2025
2025
Khotbah (3) Minggu 2 Februari 2025 - Minggu IV Setelah Epifani
Khotbah (3) Minggu 2 Februari 2025 - Minggu IV Setelah Epifani
DARI RAHIM IBU (Yer. 1:4-10)
“Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau….” (Yer. 1:5)
Tentu ini pertanyaan menggelitik: mengapa Tuhan membiarkan adanya orang jahat dan kejahatan? Mengapa ada setan dan iblis? Paul Enns menjelaskan dalam bukunya The Moody Handbook of Theology bahwa setan dan iblis adalah malaikat yang murtad. Padahal, malaikat diciptakan Allah untuk kebaikan, melayani-Nya dan melayani manusia. Tetapi kuasa yang diberikan kepada setan dan iblis, disalahgunakan untuk melawan. Allah merasa tidak perlu membinasakannya, tetapi kelak semua akan masuk dalam penghakiman.
Alkitab berkata bahwa manusia juga diciptakan Allah untuk kebaikan, mengelola alam semesta, sebagai tugas mandat budaya (Kej. 1:28). Kemudian ada mandat Injil dari Tuhan Yesus, yakni memberitakan Injil melalui perbuatan kasih dan penyampaian berita keselamatan (Mat. 28:19). Kedua mandat itulah misi keberadaan kita di dunia ini. Lantas, ada yang menyimpang bahkan lari dari misi itu, mengikuti hasrat diri, setan dan iblis. Dan ironisnya, yang mengikutinya kemudian beranak cucu turun-temurun: Dosa melahirkan dosa, kutuk berbuahkan kutuk; tetapi, tentu ada yang bertobat kembali ke jalan Tuhan.
Nas firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita adalah Yer. 1:4-10. Nas ini menjelaskan panggilan Tuhan kepada Yeremia menjadi nabi dan diutus. Yeremia mulanya menolak, beralasan tidak pandai berbicara dan masih muda (ay. 6). TUHAN pun berkata: janganlah takut, Ia menyertai. Kemudian Tuhan mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulut Yeremia dan berfirman: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu” (ay. 8-9).
Pada ayat 5 pembuka di atas, jelas bahwa Allah telah menetapkan dan membentuk Yeremia sejak dalam rahim ibunya. Sejak awal Allah dapat menetapkan jalan hidup seseorang. Tetapi kita juga tahu kisah Rasul Paulus, seorang “penjahat” penyiksa orang percaya, tetapi kemudian dipanggil menjadi rasul-Nya yang besar. Kita juga lihat Nabi Eli yang dipakai Tuhan, tetapi anak-anaknya mengikuti setan dan iblis.
Bagaimana dengan kita? Ada dua kemungkinan itu: kita telah ditetapkan sejak semula dari keturunan yang diberkati. Tetapi kemungkinan lainnya, kita bisa datang dari garis keturunan yang tidak setia kepada Tuhan. Mungkin pernah kita membaca perbandingan dua keluarga: yang tidak setia, anak-cucunya menjadi pencuri, pemabuk, penjudi dan banyak masuk penjara; sementara keluarga yang setia kepada Tuhan dan hidup dalam penyerahan diri, anak-cucunya diberkati, menjadi pengusaha, profesional maju, dan pejabat negara. Ya, hidup memang demikian, semua tergantung jalan yang dipilih, meski Tuhan kadang perlu campur tangan.
Oleh karena itu, mari kita bereskan hal pokok tersebut melalui doa pengakuan dan janji keteguhan iman percaya. Tidak ada gunanya menyesali dan menyalahkan masa lalu, orangtua atau kakek moyang. Tetaplah bersyukur karena diberi Tuhan kehidupan, yang siap dipakai dan diberkati. Berserah, meminta Tuhan menggenapi rencana-Nya di dalam diri kita. Rancangan Tuhan adalah damai sejahtera (Yer. 29:11). Terlebih di era PB, semua kita dipanggil untuk melayani, sesuai dengan kapasitas, bakat dan talenta serta karunia rohani yang diberikan-Nya.
Pemanggilan Yeremia mengajar kita bahwa Allah memiliki rancangan serta panggilan yang unik bagi setiap kita dan sekaligus memampukannya. Maka, semua kembali kepada respon niat, motivasi, dan upaya kita. Jangan khawatir, sebab upaya tidak selamanya diukur dari buah yang dihasilkan. Keberhasilan bukanlah karena kemampuan manusia, tetapi campur tangan Allah menutupi kelemahan manusia seperti Yeremia (ay. 7-9). Tidak perlu spesial, hebat, tapi tetap setia dan berupaya yang terbaik.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 26 Januari 2025
Kabar dari Bukit
BANGKIT DARI KEGAGALAN (Yun. 3:1-5, 10)
”Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu" (Yun. 3:2)
Mengubah sifat dasar seseorang tidaklah semudah diucapkan; apalagi karakter yang sudah berkarat. Misalnya pribadi berpandangan pesimis atau cenderung berpikiran negatif, mengubahnya menjadi selalu optimis dan berpikiran positif - melihat dibalik yang buruk pasti ada hal baiknya, itu tidak mudah. Namun sebagai orang percaya, Allah kita hidup dan berkuasa, maka segala sesuatu bukanlah mustahil (Mrk. 9:23; Luk. 1:37).
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Yun. 3:1-5, 10. Kisah ini sejak di sekolah minggu sangatlah populer. Yunus tidak taat mengikuti perintah Allah untuk pergi ke Niniwe, kota yang jahat, menyampaikan amanat agar bertobat. Bila tidak bertobat, maka kota itu akan ditunggangbalikkan dalam 40 hari. Yunus takut, lari menjauh menuju Tarsis, Spanyol. Namun ada badai, Yunus ketahuan dan kemudian dilempar awak kapal ke laut. Allah menyiapkan ikan besar memakannya. Yunus pun hidup selama tiga hari di perut ikan. Atas doanya dan berjanji taat, ikan kemudian memuntahkannya kembali ke darat (Pasal 1-2).
Nabi Yunus merasa gagal. Alkitab juga menceritakan banyak tokoh yang pernah gagal, seperti Musa, Daud, Elia, Paulus dan bahkan Petrus menyangkal Yesus. Pemicu kegagalan bisa banyak faktor termasuk ketakutan, namun sebaliknya kegagalan juga menimbulkan ketakutan baru.
Dari semua tokoh tersebut, terlihat Allah memberi kesempatan kedua. Panggilan-Nya tidak pernah berhenti untuk kita kembali ke jalan-Nya. Dasar semua adalah kasih-Nya yang besar. Sukacita besar di sorga apabila seseorang bertobat, seperti kisah seekor domba yang hilang dicari dari 100 domba (Luk. 15:1-7).
Pertobatan memang bukan sesuatu yang sederhana. Para ahli teologia sepakat, ada banyak tahapan yang diperlukan agar seseorang benar-benar bertobat. Titik awalnya bisa dari panggilan Tuhan atau pemahaman sendiri tentang penebusan dosa dan keselamatan. Lantas tahapan berikutnya yakni perlunya berpaling, lahir baru, dan berdamai dengan Allah. Dari titik ini kita akan dibenarkan, diangkat menjadi anak-anak-Nya, menyatu dengan Kristus dan mulainya proses pengudusan.
Yunus dengan jelas melihat sumber penyebabnya, ia gagal, tidak taat bahkan bersembunyi di dek kapal. Lantas ketika tertangkap, Yunus tahu resikonya dan meminta ia dibuang ke laut. Ia merasa layak menerimanya dan siap mati. Namun, Allah penuh kasih, memberi kesempatan kedua kepada Yunus.
Maka ketika kita gagal, merasa takut, tidak perlu meratapinya. Sadari sudah bersalah, berdosa dan gagal. Kenali dan akui meski rasa kecewa timbul. Tidak perlu mencari kambing hitam, justru kita harus memaafkan diri sendiri. Berdoa dan berserah. Evaluasi, cari titik lemahnya. Segera bangun rencana untuk bangkit, singkirkan hal yang dianggap menghambat untuk mencapai titik balik. Ikuti langkah dengan percaya diri, berpikir positif, semuanya akan baik-baik saja sepanjang setia dan melakukan yang terbaik. Tuhan menolong kita bangkit.
Pengampunan terjadi jika kita siap menerima ganjarannya, berserah, meninggalkan kesalahan serupa dan perbuatan lain yang tidak disukai-Nya. Berjanji setia dan memberi yang terbaik, seperti doa Yunus: "Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku" (2:1). Tuhan memakai Yunus, menyampaikan pesan-Nya. Orang Niniwe percaya termasuk rajanya, mereka puasa mengenakan kain kabung, bertobat. Allah pun tidak jadi menghukum mereka (ay. 10). Haleluya.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani
Khotbah (2) Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani
KARUNIA UTAMA (1Kor. 12:12-31a)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu III setelah Epifani ini diambil dari 1Kor. 12:12-31a. Nas ini berbicara tentang "Banyak anggota, tetapi satu tubuh" dalam kaitannya dengan karunia rohani. Rasul Paulus menggunakan konsep tubuh manusia untuk mengajar orang Kristen tentang bagaimana hidup dan bekerja bersama-sama. Sama seperti seluruh bagian dari tubuh berfungsi karena diperintah otak, demikian juga kita harus bekerja bersama di bawah kendali dan perintah Yesus Kristus (band. Rm. 12:3-8; Ef. 4:1-16).
Allah membekali kita karunia rohani untuk membangun tubuh Kristus yakni jemaat-Nya. Agar karunia rohani dapat kita pakai secara efektif, kita perlu hal-hal sebagai berikut:
1. Menyadari bahwa semua karunia rohani berasal dari Allah;
2. Memahami bahwa tidak semua orang memiliki karunia rohani yang sama;
3. Mengenal siapa diri kita dan apa yang terbaik untuk diberikan;
4. Menghargai anggota yang lebih lemah dan tetap satu dalam suka dan duka;
5. Membangun masing-masing karunia rohani secara bersinergi demi hasil yang lebih efektif;
6. Mempersembahkan karunia itu bagi Tuhan dan bukan untuk kepentingan dan keberhasilan diri sendiri;
7. Bersedia memakai karunia rohani itu dengan sepenuh hati untuk pelayanan kepada Tuhan, bukan menahan atau menyia-nyiakannya.
Karunia rohani setiap orang berbeda di dalam sifat, kekuatan, dan efektifitasnya sesuai dengan hikmat dan keluwesan. Dari kita dituntut peran untuk tetap setia serta mencari cara dan jalan melayani-Nya melalui apa yang telah diberikan-Nya.
Karunia rohani dibagi dalam tiga katagori, yakni: karunia rohani melalui perkataan atau berbicara, karunia rohani melayani dan memberi, dan karunia rohani untuk membuat mukjizat. Karunia rohani tersebut merupakan satu tubuh dan rinciannya merupakan anggota-anggota tubuh saja, dan semua memiliki akses serta diperlengkapi oleh Roh Kudus untuk membangun keluarga Allah dan menyatakan kasih Allah kepada orang lain (1Kor. 12:4-7; 1Kor. 14:12; 1Pet. 4:10).
Pada saat yang sama, kita perlu menyadari bahwa karunia rohani yang kita miliki tidak dapat bekerja sendiri, melainkan memerlukan dukungan karunia rohani yang lain. Untuk itu kita wajib berterima kasih kepada mereka yang memiliki karunia rohani yang berbeda, sebab dapat melengkapi pelayanan yang kita miliki. Biarkanlah kekuatan kita menutupi kelemahan orang lain, dan kekuatan orang lain menutupi kelemahan dan kekurangan kita. Bersyukurlah atas hal itu. Karunia rohani jangan dibuat menjadi kuasa rohani, yang menimbulkan persaingan; berpikir kita merasa "lebih rohani" atau bahkan memiliki hak otoritas tertentu yang lebih tinggi. Sikap kita harus tetap sebagai orang yang tidak layak memperoleh karunia itu, namun Allah membuat kita layak dan demikian berharga.
Prinsip dalam mempersembahkan hidup melalui karunia rohani adalah selalu dalam kebersamaan dengan orang lain, yang dilakukan dengan sepenuh hati dalam semangat pelayanan pengabdian. Sebagaimana dinyatakan pada ayat terakhir (31a): "Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama." Karunia utama itu adalah hikmat dan kasih dengan tujuan mempersatukan. Halleluya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani
Khotbah Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani
DIA DATANG UNTUK MEREKA YANG MENDERITA (Luk 4:14-21)
(Bacaan lainnya menurut Leksionari: Neh 8:1-3, 5-6, 8-10;
Mzm 19; 1 Kor 12:12-31a) ---lihat di bagian bawah
Pendahuluan
Mungkin dalam hati kita pernah bertanya: Mengapa Tuhan Yesus singkat sekali "hidup" di dunia ini? Hidup dalam pengertian Ia sebagai manusia yakni sekitar 33 tahun, bahkan hanya tiga tahun dalam pelayanan-Nya. Mungkin jawaban rasional satu-satunya adalah: Ia telah memberikan mandat dan kuasa pelayanan itu kepada kita orang percaya dan tugas itulah yang kini harus kita emban.
Tujuan Tuhan Yesus turun ke bumi adalah untuk menyelamatkan manusia yang dikasihi-Nya dari maut dan membawa kepada kehidupan kekal. Kalau kita urutkan pesan-pesan Tuhan Yesus yang disampaikan dalam Alkitab, maka pesan pertama adalah agar manusia bertobat karena kerajaan Sorga sudah dekat (Mat 3:17; Mrk 1:14-15). Pesan kedua adalah nats yang kita baca untuk minggu ini yang lebih fokus pada pembebasan mereka yang menderita. Maka dari bacaan minggu ini ada beberapa hal yang bisa kita tarik sebagai pelajaran dan pegangan.
Pertama: Hidup Yesus selalu penuh Roh (ayat 14, 18)
Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes, maka tampaklah Roh Kudus dalam rupa burung merpati yang meneguhkan Yesus adalah Anak yang dikasihi Bapa-Nya dan berkenan kepada-Nya (Luk 3:21-22). Kemudian dalam pasal 4 ayat 1 dab dijelaskan bahwa Yesus yang penuh Roh dapat mengalahkan godaan iblis atas berbagai tawaran yang menarik. Ini merupakan bukti lagi bahwa Yesus adalah Anak Allah dan tidak berdosa. Dalam kuasa Roh juga Yesus kembali ke Galilea dan sejak itu tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu (ayat 14).
Hal yang bisa kita pelajari dari ayat ini adalah bahwa hanya dengan kuasa Roh saja kita dapat mengalahkan iblis yang jahat itu. Kemampuan manusia sangat lemah dan terbatas sementara kuasa iblis juga tidak sembarangan, bahkan Allah telah "memberikan" dunia ini kepadanya. Oleh karena itulah iblis selalu menawarkan godaan dan kenikmatan dunia ini kepada manusia agar mau mengikuti kemauannya dan meninggalkan Allah. Tanpa Roh Allah maka manusia akan mengikuti iblis ini sebab tawarannya memang seringkali begitu menarik meski dalam sudut pandang sempit dan terbatas.
Bagaimana dengan kita? Apakah dunia ini atau iblis yang licik itu terus menerus menawarkan sesuatu sehingga menjual iman dan mengalahkan kita? Kekalahan iman dapat saja terjadi dari tawaran keinginan daging, ketakutan, masalah keuangan, sakit-penyakit atau hal lainnya. Hal yang perlu kita sadari adalah blis akan terus menyerang orang percaya atau paling tidak mencoba dengan menetralisir munculnya perasaan berdosa, perasaan malu atau perasaan bersalah.
Maka satu-satunya jalan melawan godaan iblis dan dunia itu adalah memohon pertolongan Roh Kudus agar Ia mau diam dan menguasai diri kita sehingga kita penuh dengan Roh dan hasilnya dapat mengalahkan iblis yang jahat itu, sebagaimana Tuhan Yesus menang karena penuh Roh. Cara yang terbaik dalam membuat Roh itu yang menguasai kita adalah dengan terus mengingat dan berkomitmen kepada firman-Nya serta hidup yang berserah sepenuhnya kepada-Nya.
Kedua: Tugas utama yang efektif adalah mengajar (ayat 15, 21)
Sinagoga merupakan tempat berkumpul dan pusat peribadatan umat Yahudi setelah bait suci diruntuhkan tahun 586 SM. Oleh karena itulah ibadah hari Sabat dan proses belajar-mengajar umumnya dilakukan di sinagoge ini, serta ini pula yang merupakan kesukaan dan kebiasaan Yesus rajin ikut dalam proses belajar-mengajar tersebut (ayat 16). Bahkan karena “kepintarannya”, semua orang memuji Dia (ayat 15 dan 21).
Yesus mengambil pilihan belajar pada masa kecil dan masa mudanya tentang firman Allah dan itu yang membawa Yesus juga rajin mengajar orang lain dan kepada murid-murid-Nya. Yesus tentu memiliki alasan yang kuat memilih jalan mengajar tersebut, bukan dengan memimpin pemberontakan, yakni agar apa yang diajar dan dimaksudkan-Nya itu berbuah menjadi “kesadaran” dan pemahaman ke dalam hati nurani sendiri (band. Ibr 10:15). Seseorang yang sudah memiliki kesadaran dan meresap ke dalam hati nuraninya akan memberikan dampak dan hasil yang lebih maksimal dan panjang dibandingkan dengan pendekatan ancaman atau hukuman.
Mengajar atau belajar berarti membuat orang menjadi mengerti atas ajar-an yang diberikan. Ajaran itu termaktub dalam dua pola yang penting, yakni “Hendaklah” dan “Janganlah”. Kesadaran dan pemahaman inilah yang menjadi tujuan Yesus, sebagaimana kita sebaiknya memiliki keinginan dan kerinduan yang sama akan hal itu. Proses belajar dan mencintai firman Tuhan dapat menumbuhkan kebiasaan yang baik bagi setiap orang, dan sekaligus menumbuhkan motivasi agar dapat menjadi anak-anak yang berkenan kepada-Nya. Proses belajar juga secara otomatis akan menambah pengetahuan dan bahkan dapat menjadi ketrampilan, dan ini akan memberikan hal yang positip bagi diri kita sendiri dan orang lain. Hal yang diperlukan dalam membangun kerinduan belajar ini adalah dengan komitmen baik dari sisi penyediaan waktu maupun membangun rasa haus akan pengenalan Allah yang lebih sempurna dan tujuan akhir menyenangkan hati-Nya.
Neh 8 dalam bacaan leksinari kita menggambarkan bagaimana Nehemia sebagai pejabat bersama-sama dengan Ezra ahli kitab itu mulai mengajar kembali hukum Taurat kepada umat setelah mereka kembali dari pembuangan di Babel. Disini ditekankan bahwa belajar firman Tuhan itu merupakan dasar dari pengenalan kepada Allah. Kitab Mazmur 19 juga yang merupakan bagian dari bacaan kita minggu ini memberikan gambaran betapa firman Allah itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya (Mzm 19:8-9).
Ketiga: Tujuan akhir adalah pembebasan (ayat 18, 19)
Pesan Yesus yang paling utama dalam minggu ini ada pada ayat 17 dan 18 ini, yakni nats yang dibaca Yesus dari Yes 61:1-2. Pesan ini sebenarnya penggambaran nabi Yesaya akan tahun Sabat dan tahun Yobel (Im 25), ketika bangsa Israel dibebaskan dan kembali dari pembuangan Babel, yakni pembebasan kepada mereka yang tertawan dan menderita begitu lama. Pesan utama dari nats tersebut adalah:
- Datangnya kabar baik baik kepada orang miskin
- Pembebasan kepada orang-orang tawanan
- Penglihatan kepada orang buta
- Pembebasan orang-orang tertindas
- Pemberitaan tahun rahmat sudah tiba
Tetapi apa yang terjadi setelah kembalinya umat Israel dari Babel tetap tidak menyenangkan hati Tuhan dan bangsa Israel seringkali melupakan Allah mereka yang sudah menolong dan membimbing mereka demikian lama. Pesan inilah yang disampaikan kembali oleh Tuhan Yesus dan menutupnya dengan perkataan: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Semua orang yang mendengar tentu saja terkejut dan bahkan marah kepada-Nya. Tetapi Yesus memahami situasi yang tidak kondusif tersebut dan kemudian memilih Ia pergi.
Inti pesan yang dimaksudkan oleh Yesus pada saat itu adalah tibanya tahun rahmat tersebut yakni berita atau Injil keselamatan kepada mereka yang menderita dan pembebasan dari segala kuk dan beban yang menghimpit hati dan pikiran umat Israel pada saat itu. Mereka sudah begitu lama terjajah oleh bangsa Romawi dan terbelenggu dengan legalitas hukum Taurat serta kedudukan para imam dan ahli Taurat yang seharusnya melayani tetapi justru lebih mementingkan diri sendiri dan memberatkan umat pada saat itu.
Keempat: Tugas itu diserahkan kepada kita (ayat 20)
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa salah satu alasan masa hidup Tuhan Yesus di dunia ini yang begitu "pendek" dan pelayanan-Nya yang singkat hanya 3 tahun adalah bahwa kuasa dan amanat tugas itu telah diberikan kepada kita orang percaya. Pesan bahwa penginjilan dan pemberitaan kabar baik itu memang yang utama, sehingga semakin banyak orang diselamatkan dan masuk ke dalam kerajaan-Nya.
Akan tetapi pesan Tuhan Yesus dalam ayat 18-19 ini sebaiknya tidak ditafsirkan secara simbolis saja. Orang percaya dan gereja-gereja seyogianya terus menerus melakukan usaha-usaha yang sistimatis dan terprogram untuk melihat kenyataan di sekeliling dan di masyarakat, yakni ikut menolong orang miskin keluar dari dunia kepedihan fisik mereka, membantu orang sakit yang tidak mampu untuk disembuhkan, menolong dan menghibur mereka yang tertindas dan tertawan karena ketidakmampuan dan ketidakadilan. Pesan itu tidak dapat hanya ditafsirkan secara simbolis saja, melainkan tetap dalam pengertian harafiahnya, yakni kalau masih ada orang miskin disekitar kita, orang sakit yang tidak mampu di lingkungan kita, orang tertindas, maka tugas orang percaya dan gereja untuk menolong mereka.
Dalam bacaan 1Kor 12 untuk minggu ini dinyatakan bahwa Tuhan memberikan karunia-karunia rohani kepada hamba-hamba Tuhan dan orang percaya. Tentu pemberian karunia itu mempunyai maksud dan tujuan yakni semuanya adalah untuk pelayanan gereja-Nya. Oleh karena itu, karunia-karunia rohani yang ada disebutkan dalam nats ini, demikian juga dalam ayat-ayat lainnya, seharusnya semua dipakai untuk pesan kedua maksud kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini yakni sebagaimana tertulis dalam ayat Luk 4:18-19 tersebut (untuk penjelasan karunia-karunia rohani yang tertulis dalam Alkitab silahkan melihat artikel di website ini dalam kolom pembinaan teologia).
Orang percaya dan khususnya gereja-gereja seyogianya semakin menyadari tanggungjawab dan pendelegasian dari Tuhan Yesus tersebut, sehingga gereja-gereja tidak "asyik" dengan dirinya sendiri dan mengutamakan aspek-aspek lahiriah dari kegiatan-kegiatannya, melupakan amanat ini sebagai tugas yang melekat pada penginjilan dan berita keselamatan tersebut.
Kesimpulan
Nats minggu ini memberi kita banyak sekali kesadaran dan pemahaman akan tanggungjawab orang percaya dan gereja dalam panggilannya untuk dunia ini. Dimulai dengan pentingnya setiap orang percaya dipenuhi Roh untuk setia dan taat dalam melakukan firman-Nya serta mampu mengalahkan iblis yang jahat itu, terus belajar (dan mengajar) firman Allah sehingga kesadaran dan pemahaman semakin baik, serta menyadari akan banyaknya masalah sosial yang masih nyata di sekitar kita, yakni berupa kemiskinan, sakit penyakit yang tidak mampu disembuhkan karena keterbatasan dana, orang-orang tertawan dan tertindas yang memerlukan pertolongan dan penghiburan. Karunia-karunia Roh yang diberikan kepada kita dimaksudkan dipergunakan dan ditujukan untuk tugas tersebut.
Itulah tanggungjawab yang telah diserahkan Tuhan Yesus dalam pesan-Nya yang kedua ini agar kita terus menerus berusaha keras mewujudkannya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani
Khotbah (3) Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani
RE-VIEW IBADAH (Neh. 8:1-3, 4-6, 8-10)
“Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: "Amin, amin!", sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah” (Neh. 8:7)
Apa yang terjadi bila sebagian besar umat Kristiani termasuk kita ini, tidak lagi suka membaca Alkitab, atau renungan harian dan radio/film siraman rohani yang kita tahu sebagai bekal pembaharuan budi? Pertanyaan lain: mengapa uang gereja dari persembahan, umumnya paling besar dipakai untuk keperluan ibadah, sangat sedikit untuk PI dan diakonia?
Melalui nas firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita, Neh. 8:1-3, 4-6, 8-10, gambaran situasi itulah yang diberikan. Nas ini menjelaskan pelayanan Nehemia dan Ezra untuk membangun kembali tembok Yerusalem dan Bait Allah yang telah diruntuhkan (pasal 1-7). Sebelumnya, bangsa Israel telah terpuruk pasca kejatuhan kerajaan Israel dan Yehuda. Mereka tadinya begitu berbangga hati, Allah menjadikan mereka sebagai umat pilihan; membanggakan Bait Allah yang dibangun Raja Daud dan Salomo yang begitu megah dan indah. Tapi akhirnya, semua hilang diruntuhkan oleh penjajah.
Alkitab menjelaskan, petaka itu terjadi oleh karena ibadah bangsa Israel tidak lagi berkenan kepada Allah. Ibadah mereka lebih kepada ritual saja tanpa isi dan makna, tidak diikuti dengan perbuatan nyata. “Dengarlah, hai bumi! Sungguh, ke atas bangsa ini Aku akan mendatangkan malapetaka, akibat dari rancangan-rancangan mereka, sebab mereka tidak memperhatikan perkataan-perkataan-Ku dan menolak pengajaran-Ku. Apakah gunanya bagi-Ku kamu bawa kemenyan dari Syeba dan tebu yang baik dari negeri yang jauh? Aku tidak berkenan kepada korban-korban bakaranmu dan korban-korban sembelihanmu tidak menyenangkan hati-Ku” (Yer. 6:19-20; band. Yes. 1:11-14; Am. 5:21-23). Menurut H.H. Rowley dalam bukunya Ibadat Israel Kuno, Nehemia dan Ezra kemudian meluruskan kembali hakikat ibadah mereka, yang menekankan kekudusan dan peri kemanusiaan, yakni kasihilah Allahmu dan sesamamu manusia (Ul. 6:5; Im. 17-26).
Bercermin dari pengalaman selama Covid-19 ini, kita juga semakin disadarkan bahwa gedung-gedung gereja tidak lagi punya arti besar. Uang persembahan kita yang begitu besar dipakai untuk membangun dan memperindah gedung, kini menjadi batu-batu yang dingin. Keindahan dan besarnya bangunan menjadi sia-sia. Kitab Luk. 4:14-21, nas paralel untuk minggu ini, mengingatkan bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia, bukan hanya menyelamatkan manusia dari kengerian neraka, tetapi juga “untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4:18-19).
Maka belajar dari nas firman ini, kita yang merindukan terjadinya pemulihan atas pergumulan pribadi dan sengsara Covid-19, baiknya kembali lebih mencintai firman Tuhan, menekuni ibadah dengan setia dan sepenuh hati. Ibadah kita pun tidak hanya sekedar ritual bernyanyi dan berdoa, serta mendengar firman Tuhan, tetapi berwujud nyata berupa tindak perbuatan. Ibadah yang mengubah kita menjadi pelaku-pelaku firman Tuhan, dengan menyebarkan kasih kepada sesama (Yak. 1:22). Ibadah yang baik dan teruji pasti berbuahkan kebaikan, keadilan, dan kebenaran (Am. 5:14-24).
Sebagaimana pembaharuan oleh Nehemia dan Ezra melalui re-view ibadah, meninjau, memeriksa dan melihat kembali, kiranya semua pergumulan dan derita kita termasuk akibat Covid, Tuhan berkenan memulihkan. Kita akan menerima hal yang disampaikan oleh Ezra: "Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!… Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!" (ay. 10-11). Dan kita pun, akan membangun pondok-pondok daun tempat kita bersukacita. Haleluya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu Paskah, Hari Kebangkitan Tuhan Yesus - 20 April 2025KHOTBAH MINGGU PASKAH - HARI KEBANGKITAN TUHAN YESUS, 20 April 2025 KEBANGKITAN...Read More...
-
Khotbah (2) Hari Kebangkitan Tuhan Yesus - Minggu Paskah – 20 April 2025KHOTBAH (2) HARI KEBANGKITAN TUHAN YESUS - MINGGU PASKAH – 20...Read More...
-
Khotbah (3) Hari Kebangkitan Tuhan Yesus - Minggu Paskah – 20 April 2025KHOTBAH (3) HARI KEBANGKITAN TUHAN YESUS - MINGGU PASKAH – 20...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 88 guests and no members online