga, dan itu adalah hal yang baik dan wajar. Meski tanggungjawab itu membuat kita seolah-olah "hamba" dari keluarga dalam pengertian kita ingin membahagiakan mereka adalah sesuatu yang baik. Namun, ketika kepemilikan dan sense of belonging tersebut pada sebuah benda atau harta, meski ada nilainya, maka disini muncul sesuatu yang tidak baik. Menjadi hamba keluarga adalah baik akan tetapi menjadi hamba uang atau harta, jelas tidak bagus sama sekali.

 

 

 

Memiliki Tuhan sama saja halnya. Ketika kita merasa memiliki Tuhan maka ada rasa tanggungjawab atas hal itu. Meski dalam hal Tuhan, pengakuan kita tidak akan mempengaruhi keberadaan dan kuasa-Nya. Kita tetap harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada kita. Maka ketika rasa tanggungjawab itu muncul pada kedua-duanya, timbullah pertanyaan: kepada siapa kita mengabdi? Apakah kita mengabdi kepada harta atau uang dan menjadikan semua itu sebagai Tuan, atau kita tetap mengabdi kepada Allah? Jelas kita tidak bisa mengabdi kepada keduanya. Pilihan harus diberikan, mana yang utama. Sama seperti kapal tidak boleh dinakhodai oleh dua orang, akan kacau perjalanannya, demikian juga perjalanan kita harus oleh satu nakhoda: Allah atau Mamon? Inilah yang diingatkan bagi kita melalui nats ini.

 

 

 

Kekayaan dan harta serta rasa kemilikan dan kecintaan akan dunia ini akan membuat kita lebih sulit membuat Allah sebagai Tuan atau Tuhan kita. Oleh karena itu kita harus memilih salah satu yang utama dan semua itu akan terlihat ketika kita mengelola sehari-hari atas uang dan harta yang diamanahkan-Nya kepada kita: yang mana akan mengambil tempat utama dalam hati kita? Apakah kita tetap melihat bahwa mereka yang memiliki harta dan uang yang banyak sebagai tanda berkat dari Allah? Jangan kita seperti mereka, mulut kita menempatkan Allah yang utama akan tetapi hati kita lebih menghargai harta dan dunia. Allah sangat membenci hal itu, sebagaimana Tuhan Yesus menegur orang Farisi dalam kisah nats ini. Ukuran diberkati adalah urusan damai sejahtera dalam kasih Allah dan kepada manusia. Karena itu, apa dan siapa yang akan lebih sering menjadi fokus pikiran kita setiap hari? Semua itu akan memperlihatkan, itulah yang menjadi Tuan atau Tuhan kita. Hal ini dapat diuji dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

 

 

 

1.       Apakah engkau sering kuatir dan memikirkan uang atau hartamu setiap hari?

 

2.      Apakah engkau mudah tergoda dan menyerah atas bujukan apabila itu peluang mendapatkan uang atau harta meski dengan cara tidak berkenan kepada Tuhan?

 

3.      Apakah waktu yang dipakai setiap hari lebih banyak untuk mencari uang? Atau waktumu banyak tersita untuk mengurusi harta dan uang?

 

4.      Apakah engkau sulit untuk memberi kepada mereka yang membutuhkan dan juga kepada gereja/penginjilan?

 

5.      Apakah engkau memaksakan untuk berhutang demi sesuatu yang tidak urgent perlu?

 

 

Kalau jawabannya banyak ya, maka mungkin Uang atau Mamon sudah menjadi tuan kita.

 

Kesimpulan

 

Melalui bacaan dan renungan yang diuraikan di atas, kita diingatkan bahwa semua hal di dunia ada ada pertanggungjawaban. Jangan kita terkecoh dengan membuat sesuatu yang bernilai di dunia ini seperti uang dan harta menjadi Tuan kita dan kita menjadi hambanya. Jangan juga kita memanipulasi untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri, meski kita diajar untuk selalu cerdik. Semua yang di dunia dianggap sebagai hal dan perkara-perkara kecil, sebab yang utama adalah kekayaan sorgawi dan menjadi penghuni kemah abadi. Untuk itu kita tidak boleh membuat dua Tuan dalam hidup kita, harus memilih, membuat Yesus sebagai Tuhan sekaligus Tuan kita, atau menjadikan harta dan dunia ini sebagai Tuan kita. Mari kita jadikan Yesus sebagai Tuhan dan nakhoda kita, mengenal otoritas-Nya, sebab Dia sebenarnya pemberi semua itu.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (3) Minggu XV Setelah Pentakosta - 21 September 2025

 Khotbah Minggu 21 September 2025

 

Minggu XV Setelah Pentakosta (Opsi 3)

 

  

SAKIT HATI (Yer. 8:18-9:1)

 

 

“Mengapakah mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan patung-patung mereka, dengan dewa-dewa asing yang sia-sia?” (Yer. 8:19b)

 

 

 

Salam dalam kasih Kristus.

 

 

 

Kita pasti pernah merasakan kesedihan yang dalam. Misalnya, kehilangan orang-orang yang kita kasihi, dipanggil Tuhan kepangkuan-Nya, atau yang kita kasihi pergi menjauh dengan marah dan tidak mau bersama kita lagi. Saya membayangkan hal ini terjadi jika anak yang kita kasihi jatuh ke dalam jerat narkoba. Atau anak kita menikah dengan orang yang tidak seiman, kemudian membenci dan menganggap iman kita salah. Aduh....

 

 

 

Banyak kisah yang kita baca tentang perilaku anak yang terjerat narkoba. Mereka tidak lagi memedulikan orang tua, kakak adik, dan sesamanya; hidupnya telah diserahkan kepada racun kehidupan itu. Dampaknya sering lebih buruk lagi, mereka mencuri dan tega melakukan hal-hal yang menyakiti orang lain. Dosa berbuahkan dosa.

 

 

 

Demikianlah Allah merasakan kesedihan yang dalam, tatkala bangsa Israel yang dikasihi-Nya berpaling kepada allah-allah lain. Umat Israel menyembah patung dan dewa-dewa asing (ay. 19). Ratapan inilah yang disampaikan Allah melalui Nabi Yeremia, melalui nas bacaan kita di hari Minggu yang berbahagia ini, yakni Yer. 8:18-9:1. “Tidak tersembuhkan kedukaan yang menimpa diriku, hatiku sakit pedih. …. Sudah lewat musim menuai, sudah berakhir musim kemarau, tetapi kita belum diselamatkan juga! …. Tidak adakah balsam di Gilead? Tidak adakah tabib di sana? Mengapakah belum datang juga kesembuhan luka puteri bangsaku?” (ay. 18, 20-22).

 

 

 

Allah kita dalam Tuhan Yesus adalah Allah yang penuh cinta kasih. Meski DIA tahu, anak-anak-Nya selalu berseru kepada-Nya bila dalam kesusahan, namun ada kalanya kembali memberontak, mencari “sesuatu” yang lain. Meski akhirnya, baru sadar hampa sia-sia tak berguna.

 

 

 

Kita tentu tahu juga perumpamaan anak yang hilang (Luk. 15:11-24). Si anak bungsu meminta ayahnya membagi warisan, dan kemudian pergi menghabiskannya dengan berfoya-foya. Akhirnya jatuh miskin, hanya berharap makan dari ampas makanan babi. Tetapi ketika si anak ingin kembali, ayahnya menyambut dengan pesta besar. Begitulah hati Allah terhadap kita, seperti dituliskan: "Maka Tuhan tidak dapat lagi menahan hati-Nya melihat kesukaran mereka" (Hak. 10:16). Allah dengan menahan kesedihan, selalu rindu anak-anak-Nya kembali.

 

 

 

Bagaimana kita menghadapi kesedihan yang besar, misalnya, seperti anak terjerat narkoba atau berpindah keyakinan? Atau, ada anggota kelompok kita yang bersikap tidak semestinya. Melalui nas minggu ini, kita diajarkan agar mengikut keteladanan Yesus: tetap mengasihi mereka, umat kesayangan-Nya. “Sekiranya kepalaku penuh air, dan mataku jadi pancuran air mata, maka siang malam aku akan menangisi orang-orang puteri bangsaku yang terbunuh!” (ay. 9:1).

 

 

 

Namun kesedihan dan penderitaan yang datang melanda, perlu dilihat akar dan masalahnya. Bila itu terkait dosa-dosa, mari kita bereskan dengan mohon pengampunan. Allah Mahabaik, jika kita benar-benar ingin bertobat. Tetapi janganlah sampai kesedihan dan penderitaan yang datang, malah semakin membawa kita kepada dosa yang lebih besar. Dosa beranakkan dosa. Untuk itu perlu berhikmat dan berefleksi kepada firman-Nya, “Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian” (2Kor. 7:10).

 

 

 

Situasi apapun saat ini yang membawa kita sedih dan menderita, tetaplah berseru kepada Allah. Jangan meneruskan pemberontakan (Yes. 63:9), tetapi berserahlah atas situasi yang diterima. Mohonkan petunjuk-Nya melalui hikmat dan kekuatan untuk mengetahui rencana-Nya, selami melalui doa dan tekun membaca firman-Nya: adakah itu keselamatan atau kematian?

 

 

 

Kita tahu Allah kadang memakai situasi yang sulit bahkan terasa berat untuk membentuk kita agar serupa dengan Kristus (Yak. 1:2-4; Rm. 5:3-5; 8:28-29; Ibr. 4:15). “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui” (Yer. 33:3; bdk. Mat. 11:28; Mzm. 58:6). Percayalah, tetaplah setia. Semua baik, sebab rencana Tuhan pasti indah dibalik kesedihan dan derita yang melanda.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 32 guests and no members online

Statistik Pengunjung

12880262
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
3718
3598
28646
0
46220
152208
12880262

IP Anda: 216.73.216.14
2025-10-10 20:23

Login Form