Thursday, November 21, 2024

2021

Renungan Jumat Agung 2 April 2021

Renungan Jumat Agung

 DERITA 18 JAM (Mzm. 22)

_Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?_ (Mzm. 22:2)

 

Firman Tuhan bagi kita di Jumat Agung ini sebagai peringatan dan mengenang kematian Tuhan Yesus diambil dari Mzm. 22. Mazmur ini gambaran penderitaan yang ditinggalkan Allah (ayat 2-3, 12, 20), ditolak manusia (ayat 7-8), rasa sakit yang tidak tertehankan (ayat 15-16) dan ada musuh yang sangat kejam (ayat 17-19). Perasaan ini yang terjadi pada Tuhan Yesus, saat Ia di kayu salib dan kemudian mendesah: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (band. Mat. 27:46b).

 

Penderitaan Tuhan Yesus dimulai saat Ia ditangkap di bukit Getsemani, setelah Yudas berkhianat. Pengadilan terhadap-Nya langsung dari tengah malam itu melalui rangkaian panjang. Itu terjadi karena saling melempar tanggungjawab.

 

  1. Yesus dibawa kepada Hanas, mantan Imam Besar, mertua Kayafas;

 

  1. Hanas menolak mengadili, merasa sudah pensiun, sehingga mereka membawa Yesus kepada Kayafas, yang baru ditetapkan sebagai Imam Besar. Ada banyak kesaksian palsu dari Sanhedrin;

 

  1. Yesus dibawa ke depan sidang Sanhedrin, yakni para tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat yang merupakan Mahkamah Agama Yahudi. Dalam sidang formalitas ini Yesus ditetapkan dihukum mati;

 

  1. Namun hukuman mati hanya boleh atas persetujuan penguasa Romawi. Tuhan Yesus kemudian dibawa ke Pilatus, Gubernur Yudea. Tetapi Pilatus melihat Yesus tidak bersalah, sehingga ia menolak menyetujui hukuman mati. Pemimpin Yahudi berkeras dan akhirnya Pilatus menghindar dengan berdalih bahwa itu bukan wewenangnya. Pilatus tahu bahwa Yesus dari wilayah Galilea dan penguasanya adalah Herodes yang pada waktu itu sedang berada di Yerusalem;

 

  1. Dalam sidang di hadapan Herodes, Yesus diam dan tidak mau berkata apapun. Lalu Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olok Dia, mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus;

 

  1. Pilatus cuci tangan dan menyetujui hukuman mati. Ucapannya yang sangat terkenal adalah: “Apakah kebenaran itu?” (Yoh. 18:38).

 

Selama proses itu Tuhan Yesus dibelenggu dan banyak yang memukuli-Nya, meludahi-Nya, mengolok-olok, dan bahkan memukul di kepala-Nya. Kemudian Yesus dipaksa memikul salib-Nya melewati via dolorosa, meski kemudian digantikan oleh Simon dari Kirene, karena tubuh-Nya sudah lemah. Akhirnya, tubuh-Nya dipakukan di kayu salib di antara dua penjahat. Di atas kayu salib, terpaku, Ia mengucapkan tujuh kalimat dengan yang terakhir: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku" (Luk. 23:46). Sungguh sebuah tragedi derita yang menyayat hati dan berlangsung selama 18 jam.

 

Tetapi pemazmur nas ini menegaskan imannya, bahwa Allah telah begitu baik kepadanya (ayat 4-6). Allah tidak akan meninggalkan anak-anak-Nya, sehingga ia akan tetap memasyhurkan nama-Nya dan mengajak yang takut akan Tuhan agar tetap memuji Dia (ayat 23-24, 26). Sebab segala kaum dan ujung bumi serta bangsa-bangsa akan sujud dan berbalik dan memberitakan keadilan-Nya (ayat 28-32).

 

Melalui nas Mzm. 22 di Jumat Agung ini kita orang percaya diminta untuk mengenang dan memperingati kematian Tuhan Yesus dan penderitaan-Nya, untuk menanggung dosa-dosa kita, sebab Ia tidak berdosa. Enam pengadilan dijalani-Nya, hanya ada kesaksian palsu dan mereka yang ingin melepaskan tanggung jawab. Demikian pula kita yang mungkin saat ini ada dalam pergumulan dan penderitaan, termasuk karena dampak wabah Covid-19 ini, tetaplah dalam iman bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dan akan memberikan pertolongan yang tepat bagi kita yang berserah kepada-Nya. *Selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.*

 

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

 

Kabar dari Bukit 28 Maret 2021

Kabar dari Buki 

MASALAH DAN TUHAN

 

Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: "Engkaulah Allahku!" (Mzm. 31:16)

 

Kita memasuki Minggu Sengsara, minggu keenam masa Pra Paskah. Dalam leksionari disebut hari ini sebagai Liturgy of the Passion, atau Liturgy of the Palms. Umat Katholik mengekspresikannya dengan membawa daun palem, mengingatkan umat menyambut Tuhan Yesus menunggang keledai saat memasuki kota Yerusalem, sebuah simbol perdamaian, menjelang akhir pelayanan-Nya. “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan," seru orang-orang yang mengikutinya (Mrk. 11:8-9; Why. 7:9-10).

 

Firman Tuhan bagi kita hari ini, Mzm. 31:10-17, ditulis oleh Raja Daud. Ia meratap, merasakan sengsara: sesak, sakit hati dan mata, tubuh dan jiwa merana. Rasa duka dan keluh kesah menguasai, tulang pun menjadi lemah (ayat 10-11). Dan yang lebih membuat derita Daud lebih besar, semua temannya lari menjauh. Musuh-musuh dan yang tidak menyukainya, mencela dan berbisik-bisik, ingin mencelakakan bahkan membunuhnya (ayat 12-14). Dan itu jugalah yang dialami Tuhan Yesus setelah Ia ditangkap di atas Bukit Zaitun (Mat. 26:47-56; Luk. 22:47-48). Penderitaan 18 jam menjelang akhir hidup-Nya di Golgota di hari Jumat Agung.

 

Derita dan kesengsaran tentu bisa juga datang ke dalam kehidupan kita. Kadang tidak terduga; bisa dari masalah sepele, atau dari soal pelik yang memusingkan kepala. Datangnya pun tidak semuanya soal benar atau salah, seperti Yesus mengalaminya. Namun ketika masalah besar datang, dampaknya selalu menyusahkan tubuh dan jiwa.

 

Ada banyak teori tentang metode pemecahan masalah (problem solving method). Tetapi secara umum ada kesamaannya, yakni: kenalilah dahulu masalahnya secara rinci, bila perlu cek ulang atau klarifikasi. Apa goal yang dicapai bila masalah tersebut diselesaikan? Lalu lihat dampaknya bila ditunda atau tidak diselesaikan. Kadang hal ini yang sering terjadi, orang lari dari masalah. Akibatnya, berlarut-larut dan semakin besar.

 

Padahal, bila dilihat detail dan tahu akar masalahnya, semua bisa diselesaikan. Bila ada masalah, selalu ada solusi. Masalah ada untuk dipecahkan, bukan dihindari. Caranya, mulailah selalu dari bagian gampangnya, solusi kecil. Memang kadang solusi besarnya pahit, tapi tidak apa-apa. Yang utama, jangan karena kita tunda atau hindari, orang lain menjadi susah menderita. Lebih baik kita yang berkorban. Itulah ciri orang Kristen.

 

Jangan juga terlalu cepat membawanya kepada Tuhan. Manusia telah diberi akal pikiran dan hikmat, serta pengetahuan untuk bisa menyelesaikan masalah. Jangan menyederhanakan dengan mengatakan Yesus adalah jawaban, sementara tidak jelas masalah dan pertanyaannya. Ini bukan dimaksudkan “meminggirkan” Tuhan, tetapi semua ada porsinya. Jangan seperti orang "mabuk agama". Oleh karena itulah, sangat dianjurkan setiap pagi, orang percaya berdoa memohon pimpinan dan pertolongan Tuhan. Dampaknya, kita ada di dalam naungan Tuhan dan berjalan bersama Tuhan sepanjang hari. Tetapi jangan lupa juga, doa pagi hari, baiknya ditutup dengan ucapan syukur dan terima kasih di malam hari. Doa pendek oke, yang penting lapor kepada Tuhan.

 

Sebagaimana Daud dan Tuhan Yesus dalam penderitaannya, mereka tetap berpegang kepada Tuhan. “... kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: "Engkaulah Allahku!" (ayat 16). Itu kuncinya. Ketika derita dan kesengsaraan datang, imanilah Allah adalah Penolong dan setia. Tidak mencari kuasa lain. Tuhan Yesus pasti mendengar dan Wajah-Nya tidak berpaling membiarkan kita jatuh tegeletak (ayat 17; Mzm. 37:24). “Masa hidupku ada dalam tangan-Mu”, ujar Daud di ayat 16. “Kehendak-Mulah yang terjadi” kata Yesus dalam doa-Nya sebelum ditangkap, meski sebelumnya Ia memohon cawan (penderitaan) itu diambil dari-Nya (Luk. 22:42).

 

Mari kita hayati Minggu Sengsara ini dengan keyakinan dan mengingat Dia, bahwa bila ada masalah, semua bisa kita lalui. Jadikan Tuhan sumber kekuatan. Allah Mahatahu. Ya kadang Ia membiarkan kita melewatinya, sebagai ujian iman untuk lebih dekat kepada-Nya. Bila timbul rasa takut di awal, itu wajar. “Pikullah kuk yang kupasag...,” kata Yesus. “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:13). Maka, elukanlah Dia, dan kemuliaan hanya bagi-Nya. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 21 Maret 2021

Kabar dari Bukit

DOSA DAN DOSA ASAL

 

Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku (Mzm. 51:7)

 

Manusia lahir ke dunia ada yang mengibaratkan jiwanya bagaikan selembar kertas putih, putih polos, tidak berdosa. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa ada dosa yang ditanggung oleh keturunan seseorang, hingga yang ketiga dan keempat, bila ia melakukan dosa dan tidak membereskannya (Kel. 20:5). Raja Daud juga dalam ayat di atas menegaskan hal tersebut. Para ahli pun menyebut hal ini sebagai dosa asal, dosa turunan, merupakan menjadi kodrat manusia. Tetapi doktrin ini masih sering diperdebatkan.

 

Ayat di atas yang menjadi bagian dari firman Tuhan bagi kita minggu ini, yakni Mzm. 51:1-15, dapat juga dimaknai berbeda, dan dapat diterima semua pihak, bahwa manusia sejak lahir telah memiliki kecendrungan berbuat dosa. Bila seseorang tidak dekat dan mengenal Tuhan dengan baik serta tidak lahir baru, maka kecendrungan itu semakin besar. Demikian pula jika orang tersebut lebih mengikuti keinginan daging dan hati manusianya yang egois, godaan dunia dan iblis, maka dosa semakin tidak tertahankan lagi menjadi jerat yang kuat. Jerat, berarti terperangkap, satu dosa melahirkan dosa lain, dan seterusnya, hingga tidak bisa lepas.

 

Mzm. 51 ini merupakan pengakuan dosa yang indah dari Raja Daud, atas kesalahannya mengambil Batsyeba sebagai istrinya. Semula Batsyeba adalah istri Uria, komandan perang Daud. Jahatnya Daud tidak berhenti, ia kemudian menjerat Uria dengan membunuhnya secara tidak langsung, dan berpikir Batsyeba akan sebagai janda pahlawan yang diselamatkannya. Sayangnya, Tuhan Mahatahu semuanya, dan mengirim nabi Natan untuk menegur Daud. Setelah dituduh telak oleh Natan, bahkan dengan nubuatan Daud akan menanggung dosa tersebut dengan kematian empat anak-anaknya. Terbukti, Daud harus melewati hidupnya dengan penuh tangis dan dukacita atas kematian anak-anaknya itu.

 

Daud melakukan dosa karena ada kecendrungan dosa atau natur dosa dalam dirinya. Saat melihat Batsyeba sedang mandi, ia tidak berkuasa melawannya; Ia jatuh, terpuruk, dan dihukum. Demikian pula kita dalam kehidupan ini. Dan Alkitab mengatakan, “semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23). “Upah dosa ialah maut” (Rm. 4:4). Kadang memang hukuman tidak seketika atau di dunia ini, tetapi di dalam pengadilan Allah yang kelak tidak seorangpun dapat menyangkalnya. Mereka yang tidak bisa membereskan dosanya saat di dunia, maka kita tahu neraka kekekalan dengan jerit tangis dan kertak gigi menjadi bagiannya (Mat. 13:50).

 

Mari kita belajar dari Daud dan sekaligus tahu pengampunan diberikan. Meski ia telah mendengar semua “kutukan” perbuatannya dari nabi Natan, ia tetap mengakui dosanya. Yang pertama dilakukannya adalah, memohon pengasihan: kasihanilah aku ya Allah (ayat 3a). Ya, semua memang bermula dari belas kasih, bukan kuasa, bukan pembelaan diri. Ia jujur dengan mengaku sadar akan pelanggarannya, meski Tuhan telah memberinya hikmat dan kebenaran. Daud juga tidak menyalahkan Batsyeba atau iblis penggoda. Ia menerima sebab ia tahu Allah adalah adil (ayat 6).

 

Ia juga tahu Allah Maha Kuasa dan mampu memulihkannya. Tuhan berkuasa untuk membersihkan dosanya dengan hisop, yang kotor dibasuh dan menjadi lebih putih dari salju! Daud rindu kegembiraan hatinya bersama Tuhan dipulihkan. Lalu ia pun memohon pentahiran, karena itulah kunci untuk kembali ke dalam kasih setia Tuhan. Ia tidak mau Roh Tuhan diambil dari dalam hatinya (ayat 13), seperti meninggalkan Saul yang digantikannya sebagai raja (1Sam. 16:14).

 

Langkah berikutnya adalah, ketika kita memohon pengampunan, kita perlu berjanji melakukan sesuatu untuk Tuhan. Tidak cukup hanya berubah, tapi harus berbuah. Jika ingin Tuhan mengampuni dosa-dosa kita, berjanjilah untuk melakukan sesuatu. Sama seperti Daud, berjanji untuk mengajarkan jalan kebenaran Tuhan kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Nya. Daud juga berjanji akan terus bersorak-sorai memberitakan keadilan Tuhan (ayat 15). Sudahkah kita melakukan itu? Kasih setia Allah selalu tersedia. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu 28 Maret 2021

Minggu VI Pra Paskah –Minggu Palma, Masa Sengsara

ELUKAN RAJAMU (Yoh. 12:12-16)

 

....mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru; “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” (ayat 13).

 

Firman Tuhan pada Minggu Palem ini Yoh. 12:12-16 berbicara tentang Yesus memasuki kota Yerusalem. Ia naik keledai dan dielu-elukan oleh orang banyak, menyambut-Nya dengan lambaian daun palem, sebuah tradisi Yahudi menyambut raja, dan berseru-seru menyongsong Dia. Ini juga sebuah penggenapan nubuatan PL (Mzm. 118:26; Za 9:9).

 

Yesus saat itu baru saja melakukan mukjizat, membangkitkan Lazarus dari kematian sehingga semakin populer. Orang banyak berharap Dia adalah Mesias yang membebaskan bangsa Yahudi dari penindasan penjajah Romawi. Tetapi Yesus memperlihatkan sikap yang berbeda. Ia tidak menunggang kuda, tetapi hanya keledai muda; sikap kerendahan hati dan keberanian, yang sekaligus bertujuan membalikkan persepsi orang terhadap-Nya. Kerajaan yang dibangun-Nya adalah kerajaan rohani dan sorgawi, bukan politik dan kekuasaan. Itulah pesan pertama-Nya.

 

Pesan kedua nas ini, kedatangan-Nya ke Yerusalem dan kematian-Nya adalah pintu keselamatan menuju kerajaan damai sejahtera. Penggunaan kekerasan dan penguasaan terhadap sesama tidak memiliki tempat bagi-Nya. Ia datang ke dunia sebagai Mesias dan Raja. Kita umat percaya adalah utusan-Nya untuk memperluas kerajaan-Nya tersebut. Terkadang kita perlu berkorban dan bahkan menderita demi hal itu, tetapi Yesus mengatakan agar kita tidak takut (ayat 14-15).

 

Pesan ketiga, palem adalah simbol kemenangan; kemenangan atas dosa, penderitaan dan kematian. Palem adalah simbol untuk damai, dan kita mesti hidup damai dengan diri sendiri dan orang lain. Peristiwa ini juga mengingatkan kita agar jangan seperti orang banyak saat itu; sebentar mereka mengelu-elukan Yesus, tetapi dalam sekejap mereka juga berteriak: Salibkan Dia! Itu terjadi karena pengharapan kerdil mereka tidak terwujud. Menempatkan Yesus sebagai Raja artinya kita siap menghadapi segala resiko dan konsekuensi. Bertahan, tegar dan taat. Yang utama, dalam iman kita berpegang, semua resiko itu akan berakhir dan ada palem kemenangan serta sorak sorai. Segala nubuat akan terjadi. Terpujilah Dia Yesus Raja kita. Selamat hari Minggu dan beribadah, Tuhan memberkati. Amin.

 

Pdt. Em. Ramles Manampang Silalahi.

Khotbah Minggu 21 Maret 2021

Minggu V Pra Paskah

KEMULIAAN DAN PENDERITAAN (Khotbah Yoh. 12:20-33)

 

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal” (ayat 24-25).

 

Firman Tuhan di Minggu V Pra Paskah, Yoh. 12:20-33, berbicara tentang pemberitaan Yesus tentang kematian-Nya. Para murid kedatangan pengagum Yesus dan ingin bertemu dengan-Nya. Ketika murid-Nya menyampaikan hal itu, respon Yesus sedikit berbelok topiknya. Ia malah menubuatkan saat kematian-Nya akan tiba, dan sekaligus menggambarkan caranya Ia akan mati.

 

Ada tiga analogi sebagai refleksi yang diberikan nas ini dan menjadi pengajaran bagi kita. Pertama, analogi biji gandum, yang jika tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Artinya, untuk bisa berkarya dan berbuah banyak dan bagus, maka perlu berkorban. No pain no gain. Kerja keras, kerja cerdas, memberi banyak dan berkorban banyak, maka hasilnya kelak akan banyak pula.

 

Kedua, analogi tentang yang ingin menyelamatkan nyawanya, malah akan kehilangan. Seseorang yang menyelamatkan nyawanya dengan mencintai dunia ini dan menikmati untuk dirinya sediri, maka pesan Yesus sangat jelas: ia akan kehilangan nyawanya yakni kehidupan yang kekal. Hidupnya akan putus dan berakhir tragis di alam neraka penderitaan. Ketiga, analogi tentang melayani. Jika ingin melayani Tuhan, maka ia harus taat mengikuti perintah-Nya, dan hatinya pun harus selalu terfokus pada kemuliaan Yesus, bukan untuk dirinya sendiri. Dengan begitu, maka yang tulus melayani Tuhan, kelak Bapa akan memuliakannya.

 

Refleksi dan analogi Yesus ini menggambarkan diri-Nya yang akan menjalani semua itu. Ia harus mati tersalib untuk bisa menjadi buah keselamatan bagi banyak orang yang percaya pada-Nya. Yesus tidak ingin mengikuti kehendak hati (kemanusiaan-Nya) dengan melarikan diri dan tidak taat pada misi Bapa. Cawan itu tidak berlalu dan Ia harus minum (Mat. 26:39,42). Hati-Nya tetap fokus pada Bapa dan Ia menyadari misi-Nya adalah melayani Bapa. Oleh karena itu dengan hati terharu, Ia menetapkan dan berkata: Bapa, muliakanlah nama-Mu!

 

Respon Bapa selalu dahsyat. Suara sorgawi meneguhkan bahwa keputusan-Nya sesuai dengan kehendak Bapa dan melalui ketetapan itu pula nama Yesus ditinggikan. Ia memilih jalan Bapa, meski berat.

 

Bagian terakhir nas ini sangat penting bagi kita, yakni pernyataan Yesus bahwa masa penghakiman telah tiba. Dunia ini dan kedagingan kita, akan terus menghadapkan kita pada pilihan: Ya atau Tidak. Bersediakah kita berkorban mematikan keinginan keduniaan kita? Apakah kita akan terus egois hanya memikirkan diri kita sendiri, tanpa peduli sesama dengan berharap itulah cara menyelamatkan jiwa? Apakah kita menyadari bahwa kita hadir di dunia dengan misi dan rencana Allah, dan untuk itu, siapkah kita untuk terus menjadi pelayan-Nya, di manapun kita berada dan ditempatkan?

 

Jika kita ingin ditinggikan dan dimuliakan kelak, maka tentu pilihannya sudah jelas. Teladan dan jalan telah diberikan-Nya. Selamat memilih dan siap berkorban. Selamat hari Minggu dan beribadah, Tuhan memberkati. Amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 620 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7406858
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
49973
61324
159624
7204198
441720
1386923
7406858

IP Anda: 162.158.162.189
2024-11-21 20:30

Login Form