Thursday, November 21, 2024

2021

Kabar dari Bukit Minggu 11 April 2021

Kabar dari Bukit

 RUKUN BERSAUDARA (Mzm. 133)

 

Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! (Mzm. 133:1)

 

Firman Tuhan di Minggu II Paskah hari ini, diambil dari Mzm. 133 yang berisi tiga ayat. Mazmur ziarah pendakian ini hampir dikenal semua orang, terlebih orang Batak; nas ini sering dijadikan tema pertemuan syukur awal tahun yang mengajak agar hidup rukun sesama saudara khususnya keluarga. Pengertian saudara dalam ayat 1 merupakan terjemahan dari aîm (=Ibrani), umumnya dipakai di lingkup keluarga tetapi juga bagi bangsa (Israel).

 

Hidup kita dipenuhi lingkaran manusia. Lingkaran pertama adalah keluarga inti, yakni suami/istri dan orangtua/anak. Terus bertambah menantu dan cucu. Lingkaran kedua melebar ke abang dan adik, sepupu dan om/tante. Lingkaran ini semakin besar, ke lingkungan tetangga, kantor, gereja, dan lainnya sesuai dengan aktivitas kehidupan. Dan hidup rukun mestinya mulai dari lingkaran kecil tadi. Orang yang tidak dapat mengatur hidupnya rukun dalam lingkaran pertama, maka berpotensi pembuat masalah di lingkaran besarnya.

 

Hidup rukun adalah idaman semua orang. Tentu ada yang suka dan seringnya ribut melulu, layaknya mereka dikirim ke tempat pemulihan jiwa. Tuhan menyukai umat-Nya yang hidup rukun (Rm. 15:5-7), saling mengasihi dan menaruh hormat (Rm. 12:10; 1Yoh. 3:18), tolong menolong (Gal. 6:2), saling mendukung dan menasihati (Ibr. 10:24-25; 1Kor. 12:26), menjaga persatuan dan tidak terjadi perpecahan (Yoh. 17:21; 1Kor. 1:10), serta jauh dari rasa benci (1Yoh. 2:9; 3:15).

 

Kunci hidup rukun adalah saling menghargai. Ada kasih dan rasa hormat. Ketika hal itu sirna, pasti timbul masalah. Alkitab mengajarkan bagi yang imannya lebih kuat, agar bersabar (Rm. 15:1; 1Kor. 13:4). Rendahkan hati. Hilangkan ego, apalagi kesombongan (Rm. 11:20; 1Kor. 1:29). Mengalahlah, sebab mereka yang mengalah akan lebih diberkati, seperti Abraham menghadapi Lot dan Daud menghadapi Saul. Kesabaran tidak perlu ada batasnya, dan Alkitab mengajarkan agar kita lebih baik menjauhkan diri dari mereka yang tidak berhikmat (Mat. 10:14; 2Tes. 3:6). Jika tidak cocok, menjauh dan jangan bergaul dengan mereka; tidak perlu ribut berantem. Tidak ada manfaatnya. Biarlah Tuhan menjadi Hakim.

 

Berkat Tuhan tersedia bagi mereka yang mau hidup rukun. “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat. 18:20). “Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut....” (ayat 2). Minyak merupakan gambaran sukacita dan media urapan (Kel. 29; Mzm. 23:5; Pkh. 9:7-8). Ketika sukacita dibagikan, maka semakin berlipat ganda. Itu bedanya dengan dukacita dan rasa sedih, ketika dibagikan justru semakin berkurang. Coba saja.

 

Gambaran lainnya dalam nas ini, “Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion” (ayat 3). Embun merupakan simbol berkat Tuhan (Kej. 27:28; bdk. Ul. 33:13, 28). Embun bentuk kelimpahan, kesegaran baru, terlebih ketika musim dingin. Lelehan salju dari puncak gunung Hermon akan terus mengalir hingga ke Sungai Yordan. Kedua hal ini, minyak dan embun, menegaskan berkat datang dari atas, dari Tuhan yang bersemayam di sorga.

 

Pesan akhir nas minggu ini, agar kita menjadi pembawa dan pemrakarsa damai. "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Mat. 5:9). "Peliharalah kasih persaudaraan" (Ibr. 13:1). Berusahalah hidup damai (Ibr. 12:14). "Sedapat-dapatnya, kalau itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang" (Rm. 12:18). Kiranya “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Flp. 4:7). Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu 11 April 2021

Minggu II Paskah

 

YA TUHANKU ALLAHKU (Yoh. 20:19-31)

 

"Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (ayat 29).

 

Firman Tuhan di Minggu II Paskah Yoh. 20:19-31 berbicara tentang kehadiran Yesus di tengah murid-murid-Nya setelah kebangkitan-Nya. Mereka yang masih ketakutan terhadap pengejaran orang Yahudi, tiba-tiba didatangi Yesus dengan sapaan menenangkan: "Damai sejahtera bagi kamu.... Terimalah Roh Kudus."

 

Kehadiran Tuhan selalu menyenangkan dan menenangkan. Ketakutan hilang, sukacita merebak. Persoalan dengan sesama berupa kekecewaan dan kepahitan yang sering disimpan, Yesus lembut berpesan: ampunilah (ayat 23). Damai sejahteralah.

 

Tetapi sering manusia tidak taat atau tidak percaya. Atau ingin hasil atau bukti dulu. Seperti Tomas dalam nas ini, menuntut ingin melihat lobang paku dan mencucukkan tangannya ke dalam lambung-Nya. Mungkin dia terlalu kecewa, mengapa Yesus mati? Ia pun menyendiri sehingga ketika Yesus mendatangi murid-murid, ia tidak ada.

 

Yesus sabar dan setia. Menerima semua apa adanya. Dia menyapa, memberi kesempatan dan bukti. Ketika bertemu, Ia berkata kepada Tomas: ".. jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Respon Tomas sigap, sujud dengan pengakuan iman: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kekecewaan ataupun keangkuhan Tomas sirna. Ketakutan para murid juga lenyap, berganti sukacita.

 

Dalam kehidupan, kadang harapan dan keinginan belum semua terpenuhi. Doa seolah mengawang belum terkabul. Egoisme kita pun menyeruak. Kekecewaan muncul. Ingin bukti cepat bahwa Allah mendengar dan penolong. Kita lupa, Allah Mahatahu dan memberi yang terbaik bagi kita. Maka jangan menyendiri menjauhi Tuhan. Jangan juga sok pintar mau ngatur. Berefleksi dan berdoa, sampai bisa berkata: Ya, Tuhanku dan Allahku!

 

Itulah sikap terbaik kita anak-anak-Nya. Dia telah bangkit dan Roh Kudus diberikan sebagai jaminan kasih dan kuasaNya bagi kita (ayat 22). Semua itu lebih dari cukup. Yang terbaik pasti kan tiba. "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Haleluya. Selamat hari Minggu dan beribadah. Tuhan Yesus Memberkati. Amin.

 

Pdt. Ramles M. Silalahi

Kabar dari Bukit Minggu 4 April 2021

Kabar dari Bukit

 

TUHANKU PERKASA (Mzm. 118:1-2, 14-24)

 

Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN (Mzm. 118:17)

 

SELAMAT PASKAH UNTUK KITA SEMUA.

Firman Tuhan bagi kita di hari bahagia peringatan kebangkitan Tuhan Yesus hari ini, diambil dari Mzm. 118:1-2, 14-24. Mazmur ini merupakan bagian dari kumpulan nyanyian pujian (Mzm. 113-118), yang lazimnya dibacakan oleh umat Yahudi pada setiap Hari Raya Paskah, Pantekosta dan Tabernakel dan hari raya lainnya. Bila kita menonton film seri SHTISEL di layar Netflix, misalnya, kita melihat sebagian pola hidup umat Yahudi yang setiap momen menaikkan pujian syukur bagi Tuhan alam semesta, saat minum air putih, masuk rumah/pintu, dan lainnya.

 

Pujian syukur adalah sikap orang beriman, terlebih beriman kepada Tuhan Yesus yang bangkit dari kematian. Rasul Paulus mengatakan, sia-sialah iman kita jika Yesus tidak bangkit. Kalau Yesus manusia biasa, yang mencoba menjadi martir dan pahlawan, dan kemudian dihukum gantung, mati, dan ternyata tetap di tanah, ya betul, sia-sialah iman kita. “Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1Kor. 15:14-15).

 

Tetapi tidak ada yang sia-sia bersama Tuhan Yesus. “TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku” kata nas ini (ayat 14). Artinya, Tuhan Yesus bukan hanya sebagai sumber kekuatan dan keselamatan, tetapi juga menjadi sumber sukacita dan kebahagiaan kita. Sorak-sorai dan kemenangan menjadi tanda orang yang benar dan menang (ayat 15). Kalah itu biasa, apalagi bersifat sementara. Sebab kita tidak ingin memenangkan pertempuran kecil dalam hidup, tetapi peperangan. Dan itulah menunjukkan keperkasaan (ayat 16b-17).

 

Pemazmur mengungkapkan bagaimana musuh-musuhnya semua dihalau Tuhan. Situasi yang tadinya menyesakkan, ditolak dan dibenci banyak orang, dikepung situasi yang mematikan seperti api duri, tapi akhirnya semua mundur terpukul (ayat 10-13). Kemenangan terjadi karena pemazmur tidak mengandalkan manusia, melainkan bersandar mengandalkan Tuhan.

 

Pernahkah kita menghadapi situasi serupa? Misalnya, di saat kita terkena penyakit berat mematikan, saat ekonomi kita jatuh dan terhimpit hutang, usaha atau karir kita hancur, atau di saat istri dan anak-anak kita bermasalah serius, atau hal buruk dan pahit lainnya. Dunia serasa runtuh. Kepala seperti tertimpa batu gunung. Lantas, kemana larinya untuk berlindung dan meminta pertolongan?

 

Lihatlah itu sebagai jalan Tuhan untuk mengajar dan mendisiplinkan kita untuk lebih taat dan percaya. Hanya kepada Tuhan, kepada Allah yang telah terbukti perkasa mengalahkan segala musuh dan kematian. Pertolongan Tuhan selalu tepat waktu. Mereka yang tadinya berpikir Yesus sudah tidak berdaya, ternyata salah! “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan (kini) telah menjadi batu penjuru” (ayat 22). Pikiran manusia memang pendek, cenderung merasa selalu hebat. Tetapi orang berhikmat selalu mengandalkan sesuatu, tidak berpusat pada dirinya. “Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran”, itulah sikap rendah hati pemazmur dalam nas ini (ayat 19).

 

Kita juga dapat mengalami hal demikian. Dalam hal situasi sesulit apapun, jangan ragu mengandalkan Tuhan kita yang hidup. Ujian, masalah, pencobaan, rasa sakit pasti datang.  “TUHAN telah menghajar aku dengan keras” kata pemazmur dan untuk diri kita. “Tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut” (ayat 18), tidak membiarkan tergeletak ditinggalkan di bukit sepi.

 

Lantas, apa setelah menang dan bangkit? Jangan seperti kacang lupa dengan kulitnya. Jangan lupa pengorbanan para misionaris Eropa, yang bertaruh nyawa dan derita untuk mengabarkan berita sukacita kebangkitan itu kepada kita. Sudahkah kita ikut memberi yang terbaik agar berita itu semakin luas disebarkan, dan semakin banyak yang menerima Tuhan Yesus adalah Allah yang perkasa?

 

“Inilah pintu gerbang TUHAN, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya.... Aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita.... Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!” (ayat 20, 24). Tuhan Yesus telah bangkit. Dan kita pun harus bangkit, tidak nanti, tapi sekarang ikut berbuat sesuatu bagi DIA, serukan nama Yesus! Selamat Paskah dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu 11 April 2021

Minggu II Paskah

 

YA TUHANKU ALLAHKU (Yoh. 20:19-31)

 

"Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (ayat 29).

 

Firman Tuhan di Minggu II Paskah Yoh. 20:19-31 berbicara tentang kehadiran Yesus di tengah murid-murid-Nya setelah kebangkitan-Nya. Mereka yang masih ketakutan terhadap pengejaran orang Yahudi, tiba-tiba didatangi Yesus dengan sapaan menenangkan: "Damai sejahtera bagi kamu.... Terimalah Roh Kudus."

 

Kehadiran Tuhan selalu menyenangkan dan menenangkan. Ketakutan hilang, sukacita merebak. Persoalan dengan sesama berupa kekecewaan dan kepahitan yang sering disimpan, Yesus lembut berpesan: ampunilah (ayat 23). Damai sejahteralah.

 

Tetapi sering manusia tidak taat atau tidak percaya. Atau ingin hasil atau bukti dulu. Seperti Tomas dalam nas ini, menuntut ingin melihat lobang paku dan mencucukkan tangannya ke dalam lambung-Nya. Mungkin dia terlalu kecewa, mengapa Yesus mati? Ia pun menyendiri sehingga ketika Yesus mendatangi murid-murid, ia tidak ada.

 

Yesus sabar dan setia. Menerima semua apa adanya. Dia menyapa, memberi kesempatan dan bukti. Ketika bertemu, Ia berkata kepada Tomas: ".. jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Respon Tomas sigap, sujud dengan pengakuan iman: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kekecewaan ataupun keangkuhan Tomas sirna. Ketakutan para murid juga lenyap, berganti sukacita.

 

Dalam kehidupan, kadang harapan dan keinginan belum semua terpenuhi. Doa seolah mengawang belum terkabul. Egoisme kita pun menyeruak. Kekecewaan muncul. Ingin bukti cepat bahwa Allah mendengar dan penolong. Kita lupa, Allah Mahatahu dan memberi yang terbaik bagi kita. Maka jangan menyendiri menjauhi Tuhan. Jangan juga sok pintar mau ngatur. Berefleksi dan berdoa, sampai bisa berkata: Ya, Tuhanku dan Allahku!

 

Itulah sikap terbaik kita anak-anak-Nya. Dia telah bangkit dan Roh Kudus diberikan sebagai jaminan kasih dan kuasaNya bagi kita (ayat 22). Semua itu lebih dari cukup. Yang terbaik pasti kan tiba. "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Haleluya. Selamat hari Minggu dan beribadah. Tuhan Yesus Memberkati. Amin.

 

Pdt. Ramles M. Silalahi

Khotbah Perayaan Paskah Minggu 4 April 2021

Hari Raya Paskah – Kebangkitan Tuhan Yesus

YESUSKU BANGKIT (Yoh. 20:1-18)

 

Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati (ayat 8-9)

 

Firman Tuhan hari Minggu ini Yoh. 20:1-18 bercerita tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Adalah kebiasaan orang Yahudi untuk pergi ke makam tiga hari setelah kematian seseorang. Hal ini didasari pemahaman bahwa roh orang mati masih melayang-layang di sekitar makam tubuh kaku itu, baru setelah tubuh itu rusak dan tidak dikenali lagi, rohnya pergi.

 

Maria ingin meminyaki Yesus (Mrk. 16:1). Hati Maria terus tertuju pada Yesus. Ia telah memperoleh kebaikan Yesus yakni roh jahat diusir dari dirinya. Kini ia menjadi saksi pertama kebangkitan-Nya. Demikian pula Yesus, hati-Nya lebih besar bagi yang selalu merindukan-Nya. Yohanes yang sangat dekat dengan Tuhan Yesus, juga mendapat karunia pertama percaya akan kebangkitanNya. Adakah kita merasa dekat dan selalu merindukan Yesus? Ini pesan pertama nas minggu ini bagi kita.

 

Pesan kedua, para murid menyadari bahwa janji Tuhan telah digenapi dan Yesus benar-benar bangkit. Alkitab dengan jelas memperlihatkan bukti-bukti bahwa Ia bangkit: kubur yang kosong, tubuh-Nya sebagai manusia biasa, bercakap-cakap dengan orang lain, merasa lapar dan haus, dan bahkan dapat disentuh ketika Thomas tidak mempercayai kebangkitan-Nya. Oleh karena itu, jangan meragukan janji Tuhan. Dan jangan pula kita lupa berjanji untuk tetap setia dan taat kepada-Nya.

 

Pesan ketiga yakni kuasa kebangkitan Yesus memberi kita bukti sebagai berikut:

  1. Ia terbukti Anak Allah (Rm. 1:4).
  2. Alkitab adalah benar dan dapat dipercaya (Luk. 24:44-47).
  3. Yesus mampu mengalahkan kematian yang berarti mampu membawa kita dalam kehidupan yang kekal (Rm. 5:10; 1Kor. 15:45; 1Pet. 1:3-4).
  4. Kristus hadir dengan kuasa-Nya dalam pengalaman hidup kita sehari-hari (Gal. 2:20; Ef. 1:18-20).
  5. Akan ada penghakiman di masa depan bagi orang yang tidak percaya dan berbuat fasik (Kis. 17:30-31).

 

Pesan terakhir nas minggu ini, jangan selalu berpedoman pada mata dan penglihatan kita. Jangan ragu untuk memberitakan kebangkitan-Nya. Tuhan Yesus berkata, “pergilah kepada saudara-saudara-Ku, katakanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku.” Maria juga akhirnya bersukacita dan meneriakkan: “aku telah melihat Tuhan”.

 

Kebangkitan Yesus salah satu kebenaran yang paling utama dalam Alkitab (1Kor. 15:1-8) dan merupakan landasan iman yang sangat penting bagi keselamatan kita kelak. Kuasa kebangkitan itu kini menjadi andalan kita untuk terus meyakini penyertaan dan tugas panggilan kita sehari-hari. Dunia sekeliling kita masih banyak belum menerima-Nya; juga yang berurai air mata membutuhkan pertolongan untuk lebih mengenal-Nya. Karya-Nya nyata. Oleh karena itu tetaplah mengabarkan-Nya melalui kesaksian-kesaksian nyata. Teruslah berbuah. Selamat Paskah dan selamat beribadah. Tuhan Yesus Memberkati. Amin.

 

Pdt. Em. Ir. Ramles M. Silalahi, D.Min.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 682 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7406102
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
49217
61324
158868
7204198
440964
1386923
7406102

IP Anda: 162.158.170.42
2024-11-21 20:09

Login Form