2025
2025
Kabar dari Bukit, Minggu 19 Oktober 2025
Kabar dari Bukit
ANTARA FILSAFAT DAN FIRMAN TUHAN (Mzm. 119:97-104)
”Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari” (Mzm. 119:94)
Tuhan Yesus berkata, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Mat. 4:4; Ul. 8:3b). Ini sebuah kebenaran. Manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Tubuh membutuhkan roti/makanan dan minuman, sementara jiwa dan roh membutuhkan hikmat dan pengertian atau kebijaksanaan. Hikmat sendiri berasal dari dua sumber, yakni dari manusia berupa ilmu pengetahuan termasuk filsafat, sementara hikmat Allah berasal dari Allah sendiri yang mewahyukan.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Mzm. 119:97-104. Ini bagian dari Mazmur Raja Daud tentang kesukaannya terhadap Taurat dan berkat yang diperolehnya. Raja Daud orang pintar dan perkasa, namun tetap ia lebih menyukai hikmat Allah dari Taurat atau Firman Tuhan dibandingkan dengan hikmat manusia.
Ada alasan hikmat Allah lebih unggul memberi berkat lebih besar. Hikmat manusia memang ada bagusnya, terlebih bila didasari oleh filsafat seperti stoikisme yang saat ini sedang populer. Tetapi filsafat sering membawa kita kepada agnostisisme, tidak percaya adanya Tuhan yang ikut bekerja sama dengan manusia dalam menjalani kehidupan. Bagi filsafat stoikisme, misalnya, Allah adalah sesuatu yang impersonal (tidak berpribadi), tidak berhubungan, abstrak dan tidak dikenal. Sementara bagi kita orang percaya, Allah adalah Roh, Pencipta dan Pemelihara kehidupan yang kita mengenalnya dalam pribadi Yesus Kristus.
Hikmat Allah berasal dari Allah melalui nabi/rasul yang dipilih-Nya. Filsafat berasal dari pikiran manusia untuk mencari kebenaran dan makna hidup menurut akal budi, sementara Allah menyatakan sendiri kebenaran-Nya dan membawa manusia lebih dekat, mengenal serta menaati-Nya. Firman Allah memperbarui manusia sementara filsafat hanya mencari pemahaman. Memang dalam menerima hikmat Allah melalui firman-Nya, diperlukan iman yakni keyakinan terhadap sesuatu yang belum terlihat. Tetapi iman bukanlah kebodohan.
Nas minggu ini menjelaskan bahwa ada lima langkah yang diperlukan terkait firman Allah. Pertama, MENCINTAI. Memang cinta tidak hanya dari pandangan pertama. Mohonkan sentuhan di hati dari Allah, memulai dan mendapatkan sari dan makna perjalanan hidup. Untuk itu seperti ditambahkan, perlu MERENUNGKANNYA sepanjang hari (ay. 97). Jadi firman tidak hanya dibaca tetapi juga direnungkan bahkan perlu DIMENGERTI (ay. 100).
Dengan mengambil ketiga langkah awal tersebut maka kita seperti Daud akan merasakan lebih bijaksana dari musuh-musuh (ay. 98). Daud juga membuat dirinya lebih berakal budi dari para guru, yang tentunya karena faktor pengalaman dan keinginan mencerna (ay. 99).
Langkah keempat, setelah mengerti kita perlu MEMEGANGNYA. Hidup ini tidak terlepas dari godaan, pergumulan dan tantangan. Untuk itu sebagai langkah kelima kita perlu MENAHAN DIRI dari segala yang jahat (ay. 101). Jangan coba-coba menyimpang (ay. 102). Bencilah segala jalan yang serong (ay. 104). Alkitab menjelaskan, “Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (Mat. 4:7; Ul. 6:16), apalagi beralasan kita adalah anak-anak Tuhan dan menggampangkan dosa akan diampuni.
Hidup masih penuh misteri dan kemampuan manusia tetap terbatas memahami semua yang terjadi di alam semesta. Oleh karena itulah Daud percaya kepada Allah. “Betapa manisnya janji-Mu itu di lidahku, lebih manis daripada madu di mulutku” (ay. 103). Ini adalah iman, janji yang diterima dengan hati, bukan pikiran. Dan imanlah yang membawa kita kepada keselamatan, yang tidak kita peroleh dari hikmat manusia. Maka mulailah mencintai Firman dan mengikuti langkah berikutnya.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu XIX Setelah Pentakosta - 19 Oktober 2025
Khotbah Minggu 19 Oktober 2025 - Minggu XIX Setelah Pentakosta
BERDOA DENGAN TIDAK JEMU-JEMU (Luk. 18:1-8)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: 2Tim. 3:14-4:5; Yer. 31:27-34 atau Kej. 32:22-31; Mzm. 119:97-104 atau Mzm. 121
Pendahuluan
Bacaan kita minggu ini tentang ketekunan dalam berdoa. Gambaran yang diberikan tentang melalui kisah seorang janda yang meminta-minta pertolongan kepada seorang hakim yang lalim dan tidak takut kepada siapapun termasuk kepada Allah, namun karena hakim itu tidak mau diganggu maka ia mengabulkan permintaaan janda itu. Dalam kisah ini dikaitkan juga hubungan ketekunan berdoa dengan akhir zaman. Melalui nats ini kita diberikan pengajaran sebagai berikut.
Pertama: janda dan hakim serta peran doa (ayat 2-3)
Ada dua gambaran yang diberikan nats ini sebagai lambang kondisi masyarakat waktu itu. Janda adalah lambang orang miskin yang tidak berdaya, membutuhkan banyak pertolongan, kaum kaum yang memerlukan perhatian sama seperti posisi anak-anak yatim-piatu di dalam Alkitab (Kel. 22:22-24; Yes. 1:17; 1Tim. 5:3; Yak. 1:27). Gambaran kedua adalah hakim sebagai lambang orang yang penuh kecukupan, berkuasa dengan segala wewenangnya, mandiri dan tidak membutuhkan pertolongan orang lain. Hakim yang digambarkan dalam di sini adalah hakim Romawi dan bukan hakim dalam sistim orang Yahudi, sebab dalam agama Yahudi yang dikenal adalah tua-tua.
Janda itu dalam keadaan terjepit. Ia tidak meminta orang lain agar dihukum berat, hanya ia merasa diperlakukan tidak adil sebab itu membutuhkan perlindungan, sehingga ia berkata kepada hakim itu, "belalah hakku terhadap lawanku". Memang dalam sistim hukum saat itu, hakim juga biasa mempraktekkan korupsi, koneksi dan nepotisme (KKN). Janda miskin itu tidak bisa membayar, sehingga beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Akan tetapi janda itu tidak putus asa, ia sadar memiliki senjata yang ampuh yakni ketekunan dan semangat juang. Sementara gambaran hakim ini adalah orang yang sibuk sehingga ia tidak suka gangguan. Maka ketika janda itu datang berulang-ulang untuk memohon kepadanya, ia tidak direpotkan dan akhirnya menyetujui permohonan janda itu. Ia membenarkan apa yang diminta janda itu.
Firman yang kita baca mengajarkan kepada kita bahwa hakim yang lalim itu saja dapat membenarkan permintaan seseorang karena keteguhan dan semangat untuk meminta. Maka apalagi Allah kita yang Mahabaik, tentu akan lebih mendengar apa permintaan anak-anak-Nya. Memang dalam hal ini kita tidak menyamakan hakim itu dengan Allah yang Mahaadil itu. Hanya yang perlu kita lihat adalah, semangat dan ketekunan dalam meminta akan menghasilkan sesuatu. Itu sebabnya Tuhan Yesus berkata, janganlah jemu-jemu untuk berdoa, teruslah meminta sampai sesuatu jawaban diberikan. Pray until something happen (PUSH), adalah pesan yang disampaikan kepada kita melalui kisah ini.
Kedua: meminta dan mengulur waktu (ayat 4-5b, 6-7b)
Allah kita itu baik dan Pengasih, mengetahui yang terbaik untuk kita. Ia akan memberikan sesuai dengan kebutuhan kita. Namun itu tidak berarti bahwa Allah akan selalu mengabulkan doa permohonan yang kita sampaikan. Allah dapat menolaknya apabila itu tidak baik untuk kita. Allah mengabulkan atau menolak doa kita hanya dengan pertimbangan bahwa Ia tidak menginginkan hal itu membuat kita semakin jauh dan meninggalkan Dia. Doa yang dikabulkan memang mau tidak mau akan menguatkan iman percaya kita akan kuasa dan kebaikan-Nya.
Allah juga kadang dapat mengulur pengabulan doa kita. Untuk itu Ia mempunyai pandangan dan pertimbangan yang sangat sempurna atas hal itu. Allah ingin melihat sejauh mana memang kita membutuhkan yang kita minta dan sejauh mana kesabaran kita menanti akan keputusan terbaik-Nya. Hal itu juga sekaligus melihat sejauh mana kita siap dengan apa yang kita mohonkan. Allah tidak menginginkan pengabulan doa menjadikan kita pribadi yang berubah dan berbeda. Melalui penguluran waktu, menunda pengabulan doa, Allah sebenarnya ingin mengembangkan katakter dan sifat-sifat positip dalam diri kita.
Bahkan ada kalanya Allah telah menetapkan sesuatu bagi kita. Kisah yang terjadi pada Raja Hizkia yang telah ditetapkan untuk mati sebagaimana pesan yang disampaikan oleh nabi Yesaya. Namun raja itu memohon sambil terus menangis ke dinding, sebagai gambaran betapa seriusnya ia memohon kepada Allah. Akhirnya Allah mendengar doanya, dan ia diberi perpanjangan usia 15 tahun. Doanya dikabulkan bahkan raja itu meminta tanda melalui nabi Yesaya (2Raj. 20:11). Kisah itu memberikan makna bahwa pikiran Allah dapat berubah karena doa manusia. Maka demikian jugalah pesan-Nya melalui kisah ini, permohonan yang tekun dan tidak jemu-jemu, meski dengan penguluran waktu, akan menghasilkan sesuatu bagi kita.
Ketiga: membenarkan dan doa yang dikabulkan (ayat 5a, 7a)
Hal ketiga dalam nats ini yang menjadi pengajaran buat kita adalah pengertian "tidak jemu-jemu berdoa dan mudah menyerah" bukan berarti bahwa kita diminta doa berpanjang-panjang, bahkan doa yang bertele-tele, menyiksa diri bahkan memaksa. Doa tetap fokus pada pokok permasalahan dan meminta dengan kerendahan hati dan ketulusan. Dengan tetap kita berdoa maka sebenarnya itu juga menempatkan permohonan kita di hadapan Allah secara konsisten, sebagai pengakuan kekuasaan Allah atas diri kita dan kita hidup dengan Dia hari lepas hari, dan tetap percaya dan berpengharapan Ia akan memberikan jawaban.
Doa yang terus menerus dinaikkan juga bukanlah tanda kurangnya iman, tetapi itu justru memperlihatkan kegigihan orang beriman dan ciri orang percaya. Hal yang sebaliknya tidak dikehendaki oleh Allah adalah ketika jawaban doa kita terasa lama dan sementara permasalahan yang ada dalam hidup sehari-hari seolah-olah terasa semakin menekan, maka kita berhenti berdoa. Penghentian doa permohonan kepada Allah berarti meragukan penghentian limpahan kebaikan dan campur tangan pemeliharaan Allah dalam hidup kita sehari-hari yang penuh berkat.
Keempat: ketekunan dan iman sampai akhir (ayat 1, 8)
Hal terakhir yang ingin diajarkan Tuhan Yesus kepada kita adalah tentang ketekunan dan keteguhan iman hingga sampai akhir. Terkabulnya doa atau tidak jangan membuat itu sebagai ukuran kesetiaan kita kepada-Nya. Permohonan adalah aspek duniawi, kedagingan dan kebutuhan kita yang sifatnya sesaat, bahkan mungkin egoistis. Itu tidak dapat membuat kita menjadi jauh apalagi lari dari iman apabila doa kita tidak dikabulkan. Justru iman kita diuji ketika kita tidak jemu-jemu berdoa hingga kedatangan-Nya kelak.
Dalam setiap doa permohonan yang kita naikkan, kita harus berprinsip bahwa kehendak Tuhanlah yang terjadi dan bukan kehendak kita. Bisa saja kita meminta jabatan atau keinginan lainnya (tahta, harta dan wanita) untuk kesenangan dan kemegahan kita, sehingga kita merasa itu yang terbaik untuk memuliakan Tuhan, padahal sebenarnya itu salah dan bisa menghancurkan kita. Demikian juga tekanan hidup kadang kita anggap sudah demikian berat, padahal sebenarnya kita tidak mau untuk menurunkan standar ego, sebab firman-Nya berkata, "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya" (1Kor. 10:13).
Tuhan Yesus menguji kesetiaan dan keteguhan iman serta terus mengandalkan dan berakar pada Dia hingga kedatangan-Nya kelak (Rm. 12:12; Ef. 6:18; Kol. 4:2). Kesiapan diri dalam iman hingga akhir hidup kita dan wujud percaya bahwa Ia akan datang kembali untuk menjemput kita anak-anak-Nya tercermin dari doa yang terus kita panjatkan. Kegigihan kita seperti kegigihan janda itu bukan hanya kita maksudkan untuk memaksa Tuhan mengabulkan permintaan kita, tetapi lebih merupakan ekspresi ketidakmampuan kita melakukannya sendiri. Kita harus tetap sadar bahwa iblis yang jahat itu dapat menggunakan tipu muslihatnya untuk menggiring kita menuruti kehendaknya sehingga jauh dari Tuhan (1Tim. 4:1). Doa adalah benteng kita menghadapi iblis dan si jahat (Mat. 6:13), dan kalau kita bertekun dalam doa, maka kita akan dibenarkan.
Kesimpulan
Melalui gambaran janda yang tekun meminta dan memohon kepada hakim dalam nats yang kita baca, kita diajarkan tentang pentingnya berdoa dan tidak jemu-jemu. Doa kita dikabulkan atau tidak itu semata-mata merupakan kehendak-Nya dan pasti yang terbaik sebagai jawab-Nya. Dikabulkan jangan membuat kita bermegah dan tidak dikabulkan jangan membuat kita berhenti berdoa atau malah lari dari iman kepada-Nya. Tidak jemu-jemu juga bukan berarti doa kita harus berpanjang-panjang atau menyiksa diri, tetapi tetap berpengharapan bahwa yang mengabulkan doa kita adalah Dia Allah kita yang Mahakasih. Bagi kita yang utama adalah memperlihatkan ketekunan itu sebagai pengakuan hidup kita adalah di tangan-Nya serta kesetiaan kita hingga Tuhan memanggil kita atau akhir zaman tiba.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah (3) Minggu XIX Setelah Pentakosta - 19 Oktober 2025
Khotbah Minggu 19 Oktober 2025 - Minggu XIX Setelah Pentakosta (Opsi 3)
KEBENARAN DAN IMAN (2Tim. 3:14 - 4:5)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XIX setelah Pentakosta ini diambil dari 2Tim. 3:14 - 4:5. Nas ini berbicara pada kita tentang kebenaran Alkitab dan iman yang berbuah untuk melakukan sesuatu. Timotius telah melihat dan merasakan penderitaan yang dialami oleh para pengikut Kristus saat itu, tetapi Rasul Paulus menegaskan agar Timotius tetap berpegang pada kebenaran yang telah diterima dan diyakininya, sebagaimana telah diajarkan kepadanya oleh neneknya dan keluarga, serta oleh Paulus sendiri (ayat 14-15).
Kebenaran Alkitab dijelaskan dalam ayat 16 berikutnya: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." Poinnya adalah, seluruh tulisan dalam Alkitab itu diilhamkan oleh Allah, ditulis oleh para hamba-hamba pilihan Allah dengan tuntunan Roh Kudus, dan dijaga kemurniannya melalui bapa-bapa gereja saat dikanonkan menjadi Kitab Suci orang percaya.
Tujuan Allah untuk memberikan Alkitab bagi kita, agar "tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik" (ayat 17). Dengan demikian setiap pengikut Yesus memiliki pegangan, standar, kanon, SOP, manual, benteng dan teladan bagi umat pilihan Allah dalam menjalani kehidupan ini. Semua itu sesuai dengan panggilan dan penetapan yang Allah berikan, dan kita diperlengkapi dengan talenta dan karunia rohani yang diperlukan.
Panggilannya adalah menjadi saksi, menjadi berkat, menjadi alat Tuhan dalam memberitakan firman, langsung atau tidak langsung, melalui perkataan atau perbuatan, pelaku kebenaran yang semuanya demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya (ayat 1). Masa kini, tantangan semakin berat, hambatan semakin besar, "lawan" semakin kuat, ajaran dunia semakin canggih yang serasa enak ditelinga, sehingga kita perlu saling mendukung, saling mendorong dan menguatkan (ayat 2-4).
Metoda pekabaran Injil (PI) tidak dapat lagi terbatas pada pendekatan lama, statis, diakonia semata, cukup menolong kaum miskin dan melakukan pemberdayaan, tetapi kini mesti diperkuat dengan pemahaman yang dalam tentang pribadi Kristus, memperbandingkan inti ajaran dan sejarah, serta esensi dan berkat mengikuti Kristus. Untuk itu kita diminta siap sedia, rela dan sabar dalam penderitaan, demi pekabaran Injil dalam setiap tugas dan pelayanan. Yang penting, jangan tidak peduli, dan terus bertanya: apa yang bisa saya lakukan untuk PI? Bila belum ada, bertanya pada hamba-hamba Tuhan, dan lakukanlah sesuatu sekarang. Tidak ada alasan untuk menunda.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah (2) Minggu XIX Setelah Pentakosta - 19 Oktober 2025
Khotbah Minggu 19 Oktober 2025 - Minggu XIX Setelah Pentakosta (Opsi 2)
RINDU PERUBAHAN (Yer. 31:27-34)
“Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku” (Yer. 31:33)
Salam dalam kasih Kristus.
Setelah beberapa minggu lalu firman Tuhan yang diberikan bagi kita tentang penghukuman (bangsa Israel), kini kabar baik disampaikan oleh Nabi Yeremia. “Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir” (ay. 31-32a).
Sebagai orang tua, ketika anak kita berperilaku tidak seperti yang kita kehendaki dan jauh dari firman Tuhan, kita merasa kecewa, marah dan mungkin menghukum. Tetapi semarah-marahnya, hati kita akan berbalik ketika melihat anak semakin menderita, memelas; dan di sisi lain, kita melihat mereka jatuh terjebak dan tidak berdaya, kalah melawan hasrat dunia dan kedagingan. Mereka pasti rindu akan pemulihan dan perubahan.
Itulah yang digambarkan firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini, Yer. 31:27-34. Sebelumnya umat Israel telah menyampaikan penyesalannya, mengaku dosa, dan berjanji untuk bertobat (ay. 18-19). Atas dasar itu, janji dan rencana pemulihan pun disampaikan. Penduduk Israel telah semakin menciut akibat perang dan penyakit, Allah akan melimpahi mereka dengan benih manusia dan benih hewan (ay. 27). Allah yang tadinya ingin menghukum lebih berat dengan meruntuhkan, menghajar dan mencelakakan, kini Allah akan menjadi penjaga yang setia bagi mereka untuk membangun dan menanam. Tidak akan ada lagi kesulitan makanan dan penyakit yang melanda akan segera lenyap (ay. 28-30).
Tetapi rencana pemulihan itu harus diikat oleh perjanjian yang baru. Perjanjian antara Allah dengan Musa yang pada waktu membawa mereka keluar dari tanah Mesir, akan diperbarui, meski perjanjian itu sendiri telah mereka ingkari. Allah menginginkan sesuatu yang baru dalam perjalanan bangsa itu ke depan. Kehidupan keagamaan umat Israel bukan lagi didasarkan pada aturan imamat yang ketat dan legalistik, tetapi “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku” (ay. 31).
Melalui nas ini kita bisa melihat bahwa kasih Allah begitu besar dan kekal (ay. 20). Dia tidak ingin menghukum dan menghancurkan anak-anak-Nya; hukuman terjadi karena dosa dan ketidaktaatan. Dan terkadang Allah membiarkan penderitaan terjadi, dengan satu tujuan: mendidik dan membentuk agar lebih baik. Sangat wajar bila untuk itu diberikan syarat, diikat janji untuk memenuhinya. Nas ini juga menekankan bahwa melalui perjanjian yang baru, setiap orang akan bertanggung jawab atas dosa mereka sendiri (ay. 30).
Allah telah menggenapi janji-Nya melalui Yesus Kristus, sebuah Perjanjian Baru untuk memperoleh keselamatan melalui penebusan dosa. Telah terbuka pintu bagi siapa pun yang ingin ada perubahan dalam hidupnya. Kasih Allah demikian besar bagi mereka yang takut dan berharap akan Dia (Mzm. 33:18). Allah memberikan Roh Kudus sesuai janji-Nya, menaruh Firman dalam batin dan menuliskannya dalam hati, dan bukan pada loh batu.
Kini kembali kepada kita masing-masing, bagaimana kita menilai dalam menjalani kehidupan saat ini. Apakah kita cukup puas dan bahagia? Apakah kita merasa belum optimal berbuah dan menjadi berkat? Apakah kita rindu akan perubahan dan sebuah dorongan?
Ikatlah janji dengan Tuhan bahwa kita ingin dipakai-Nya. Canangkanlah, dan rencanakan sesuatu yang baru. Jalanilah bersama Roh Kudus yang akan menjadi penjaga setia untuk membangun dan menanam, menjauhkan semua rintangan dan penyakit, agar hidup kita semakin berbuah karena dipakai-Nya. Jangan menunda. Tuhan rindu dan setia menantikan hal itu.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Kabar dari Bukit, Minggu 12 Oktober 2025
Kabar dari Bukit
GURU, NABI, RAJA DAN JURUSELAMAT (Mzm. 66:1-12)
”Pergilah dan lihatlah karya-karya Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia” (Mzm. 66:5)
Ada banyak sebutan di Alkitab yang diberikan kepada Yesus. Selain Tuhan, Anak Allah, Anak Manusia, Mesias atau Kristus, ada gelar Guru, Nabi, Raja dan Juruselamat. Juga sebutan lain, seperti Firman yang hidup, Anak Domba Allah, Terang Dunia, Putra Daud, Kepala Jemaat, Roti dan Air Hidup, Pokok Anggur yang benar, Imam Besar Agung, Gembala yang baik, Alfa dan Omega, Jalan, Kebenaran dan Hidup. Semua ada ayatnya.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Mzm. 66:1-12. Ini mazmur ucapan syukur dan ajakan agar seluruh bumi ikut bersyukur. Dasarnya adalah pengalaman bangsa Israel tentang betapa dahsyat Allah dalam perbuatan-Nya (ay. 1-7), perlindungan dan pertolongan dalam perjalanan hidup mereka (ay. 8-12).
Tentu kita tidak mengalaminya. Pertolongan dan kekuasaan dahsyat Allah mungkin juga kita tidak/belum merasakan langsung. Namun kita cukup melihat keajaiban ciptaan-Nya yakni alam semesta. Ilmu pengetahuan dengan berbagai teori terus meraba-raba proses terjadinya, yang tidak dapat dibuktikan. Demikian pula seisi bumi berupa tumbuhan, hewan apalagi manusia. Mekanisme dalam tubuh manusia belum seutuhnya diketahui. Berbagai penyakit yang timbul masih misteri. Semua itu memperlihatkan bahwa ada yang mengetahui dan mengendalikan, yakni Allah Pencipta. "Sebab hidup kami ini adalah hidup berdasarkan iman, bukan berdasarkan apa yang kelihatan" (2Kor. 5:7).
Dalam PB kita mengenal Allah di dalam Pribadi Yesus. Kita bersyukur beriman kepada-Nya, dan iman tersebut adalah anugerah, pemberian Allah (1 Kor. 12:9a). Iman bukanlah hasil karya pikiran, melainkan buah dari hati (Rm. 10:10a). Boleh saja jalan beriman kepada Yesus berbeda bagi setiap orang: dari kelahiran hingga pengalaman hidup yang istimewa. Semua ini sah sebab cara Tuhan memanggil umat-Nya merupakan misteri kehidupan. Kita dipanggil dengan tuntunan Ia sebagai Guru, Nabi, Raja dan Juruselamat kita.
Yesus adalah Guru yang terbaik. Ia memberi kita pengajaran luar biasa. Tiada yang lebih hebat dari-Nya khususnya tentang kasih, pengampunan dan mengasihi musuh. Kita diminta melakukan hal-hal kebaikan, bahkan kejahatan harus dibalas dengan kebaikan (Rm 12:17; 1Pet. 3:9).
Yesus adalah Nabi. Keberadaan-Nya didahului ratusan nubuatan di PL. Nubuatan-Nya pun banyak yang terbukti, mulai dari kematian dan kebangkitan-Nya, penyangkalan Petrus, pengkhianatan Yudas, kehancuran Bait Allah, dan Injil telah tersebar ke seluruh dunia (Mat. 24:14; 28:18-19). Ia juga memberi gambaran akan masa depan tentang bumi baru dan langit baru bagi kita (2Pet. 3:13; Why. 21:1-4).
Yesus adalah Raja. Berbeda dengan pengharapan orang Yahudi Ia sebagai Raja menggantikan penjajah Romawi. Tetapi bagi kita Yesus adalah Raja dari segala raja, yang memerintah hidup kita. Menempatkan Yesus sebagai Raja dalam kehidupan berarti kita tunduk dan patuh kepada-Nya. Ini adalah pilihan hidup yang didasari iman.
Yesus adalah Juruselamat. Jelas. Malaikat mengumumkan, "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan" (Luk. 2:11; Kis. 4:12). Ia menyelamatkan kita bukan karena kehebatan kita. Ia menggantikan kita di atas kayu salib, menderita dan mati, maka kita selamat menuju kekekalan. Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan mati. Tetapi sebagai manusia berdosa, Ia akan menjadi Pembela kita (Rm. 8:34; 10:9; 1Yoh. 2:1).
Oleh karena itu sungguh layak kita memuji Dia. Marilah “Bersorak-sorailah bagi Allah..., mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!” (ay. 1-2). Sudahkan kita ikut?
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles M. Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu IV Adven - 21 Desember 2025Khotbah Minggu IV Adven – 21 Desember 2025 DIPANGGIL MENJADI...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu IV Adven - 21 Desember 2025Khotbah Minggu IV Adven – 21 Desember 2025 (Opsi 2) NAMANYA...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu IV Adven - 21 Desember 2025Khotbah Minggu IV Adven – 21 Desember 2025 (Opsi 3) MENOLAK...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 34 guests and no members online
