Monday, November 25, 2024

Khotbah Minggu 7 Maret 2021

 

Minggu III Pra Paskah

BAIT SEJATI (Yoh. 2:13-22)

Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” (ayat 19).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini, Yoh. 2:13-22, bercerita tentang Yesus menyucikan Bait Allah; kisah langka saat Tuhan Yesus marah besar terhadap para pedagang di bait itu. Ia membuat cambuk dari tali, lalu mengusir mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah, dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan” (ayat 15-16).

Yesus marah karena pedagang mempermainkan jemaah - yang umumnya datang dari jauh - ingin mempersembahkan korban hewan sebagai penebus dosa (tekukur, merpati dan lainnya). Tetapi pedagang serakah pun menjual dengan harga tinggi. Bahkan ini juga melibatkan para pemimpin Yahudi, dengan cara kadang mereka tidak menyetujui hewan yang dibawa jemaah, agar dibeli dagangan yang ada. Pedagang lainnya mengambil kesempatan yakni jemaah wajib menukarkan uang persembahan, yang tentu dengan kurs yang merugikan. Licik. Mafia - itu mungkin istilah sekarang, keserakahan, curi kesempatan, semua itu janganlah masuk ke dalam gereja dan pelayanan.

Kemarahan Yesus - yang dikenal sebagai penyabar, pemberi ampun, penuh hikmat - pun dimaklumi. Ada batas yang dilewati, sudah karatan masalahnya, dan menyangkut Bait Suci, sehingga kemarahan itu wajar. Alkitab juga tidak melarang marah, sepanjang itu untuk kasih perbaikan, dan yang utama: hilang dalam sehari (Ef. 4:26). Kita bisa sebut itu marah yang produktif.

Pesan kedua, tanggapan salah terhadap kalimat Yesus. Mereka menafsir terlalu harfiah ucapan-Nya tentang "merombak dan membangun tiga hari Bait Suci", sehingga kehilangan makna dan maksud utama yang sesungguhnya. Ini juga terjadi di masa kini. Pembelokan makna, dan tujuan hilang. Persembahan jemaat, misalnya, lebih utama dipakai untuk kebutuhan bangunan fisik gedung gereja, kenyamanan, bahkan kemegahan, organisasi, sehingga kebutuhan diakonia dan rohani jemaat, terutama untuk pekabaran Injil ke luar gereja terabaikan.

Pelayanan di dalam gereja menjadi sesuatu yang lebih berharga dibanding di luar (lembaga) gereja. Koinonia menjadi utama dan makna pelayanan sesama pun terkikis. Tujuan utama Yesus dalam Luk. 4:18 seyogianya sangat jelas dalam ucapan-Nya: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku." Suara Tuhan yang belum membumi di gereja-gereja kita.

Keutamaan diri kita sebagai Bait Allah pun ditekankan nas ini. Pesan pra-paskah ini mengajak kita kembali memahami Bait Allah, yang utamanya bukan bersifat bangunan atau organisasi, tetapi Bait Allah sejati adalah tubuh-Nya sendiri (ayat 21). Nas ini memang membedakan kata pada ayat 13-18 (hiron) dengan ayat 19-20 (nahos). “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku” (ayat 17; Mzm. 69:10), perlu lebih dimaknai yakni kita semakin mengasihi Tuhan. Sebagai bagian tubuh Yesus, kita perlu menyatakan kasih Tuhan dalam diri sesama. Ini akan lebih memurnikan hubungan kita dengan Dia, kehidupan keagamaan kita, dan terutama lebih memahami makna panggilan-Nya dalam pelayanan. Dengan begitu, kita akan mendirikan kerajaan-Nya semakin nyata dan Tuhan bertahta bagi semua bangsa. Haleluya. Selamat hari Minggu dan beribadah, Tuhan memberkati, amin.

Pdt. Em. Ir. Ramles M. Silalahi, D.Min.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 513 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7554311
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
3002
4419
7421
7247234
589173
1386923
7554311

IP Anda: 162.158.162.188
2024-11-25 11:19

Login Form