Saturday, November 23, 2024

2021

Khotbah Minggu 24 Januari 2021

Minggu III Setelah Epifani

IKUTLAH AKU (Mrk. 1:14-20)

Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia. Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia" (Mrk. 1:17-18).

 

Firman Tuhan hari minggu ini, Mrk. 1:14-20, masih tentang pemilihan murid-murid oleh Tuhan Yesus. Nas minggu ini berkisah tentang pemilihan Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes, yang semuanya berlatar nelayan, penjala ikan. Para murid ini langsung taat dan ikut ketika Yesus meminta, dan tidak memperlihatkan ada keengganan seperti Natanael nas minggu lalu (Yoh. 1:43-51).

Menjadi murid sudah menjadi pilihan kita, sesuai dengan panggilan-Nya sejak dari kandungan dan pengakuan iman percaya. Sejak sekolah minggu kita mulai mengenal dan bertekun saat belajar katekisasi sidi. Kita terus bertumbuh dengan mendengar khotbah dan bacaan hal rohani, dan mungkin hanya sedikit yang lanjut memperdalam Alkitab, misalnya, dengan sekolah teologi formal.

Tetapi untuk menjadi murid Yesus sejati, ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan, sebagaimana dijalani empat murid dalam nas ini. Pertama, menyadari guru kita adalah Kristus sebagai pemegang kebenaran, dan tujuan kita adalah menjadi serupa dengan Dia. Jadi bukan untuk kehebatan diri. Kedua, kesadaran tentang proses pemuridan yang panjang, berarti bersedia untuk terus diajar, ditempa, diubah dan diperbaharui untuk bertumbuh. Murid-murid Yesus mengalaminya. Proses ini tidak bisa hanya di dalam "kelas singkat", bacaan teori atau bermain logika pengertian. Ketiga, memahami proses pemuridan itu sangat panjang, tidak instan selesai, dan bisa seketika merasa ahli dan benar. Menjadi murid dan mengikut Dia perlu pembentukan diri melalui kehidupan nyata berupa pelayanan lapangan dengan segala ujian dan badai cobaan. Oleh karena itu dasarnya ditekankan: perlu ada pertobatan yakni penyangkalan diri (ayat 15).

Menjadi murid sejati Kristus dan mengikut Dia, hendaknya tidak didasari untuk pemuasan ego dan intelektual semata, dengan menonjolkan logika dan kecerdasan analisis. Akibatnya, hasilnya yang terlihat hanya suka berdiskusi dan beropini serta penonjolan diri. Jangan juga hanya karena mengisi waktu (misalnya setelah pensiun), untuk mengenal lebih dekat dengan Dia, sehingga mencoba perlu menelaah ayat-ayat dengan cara tafsir atau kajian bahasa saja. Ini jelas tidak berkenan bagi-Nya.

Keinginan menjadi murid dan mengikut Dia haruslah bermotivasi untuk melayani Dia, dan berprinsip jalan itulah yang sangat efektip untuk memperluas kerajaan-Nya sebagaimana empat murid dalam nas ini. Dengan melayani-Nya, pengenalan dan pemahaman kita terhadap Dia akan lebih sempurna. Menjadi murid hanya mengenal melalui ayat-ayat, bagaikan sajian yang hambar tanpa garam; Bahkan, pengenalan cara seperti ini malah sering membawa ke arah yang salah dan melenceng.

Oleh karena itu Rasul Yakobus mengatakan, "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri" (Yak. 1:22). Artinya, menjadi murid tanpa mengikut dan melayani Dia, itu suatu tindakan menipu diri sendiri dan tidak sesuai dengan rencana dan kehendak Allah.

Menjadi murid dan mengikut Dia yang sudah menyelamatkan kita, hanyalah dengan berbakti bagi Dia, ikut memberitakan dan berkarya nyata melalui kasih sebagai bagian penjala manusia, sehingga semakin banyak orang yang diselamatkan. Pakailah waktumu, pikiran dan tenagamu, atau hartamu. Ikutlah Dia. Jadilah murid sejati, melayani-Nya, bukan murid yang menipu diri sendiri. Tuhan memberkati, Amin.

Pdt. Em. IR. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

Kabar dari Bukit Minggu 17 Januari 2021

 

Kabar dari Bukit

 BUKAN DAFTAR BELANJAAN (Mzm. 139:1-6, 13-18)

 

Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN (Mzm 139:4)

 

Firman Tuhan di Minggu hari ini, Mzm. 139:1-6, 13-18, dengan perikop: Doa di hadapan Allah yang maha tahu. Sejak awal tahun, penekanan bacaan firman menurut leksionari, adalah kekaguman dan rasa takjub serta hormat terhadap kekuasaan dan kebesaran Allah. Kali ini ungkapkan tentang kemahatahuan Allah atas segala sesuatu.

Raja Daud sebagai pemazmur meyakini bahwa hidupnya sejak dari kandungan telah diketahui Allah. ’Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya" (ayat 13-14).

Apakah benar demikian? Bagaimana logika kemahatahuan Allah terhadap hidup seseorang? Daud dengan lugas mengatakan dengan rinci: ”Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.... Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring “(ayat 2-3).

Tentu semua adalah iman dari akal sehat yang berpegang, bahwa ada Kuasa yang mengendalikan alam semesta ini beserta seluruh isinya. Tidak ada sesuatu tanpa penyebab, dan semua ada awalnya serta tentu juga pasti ada akhirnya. Soal ada pembaruan bumi baru langit baru itu tidak masalah. Ilmuwan besar seperti Einstein dan filsuf besar Immanuel Kant juga sampai pada kesimpulan itu. Oleh karena itu pemazmur menuliskan dengan cara sederhana, “Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya ... Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah” (ayat 6 dan 17). Maka benar, ketika akal pikiran tidak mencapai, imanlah yang bekerja.

Pemahaman ini juga membawa kita pada prinsip tidak ada hal yang tersembunyi bagi Tuhan. Manusia tidak dapat berbuat seenaknya, khususnya terkait dosa, seolah-olah tidak ada yang mengetahui. Allah melihat dan maha tahu serta menilai semuanya kelak. Tetapi setiap perbuatan baik yang kita lakukan yang bukan untuk kepentingan diri sendiri, yang tidak dilihat orang, Allah maha tahu. Tujuan dari itu adalah agar Allah dapat melindungi kita sesuai dengan rencana-Nya (ayat 15).

Mazmur ini juga mengatakan bahwa segala sesuatu itu telah tertulis dalam Alkitab. Iman jelas harus berlandaskan “sesuatu” dan bukan atas pandangan orang seorang. Jika ada orang tidak percaya Tuhan karena mengikut filsuf Nietzsche atau lainnya, ya itu kurang berkhikmat saja. Bagi kita orang percaya, pedoman hidup itu adalah Alkitab. “... Dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya,” demikian ditulis di ayat 16. Alkitab adalah jalan kita mencari jawaban dari Tuhan atas segala peristiwa yang terjadi.

Hal terakhir pesan nas ini kepada kita, doa ternyata tidak harus berupa permintaan. Mazmur ini adalah doa kepada Tuhan berupa pujian dan sanjungan. Maka mari kita hindari membuat doa sebagai shopping list atau daftar belanjaan keperluan kita kepada Tuhan. “Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN,” itu pengakuan pemazmur bahwa Allah tahu yang perlu bagi kita.

Tugas kita adalah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk semakin layak dipakai menjadi alat kemuliaan-Nya, dan dapat dapat melihat hal besar (Yoh. 1:43-51). Dan jangan lupa, doa pokok kita saat ini agar kita dan keluarga selamat dari Covid-19, hingga badai ini berlalu. Tetaplah memuji dan memuliakan Tuhan, maka hidup kita akan dipakai sesuai dengan rencana indah-Nya. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Kabar dari Bukit 10 Januari 2021

Kabar dari Bukit

 

SUARA TUHAN (Khotbah Mzm. 29)

 

Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan! (Mzm. 29:1-2)

 

 

Firman Tuhan di Minggu pertama setelah Epifani hari ini, Mzm. 29, terdiri dari 11 ayat dengan judul perikop: Kebesaran Allah dalam badai. Mazmur yang ditulis Raja Daud ini sangat khusus, yakni mengajak penghuni sorga untuk memuliakan dan sujud kepada Tuhan.

 

Ada tujuh kali “Suara Tuhan” dituliskan dalam nas ini, dengan berbagai ekspresi gambaran betapa besarnya kuasa dan kemuliaan Tuhan (ayat 3-9). Ia berkuasa mengatur alam semesta agar umat-Nya terlindungi dari badai dan musuh-musuh yang ada.

 

           Suara TUHAN di atas air;

           Suara TUHAN penuh kekuatan;

           Suara TUHAN penuh semarak;

           Suara TUHAN mematahkan pohon aras, ... membuat gunung Libanon melompat-lompat seperti anak lembu, dan gunung Siryon (Hermon, Ul. 3:9) seperti anak banteng;

           Suara TUHAN menyemburkan nyala api;

           Suara TUHAN membuat padang gurun gemetar;

           Suara TUHAN membuat beranak rusa betina yang mengandung, bahkan, hutan digundulinya.... TUHAN bersemayam di atas air bah;

 

Melalui tujuh ungkapan suara itu, menjadi mudah kita mengerti, bahwa Allah pencipta langit dan bumi serta segala isinya benar adalah Roh. "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" (Yoh. 1:1). Roh Allah berfirman, bersabda, dan titah-Nya tidak ada yang bisa membantah (Rm. 9:20; Ay. 9:13-15).

 

Umat Israel percaya mereka adalah anak-anak Allah, warga pilihan sorgawi (Kej. 6:2; Ul. 14:1, 32:8; Kis 17:28; Rm. 9:4). Kita pun yang percaya kepada Tuhan Yesus, yang dipersatukan melalui baptisan, dipanggil dan dipilih, kewargaan kita adalah di dalam sorga (Flp. 3:20a). Maka kita pun diingatkan oleh pemazmur ini, keberadaan kita diciptakan agar tetap tergantung kepada-Nya, dan tetap memuji dan memuliakan Dia.

 

Saat ini kita dalam badai pandemi Covid-19. Kiranya “Suara Tuhan” terus datang ke dalam hati kita, mengingatkan kuasa dan kebesaran-Nya, serta rencana perlindungan-Nya.

 

Hal kedua yang diminta nas minggu ini, agar kita sujud kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan (ayat 2b). Kekudusan hidup kita terus dijaga dengan rasa hormat, melalui proses yang berkesinambungan, dengan tekad pada pembaruan dan pengakuan, bahwa Allah di dalam TUHAN Yesus itu Mahakuasa, Raja yang bersemayam selama-lamanya, dan hidup kita diberi semata-mata untuk dipakai bagi kemuliaan nama-Nya (ayat 2a, 10). Tetaplah setia.

 

Jika kita tanggap terhadap suara-Nya, pesan ketiga nas ini adalah: Tuhan akan menjauhkan badai Covid-19 dan “air bah dan padang gurun” dari hidup kita menjalani tahun 2021 ini. Ada jaminan pemeliharaan dalam janji-Nya di ayat 11: “TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!” Terpujilah TUHAN. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu 17 Januari 2021

Minggu II setelah Epifani

MELIHAT HAL BESAR (Yoh. 1:43-51)

 

Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu" (ayat 50).

 

Firman Tuhan di hari Minggu II setelah Epifani, Yoh. 1:43-51, bercerita tentang pemilihan 12 murid-murid Yesus. Dalam nas ini dijelaskan tentang pemilihan Filipus dan Natanael (=Bartolomeus), dan Yesus memilih murid-murid-Nya berdasar latar belakang yang beragam, sehingga menjadi kesatuan dalam mengemban misi-Nya ke dunia. Meski Yudas akhirnya jatuh, panggilan kepada Paulus menggenapi kembali 12 murid yang setia.

 

Sebagai orang percaya, kita dipilih dan dipanggil menjadi murid-murid-Nya. Terkadang ada keraguan dan bahkan perlawanan, sebagaimana Natanael yang berucap ketika dipanggil: "mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Nazaret adalah kampungnya Yesus.

 

Mayoritas kita mungkin menjadi Kristen karena keturunan, bukan "panggilan" langsung. Tetapi kita tetap percaya sudah dipilih dan ditenun sejak dari kandungan ibu menjadi seorang pengikut Kristus (Mzm. 139:13; Gal. 1:15). Ini membuat kita spesial dan berharga karena Allah mengasihi kita. Allah mengasihi kita bukan karena kita berharga. Terbalik.

 

Sikap ragu, pasif, apalagi berprasangka, seperti Natanael, dapat membuat kita seperti penonton dalam gebyar kehidupan yang terus melesat. Pikiran negatif, apalagi merendahkan orang lain, membuat kita buta dan tidak dapat melihat hal-hal besar yang terjadi dalam karya roda kehidupan yang berjalan.

 

Dalam keseharian, kita adalah anggota sebuah komunitas, organisasi, gereja atau bentuk perkumpulan lainnya. Yang jelas, misalnya, kita anggota kumpulan/persekutuan tertentu. Pertanyaannya: adakah kita masih ragu dan hanya bertanya, apa yang baik dari kumpulan tersebut? Jika ada, sudahkah kita ikut mengambil bagian dalam karya kebaikannya? Jika belum ikut, apa alasannya: ragu, merasa tidak mampu, atau ada prasangka? Maka, kini saatnya berubah. STOP. Tanyakan, mengapa aku ada di perkumpulan tersebut, dan apa rencana Tuhan bagiku? Kalau kita percaya dan ingin merespon, Tuhan akan memberikan hal-hal yang lebih besar, sehingga kita lebih percaya dan diberkati lagi.

 

Iman dan pengharapan yang teguh membuat kita memandang rencana Tuhan indah bagi setiap orang. Maka ketika kita berada dalam sebuah situasi dan kondisi sebuah kumpulan, Tuhan pasti punya rencana. Jangan "lari" atau menjadi "kopeg", bebal dengan berbagai alasan. Kita senantiasa harus siap untuk diubah dan dibentuk sesuai rencana dan kehendak-Nya.

 

Mulailah dengan sesuatu yang kecil ikut berbuat, sebab Tuhan melihat segalanya. Jika kita tetap tidak peduli, maka kita tidak akan melihat hal-hal yang lebih besar atas karya Allah, baik di sorga maupun di bumi melalui diri kita. Bahkan juga, kita tidak akan melihat langit yang akan terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia (band. Yeh. 1:1).

 

Janganlah pasif dan cuek, yang hanya jadi penonton. Itu bukan murid Kristus sejati. Kita malah akan terus dibutakan. Kita diciptakan dengan talenta dan karunia yang siap dikaryakan. Ikutlah dan lakukan sesuatu. Tuhan memberkati, amin.

 

Pdt. Em. Ir. Ramles M. Silalahi, D.Min.

Khotbah Minggu 10 Januari 2021

Minggu I Setelah Epifani

BAPTISAN ROH DAN API (Mrk. 1:4-11)

 

Epifani, atau epiphania, adalah hari raya Penampakan Tuhan yang diperingati pada tanggal 6 Januari, sekaligus memperingati kedatangan orang-orang Majus yang mengunjungi bayi Yesus yang baru lahir. Bila tanggal 6 Januari tidak pas hari Minggu, maka diambil hari Minggu yang terdekat. Demikianlah pedoman gerejawi.

 

Firman Tuhan di Minggu Epifani hari ini dari Mrk. 1:4-11, berbicara tentang pembaptisan Tuhan Yesus. Gereja (Timur) memperingatinya sebagai manifestasi Yesus Kristus memulai karya pelayanan-Nya sebagai Anak Allah.

 

Kita tahu Yesus dibaptis oleh Yohanes bukan untuk bertobat karena telah berbuat dosa. Yesus ingin memperlihatkan kerendahan hati-Nya, sama dengan kita, sekaligus peneguhan-Nya masuk ke dalam pelayanan umat Yahudi. Peneguhan ini penting untuk penggenapan PL akan kedatangan sang Mesias, yakni didahului oleh Yohanes sebagai "suara orang yang berseru-seru di padang gurun" (Yes. 40:3). Yohanes awalnya menolak membaptis, tetapi Tuhan Yesus mengatakan, “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Mat. 3:15).

 

Baptisan Yesus juga gambaran awal akan kematian-Nya di kayu salib (Luk. 12:50), dan kemenangan atas kematian tersebut dengan kebangkitan-Nya. Yohanes menyadari pesan ilahi dan kehendak-Nya dengan mengatakan: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus” (ayat 7-8).

 

Dalam Mat. 3:11 ditambahkan, Ia membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Artinya, dengan kita orang percaya dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka Roh Allah "menyelubungi" dan memimpin kita dalam menjalani kehidupan ini untuk sama dengan Yohanes Pembaptis, ikut mempersiapkan dan meluruskan jalan demi memperluas kerajaan-Nya.

 

Awal tahun merupakan halte atau milestone untuk merenungkan, apakah kita tetap sebagai orang percaya yang sah dibaptis oleh-Nya dengan Roh Kudus dan api sebagaimana dinyatakan Yohanes? Semestinya, kita terus merasakan memiliki Roh itu menyala-nyala, yang terwujud dalam semangat yang berkobar-kobar dalam berkarya di kehidupan sehari-hari, termasuk di setiap ladang Tuhan, sesuai dengan tempat, talenta dan karunia rohani yang diberikan.

 

Baptisan dengan Roh tidak dimaksudkan untuk menjadi malas, enggan, atau berpikir untuk kesenangan diri sendiri semata. Jika kehilangan Roh dan api itu, saatnya untuk meminta kembali kepada-Nya, agar hidup kita di mata Tuhan seperti yang didengar Yohanes terhadap Yesus: kita adalah anak-anakNya yang dikasihi dan berkenan kepadaNya. Haleluya. Tuhan memberkati, amin.

 

Pdt. Em. Ir. Ramles M. Silalahi, D.Min.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 707 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7529028
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
48080
65706
281794
7204198
563890
1386923
7529028

IP Anda: 172.69.165.74
2024-11-23 15:15

Login Form