Friday, April 18, 2025

2025

Kabar dari Bukit, Minggu 6 April 2025

Kabar dari Bukit

 

 JALAN LURUS KEHIDUPAN (Mzm. 119:9-16)

 

 ”Aku menggemari ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan” (Mzm. 119:16 TB2)

 

Sebuah video beredar di WA Group menampilkan seorang supir angkutan umum ngebut, menerobos kemacetan panjang. Supirnya tidak peduli mobil lain yang antri dan keselamatan pemakai jalan. Infonya video tersebut ditayangkan di TV negara Tiongkok. Sungguh memalukan dan memiriskan hati. Kita juga setiap hari dapat melihat bagaimana jalanan kita seolah tidak ada aturan lagi. Kenderaan saling menyalib dari kiri dan kanan. Truk seenaknya perlahan mengambil jalur di kanan atau tengah. Dan kita hanya bisa mengusap dada sambil berharap: kapan terjadinya perubahan?

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu V Prapaskah ini adalah Mzm. 119:9-16; sebuah nas potongan Mazmur terpanjang di Alkitab dengan tema utama tentang firman Allah dengan segala kuasanya. Nas minggu ini lebih fokus tentang keinginan, kerinduan dan komitmen penulisnya untuk berjalan mengikuti perintah-Nya dan permohonan agar dalam menjalani hidup, ia tidak menyimpang.

 

 

 

Dalam kitab mazmur kata "Perintah" dipadankan dengan istilah lain, seperti hukum, titah, ketetapan, jalan, dan peringatan, semuanya kepenuhan Taurat. Dalam Perjanjian Lama ada perkiraan 613 perintah bernada “Janganlah” (613 Mitzvot dalam tradisi Yahudi), dan ada 400-an perintah positif bernada “Hendaklah”.

 

 

 

Menghapal semua aturan/hukum tersebut tidaklah mungkin.  Alkitab mengajarkan bahwa semua aturan tersebut disarikan dalam 10 Perintah Allah (empat pertama untuk Allah dan enam untuk sesama manusia). Perjanjian Baru memfokuskan lagi perintah tersebut dalam dua hukum utama, yakni: kasihilah Allahmu dan kasihilan sesamamu manusia (Mat. 22:37-40), dan ditulis versi singkat: "perbuatlah seperti orang lain ingin berbuat kepadamu" (Mat. 7:21). Kembali kepada pengemudi yang ugal-ugalan tadi, mengapa ia melakukan hal itu? Jelas ada hukum negara memberikan sanksi konkrit jika kecelakaan: penjara dan denda. Maka kita bisa membayangkan pengemudi tadi tentu tidak berpikir tentang hukum Allah, mungkin menganggap sanksinya tidak pasti dan seolah gampang menghapusnya.

 

 

 

Namun, nas minggu ini menegaskan keyakinan, untuk menjaga kelakuan bersih dan murni hanyalah berpegang pada firman-Nya (ay. 9). Untuk itu pemazmur terus mencari Tuhan agar hidupnya tidak menyimpang (ay. 10). Pertanyaannya kemudian: sudahkah kita membaca Alkitab atau renungan tiap pagi/hari? Jika tidak atau belum, lakukanlah! Ironis, kita takut akan hukum negara yang memberi sanksi badani dan materi, sementara tidak takut melanggar hukum Allah dengan sanksi hukuman kekal penuh ratapan dan kertakan gigi (Mat. 8:13; 13:42).

 

 

 

Kerinduan pemazmur akan firman Allah didasari keyakinan memegang janji-Nya dan takut berbuat dosa (ay. 11), percaya menuntun langkahnya di jalan lurus, dan tentunya mengajarkan tentang kasih. Ia menyimpannya dalam hati, bukan dalam pikiran yang mudah terkikiskan, bahkan tidak dibiarkan saja dalam Alkitab atau hiasan dinding. Hati jelas tempat tempat yang aman dan efektip menyimpan firman-Nya, agar siaga setiap saat untuk dipergunakan; sepanjang tidak digeser oleh keinginan harta dan dunia (Mat. 6:21). Menyimpan firman di hati membuatnya sebagai harta paling berharga dalam hidup. Untuk lebih efektipnya juga diminta bersaksi (ay. 13).

 

 

 

Kini kembali kepada kita, apakah kita sudah memiliki keinginan, kerinduan dan komitmen mengikuti perintah-Nya? Gemarilah dan renungkan seperti pemazmur (ay. 15-16). Hendaklah kita percaya, manusia tidak dapat hidup dengan kekuatan sendiri. Firman Tuhan dan Roh Kudus yang mampu menuntun kita agar hidup di jalan yang lurus bersih dan menyenangkan-Nya.

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu V Prapaskah 6 April 2025

Khotbah Minggu V Prapaskah 6 April 2025

 

 MEMBERI DENGAN TULUS DAN PENUH SYUKUR (Yoh 12:1-8)

 

 Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 43:16-21; Mzm 126; Flp 3:4b-14

 

 Pendahuluan

 

Perjalanan Tuhan Yesus menuju Yerusalem tinggal beberapa hari lagi. Meski Ia sudah dinyatakan lepas dari perlindungan hukum (Yoh 11:57) namun Yesus tetap dalam langkah-Nya yang berani untuk menyelesaikan misi-Nya yang agung. Sebelum masuk kota Ia singgah di Betania pinggiran Yerusalem, bertemu dan dijamu oleh sahabat-sahabat-Nya. Di situ ada Simon (band. Mat 26:6-13; Mrk 14:3-9) dan juga hadir Marta dan Maria saudara Lazarus yang dibangkitkan oleh-Nya dari kematian. Kejadian dalam rumah itulah yang merupakan bacaan nats kita minggu ini, dan memberi kita pelajaran penting sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: Memberi dengan tulus dan penuh syukur (ayat 1-3)

 

Marta yang hadir sangat sigap melayani Tuhan Yesus karena talenta paling berharga yang ia miliki adalah melayani. Ia tidak kecil hati dengan perannya itu meski hanya menyiapkan makanan dan minuman, sebab yang utama adalah hati dalam melayani tersebut. Berbeda dengan Maria, yang memiliki simpanan berupa minyak Narwastu, parfum mahal yang biasanya diimpor dari India. Jumlahnya pun tidak kecil yakni setengah kati, kurang lebih seperempat kilogram dan disimpan dalam buli-buli (semacam gelas kaca).

 

 

 

Ketika ia melihat Yesus ada dalam rumah itu, maka ia masuk dan tersungkur menuangkan minyak mahal itu ke kaki Tuhan Yesus. Kemudian ia mengusap kaki Tuhan Yesus itu dengan rambutnya yang tergerai panjang. Kita bisa bayangkan bahwa kaki Tuhan pada saat itu mungkin kotor karena baru dari perjalanan. Tetapi itulah yang dilakukan Maria, memberikan hatinya dengan minyak mahal dan mengusap kaki Tuhan Yesus dengan mahkota tubuhnya. Ia tidak peduli dengan pikiran orang, bahwa mengusap dan memperlihatkan rambut pada masa itu tentu dapat dikonotasikan dengan perempuan tercela, tetapi ia tidak peduli, karena yang terpenting baginya adalah memberi kasihnya dengan tulus dan sepenuh hati kepada Yesus.

 

 

 

Hal lainnya yang perlu kita amati adalah Maria sengaja memberi minyak narwastu tersebut di kaki Tuhan Yesus. Ini melambangkan bagaimana kerendahan hatinya dalam memberi itu. Ia tidak mengusapkan minyak mahal itu di kepala Tuhan Yesus atau dijubah-Nya, tetapi justru pada bagian yang paling "kotor" saat itu karena debu jalanan. Tetapi itulah sikap kita seharusnya dalam memberi kepada Tuhan, harus dengan rendah hati. Jangan pernah berpikir bahwa pemberian kita yang berharga kemudian kita bisa berbangga bahkan menyombongkan. Meski banyak yang menafsirkan bahwa pemberian minyak tersebut merupakan "urapan" sebelum Tuhan Yesus mati di kayu salib, tetapi bagi Maria, ia melihat hanya layak mengoleskannya di kaki Tuhan Yesus. Demikian juga, ia mengusap kaki Tuhan kita itu dengan rambutnya yang merupakan mahkota dirinya.

 

 

 

Bagi Maria, bertemu dan mengasihi Tuhan Yesus adalah hal yang utama, sebagaimana dinyatakan dalam bacaan lain pada minggu ini dari Flp 3:4b-14, "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus" (ayat 8).

 

 

 

Kedua: Jangan berpura-pura dalam memberi (ayat 4-6)

 

Sikap lainnya yang diperlihatkan oleh Maria adalah tidak hitung-hitungan dalam memberi. Maria tampaknya mengetahui bahwa itulah kesempatan yang dia miliki untuk mengungkapkan kasihnya kepada Tuhan Yesus. Apa yang menjadi miliknya paling berharga itulah yang dia berikan kepada Tuhan Yesus. Baginya tidak ada kemunafikan atau kepura-puraan bahkan terlebih lagi mengharapkan imbalan dari pemberian itu. Tidak ada yang tersembunyi sehingga tidak membuat ada ketakutan (nothing to hide, nothing to fear).

 

Ini berbeda dengan sikap Yudas yang mencela pemberian minyak mahal itu. Yudas menyebut nilai minyak itu 300 dinar (setara dengan upah pekerja setahun saat itu atau kurang lebih Rp. 20 - 30 juta). Di sini Yudas sudah mulai menghitung-hitung pemberian kepada Tuhan, dan hal itu bukan ungkapan kasih. Kasih sejati melepaskan hitung-hitungan. Demikian juga Yudas berpura-pura mengatakan bahwa lebih baik minyak itu dan hasilnya diberikan kepada orang miskin. Padahal, sebenarnya ia berpikir minyak itu kalau dijual seharga 300 dinar maka ia sebagai bendahara akan memegangnya dan dapat mencuri dari kas sebagaimana ia biasa melakukannya (ayat 6; band. Yoh 2:24-25; 6:64-70). Yudas memakai topeng dalam sikapnya. 

 

 

 

Itulah contoh buruk dalam memberi, ada maksud dan motif tersembunyi. Ada topeng untuk ingin dipuji, topeng dengan kata-kata manis bahkan berlabel rohani. Ada yang terselubungi oleh iblis dengan pikiran jahat dan menipu. Lain di mulut lain di hati. Kalau pikiran kita sudah bengkok maka pandangan kita juga akan bengkok sehingga apa yang sebetulnya bagus menjadi buruk. Jangan-jangan pikiran kita yang buruk atau ada lapisan penghalang yang membuat pandangan kita kemudian melihatnya kotor. Ada kisah orang yang melihat pakaian tetangga yang dijemur menurutnya selalu kotor, padahal jendela kaca rumahnya yang kotor, sehingga pakaian yang dijemur itu selalu tampak kotor. Hikmatnya, apabila kita melihat sesuatu itu buruk, maka sebaiknya kita renungkan terlebih dahulu, apakah cara melihat kita ada yang salah?

 

 

 

Yudas sadar ada kesempatan untuk mencuri. Ini pelajaran yang penting: Jangan membenarkan diri karena alasan rohani seperti Yudas. Kita mungkin tergoda untuk memberi yang berharga, tetapi jangan tergoda memberi untuk mendapat pujian. Kita mungkin tergoda untuk sebuah jabatan atau kedudukan, tetapi jangan untuk maksud bisa mencuri seperti Yudas. Itu sama semua dengan penghianat. Dalam kisah ini Yesus juga tidak perlu menghentikan perbuatan Yudas, karena saatnya akan tiba Tuhan yang mengatur semua buah perbuatan jahatnya.

 

 

 

Ketiga: Memberi untuk menjadi berkat bagi yang lain (ayat 3 dan 7)

 

Maria mungkin sadar bahwa kesempatan untuk mengungkapkan pengabdian kepada Yesus segera akan berakhir, karena itu dia memanfaatkan kesempatan yang tersedia. Ia berpikir ini adalah saat yang sukar ditemukan bisa bertemu dan memberikan yang terbaik bagi Tuhannya. Karena itu, ia ingin pemberian itu menjadi ingatan baginya tanpa memperhitungkan nilai dan pengorbanan yang harus dia bayar untuk itu. Walau tidak dijelaskan bahwa Maria mengetahui itulah saat-saat terakhir Tuhan Yesus, namun insting wanitanya bekerja dan memutuskan pemberian itu.

 

 

 

Memberi sesuatu yang berharga dalam hidup kita kepada Tuhan dan dapat menjadi ingatan atau kenangan indah, jelas merupakan pilihan dan keputusan yang baik. Maria memberi parfum mahal dan menumpahkan semuanya. Kita tidak dapat mengatakan hal itu sebagai pemborosan, sebab arti pemborosan tergantung kepada makna rohani bagi yang memberi dan nilai apa yang kita anut sebagai paling berharga diberikan kepada Allah kita. Maria telah melihat bagaimana Yesus telah membangkitkan saudaranya Lazarus dari kematian. Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa apa yang diperbuat Maria itu akan disebut dalam setiap pemberitaan Injil.

 

 

 

Hal itu terjadi karena pemberian itu bukan saja menyenangkan hati Tuhan sebagaimana respon Tuhan Yesus, tetapi apa yang dilakukan Maria juga menjadi berkat bagi semua yang hadir saat itu, tatkala ruangan menjadi harum dari parfum mahal itu. Itulah yang membuat pemberian Maria itu menjadi kesan sendiri bagi Tuhan Yesus sehingga Ia mengatakan bahwa kejadian itu akan selalu menjadi ingatan. Pemberian seperti itulah yang diinginkan oleh Tuhan Yesus.

 

 

 

Pernahkah kita terpikir untuk memberi yang terbaik milik kita dengan tulus dan ekspresif seperti yang dilakukan oleh Maria? Pemberian tidak harus dalam bentuk materi. Sebagaimana Simon dari Kirene memberi yang terbaik kepada Yesus tenaganya untuk memanggul salib bagi Yesus. Mungkin juga kita pernah diberi kesempatan terbaik seperti itu, tetapi mungkin kita menundanya. Mungkin kita tidak menyadarinya. Mungkin kita berhitung sehingga kesempatan itu hilang. Mungkin saja dan untuk itu kita perlu merenungkannya. Apa yang sudah terbaik kita berikan kepada Tuhan Yesus dari hidup kita? Ingatlah janji Tuhan dalam bacaan lain minggu ini Mzm 126, "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai" (ayat 5).

 

 

 

Keempat: Tanggungjawab kepada orang miskin (ayat 8)

 

Apa yang disampaikan Tuhan Yesus kepada Yudas bahwa tidak masalah Maria memberikan minyak narwastu yang mahal itu itu, dan mengatakan orang miskin masih tetap ada, bukan berarti Tuhan Yesus mengabaikan mereka. Maksud Tuhan Yesus adalah persoalan orang miskin akan ada terus menerus dan itu tetap menjadi tanggungjawab kita orang percaya. Penekanan tanggungjawab pemeliharaan orang miskin ini sudah sejak perjanjian lama dan itu merupakan keharusan.

 

 

 

Apa yang lebih ditekankan Tuhan Yesus adalah sikap responsip dan tulus dari Maria atas keinginannya memberi yang terbaik, sekaligus Tuhan Yesus juga menyadari bahwa sikap itu merupakan pengurapan atas dirinya menjelang kematian-Nya. Iman dan pengabdian Maria kepada Tuhan Yesus merupakan teladan yang sangat baik yang diinginkan Allah dari orang percaya. Itu jelas perbuatan iman dan kesiapan berkorban demi Tuhan. Kesiapan berkorban sebagai pemberian yang terbaik kepada Tuhan Yesus dapat berupa kesetiaan, di kala kita sakit berat, terjerat hutang, tergoda cepat kaya dengan cara menipu atau mencuri, dan sebagainya. Itulah pemberian dan pengorbanan kita.

 

 

 

Yesus telah naik ke sorga. Pesan itu diberikan kepada kita orang percaya dan kepada gereja agar terus memperhatikan mereka yang miskin. Memberi kepada Tuhan dan menjadi berkat bagi yang miskin, merupakan jalan dan cara yang berkenan kepada Tuhan. Sering kali orang percaya memberi kepada hamba Tuhan dan gereja yang  sudah berkelimpahan, dan kadang gereja atau hamba Tuhan ini tidak menyalurkannya bagi orang miskin. Inilah pergumulan kita. Banyak jemaat tidak mepunyai gedung gereja yang tidak layak. Apabila kita jalan ke wilayah-wilayah kemiskinan tempat orang percaya sebagai mayoritas (Tapanuli, Mentawai, Nias, NTT, Kalbar, Papua, dan lainnya) kita akan melihat bangunan gereja yang sederhana dan jemaat miskin yang perlu diberdayakan. Kesanalah mestinya hati kita arahkan, agar nama Tuhan Yesus semakin dimuliakan. Seperti firman Tuhan melalui Rasul Paulus, "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku (Flp 3:13).

 

 

 

Kesimpulan

 

Minggu ini kita mempelajari kisah yang sangat hebat, ketika Maria memberikan yang paling berharga dari miliknya kepada Tuhan Yesus. Ia memberi dengan merendahkan diri tersungkur dan hati yang tulus. Tidak ada kepura-puraan, tidak ada yang tersembunyi dari kasihnya. Maria meggunakan kesempatan yang bagus untuk menjadi kenangan indah bagi semua orang, tanpa kita melupakan tanggungjawab kepada mereka yang masih berkekurangan. Mereka banyak sekali di desa-desa. Kesanalah hati kita diarahkan minggu ini.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (3) Minggu V Prapaskah 6 April 2025

Khotbah (3) Minggu V Prapaskah 6 April 2025

 

 PERKARA-PERKARA BESAR (Mzm. 126:1-6)

 

 "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai" (Mzm. 126:5).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu V Pra Paskah ini diambil dari Mzm. 126:1-6 (nas lainnya menurut Leksionari Yes. 43:16-21; Flp. 3:4b-14; Yoh. 12:1-8). Mazmur ini merupakan mazmur yang diduga ditulis Nabi Ezra, sebagai ekspresi sukacita bangsa Yahudi setelah dibebaskan dari pembuangan oleh Raja Koresh. Tangan Tuhan selalu bekerja dan tidak membatasi cara yang lazim dipikirkan manusia. Raja Koresh tidak mengenal Allah Israel, tetapi ia dipakai-Nya sebagai alat pembebasan umat-Nya (2Taw. 36:22). Pikiran manusia terbatas untuk rencana dan karya Allah Mahabesar yang tak berbatas.

 

 

 

Umat Israel bersukacita karena Tuhan telah melakukan perkara-perkara besar dalam kehidupan mereka. Ini sama dengan kita tatkala datang berita sukacita besar, atau kita terbebas dari belenggu pergumulan besar. Dan ini juga sama dengan saat kita ditebus-Nya, dibebaskan dari maut neraka. Semua bagai mimpi (ayat 1), mulut penuh tawa dan lidah bersorak-sorai (ayat 2-3). Dalam keadaan itu, kita layak menyanyi memuji meninggikan nama-Nya.

 

 

 

Dalam sukacita kita tidak boleh melupakan yang lain. Asyik sendiri bukan ciri Kristiani. Mazmur ini pun mengajak yang sudah dibebaskan untuk berdoa bagi mereka yang belum bebas. Tantangan baru juga nyata di negeri sendiri. Mereka pun memohon dipulihkan. Digambarkan mereka bagaikan batang air kering di Tanah Negeb. Tandus. Penghiburan dan kekuatan terus mereka berikan bagi saudara-saudara yang masih dalam pembuangan dan pergumulan bersama, agar tetap kuat dan setia. Janji Tuhan jelas dan pasti: "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai" (ayat 5).

 

 

 

Pesan terakhir nas ini, tetaplah sabar saat pergumulan, dengan keyakinan kita selalu ada dalam tangan kasih pemeliharaan Allah. Manusia harus menyesuaikan dengan maksud dan rencana-Nya, meski kadang kala kita tak harus mengerti. "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu (Yes. 55:9).

 

 

 

Memaksakan kehendak jelas tidak disukai-Nya. Justru kita diminta, dalam segala situasi kondisi terus berkarya, maju menjadi saksi, menabur benih, memperlihatkan keteguhan. Seperti ayat 6 penutup mazmur ini: "Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya." Dan, orang yang melihat tetapi tidak mengenal Allah kita pun akan berkata: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" Hosiana....

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (2) Minggu V Prapaskah 6 April 2025

Khotbah (2) Minggu V Prapaskah 6 April 2025

 

 AKU MANUSIA BARU (Yes. 43:16-21)

 

 “Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya?” (Yes. 43:19)

 

 

 

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita adalah Yes. 43:16-21. Ini nas kesaksian nabi Yesaya tentang kemahabesaran Allah, dalam karya tangan-Nya, sejak zaman purbakala bumi diciptakan dan Israel dibentuk serta dipilih-Nya. Allah menghukum manusia demi keadilan dan kuasa-Nya, tetapi Ia Maha Pengampun, yang dapat melupakan kesalahan umat di masa lalu atas dasar kasih-Nya.

 

 

 

Firman-Nya, "Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya?” (ay. 18-19a). Yesaya berkeyakinan, Allah akan melakukan perkara-perkara besar ke depannya bagi yang sudah berbalik kepada-Nya, menjadi manusia baru. “Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara” (ay. 19b).

 

 

 

Bagaimana dengan kita? Semua kita pasti tidak ada yang sempurna. Kita mungkin masih terbelenggu dengan sifat manusia biasa yang berdosa. Ketika saya diminta menjadi pendeta, saya juga masih orang yang mudah jatuh ke dalam dosa. Saya belum siap. Tapi setelah diyakinkan, saya bersedia. Kunci jawabannya: jangan fokus melihat diri sendiri, tetapi membuka kesempatan kita menjadi berkat bagi orang lain.

 

 

 

Menjadi manusia baru tidak perlu menjadi sempurna. Menjadi manusia baru hanya perlu pengakuan, tekad dan keyakinan, siap menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Percaya kepada Tuhan Yesus, percaya kepada Allah yang hidup di dalam Roh Kudus, yang akan terus menolong dan memimpin kita untuk semakin serupa dengan Dia. Itu titik mulainya. Susah? Tentu tidak.

 

 

 

Kedua, tanggalkanlah semua bebanmu. Jangan dosa lampau terus membayangi. Bebaskan dan selesaikan persoalan dengan saudara dan teman. Tidak perlu berjumpa untuk minta-minta maaf. Pikiran kita saja yang perlu disetel. Kalau ketemu, ya sapa dan salam, senyum. Menjadi manusia ciptaan baru: yang lama sudah berlalu (2Kor. 5:17a). Oleh karena itu ada ungkapan, kebahagiaan kita tidak tergantung kepada orang lain, tetapi dari diri sendiri. Jika ingin tahu siapa yang dapat melakukan itu, lihatlah cermin. Wajah di cermin itulah yang dapat membuat kita bahagia. Susah? Ya sedikit. Pelan-pelan pasti bisa.

 

 

 

Ketika datang kepada Tuhan Yesus, pengampunan tidak terjadi besoknya atau seminggu, atau tahun depannya. Pertobatan adalah menyadari Tuhan baik, dan bertekad untuk siap terus dibarui. Tentu setelah bertobat, kita masih akan berdosa, dan itulah kemanusiaan kita. Tetapi roh kita, semangat kita, terus siap dibaharui. Alkitab mengajarkan, pengudusan kita sebagai anak-anak Tuhan berlangsung terus-menerus seumur hidup (2Kor. 3:18; Ef. 4:13; 2Pet. 3:18). Puncak pengudusan adalah kesempurnaan yakni terjadi kelak di sorga (Flp. 1:6; 1Tes. 5:23)

 

 

 

Ketiga, mulailah menjalani hidup yang sesuai dengan dua hukum utama umat Kristen. Kasihilah Allah dan kasihilah sesamamu. Mengasihi Allah, bagian besarnya adalah menyukai firman-Nya. Rajin berdoa dan berserah, tidak memaksa mengikuti pikiran sendiri. Mencintai sesama, pun tidak harus memberi, tapi melakukan sesuatu sesuai ajaran Yesus: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat. 7:12). Simpel kan? Jadi, sebelum bertindak, berbuat, atau menulis sesuatu pesan, pikirkan dahulu, apakah hal itu mengikuti prinsip di atas. Jika ada yang senang membuat orang lain susah, saya kira mereka terjerat iblis!! Iblis memang terus mengganggu dengan pikiran sesat.

 

 

 

Yang terakhir, teruslah berbuah, menjadi berkat. Mulai dari hal kecil, berdoa bagi semua yang telah menolong kita, berdoa bagi semua keluarga, pengurus gereja dan perkumpulan. Ringan tangan dalam membantu, rajin ikut berperan. Bila diberi Tuhan berkat, berbagi. Menjadi manusia baru: sesungguhnya yang baru sudah datang (2Kor. 5:17b).

 

 

 

Oleh karena itu, ketika orang bertanya kepada kita, apakah kita sudah menjadi manusia baru? Jawablah: Aku manusia baru. Ada keinginan untuk meninggalkan yang lama, rindu yang baru datang. Peganglah, semua akan menjadi sempurna hanya ketika kita meninggalkan dunia ini dengan iman yang teguh kepada Dia.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Kabar dari Bukit, Minggu 30 Maret 2025

Kabar dari Bukit Minggu 30 Maret 2025

 

 RAHASIA DOSA DIAMPUNI (Mzm. 32)

 

 ”Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan” (Mzm. 32:1-2a)

 

 

 

Pernah melakukan kesalahan kepada orang lain dan kemudian dimaafkan? Lega bangat, tentunya. Begitu jugalah perasaan kita bila Tuhan mengampuni semua kesalahan yang kita lakukan. Semua kita pastilah pernah berbuat salah - baik sengaja atau tidak sengaja, direncanakan atau respon spontan, yang menyakiti hati sesama dan Tuhan; dan itu adalah dosa, melanggar perintah Allah. Oleh karena itu Alkitab berkata, semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Mzm. 32, ada 11 ayat. Ini merupakan nyanyian pengajaran Daud setelah ia mengakui dosanya kepada Tuhan (ay. 5-6). Tadinya ia menyembunyikannya, dan dampaknya ia merasakan beban yang berat: “tulang-tulangku menjadi lesu / karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas” (ay. 3-4, 10a).

 

 

 

Memang kadang orang mau menyembunyikan dosanya kepada Tuhan dan sesama, dengan alasan rasa malu, takut dihukum, merasa jatuh harga diri yang dilandasi rasa sombong. Padahal, menyimpan semua itu ibarat menggendong beban sampah atau kotoran dalam menjalani hidup, yang mestinya bisa dilepas dan dibuang. Apalagi sampai merasa bangga melakukan dosa, misalnya berhasil mencuri uang kantor yang besar, atau memukuli seseorang yang sebenarnya tidak bersalah padahal bisa diselesaikan dengan baik atau jalur hukum. Itu bukanlah sifat kristiani yang menonjolkan ego dan kehebatan diri, penggunaan kekuasaan yang menyimpang, bahkan penyaluran sakit hati dan dendam yang salah. Ini sebenarnya memperlihatkan kelemahan moral, dampak kurangnya hubungan erat dengan Tuhan yang penuh kasih. Kadang ada juga alasan lain, seseorang tidak mau mengaku dosanya karena pengaruh orang lain, oleh karenanya hati-hatilah dalam bergaul dan berteman.

 

 

 

Mengaku dosa adalah sesuatu yang baik dan positif; kita berarti melepaskan beban yang tidak perlu. Untuk itu kita hanya perlu mengakui secara jujur dan tidak menyangkal (1Yoh. 1:8-10). Kedua, kita juga mengungkapkan penyesalan dalam dan mengakui kelemahan diri. Ketiga, berusahalah menyelesaikannya dengan orang yang kita sakiti atau rugikan (Mat. 6:14-15). Bila tidak direspon, maka tugas kita adalah berdoa dan bersabar, pasti akhirnya indah pada waktunya.

 

 

 

Semua ini tentunya dibungkus dengan iman dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat yang telah menebus dosa-dosa kita dengan darah-Nya (Rm. 10:9-10, Ef. 2:8-9). Selanjutnya, kita perlu berjanji akan berubah dan terkendali mengikuti firman-Nya sebagaimana nas miimggu ini mengingatkan, “Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang (ay. 9; Kis. 3:19; Luk. 24:47).

 

 

 

Ketika mengaku dosa dan berjanji, maka kita akan merasakan aman dan damai sukacita (ay. 7; Rm. 5:1), ada kelegaan di hati (ay. 1-2, 10; 1Pet. 5:7), dosa kita telah ditebus di dalam iman (1Yoh. 1:9, Rm. 4:6-8), serta Roh Kudus semakin menguasai hidup kita yang tampak pada perubahan sikap dan cara pandang (ay. 8; 2Kor. 5:17, Ef. 4:22-24).

 

 

 

Kita lihat Raja Daud setelah mengaku dosanya, mengatakan: “Bersukacitalah dalam Tuhan / dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!” (ay. 11). Itulah rahasia indahnya hidup yang diampuni dosanya.

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 77 guests and no members online

Statistik Pengunjung

12006429
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
695
7932
42985
11924706
110481
0
12006429

IP Anda: 162.158.106.76
2025-04-19 02:50

Login Form