Saturday, November 23, 2024

2021

Kabar dari Bukit MInggu 7 Februari 2021

Kabar dari Bukit

KEKUASAAN ALLAH (Khotbah Mzm. 147:1-11, 20c)

 

TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya (Mzm. 147:11)

 

Banyak orang yang mengenal Elon Musk. Orang terkaya sejagad, yang terus bersaing dengan Jeff Bezos, pemilik Amazon. Beberapa hari lalu seperti dilaporkan CNBC Indonesia, Elon menyatakan perusahaannya, Neuralink, siap menguji coba menanam chip komputer di otak manusia. Sebelumnya Elon Musk mengungkapkan, perusahaannya telah berhasil memasang chip komputer ke otak monyet. Hewan tersebut dikatakan dapat bermain video games layaknya manusia. Woow....

Sungguh "gila" upaya manusia. Untuk melakukan itu, Elon perlu mendapat persetujuan FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika - semacam BPOM di Indonesia). Kita juga tahu, upaya mengkloning hewan telah berhasil. Tapi kloning manusia akhirnya tidak dapat diterima, dengan pertimbangan resiko yang terjadi belum terdeteksi, sebab dalam mengkloning binatang pun selalu saja ada masalah.

Tetapi hanya berselang hitungan jam, berita lain tentang Elon Musk muncul, bahwa roket prototipe SpaceX yang dirancangnya membawa 100 orang manusia berwisata ke Bulan dan Mars, meledak saat mendarat. Sampai saat ini belum diketahui penyebabnya, dan pemerintah AS mau tak mau ikut dalam penyelidikannya.

Kekaguman saya pada Elon terpaksa jeda. Saya kembali memahami kemampuan manusia tetaplah terbatas, dan selalu ada yang tersembunyi milik Allah. Tetapi pertanyaannya: Apa sih yang membuat manusia begitu hebat? Nah, Alkitab berkata, manusia diciptakan “menurut gambar dan rupa Allah” (Kej. 1:26). Jadi sejak awal, Allah memang tidak ingin menciptakan manusia sebagai makhluk “biasa-biasa” saja. Manusia adalah mahkota dan puncak penciptaan Allah. Roh manusia datang dari nafas Allah (Kej. 2:7). “Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup” (Ayub 33:4).

Firman Tuhan bagi kita minggu ini, Mzm. 147:1-11, 20c, berbicara tentang “Kekuasaan dan kemurahan TUHAN”. Allah berkuasa dan pekerjaan tangan-Nya selalu sempurna dan tidak pernah gagal. Ia mengendalikan alam semesta, menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya (ayat 4). Meski dalam penglihatan manusia, kadang seolah ada “gangguan dan terlambat”, tetapi sering terjadinya justru akibat ulah manusia sendiri dan campur tangan iblis. Namun, bersama Tuhan, kita pasti berhasil menjadi pemenang.

Allah juga tidak pernah meninggalkan ciptaan-Nya. “Ia mengumpulkan orang-orang yang tercerai-berai; menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka; Ia menegakkan kembali orang-orang yang tertindas.... Dia yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi, yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput.” Demikian kesaksian pemazmur ini atas pemulihan Israel yang kembali dari pembuangan (ayat 2, 3, 6 dan 8).

Oleh karena itu pemazmur memanggil kita minggu ini, agar bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur, bermazmurlah bagi Allah kita dengan kecapi! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji Dia (ayat 1, 7). Allah itu baik, murah hati. Selain menciptakan, Ia juga memelihara dengan kasih setia-Nya, seperti memberi makan anak-anak burung gagak yang memanggil-manggil ditinggal induknya (ayat 9). Maka, pesan kedua firman minggu ini, janganlah mengagungkan manusia, tetapi agungkanlah Allah, rajinlah memberi pujian, sapaan hormat setiap hari, sebab Dia satu-satunya yang layak menerimanya.

Pesan ketiga nas ini bagi kita, agar jangan bermegah, jangan congkak. Tetaplah rendah hati untuk menyenangkan Allah (Ef 4:2; Kol 3:12). Manusia bisa berkarya apa saja, tetapi semua akan berlalu. Manusia bagaikan rumput, yang tumbuh dan mengembang seperti bunga di padang. Apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi. Dan, “manusia sama seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang yang lewat” (Mzm. 103:15-16; 144:4).

Allah tidak suka kepada “kegagahan kuda dan kaki laki-laki”, yang digambarkan sebagai simbol kekuatan manusia (ayat 10). “Ia membenci dan merendahkan orang fasik. Tetapi TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya” (ayat 11). Haleluya! (ayat 1a, 20c). Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu 7 Februari 2021

Minggu V Setelah Epifani

 TERUS MENGASIHI (Khotbah Mrk. 1:29-39)

 

 Jawab Yesus: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang” (ayat 38).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini Mrk. 1:29-39 bercerita tentang Yesus menyembuhkan orang-orang sakit dan mengajar. Kuasa Allah dalam Yesus mulai dinyatakan melalui perbuatan dan membuat perubahan bagi orang lain. Ini penting sebagai pesan bagi kita orang Kristen. Kehadiran kita dalam suatu lingkungan haruslah memberi manfaat bagi yang lain. Jangan justru kita menuntut, berhitung tentang yang sudah dilakukan. Dasar dan ekspresi keberadaan kita adalah kasih kepada Tuhan dan sesama.

 

Pesan kedua dalam nas ini merupakan bukti bahwa perbuatan buruk sulit melawan kebaikan. Mungkin kadang di awal tampak berhasil, tetapi akhirnya kebenaran yang menang. Orang jahat selalu ada di sekeliling kita. Mereka ada dengan berbagai tujuan dan motivasi. Kesukaannya melihat kekurangan dan kelemahan, dan cekatan membuatnya sebagai peluru untuk menyerang. Kadang kala mereka memberi pujian, tapi sering tidak tulus.

 

Tetapi kita tidak perlu risau atau takut. Seperti setan-setan dalam peristiwa peyembuhan di nas ini, tidak ada yang bisa berkutik membicarakan Dia. Mereka tahu dan mengenal-Nya. Memang dalam kehidupan kadang kebaikan mendapat balasan tidak baik. Tetapi itulah ujiannya. Bila kita kecewa apalagi marah, maka perlu diperiksa motivasi untuk berbuat baik. Mengasihi seyogianya bebas pamrih.

 

Hal ketiga, perbuatan baik melalui karya nyata sebagai wujud pekabaran Injil harus berkelanjutan. Jangan cepat puas atau mudah merasa lelah. Setelah selesai melakukan penyembuhan, Yesus terus berjalan ke kota-kota. Ia tidak tertarik pada sanjungan dan publisitas. Popularitas bukan yang utama. Tidak itu tujuannya. Ketika semua orang mencari-Nya, Yesus menjawab: Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena itu Aku telah datang” (ayat 38).

 

Bagian akhir pesan nas minggu ini agar kita tetap mengandalkan doa. Hubungan khusus kepada Allah merupakan pijakan dan kekuatan dalam menjalani kehidupan. Dengan doa dan refleksi, kita tidak akan kehilangan orientasi dan tetap terjaga ke arah yang benar. Teruslah mengasihi, maka melalui hidup kita Tuhan Yesus semakin ditinggikan. Haleluya. Selamat hari Minggu dan beribadah, Tuhan memberkati, amin.

 

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

 

Khotbah Minggu 31 Januari 2021

Minggu IV Setelah Epifani

 MEMBUAT TAKJUB (Mrk. 1:21-28)

 

Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya" (Mrk. 1:27).

 

Firman Tuhan sesuai leksionari hari Minggu ini, Mrk. 1:21-28, berkisah tentang awal pelayanan Tuhan Yesus di Kapernaum, sesaat setelah Ia menetapkan para murid. Yesus masuk ke rumah ibadat dan berkhotbah, suatu kesempatan yang bebas pada saat itu. Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.

 

Di tengah pengajaran-Nya, ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" (ayat 22-25).

 

Lantas, roh jahat yang membuat orang itu menderita tergoncang-goncang, keluar pergi dari padanya. Hal itu membuat semua yang hadir takjub. Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea. Haleluya.

 

Kita sebagai murid Kristus diminta untuk ikut mengajar atau mengabarkan dan berkarya nyata. "Ajarlah mereka, itu pesan Yesus (Mat. 28:20). Itu sangat perlu karena musuh kita, yakni manusia pembenci Yesus dan roh jahat dalam kehidupan sehari-hari terus bekerja dan membuat banyak orang susah dan menderita. Serangan ke pribadi-pribadi atau komunitas, hingga kepada pemimpin pejabat pemerintahan, membuat banyak orang harus menderita. Serangan ini menimbulkan sakit penyakit, kemalasan, kemiskinan, tiadanya harapan, narkoba, dan masalah sosial lainnya. Ini semua membutuhkan karya nyata orang percaya sebagai wujud pelaku firman yang hidup.

 

Kita yang dipilih menjadi murid memiliki tanggungjawab itu. Tidak ada alasan untuk tidak ikut, sebab minggu lalu Tuhan Yesus mengatakan: "ikutlah Aku". Kita semua diberi karunia rohani dan talenta yang spesifik. Bahkan, kita para murid senantiasa disertai dan diberi kuasa dengan tanda-tanda yang menyertai, seperti mengusir setan dan lainnya (Mrk. 16:17-18). Semua itu seharusnya dapat membuat sekeliling kita takjub, dan nama Tuhan Yesus pun semakin dimuliakan. Semoga. Tuhan memberkati. Amin.

 

Pdt. Em. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min. 

 

 

 

 

Kabar dari Bukit Minggu 31 Januari 2021

Kabar dari Bukit

KEBAJIKAN ALLAH (Khotbah Mzm. 111)

 

Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh (Mzm. 111:7)

 

Apa yang membuat diri Anda diapresiasi dan dihormati? Jawabannya: Reputasi! Menurut www.kbbi.co.id, reputasi merupakan perbuatan dan sebagainya sebagai sebab mendapat nama baik. Dalam istilah karir kerja, ada track record, jalan panjang prestasi yang terbukti dan tentunya terpercaya, dan satunya kata dengan perbuatan atau integritas.

 

Firman Tuhan hari Minggu ini bagi kita, Mzm. 111, yang terdiri dari 10 ayat, berbicara tentang kebajikan Allah. Mazmur 111 ini (dan 112) tidak terindetifikasi penulisnya, merupakan puisi akrostik, yaitu tulisan huruf awal dari setiap baris kalimat membentuk sebuah kata (atau beberapa kata) secara vertikal dari atas ke bawah. Tentu kalimatnya haruslah menyatu menjadi gagasan yang ingin disampaikan. Salah satu contoh, simbol Kekristenan adalah ikan, merupakan akrostik dari bahasa Yunani, yakni sebutan Iesous CHristos THeou Yios Soter (Yesus Kristus, Allah Putera, Juruselamat). Awal katanya digabung terbaca ICHTHYS, yang berarti ikan. Simbol ini juga sekalian menggambarkan para rasul banyak dari kaum nelayan.

 

Pemazmur bersyukur kepada Tuhan karena besar perbuatan-Nya, dan pengakuan itu disampaikan juga dalam jemaat sebagai kesaksian (ayat 1-3). Berkat-berkat Tuhan memang tidak boleh dinikmati sendiri, perlu menjadi berkat bagi orang lain sebagai kesaksian kebaikan Tuhan. “Tuhan itu pengasih dan penyayang,” tulisnya, dan selalu ingat akan janji-Nya (ayat 4-5).

 

Tetapi mungkin ada di antara kita yang merasa, bahwa Tuhan itu tidak baik, tidak ada kebajikan pada-Nya. Tolong jangan langsung menyalahkan Tuhan, berpikiran Dia pilih kasih, tidak adil, dan berkata Dia jahat. Tidak ada gunanya, bahkan malah jadi dosa. Mari kita melihat ke diri kita sendiri dulu, mungkin ada yang perlu dibenahi dan dibereskan. Itu bisa mulai dari riwayat iman kakek moyang kita, khususnya orang tua. Alkitab berkata, Allah kita adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan dan keempat (Kel. 20:5). Ini perlu pemutusan “dosa asal”, menyadarinya dan mengakui semua, serta memohon agar Tuhan membebaskan dari rangkaian dampak jerat dosa tersebut. Dan ingat, tidak perlu terjebak pada ritual.

 

Kedua, mungkin kita tidak mengenal Allah dengan benar. Allah sering diperlakukan seolah lepas dari kehidupan sehari-hari. Hari Minggu, kita menjadi manusia berbeda dengan hari kerja. Dia seolah tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Ada rasa kurang hormat, tidak selalu bersyukur kepada-Nya setiap hari, yang membuat Allah juga bisa tidak peduli ketika iblis semakin menjerat. "Dosa favorit" yang masih susah hilang lepas. Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, kata pemazmur ini dalam ayat 3 dan 10.

 

Ketiga, kita mungkin pernah diberkati khusus, tetapi ternyata tidak menjadi saluran berkat. Periksalah diri kita, apakah memang sudah melakukan yang terbaik untuk orang lain, dan bahkan selalu siap berkorban hati, jiwa, tenaga dan lainnya. Terakhir, jika semua itu sudah kita lakukan refleksi, tetaplah percaya Tuhan sedang menguji kita. Pikiran kita tidak selalu dapat menjangkau pikiran Allah, rencana manusia dan Tuhan, bisa jauh seperti tingginya langit dari bumi (Yes. 55:8-9).

 

Jangan mau terperosok dan semakin menjauh dari Allah. Kitab Rm. 1:19-21 menuliskan, “Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya” (band. Ef. 4:17-18).

 

Biarlah iman kita tetap teguh, bahwa Allah itu Maha Kuasa dan selalu takjub pada-Nya. “Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh, kokoh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran” (ayat 7-8). Melalui mazmur ini, kita diminta melakukan dengan berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya (ayat 10b). Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 24 Januari 2021

Kabar dari Bukit

 KEKUATAN DAN PENGHARAPAN (Mzm. 62:6-13)

 

Hanya pada Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku (Mzm. 62:6)

 

Kepada siapa iman Anda digantungkan; atau, kepada apa pengharapan Anda disandarkan dalam segala situasi? Saat ini virus Covid-19 merajalela, sungguh menyedihkan jika Anda lebih takut kepada Covid-19 daripada kepada Allah, dan menempatkan virus itu sebagai “iblis” pencabut nyawa.

 

Firman Tuhan di Minggu hari ini, Mzm. 62:6-13 dengan judul perikop: "Perasaan tenang dekat Allah." Mazmur ini ditulis oleh Raja Daud di saat pelariannya, akibat pertentangan politik di kerajaannya. Raja Daud yang begitu berkuasa, namun anaknya Absalom ingin merebut takhtanya, dan akhirnya ia melarikan diri. Zaman dahulu tempat pelarian adalah gunung/bukit-bukit yang masih tandus dan gersang.

 

Oleh karena itu Daud memakai istilah gunung batu dan keselamatan, serta kota benteng untuk gambaran Allah tempat perlindungannya. Imannya tetap teguh, Allah saja sebagai sumber kekuatan baginya; bukan anaknya, bukan hartanya, kekuasaannya, bahkan alam sekalipun. “Aku tidak akan goyah,” demikian tuturnya di ayat 7.

 

Dalam menghadapi situasi saat ini, juga demikian. Angka kematian pandemi terus menaik menakutkan. Ada yang parno berlebihan, tidak wajar, dan rasa takutnya bahkan melebihi kepada Allah. Tentu kita juga tidak perlu menganggap sepele pandemi ini. Presiden, menteri, pengusaha, atlit, tokoh-tokoh, banyak yang terpapar dan tidak sedikit yang mati. Orang kaya raya dan yang miskin, semua sama saja bagi virus ganas ini.

 

Firman Tuhan mengajarkan, “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” (Ams. 1:17). Artinya rasa takut akan Allah lebih mendahului, dan dengan pandemi ini kita diajarkan bahwa manusia tidak ada apa-apanya. Uang dan harta kadang tidak berguna. Iman kitalah yang tetap bersandar pada Dia, pelindung dan pertolongan kita. Dengan pimpinan-Nya dan firman-Nya, kita diajar untuk bersabar, rendah hati, tidak sombong, tidak merasa diri hebat, tetapi taat dan tetap berserah.

 

Hal kedua dalam Mazmur ini tentang pengharapan. Raja Daud mengatakan, “curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya” (ayat 9). Ini dapat melalui doa atau nyanyian. Tetaplah terhubung dengan Dia yang membuat hidup kita tidak lepas dari kasih-Nya. Percayalah kepada-Nya setiap waktu.... Allah tempat perlindungan kita. Ia selalu ada, Mahahadir, berkuasa, dan Ia baik (ayat 9, 12). Tidak ada yang bisa menyangkal itu. Bila saat ini ada yang merasa Allah tidak baik, periksa diri; kelak dibukakan-Nya semua.

 

Pengharapan tidak dapat kita berikan kepada manusia. Manusia bagaikan angin yang mudah tertiup ke mana saja (ayat 10). Tetapi pemazmur juga mengingatkan, agar kita jangan berpikir untuk menempuh jalan yang salah: merampas, pemerasan, pembalasan, jalan kekerasan, yang menjadikan kita sebagai hakim. Allah adalah hakim. Dia yang membalas setiap orang menurut perbuatannya (ayat 13).

 

Ketika kita dalam pergumulan atau bahaya, maka bersama Allah selalu ada pengharapan. Seperti orang yang mau jatuh, selalu berupaya menggapai sesuatu. Raja Daud ingin lepas dari kemelut dirinya, ia serahkan kepada Allah. Namun pengharapan juga dapat menjadi impian yang ingin dicapai. Pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibr. 6:19a). Mazmur 119:116 mengatakan, pengharapan itu harus ditopang oleh janji Allah, agar bisa terwujud. Maka terus kenali Dia, dan ikatlah dalam janji dari kita dan pegang janji-Nya. Setialah menanti.

 

Menghadapi pandemi atau pergumulan lain, Allah andalan dan tempat kita menggantungkan iman setiap hari. Jika pergumulan semakin besar, semakin kuatlah bersandar pada-Nya. Iman tidak harus dimengerti akal seluruhnya, tetapi berserah sesuai dengan kebaikan-Nya. Tetap tenang. Rasa kuatir tidak menolong, tidak menambahkan apapun juga (Mat. 6:25-34).

 

Pengharapan juga demikian, kita dan keluarga sehat-sehat selamat melewati pandemi ini. Dekat-dekatlah kepada Allah agar hati kita tenang, aman tenteram, dan damai sejahtera. Tetap ikutu Dia. Kita hanya berharap pada kasih setia-Nya yang telah terbukti dari abad ke abad (ayat 13). Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 664 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7528877
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
47929
65706
281643
7204198
563739
1386923
7528877

IP Anda: 162.158.163.92
2024-11-23 15:12

Login Form