Saturday, November 23, 2024

2021

Kabar dari Bukit Minggu 30 Mei 2021

Kabar dari Bukit

 

BADAI COVID DAN TUHAN (Mzm. 29)

 

TUHAN bersemayam di atas air bah, TUHAN bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya (Mzm. 29:10)

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita Mzm 29 yang terdiri dari 11 ayat. Judul perikopnya: Kebesaran Allah dalam badai. Pemazmur Daud dalam nas ini menyerukan umat Israel dan kita orang percaya, "kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!" (ayat 1-2).

 

Raja Daud menegaskan, suara Tuhan sungguh perkasa: berada di atas air, mengguntur, penuh kekuatan; Suara TUHAN penuh semarak, mematahkan pohon, membuat gunung melompat-lompat; Suara TUHAN menyemburkan nyala api, membuat padang gurun gemetar, TUHAN membuat padang gurun, membuat beranak rusa betina yang mengandung, bahkan, hutan digundulinya; dan di dalam bait-Nya setiap orang berseru: "Hormat!" TUHAN bersemayam di atas air bah... (ayat 3-10a). Di dalam badai angin dan laut, Tuhan tetaplah bertakhta.

 

Lantas, kita melihat situasi masa kini: di mana Tuhan saat badai Covid-19 ini melanda bumi? Apakah TUHAN tetap bersemayam sebagai Raja dan membiarkan semua duka nestapa ini terjadi? Sejak virus Corona menghambur dan “merusak” paru-paru dan organ manusia di akhir 2019, sampai kemarin menurut worlddometer telah merenggut 3,5 juta jiwa, membuat 170 juta manusia menderita rasa sakit dan susah bernafas dan 14,5 juta masih bertarung nyawa. Deru tangisan menyertai kematian keluarga yang senyap dan pilu tanpa kerabat. Ekonomi pun menjadi morat-marit landaan PHK. Mengapa Tuhan membiarkan itu terjadi? Apakah Tuhan telah kehilangan belas kasihan-Nya yang kita kenal selama ini? Apakah Tuhan menjadi buta dan tuli? Ah, jangan begitu. Amit-amit.

 

Tuhan tidak diam. Tuhan telah berbicara melalui alam semesta, melalui sejarah, nabi-nabi, peristiwa tertentu, melalui penyataan khusus Alkitab dan Pribadi Yesus, dan melalui para hamba Tuhan saat ini. Ia terus memperlihatkan kuasa-Nya. Tuhan justru mengembalikan kepada manusia untuk bertanya tentang hal yang diperbuatnya: Manusia tidak lagi menjaga harmoni bumi; Manusia semakin kehilangan kasih dan keadilan, hidup lebih untuk dirinya sendiri; suara Tuhan semakin tidak dipedulikan dan tidak utama; kepekaan manusia hilang seperti melakukan uji ilmu pengetahuan yang tidak berkenan kepada-Nya.

 

Ya wajar, manusia lebih mencari Tuhan saat dalam kesusahan dan penderitaan. Seruan memanggil Tuhan lebih keras. “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? (Mzm. 121:1). Kini saatnya kita semua semakin belajar taat tidak hanya dalam Prokes 5M tetapi juga kepada Tuhan dan pemerintah, lebih mengasihi sesama dengan berkeadilan, menjaga tubuh kita sehat sempurna seperti diciptakan-Nya. Tuhan secara tersembunyi sedang menguji kasih dan kesetiaan kita. Badai ini datang kepada semua, tetapi hanya kepada yang kokoh iman dan bangunan rohaninya yang tetap tegak di atas batu, sebab banjir dan badai tidak akan merubuhkannya (Mat. 7: 24-27).

 

Allah tetap memperlihatkan kuasa-Nya. Ia ingin kita tenang dalam hadirat-Nya sambil terus membarui diri. “Pertolonganku ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap” (Mzm. 121:2-3). Tuhan punya jawaban bagi orang yang memiliki kedekatan, kerendahan hati dan berserah kepada-Nya. Teruslah perkokoh bangunan kerohanian kita di atas batu penjuru, dan secara sederhana melihat Tuhan tetap bekerja. “TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!” (ayat 11). Ya, Tuhan, biarlah badai ini segera berlalu. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu 30 Mei 2021 Minggu Trinitas

Minggu Trinitas -  Minggu I Setelah Pentakosta

 

DILAHIRKAN KEMBALI (Yoh. 3:1-17)

 

Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah" (Yoh. 3:3).

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini Yoh. 3:1-17 bercerita tentang percakapan Yesus dengan Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi yang menemui-Nya di malam hari. Pesan penting nas ini - selain ayat Yoh 3:16 yang semua orang percaya wajib hafal dan menghayati - adalah tentang dilahirkan kembali. Poin ini juga ditemukan dalam nas lain PB, seperti 2Kor. 5:17; 1Pet. 1:3, 23; 1Yoh. 3:9; Tit. 3:5; Ef. 2:15. Dilahirkan kembali tentu dalam pengertian rohani, percaya kesaksian hal sorgawi, bukan semata yang duniawi (ayat 12).

 

Ada tiga hal yang kita dapat dalami dari istilah ini. Pertama, dilahirkan kembali dalam kaitan baptisan, baik percik yang berlanjut dengan sidi, atau selam. Ini terkait ayat 5, ...jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Air baptisan tanda hidup yang tahir dan roh yang baru agar hidupnya dipimpin Yesus (lih. Yeh. 36:25-27; Yoh. 3:22 dab; Gal. 2:20). Pengenalan Yesus secara mendalam dan kedudukan pengakuan iman dalam hal itu sangat sentral. Proses itu merupakan tanda dan meterai akan kehidupan kekal. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru (2Kor. 5:17a).

 

Kedua, dilahirkan kembali dalam pengertian bagi orang yang tahu akan Yesus, tapi tidak/belum mengakuinya sebagai Juruselamat. Dalam hal ini Nikodemus adalah contoh yang konkrit, seorang pemimpin agama yang penuh pengetahuan dan juga sarat kebaikan. Tindakannya menjumpai Yesus dengan resiko, sangatlah terpuji. Bagi Nikodemus dan mereka yang belum percaya Yesus dan menerimanya sebagai Juruselamat, pengakuan itu sangat penting.

 

Ketiga, dilahirkan kembali dalam pengertian pertobatan. Ini berlaku bagi mereka yang sudah belajar dan dibaptis, tetapi kehidupannya jauh dari menyenangkan hati Tuhan. Tidak sedikit mereka ini tampak rutin beribadah minggu, ikut pelayanan dan lainnya, tetapi hakekat hidupnya rusak oleh dosa. Pertobatan dan pembaruan total diperlukan dengan dilahirkan kembali menjadi manusia baru. Ada banyak alasan dan cara yang dipakai Tuhan untuk melakukan transformasi rohani. "Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh" (ayat 8).

 

Kadang orang percaya berpegang pada Ef. 2:8, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” Tetapi itu tidak dapat membuat kita hidup sembarangan dan menyia-nyiakan waktu. Tetap percaya, taat dan berkarya. Nikodemus menunjukkan karyanya setelah mengakui Yesus. Ia membela saat imam-imam kepala menyerang Yesus (Yoh. 7:51). Dan, ketika Yesus mati, ia membawa "campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya" saat upacara pemakaman-Nya (Yoh. 19:39). Ya, kasih mesti berwujud.

 

Percakapan Nikodemus ini membuat kita perlu berefleksi. Sudah berapa lama kita telah mengenal dan mengakui Dia? Lahir baru, pembaruan hati dan menjadi manusia baru mungkin kita perlukan. Sisihkan selumbar untuk dimampukan melihat kebenaran Ilahi ini. Nyatakan kerinduan seperti Nikodemus sehingga Allah bertindak dan kita layak menerima hidup kekal dari-Nya. Kerajaan Allah hanyalah bagi orang-orang yang telah diperbarui. Haleluya. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan memberkati, amin.

 

Pdt. Ramles M. Silalahi

 

 

Khotbah Minggu 23 Mei 2021

Hari Minggu Pentakosta

 ROH KUDUS DICURAHKAN (Yoh. 14:8-17)

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu” (ayat 12a).

 

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini yakni Hari Raya Pentakosta (atau disebut juga dengan Hari Pencurahan Roh Kudus dan Hari Lahirnya Gereja) diambil dari Yoh. 14:8-17. Sebagaimana dijanjikan oleh Tuhan Yesus sebelum kenaikan-Nya ke sorga, Roh Kudus akan diutus untuk menolong para murid dan orang percaya. Peristiwa di kamar atas turunnya kuasa Roh Kudus seperti tiupan angin keras dan terlihat seperti nyala api bertebaran memenuhi para murid, membuat banyak orang tercengang-cengan dan heran (Kis 2:1-5).

 

Nas minggu ini kita fokus pada percakapan antara Filipus dengan Tuhan Yesus tentang Dia dan Allah Bapa. Hal pertama dalam percakapan tersebut adalah kerinduan Filipus untuk melihat Allah Bapa (ayat 9). Ayub juga menyatakan kerinduannya (Ayb. 23:3). Musa hanya diberi melihat dari belakang (Kej. 33:12-23). Kita pun mungkin rindu yang diungkapkan dalam doa dan lagu.

 

Puji Tuhan, Allah memutuskan menjadi manusia untuk lebih dekat dengan kita. Allah mengasihi manusia dan Ia tidak perlu meminta nasehat atau persetujuan siapa pun untuk melakukannya. Allah Mahakuasa dan bebas berkehendak dan mengekspresikan diri-Nya demi untuk menyelamatkan ciptaan-Nya, gambar dan rupa-Nya (yang sudah retak), yakni kita manusia. Maka bagi Filipus dan kita, mengenal Yesus berarti mengenal Allah Bapa. Tentu semua ini mesti dilihat dengan mata rohani, bukan mencari-cari wujud fisik-Nya agar tampak di depan mata.

 

Kedua, Yesus naik ke sorga dan Roh Kudus dicurahkan. Allah tidak menjadi tiga, tetapi tetap SATU. Ini tidak melanggar monoteisme (ayat 10). Alkitab acapkali menyebut Allah dengan istilah jamak (Kej. 1: 26; 3: 22; 11: 7; Yes. 6: 8). Injil Yohanes memperlakukan perikop Yesaya sebagai penglihatan Yesus (Yoh. 12: 41). Perjanjian Lama menyebut Roh Allah sebagai wakil Pribadi Allah (Kej. 1: 2; Neh. 9: 20; Mzm. 139: 7; Yes. 63: 10-14). Hikmat Allah disebut sebagai perwujudan Allah di dunia (Ams. 8), dan firman Allah sebagai ungkapan yang kreatif (Mzm. 33: 1, 9; band. Kej. 1: 26). Nubuat Mesias yang sudah lama ditunggu-tunggu itu pun disebut sama dengan Allah (Mzm. 2; Yes. 9: 5-6).

 

Maka Tuhan Yesus (demikian pula halnya dengan Roh Kudus) hanyalah dalam Wujud, Oknum, atau Pribadi, tetapi Hakekat utamanya adalah Allah yang Tunggal, Allah yang tetap berdasarkan Monoteisme, dan itulah sebabnya disebut dengan Alllah Tritunggal. Ada juga cara untuk memahami "kesatuan" antara Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, yakni melihat dan menghubungkan fungsi atau peran yang berbeda dari masing-masing Pribadi. Bentuk yang paling popular menghubungkan peran penciptaan dengan Bapa, penyelamatan oleh Anak, dan pengudusan oleh Roh Kudus. Paulus memberikan bentuk lain dalam Efesus 1, yakni pemilihan dihubungkan dengan Sang Bapa (ay. 4, 5, 11), penyelamatan oleh Anak (ay. 3, 7, 8) dan pemeteraian  dengan Roh Kudus (ay. 13-14). Tetapi "pemisahan" tugas ini tidak memudarkan kebenaran mendasar mengenai keesaan Ilahi, yakni ketiga-Nya terlibat dalam kegiatan di antara ketiga Pribadi itu. Penciptaan khususnya dikaitkan dengan Sang Bapa, namun juga dihubungkan dengan Anak (Yoh. 1: 3) dan Roh Kudus (Yes. 40: 13). Dalam ungkapan lain, Yesus adalah Allah yang kelihatan dan rupa yang nyata dari Allah yang tidak kelihatan. Sementara Roh Kusus adalah Allah yang dapat kita rasakan dan hayati dari Allah yang tidak kelihatan. Yesus dan Roh Kudus adalah penyataan yang sempurna dari Allah. Oleh karena itu, apabila kita mencari Allah yang tidak kelihatan, kebenaran dan realitas-Nya, maka kita dapat melihat dan merasakan dalam Pribadi Tuhan Yesus dan keberadaan Roh Kudus (Kol. 1:15; Ibr. 1:1-4).

 

Ketiga, khususnya pesan-Nya bagi kita yang hidup di masa kini, agar percaya kepada-Nya, bahwa Dia di dalam Bapa dan Bapa di dalam Dia; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri (ayat 11). Pernyataan yang tegas dan jelas. Yesus telah melakukan karya-karya mukjizat besar selama hidup-Nya dan sepeninggal-Nya, ada hampir tiga milyar jiwa yang mengikut Dia. Melalui pekerjaan-Nya itu tidak diragukan lagi bahwa Dia adalah Anak Allah, Allah yang menjadi manusia.

 

Pesan keempat nas minggu ini sangat penting, yakni bila kita percaya kepada-Nya, maka kita akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Dia lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Ha? Ya betul, kita tentu tidak perlu menghidupkan orang mati untuk membawa orang percaya Yesus. Kita cukup mewujudkan kasih yang diajarkan-Nya, seperti para murid zaman mula-mula, maka kita juga pasti bisa (ikut) membawa jiwa-jiwa baru kepada-Nya. Pesannya jelas: "dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya" (ayat 13-14). Dahsyat!

 

Bagian terakhir, sebagaimana Yesus, maka keberadaan Roh Kudus yang kita peringati hari ini dicurahkan, membuat kegenapan Allah Tritunggal menjadi sempurna. Roh Kudus yang akan menyertai kita sampai selama-lamanya (ayat 16). Ketika berhubungan dengan Allah, Yesus menjadi Jurubicara kita kepada Bapa dan Roh Kudus menjadi Jurubicara Allah kepada kita. Yesus mendengar namun “memfilter” segala permintaan kita dan Ia mengetahui apa yang terbaik untuk diberikan, sementara Roh Kudus mengajar kita untuk memahami maksud Allah dalam hidup ini dengan cara membimbing kita berdoa yang baik. Kalau kita berdoa tanpa bimbingan Roh Kudus, maka yang terjadi adalah doa kita akan didominasi oleh keinginan daging untuk menyenangkan dan memuliakan diri sendiri. Roh Kudus yang memimpin kita untuk mengajar agar meminta sesuai dan seturut dengan kehendak-Nya. Roh Kudus bekerja melalui "bisikan" ke dalam hati nurani, sehingga kita tetap dalam pemeliharaan dan jalan yang berkenan bagi-Nya. Terpujilah Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah dengan pencurahan Roh Kudus.

 

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 23 Juni 2021

Kabar dari Bukit

 

GEREJA YANG MEREDUP (Khotbah Mzm. 104:24-34, 35b)

 

Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada (Mzm. 104:33)

 

Selamat hari ulang tahun untuk gereja kita semua. Terpujilah Tuhan Yesus, genap 50 hari Ia bangkit dari kematian dan naik ke sorga. Kita hari ini merayakan Roh Kudus dicurahkan sebagai Penolong dan Penghibur.

 

Firman Tuhan di Minggu hari raya Pentakosta ini diambil dari Mzm. 104:24-34, 35b. Judul perikopnya: Kebesaran Tuhan dalam segala ciptaan-Nya. Sebelumnya ayat 1 – 23 berbicara tentang pujian dan kekaguman manusia terhadap kebesaran Tuhan. Ia berpakaian keagungan dan semarak berselimutkan terang; bumi diciptakan-Nya dengan tumpuan yang kokoh, samudera raya diselubungi, langit bagaikan tenda, awan, angin, api, dan air, semua patuh kepada perintah-Nya.

 

Penciptaan bukan hanya berupa benda-benda alam statis, tetapi kesatuan harmoni yang indah dinamis. Matahari dan bulan mengendalikan sistim waktu siang dan malam. Air mengalir dari gunung mengisi lembah dan menghidupi segala binatang di padang, memuaskan haus keledai hutan, burung-burung di udara dengan siulan di antara daun-daunan. Alam mengeluarkan makanan dari tanah untuk membuat manusia kenyang, anggur yang menyukakan manusia, dan wajah manusia berseri dari makanan yang berminyak. “Betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu” (ayat 24). Kemajuan ilmu pengetahuan membuat kita juga semakin tahu kebesaran Allah melalui kompleksitasnya sistim tubuh, adanya DNA dan retina, kemampuan otak, dan lainnya.

 

Di era Perjanjian Baru Allah menciptakan gereja untuk kita (Mat. 16:18), sebuah lembaga untuk kita bersekutu, bersatu dalam gereja yang Am, melayani dengan kasih nyata, dan bersaksi mengabarkan Dia (Kis. 2:41-47). Selain tubuh kita sebagai bait Allah, gereja juga adalah tubuh Kristus yang hidup (Rm. 12:5; 1Kor. 12:27). Karya Roh Kudus telah diperlihatkan sejak awal kepada para murid sehingga mereka berani bersaksi, dan terus berkarya membuat setiap hari bertambah-tambah ribuan orang percaya kepada Tuhan Yesus (Kis. 2 – 16). Perjalanan panjang sejarah gereja dengan penderitaan 300 tahun, baru terhenti setelah Kaisar Konstantinus mengakui agama Kristen. Ini membuktikan iman para murid dan bapa-bapa gereja, telah dipakai Roh Kudus dengan penuh kuasa.

 

Tetapi lain padang lain belalang, lain dulu lain sekarang. Kini kita dihadapkan dengan keberadaan dan peran gereja yang semakin bergeser, meredup. Pasca pandemi Covid ini, kita belum tahu dampak kehadiran umat di gereja setelah terbiasa online. Di benua Eropa dan Amerika gereja semakin ditinggalkan umat, pada hari Minggu hanya segelintir yang beribadah, bahkan gedungnya banyak dijual dan dialih-fungsikan menjadi mal atau kegunaan lain. Betul, gereja bukanlah bangunan, tetapi umat juga perlu tempat bersekutu dan simbol kesatuan. Maka kita bertanya: Apa dan siapa yang salah? Di mana kuasa dahsyat Roh Kudus yang dicurahkan 2000 tahun lalu yang melahirkan gereja?

 

Mari melihat diri kita. Manusia. Manusia merusak alam ciptaan-Nya, membuat keseimbangan terganggu. Alam tidak lagi cukup memberikan makanan (ayat 27), kurang gizi dan kelaparan di beberapa wilayah masih ada. Banyak tempat di bumi tidak lagi menjadi hunian nyaman dan aman. Lewiatan atau monster laut teman bermain kapal-kapal berlayar (ayat 26), kini berpindah mewujud monster di dalam hati manusia dan suku-suku bangsa. Manusia tidak lagi terkejut atau takut jika Tuhan menyembunyikan wajah-Nya, bahkan apabila Dia mengambil roh dan jiwanya, mati binasa dan kembali menjadi debu (ayat 29). Manusia masih suka terus saling menyakiti, dan bahkan saling membunuh dengan dalih yang beragam untuk memuaskan hatinya. Kasih yang Tuhan ajarkan menjadi dasar kehidupan, kini redup sirna.

 

Tetapi ya Tuhan, kami anak-anak-Mu yang rindu setia mengasihi-Mu, biarlah terus memandang Engkau dan berharap: Tuhan, pakai hidup kami melalui gereja-Mu. Bangkitkan dengan Roh-Mu. Biarlah kami menyanyikan mazmur-Mu, “Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN.... Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Haleluya! (ayat 33-34, 35b). Selamat hari Minggu dan selamat beribadah dan berulang tahun.

 

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 16 Mei 2021

Kabar dari Bukit

 JALAN ORANG BENAR (Mzm. 1)

 

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemoh (Mzm. 1:1a)

 

Firman Tuhan di Minggu VII Paskah hari ini diambil dari Mzm. 1 yang berisi 6 ayat. Judul perikopnya “Jalan orang benar dan jalan orang fasik”. Mazmur ini dibuka dengan tujuan kehidupan, yaitu berbahagia. Dan hidup bahagia itu pilihan, mengambil jalan benar atau jalan orang fasik. Sangat jelas kontras yang mesti dipilih.

 

Pilihan muncul dari kebiasaan dan prinsip hidup yang konsisten, serta kedekatan hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Tentu, jalan yang benar tidak selalu jalan bahagia, kadang melewati tantangan berbatu. Namun, jika berjalan bersama Tuhan, maka kebahagiaan selalu meruak merekah. Oleh karena itu selalulah pegang prinsip pokok untuk tidak mengambil jalan orang fasik yang penuh kesengsaraan dan ujungnya penghakiman dan kebinasaan (ay. 5-6). Kebahagiaan tidak akan pernah diperoleh dari jalan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

 

Mazmur ini mengajarkan untuk dapat berbahagia dan berada di jalan yang benar, perlu menyukai firman Tuhan dan rajin merenungkannya. Hidup memang perlu panduan, penuntun, dan Alkitab sudah sangat lengkap dan sempurna. Rambu-rambunya sungguh jelas. Memang tidak semua mudah, tetapi tidak perlu dirasakan berat. Belajar dan berlatihlah agar menjadikannya mudah. Ambil sarinya, intinya, seperti: Kasihilah Tuhanmu dan kasihilah sesamamu. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka (Mat. 7:12).

 

Jadi sederhananya jangan hidup dibuat rumit, apalagi merasa berat untuk melakukan firman-Nya. Mulailah dengan tidak berbuat hal yang orang fasik lakukan. Berusaha terus berjalan dalam kebenaran firman Tuhan, menjalankan prinsip mengasihi, dan tidak sesekali ingin menyakiti hati orang lain. Dengan begitu kita akan terus tegak berdiri, tidak tergoyahkan. “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (ayat 3). Haleluya.

 

Orang yang tidak kita sukai pasti ada; orang yang tidak suka pada kita juga pasti ada. Tetapi tidak perlu menjadikan mereka musuh, apalagi menghukumnya. Ciri orang fasik mudah dikenali, yakni tidak bisa diberi nasihat, maunya mementingkan diri sendiri, suka mencemoh, sombong, penuh dengki dan amarah, tamak, tidak menjadi teladan, dan berjalan tanpa aturan yang berkenan kepada Tuhan. Maka hindarilah bergaul dengan mereka. Jauhi. "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" (1Kor. 15:33). Anggap saja sudah tidak ada urusan. Tokh orang seperti itu tidak akan bertahan, karena mereka itu kosong, hampa, seperti sekam yang ditiupkan angin (ayat 4-5).

 

Hidup orang yang mengandalkan Tuhan dan berlandaskan firman-Nya akan selalu disayangi-Nya. Tuhan mengenal anak-anak-Nya yang rindu untuk dituntun dan ingin berbuah menjadi berkat (ayat 6a). Berkat tidak harus berupa materi, bisa dengan banyak senyum dan selalu rendah hati. Jika pun suatu saat tersandung, pintu pengampunan terus terbuka bagi anak-anak-Nya. Tidak dibiarkannya kita binasa seperti orang fasik. Maka melalui nas minggu ini, mari kita tegaskan pilihan: aku mau hidup di jalan orang benar. Aku mau memegang prinsip, hidup mesti dibuat berbahagia berjalan bersama Tuhan dan terus berbuah. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 653 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7529228
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
48280
65706
281994
7204198
564090
1386923
7529228

IP Anda: 162.158.162.18
2024-11-23 15:20

Login Form