2014
Khotbah Minggu 22 Juni 2014
Khotbah Minggu 22 Juni 2014
Minggu II Setelah Pentakosta
ORANG BENAR AKAN HIDUP OLEH IMAN
(Rm 3:22b-31)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kej 6:9-22, 7:24, 8:14-19 atau Ul 11:18-21, 26-28; Mzm 46 atau Mzm 31:1-5, 19-24; Mat 7:21-29
(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)
Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> Pembinaan -> Teologi
Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.
Nas Rm 3:22b-31 selengkapnya dengan judul: Manusia dibenarkan karena iman.
3:22b. Sebab tidak ada perbedaan. 3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, 3:24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. 3:25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. 3:26 Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus. 3:27 Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! 3:28 Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. 3:29 Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! 3:30 Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman. 3:31 Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.
----------------------------
Pendahuluan
Dalam pasal-pasal sebelumnya kitab Roma ini dijelaskan bahwa semua orang (Yahudi dan bukan Yahudi) telah berbuat dosa, sehingga sebenarnya tidak ada perbedaan dan pengecualian. Dengan keberdosaan itu, manusia telah gagal mencapai kekudusan dan kebenaran sehingga tidak seorang pun layak masuk dalam kerajaan Allah. Namun apakah Allah sedemikian “kejam” sehingga tidak seorang pun bisa selamat? Bagaimana caranya Allah memberi pengampunan sehingga seseorang layak untuk dibenarkan? Allah adalah kasih namun tindakan kasih Allah itu juga memerlukan respon dari hati dan sikap manusia, untuk dapat dibenarkan dan ditebus dari jerat dosa yang membinasakan. Melalui nas minggu ini, kita diberi pemahaman bagaimana kasih Allah dan pentingnya iman diberikan sesuai dengan pengajaran berikut.
Pertama: Semua manusia telah berbuat dosa (Ayat 22b-23)
Adam dan Hawa tatkala jatuh ke dalam dosa yang diikuti oleh hukuman Allah yakni mereka harus keluar dari Taman Eden, serta Adam dan Hawa harus menderita susah payah dan penuh rasa sakit dalam menunjang kehidupan ini (Kej 3:14-19). Hukuman ini juga membuat manusia tidak bisa lepas dari dosa. Manusia yang sudah diberikan kebebasan selepas mereka keluar dari Taman Eden tidak mampu mempertahankan kekudusan yang akibatnya merusak hubungan mereka dengan Allah yang kudus. Hal itu semakin lebih sulit dengan adanya kekuatan iblis yang terus mengganggu manusia dengan segala godaan kedagingan dan kesombongan, membuat manusia mudah terjerat masuk ke dalam perbuatan dosa itu. Meski demikian, anehnya, ada juga orang yang berpikir bahwa manusia tidak perlu takut atau kuatir tentang perbuatan dosa yang mereka lakukan, dengan memiliki cara pandang, seperti: (1) Allah adalah Mahakasih dan Ia tidak akan menghukum siapa pun; (2) adalah tugas Allah untuk mengampuni dosa; (3) dosa bukanlah hal yang serius-serius amat, sebab dosa juga mengajarkan sesuatu yang berharga; dan terakhir (4) berpikir bahwa kita boleh hidup sesuai dengan standar dan budaya lingkungan kita saat ini, dalam arti bersikap kompromistis adalah sesuatu yang wajar.
Memang diakui ada dosa yang besar dan dosa yang kecil yang sederhananya dapat dilihat dari keseriusan dampak perbuatan dosa itu bagi diri kita dan orang lain. Seorang pembunuh jelas dosanya sangat besar sebab menghilangkan nyawa orang lain, yang seharusnya menjadi hak Tuhan. Pembunuh dosanya tentu lebih besar dari seorang pembenci. Perzinahan dosanya pasti lebih besar dari sekedar timbulnya nafsu birahi. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa apabila kita melakukan dosa yang kecil saja maka kita tetap berhak atas kerajaan sorga. Sebuah dosa tetap menjadikan kita orang yang berdosa (pendosa) dan menjauhkan kita dari hidup yang kudus dan Allah yang kudus. Oleh karena itu tanpa mempersoalkan besar kecilnya, dosa tetap berupahkan maut sebab tidak memenuhi persyaratan hidup sesuai dengan ketentuan Allah. Kita jangan menihilkan dosa yang kecil, kita juga tidak dapat mengabaikan dosa-dosa yang kita lakukan, sebab Allah jelas tidak dapat mengabaikan dosa.
Hal yang jelas adalah ketika manusia berdosa maka manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Sejak penghukuman Allah kepada Adam dan Hawa, yang dilanjutkan dengan penghukuman Allah atas kejahatan manusia seperti dijelaskan pada Kej 6, datangnya air bah, peristiwa menara Babel, hukuman pengasingan di Mesir, dan jatuh-bangunnya Israel sebagai bangsa, membuat Allah tidak melihat lagi penghukuman dan pengasingan sebagai jalan efektip untuk membawa manusia lebih takut dan dekat akan Allah. Kejatuhan manusia membuat gambar dan rupa Allah (Kej 1:26) itu menjadi cermin yang retak dan buruk akan citra kemuliaan Allah. Kehilangan kemuliaan Allah pada manusia berarti terjadinya degradasi kebenaran dan kekudusan hidup yang dapat mempertahankan citra Allah dalam diri manusia. Kehadiran kemuliaan Allah yang dinyatakan melalui tiang awan dan tiang api dalam pertolongan umat Israel keluar dari Mesir (Kel 24:16 dab), dan adanya kemuliaan pada Tabut suci Allah, tidak diapresiasi umat Israel sebagai umat pilihan-Nya. Persekutuan umat Israel dengan Allah menjadi rusak dan mereka harus menderita selama ratusan tahun di bawah penjajahan bangsa-bangsa lain, yang berakibat mengalami ketidakpastian dengan terus berharap pada Mesias, sampai akhirnya Allah menetapkan rencana-Nya untuk penyelamatan manusia dari kebinasaan. Jalan pendamaian harus dibuat agar manusia tidak menjadi terasing dari Allah.
Kedua: Kristus Yesus sebagai jalan pendamaian (Ayat 24-25a)
Allah berhak murka terhadap setiap orang berdosa sebab telah murtad dan memberontak pada-Nya dan memperlakukan Allah seolah-olah bukan menjadi Tuhan dan Rajanya. Inilah yang disampaikan oleh Rasul Paulus, setelah berbagai pernyataan tentang kelemahan dan ketidakmampuan manusia serta adanya hukuman Allah itu, Rasul Paulus menyampaikan berita penyelamatan yang menggembirakan dengan tiga kata kunci dalam nas ini yang diberikan pada manusia, yakni: dibenarkan, penebusan dan pendamaian. Paulus mengambil istilah ini dari proses pengadilan yang lumarah saat itu yakni "dibenarkan", dan dari pasar perbudakan yakni "penebusan". Seseorang yang dibenarkan berarti dinyatakan “Tidak Bersalah”. Apabila hakim di pengadilan menyatakan terdakwa tidak bersalah, maka semua tuduhan otomatis dihapus dari catatan atas dirinya. Secara hukum berarti orang tersebut seolah-olah tidak pernah didakwa apalagi dipersalahkan. Untuk itu Allah menunjukkan ada jalan agar dinyatakan "Tidak Bersalah" dari tuntutan hukuman akibat dosa itu, yakni dengan percaya kepada Yesus, anak-Nya, yang diutus dan mati bagi kita, mengaku dosa-dosa kita telah ditebus melalui penyaliban-Nya di Golgota, dan mengakui diri-Nya sebagai pengganti atas hukuman dosa kita.
Dalam perjanjian lama, seseorang yang memiliki hutang dapat dihapus hutangnya dengan dijual menjadi budak. Untuk pembebasannya maka sanak keluarganya kemudian dapat menebus atau membeli kebebasannya. Maka penyelamatan harus dilakukan melalui penebusan sesuai dengan konsep dalam perjanjian lama tersebut, bahwa manusia yang sudah terikat dan menjadi hamba iblis, harus ditebus dengan nyawa juga. Konsep penebusan juga dilakukan oleh Allah ketika umat Israel harus keluar dari tanah Mesir dengan membebaskan mereka dari perbudakan oleh bangsa itu. Penebusan lainnya dilakukan Allah ketika bertindak untuk mengembalikan umat Israel kembali dari pembuangan di Babel. Maka penebusan merupakan jalan yang dilakukan oleh Allah melalui Yesus bagi orang-orang berdosa yang terjerat untuk bebas dari perbudakan dosa untuk kembali masuk ke dalam kerajaan-Nya. Yang percaya pada penebusan itu sekaligus harus menerima Dia sebagai Juruselamat dalam hidupnya. Dengan demikian, kita menerima rencana Allah yakni Kristus sebagai persembahan penebusan dosa kita, dengan kata lain, Ia mati bagi kita untuk dosa-dosa yang kita lakukan, dan darah-Nya yang tercurah yakni darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa (Mat 26:28). Darah Kristus telah menjadi percikan darah ke empat penjuru di Bait Allah sebagai pengganti diri kita (band. Kel 24:8; Im 16:15; 17:11), sekaligus merupakan jalan pendamaian sebagaimana istilah yang dipakai pada kemah suci yakni "korban pendamaian".
Dalam hal ini Allah Bapa yang berinisiatif menjadikan Tuhan Yesus sebagai korban pendamaian. Ia menyediakan jalan untuk mendapatkan pengampunan melalui iman kepada Tuhan Yesus. Penyelamatan manusia ini didasari oleh kasih Allah yang demikian besar, sehingga Allah melalui rencana-Nya, “menganugerahkan anak-Nya yang tunggal, sehingga mereka yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Jalan penyelesaian itu adalah kasih karunia yang bersumber dari Allah, dan karena itu adalah kasih karunia maka bersifat cuma-cuma. Allah telah menyatakan kematian Kristus adalah khusus dan cukup sebagai korban persembahan atas penebusan dosa kita. Kristus telah berdiri dan menggantikan tempat kita, membayar lunas tebusan nyawa bagi kita, dan sekaligus memenuhi kepuasan kehendak Allah. Maka ketika Allah mengampuni dosa-dosa kita, catatan kita menjadi bersih, seolah-olah kita tidak pernah berbuat dosa. Orang yang berdosa, meski pun berulang-ulang melakukan dosa karena kelemahan daging dan kekuatan Iblis, maka ia tetap harus datang kembali kepada Yesus untuk mohon pengampunan, sebab pengudusan berlangsung terus menerus. Ini adalah keistimewaan menerima kasih karunia Allah yang diberikan. Dosa yang memisahkan kita dari Allah kini dipersatukan dengan darah Kristus.
Ketiga: Manusia dibenarkan karena iman (Ayat 25b-28)
Ada pertanyaan yang mungkin timbul di pikiran orang: Jika Allah menghukum mereka yang tidak mengenal Kristus, bukankah Dia menjadi tidak adil? Jika Allah menyelamatkan mereka, bukankah korban Kristus menjadi tidak perlu? Dalam hal ini Rasul Paulus menyatakan, Allah dengan penuh kesabaran-Nya membiarkan dosa-dosa yang dahulu dan menanti saat yang tepat untuk menjalankan rencana-Nya melalui Yesus. Allah membebaskan manusia dari dosa dengan cara penebusan bukan dimaksudkan bersikap tidak benar dengan menghilangkan keadilan-Nya, melainkan hanya dengan itu satu-satunya cara terbaik Allah, sebab semua orang telah berbuat dosa, tidak terkecuali; sementara Allah adalah Allah yang Mahakasih. Allah telah menetapkan Kristus Yesus menjadi jalan pendamaian, namun membutuhkan respon iman dari manusia atas karya penyelamatan tersebut. Orang yang percaya pada masa perjanjian lama pun sebenarnya telah melihat dengan iman akan kedatangan Yesus sebagai Penyelamat, namun mereka tidak tahu bahwa nama-Nya adalah Yesus dan rincian perjalanan hidup-Nya di dunia.
Adalah betul bahwa kebanyakan agama-agama menguraikan tugas atau perbuatan tertentu yang harus dilakukan untuk berkenan kepada Allah. Umat Yahudi juga berpikiran bahwa manusia hanya berkenan kepada Allah apabila manusia melakukan semua hukum Taurat dengan benar. Namun adalah tidak mungkin melakukan semua hukum Taurat itu dengan benar. Juga tidak ada perbuatan atau pencapaian manusia atau kehebatan pribadi seseorang, yang dapat mendekatkan jurang perbedaan standar perlindungan moral Allah dengan ketidaksempurnaan kehidupan keseharian kita. Perbuatan baik memang penting, tetapi itu tidak dapat menghapuskan dosa dan memberikan kehidupan kekal. Maka dalam hal ini Rasul Paulus menyatakan bahwa perbuatan dan usaha ketaatan pada hukum adalah sesuatu yang tidak memberikan jaminan. Dalam hal itulah diperlukan iman. Nah, mengapa demikian mudah hanya dengan iman? Mengapa tidak perlu dengan perbuatan yang bersusah payah?
Mengapa Allah menyelamatkan kita hanya dengan iman? Jawaban yang bisa diberikan adalah: Pertama, iman menghilangkan kesombongan dan kebanggaan akan usaha manusia, sebab perbuatan melahirkan kesombongan sementara iman bukanlah hasil prestasi atau perbuatan kita. Ini yang terjadi pada manusia di era PL. Kedua, iman mengangkat akan Allah yang telah lakukan, bukan apa yang telah manusia lakukan. Ketiga, iman mengakui bahwa kita tidak dapat mencapai hukum dan ukuran standar Allah sendirian, untuk itu perlu pertolongan dari-Nya. Keempat, iman didasarkan atas hubungan kita dengan Allah, bukan atas prestasi kita bagi Allah. Kelima, Perbuatan berpusat pada diri sendiri tetapi iman berpusat pada Allah. Dalam hal keselamatan berdasarkan iman ini memang kekristenan adalah unik dalam pengajaran dan dianggap sebagai hukum yang baru, dan sekaligus mengatakan bahwa perbuatan (baik) tidak akan membuat kita benar di hadapan Allah (Rm 3:27; 8:2; Yak 1:25; 2:8, 9; 2:12). Dengan demikian kita percaya kepada Allah akan kemahakuasaan-Nya dan kita juga percaya akan kasih-Nya yang telah dilakukan melalui Kristus Yesus, artinya, kita diselamatkan hanya karena percaya pada apa yang telah Allah perbuat bagi kita (Ef 2:8-10). Itulah hakekat iman yang menyelamatkan kita.
Keempat: Hanya ada Satu Allah (Ayat 29-31)
Ada beberapa kesalah-pahaman di antara orang Kristen Yahudi dan orang Kristen Yunani saat itu di Roma. Orang Kristen Yahudi yang kuatir bertanya kepada Rasul Paulus sebagaimana dituliskan di awal pasal tiga ini: "apakah iman menghapuskan seluruh hukum yang dipegang oleh umat Yahudi? Apakah iman meniadakan hukum Taurat, mengakhiri seluruh kebiasaan dan tradisi mereka, dan menyatakan bahwa Allah tidak lagi bekerja bersama-sama dengan mereka?" Pertanyaan ini sangat wajar sebab mereka merasa bermegah telah menerima hukum Taurat langsung dari Allah. Rasul Paulus tegas menjawab: "Jelas tidak!" Dalam hal ini, sesuai penjelasan Alkitab, sebenarnya ada dua fungsi hukum Taurat. Pertama, memperlihatkan jalan yang salah kepada kita. Dengan adanya hukum Taurat, kita tahu bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang tak berdaya dan karena itu kita perlu datang kepada Yesus untuk belas kasihan-Nya. Kedua, hukum Taurat sebagai kumpulan hukum moral (moral code) dan melalui hukum itu kita diberi panduan untuk dapat mengikuti dan mempertahankan moral standar Allah. Akan tetapi, meski kita tidak mendapatkan keselamatan dengan melakukan hukum Taurat, sebab tidak ada seorang pun yang mampu (terkecuali Yesus yang dapat menjalankan hukum Taurat dalam kehidupan-Nya), tetapi kita akan menyenangkan hati Allah apabila kehidupan kita semakin sesuai dengan maksud dan kehendak-Nya dalam hukum itu.
Menerima Yesus sebagai Juruselamat berarti meletakkan iman dan bersandar pada-Nya dan ini menjadikan diri kita benar di hadapan Allah, dan memampukan kita untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Di dalam Kristus berarti menjadi milik-Nya dipergunakan untuk kemuliaan-Nya. Mungkin timbul pertanyaan yang lain: Apa yang terjadi kepada orang yang hidup sebelum Kristus datang dan mati bagi dosa? Bagaimana dengan mereka yang dahulu memakai hukum Taurat sebagai pegangannya dan belum mengenal Tuhan Yesus? Mengapa Allah membiarkan umat-Nya di Israel sedemikian lama hingga mereka tercerai berai dahulu? Bukankah PL menuliskan, "Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah"? Bagaimana mungkin Yesus sebagai karya penebusan bagi orang berdosa? Kitab Roma 2:14-15 menuliskan, “Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.” Dengan demikian "hukum Taurat" sebagai alat untuk menyadarkan manusia akan dosa ada pada setiap hati manusia meski mereka tidak mengenal hukum Taurat yang tertulis. Allah bekerja dengan caranya yang unik dan penuh misteri. Demikian juga bagi mereka yang dahulu mati sebelum datangnya Yesus, bahwa Yesus tetap merupakan hakim dan jalan keselamatan yang akan dinyatakan oleh Allah Bapa kelak. Kristus menjadi pembebasan dosa dan kemerdekaan bukan hanya untuk mereka yang masih hidup, tetapi juga bagi mereka yang berdosa sebelum Yesus turun ke dunia sebagai Penebus, sebab penebusan itu prinsipnya berlaku bagi semua orang.
Ketika kita memahami jalan keselamatan melalui iman, maka kita secara tidak langsung memahami lebih baik ajaran Yahudi. Kita tahu mengapa Allah memilih Abraham, mengapa hukum Taurat diturunkan melalui Musa, dan mengapa Allah begitu sabar terhadap umat Israel berabad-abad lamanya. Iman tidak meniadakan hukum Taurat, hanya membuat Allah berurusan dengan umat Yahudi menjadi dapat kita pahami (di dalam pasal empat Rasul Paulus akan menjelaskan tema ini secara lebih luas, band. 5:21: 8:3,4;13:9,10; Gal 3:24-29; dan 1Tim 1:8 tentang konsep ini). Hal ini juga bukan berarti bahwa hukum Taurat tidak bermanfaat atau dibatalkan, akan tetapi hukum Taurat menuntun kita kepada anugerah pengampunan yang diberikan oleh Allah melalui Tuhan Yesus Kristus. Inilah yang dimaksudkan nas minggu ini, semua itu meneguhkan hukum Taurat. Pendekatan Allah bukan pendekatan hukum, melainkan pemberian kasih anugerah. Jalan pengampunan hanya dengan pertobatan mengaku dosa kita di hadapan Yesus, tanpa ada persyaratan lain: siapa pun kita, latar belakang kita: baik orang kaya atau miskin, orang jahat atau setengah jahat, orang Batak atau Jawa, Yahudi atau Indonesia dan lainnya; baik mereka yang melakukan dosa yang besar dan berulang-berulang, maupun mereka yang merasa sedikit dosanya. Dengan demikian, semua orang, baik Yahudi atau bukan Yahudi, yang mengaku Yesus adalah Tuhan dan menjadikan Dia sebagai Juruselamat, akan diterima oleh Allah yang Satu.
Penutup
Melalui mas minggu ini kita disadarkan bahwa memang semua manusia telah melakukan perbuatan dosa dan tidak seorang pun layak di hadapan Allah. Dengan keberdosaan itu manusia layak menerima murka dan hukuman Allah, sehingga dengan demikian semua manusia menjadi binasa. Allah mengambil inisiatif untuk memperdamaikan dengan menganugerahkan Yesus Anak-Nya yang tunggal sebagai jalan pendamaian. Itulah iman yang diminta dari kita, yakni Yesus adalah Penebus dan Penyelamat bagi semua orang, baik yang telah mati sebelumnya, baik yang hidup sesudahnya. Dengan manusia mengakui jalan pendamaian itu dan bertobat, mengaku bahwa Yesus adalah korban persembahan yang diberikan Allah sebagai pengganti diri kita, dan menjadikan Dia sebagai Juruselamat dan Gembala hidup kita, maka kita telah ditebus dan dibenarkan. Pembenaran demikian adalah sesuatu yang sah dan bukan berarti Allah membiarkan manusia begitu lama dalam keberdosaannya sampai Yesus datang ke dunia. Baik dia Yahudi ataupun bukan Yahudi, semua layak datang kepada-Nya memohon pengampunan dan pembenaran. Dengan demikian, melalui Yesus sebagai Tuhan, Allah kita adalah Allah yang Satu. Hanya yang penting, bagi kita semua yang sudah percaya dan menerimanya dengan iman, kita patut meminta pertolongannya dengan doa agar dimampukan untuk hidup benar berdasarkan iman kepada-Nya, karena orang benar hidup oleh iman.
Tuhan Yesus memberkati.
(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci dan tambahkan kata humor atau joke).
--------
Dalam pengadilan, jika seseorang terbukti bersalah melanggar hukum, bagaimana ia dapat membela diri? Begitulah situasi yang dihadapi manusia berdosa, tidak dapat membenarkan diri.
Lalu apa lagi yang dapat dilakukan manusia? Tidak ada, selain berharap pada kasih karunia Allah.
Paulus menegaskan: \= 1) Kebenaran manusia berwudjud anugerah, bukan gandjaran, 2) diberikan melulu atas kerahiman Allah, 3) diberikan karena ditebus oleh darah Kristus, 4) ditebus berarti diperdamaikan dengan Allah, 5) dari manusia hanja dituntut kepertjajaan akan Kristus. \+
mereka tidak mempunjai bagian dalam kemuliaan (kebenaran, kekudusan) Allah, sebab bukan atau belum anak Allah dan ahliwaris surga.
Lalu apa lagi yang dapat dilakukan manusia? Tidak ada, selain berharap pada kasih karunia Allah.
Doa: Ya Kristus,
Rm 3:24 - penebusan dalam Kristus Yesus identik bahwa Yahwe telah "menebus" Israel dengan membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan menjadikannya umat milik-warisanNya, Ula 7:6. Dalam menubuatkan "penebusan" dari pembuangan di Babel, Yes 41:14; para nabi memikirkan suatu pembebasan dengan arti lebih mendalam dan lebih umum, yakni pengampunan dosa, Yes 44:22; bdk Maz 130:8; 49:8-9.
Penebusan di zaman Mesias itu terlaksana melalui Yesus Kristus, 1Ko 1:30; bdk Luk 1:68; 2:38. Allah Bapa dengan perantaraan Kristus - atau Kristus sendiri - telah "membebaskan" Israel baru dari perbudakan hukum Taurat, Gal 3:13; 4:5; Kol 1:14; Efe 1:7; Ibr 9:15, dengan memperolehnya, Kis 20:28, menjadi kepunyaanNya sendiri, Tit 2:14, dengan membelinya, 1Ko 7:23; 6:20; bdk Gal 3:13 (terj: menebus); Rom 4:5
Rm 3:25 - jalan pendamaian // dalam darah-Nya // telah membiarkan
• jalan pendamaian: Kel 25:17; Im 16:10; Mazm 65:4; Ibr 2:17; 9:28; 1Yoh 4:10
• dalam darah-Nya: Kis 20:28; Rom 5:9; Ef 1:7; Ibr 9:12,14; 13:12; 1Pet 1:19; Wahy 1:5
• telah membiarkan: Kis 14:16; 17:30
pembenaran oleh iman menopang hukum Taurat menurut maksud dan fungsinya.
-------------------------------------
3:26 MaksudNya ialah untuk menunjukkan keadilanNya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.
Berdasarkan Sebaliknya dasar untuk tidak bermegah adalah berdasarkan iman. sebab dengan iman orang justru menyatakan dirinya tidak mampu. Yer 31:33; Gal 5:6; Rom 8:2.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa tidak mungkin seseorang membenarkan dirinya sendiri dengan upaya menaati Taurat
karena iman: Rom 4:11,12; Gal 3:8
• kasih karunia: Yoh 1:14,16,17; Rom 4:16; 5:21; 6:14; 11:5; 2Kor 12:9; Ef 2:8; 4:7; Tit 2:11; Ibr 4:16
• telah dibenarkan: Rom 4:25; [Lihat FULL. Rom 4:25]
• karena penebusan: Mazm 130:7; 1Kor 1:30; Gal 4:5; Ef 1:7,14; Kol 1:14; Ibr 9:12
Tuhan tidak pernah melupakan dosa-dosa ini. Dia dapat mengampuni dosa, dan Dia sendiri tetap benar
jaitu seolah-olah benar dihadapan Allah karena djasanja sendiri. untuk bermegah: Rom 2:17,23; 4:2; 1Kor 1:29-31; Ef 2:9
Yeremia 9:23-24 yang berkata, "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya... tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena... ia mengenal Aku...."
PB menekankan beberapa kebenaran mengenai kematian Kristus.
1. Kematian itu suatu pengorbanan, yaitu korban darah-Nya (bd. 1Kor 5:7; Ef 5:2)
2. Kematian itu adalah untuk orang lain, yaitu Dia tidak mati bagi diri sendiri, tetapi untuk orang lain (Rom 5:8; 8:32; Mr 10:45; Ef 5:2).
3. Kematian itu bersifat penggantian, yaitu Kristus mengalami kematian sebagai hukuman atas dosa kita, sebagai pengganti kita (Rom 6:23; lihat art. HARI PENDAMAIAN).
4. Kematian itu adalah mendamaikan, yaitu kematian Kristus demi orang berdosa memuaskan sifat Allah yang benar dan keadaan moral-Nya, sehingga dengan demikian mengalihkan murka Allah dari orang berdosa yang bertobat. Integritas Allah menuntut bahwa dosa dihukum dan korban pendamaian dibuat untuk kita. Melalui korban pendamaian oleh darah Kristus, kekudusan Allah tetap tidak berkompromi dan Dia sanggup menyatakan kasih karunia dan kasih-Nya dalam keselamatan dengan adil. Harus ditekankan bahwa Allah sendirilah yang telah menetapkan Kristus sebagai korban pendamaian. Allah tidak perlu diajak untuk menunjukkan kasih dan belas kasihan-Nya, sebab "Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus" (2Kor 5:19; bd. Yoh 3:16; Rom 5:8; 8:3,32; 1Kor 8:6; Ef 4:4-6).
5. Kematian itu adalah penebusan, yaitu suatu korban untuk menebus atau membayar kerugian karena dosa. Dalam pengertian ini, kematian Kristus sebagai korban adalah dalam rangka meniadakan kesalahan akibat dosa. Melalui kematian Kristus kesalahan dan kuasa dosa yang memisahkan Allah dengan orang percaya ditiadakan.
6. Kematian Kristus itu mujarab, artinya kematian-Nya sebagai korban pendamaian mengandung khasiat untuk menghasilkan efek penebusan penuh yang diinginkan, bila kita menerimanya dengan iman.
7. Kematian itu adalah kemenangan, yaitu di salib Kristus berjuang dan menang atas kuasa dosa, Iblis, dan segala kekuatan jahat yang membelenggu manusia. Kematian Kristus adalah kemenangan awal Allah atas musuh-musuh rohani Allah dan manusia (Rom 8:3; Yoh 12:31-32; Kol 2:15). Jadi, kematian Kristus bersifat menebus. Dengan membayar tebusan dengan hidup-Nya sendiri (1Pet 1:18-19), Dia membebaskan kita dari musuh yang memperbudak umat manusia, yaitu dosa (Rom 6:6), kematian (2Tim 1:10; 1Kor 15:54-57) dan Iblis (Kis 10:38), sehingga membebaskan kita untuk melayani Allah (Rom 6:18;
----------------------
Seandainja pengalaman hukum ini sjarat mutlak untuk diselamatkan, maka seluruh bangsa manusia jang bukan Jahudi, dan sebab itu tidak dikurniakan hukum, tak mungkin diselamatkan.
Rm 3:30 •
• kebenaran Allah: Rom 1:17 • karena iman: Rom 9:30;
• Yesus Kristus: Gal 2:16; 3:22 • yang percaya: Yoh 3:15;; Rom 4:11; 10:4
• ada perbedaan: Rom 10:12; Gal 3:28; Kol 3:11
tetapi hukum Taurat membawa pengenalan akan dosa, sehingga "setiap mulut tersumbat." Hukum Taurat berfungsi terutama untuk membungkam setiap manusia yang suka memegahkan diri.
Melalui pendamaian dengan Allah dan melalui karya pembaharuan Roh Kudus, orang percaya sanggup menghormati dan menaati hukum moral Allah
(lihat cat. --> Rom 8:2;lihat cat. --> Rom 8:4).
Jika perbuatan baik tidak sanggup menggantikan keberdosaan manusia yang sangat fatal itu, Yesus Kristus adalah pengharapan bagi manusia berdosa untuk bisa berkenan kepada Allah.
===========================================================
Khotbah Minggu 15 Juni 2014
Khotbah Minggu 15 Juni 2014
Minggu TRINITAS - Minggu I Setelah Pentakosta
PRIBADI SEMPURNA DAN HIDUP DAMAI SEJAHTERA
(2Kor 13:11-13)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kej 1:1-2:4a; Mzm 8; Mat 28:16-20
(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)
Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> Pembinaan -> Teologi
Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.
Nas 2Kor 13:11-13 selengkapnya dengan judul: Salam
13:11 Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah, usahakanlah dirimu supaya sempurna. Terimalah segala nasihatku! Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera; maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu! 13:12 Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus. Salam dari semua orang kudus kepada kamu. 13:13 Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian
-------------------------
Pendahuluan
Nas minggu ini merupakan akhir dari surat Paulus kepada jemaat di Korintus dengan perintah, salam dan berkat. Ada lima perintah yang jelas disampaikan firman Allah dalam nas ini kepada jemaat, yakni: (1) bersukacitalah; (2) usahakan dirimu sempurna; (3) terimalah nasihat; (4) sehati sepikirlah; (5) hiduplah dalam damai sejahtera. Maksud dari semua ini adalah agar jemaat selalu menjaga kesatuan di antara mereka sambil mereka terus menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sebagaimana diuraikan pada pasal-pasal sebelumnya. Dalam surat ini juga Rasul Paulus mengatakan rencana kunjungannya untuk mengetahui perkembangan jemaat itu. Dari bacaan minggu ini kita diberikan pengajaran sebagai berikut tentang perintah, salam dan cium kudus serta berkat itu.
Pertama: Bersukacita dan usahakanlah dirimu supaya sempurna (ayat 11a)
Bagaikan seorang ayah yang ingin anaknya bertumbuh menjadi dewasa, demikian pesan Allah melalui Rasul Paulus kepada jemaat Korintus dan kita semua agar menjadi orang percaya yang dewasa. Ditengah-tengah pergumulan yang dialami oleh jemaat Korintus sebagaimana diuraikan dalam pasal-pasal sebelumnya, firman Tuhan mengatakan tetaplah bersukacita. Demikian pula dalam persoalan dan pergumulan hidup kita sehari-hari, kita juga harus tetap dalam sikap bersyukur dan bersukacita, dalam arti bersukacita dalam pengharapan, sabar dalam kesesakan dan bertekun dalam doa (Rm 12:12). Bersukacita dalam pengharapan berarti kita mengimani Allah akan memberikan pertolongan dalam melewati pergumulan itu dengan kemenangan. Kita juga diminta agar dalam situasi kesesakan yang kita alami, kita tetap sabar terhadap diri sendiri dan juga sabar pada pertolongan Allah. Sikap itu akan saling mendukung ketika kita tambahkan bertekun dalam doa, sebab doa kepada Allah kita yang hidup membuat kita terus terhubung dan kuasa-Nya akan mengalir dalam kehidupan kita dan memampukan kita melewati semuanya dengan baik.
Perintah kedua adalah agar jemaat Korintus mengusahakan diri mereka menjadi sempurna (katartizo yang lebih berarti memulihkan kepada keadaan semula). Untuk melihat apakah sempurna, sebagaimana ayat-ayat sebelum nas ini, tiap orang perlu menguji diri sendiri, menyelidiki, apakah kita tetap teguh di dalam iman, apakah kita benar-benar tetap sebagai orang Kristen sejati. Sebagaimana kita melakukan pemeriksaan umum tubuh fisik (general check up) di rumah sakit/klinik, Rasul Paulus meminta kita untuk memeriksa kerohanian kita. Kita harus mencari pertumbuhan kehadiran Kristus dan kuasa-Nya di dalam kehidupan kita, sehingga dengan begitu kita tahu bahwa kita adalah seorang Kristen sejati dan bukan penipu. Ada prinsip, jika kita tidak mengambil langkah bertumbuh lebih dekat kepada-Nya, berarti kita menarik diri lebih jauh dari-Nya, sebab iblis dan si jahat terus bekerja. Kalau kita tidak maju itu sama dengan mundur, meski kadang perlu kontemplasi. Pergumulan dan permasalahan jangan membuat kita kalah atau menurun. Rasul Paulus menyebut pesan Allah sesuai pengalaman hidupnya, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna (2Kor 12:9). Sebelum nas bacaan kita minggu ini, firman Tuhan juga mengatakan, “Sebab kami bersukacita, apabila kami lemah dan kamu kuat. Dan inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi sempurna” (2Kor 13:9).
Jangan menaruh target terlalu rendah. Menjadi sempurna adalah tantangan orang percaya. Menjadi sempurna berarti menjadi serupa dengan Kristus. Sebagaimana kerinduan Rasul Paulus dinyatakan dengan kalimat, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Flp 3:10). Kita tidak mungkin tidak berdosa sebab semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23). Namun oleh kasih karunia kita telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus (Rm 3:24). Manusia harus sekuat tenaga dan upaya untuk menjauhkan diri dari dosa dan berusaha hidup seturut dengan firman-Nya. Tujuan semua itu adalah agar serupa dengan Kristus dan menjadi sempurna seperti firman-Nya, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Rm 12:2). Lagu NKB 138 mengumandangkan, “Makin serupa Yesus, Tuhanku, inilah sungguh kerinduanku; Makin bersabar, lembut dan merendah, makin setia dan rajin bekerja.” Keadaan sempurna hanya terjadi ketika kita di dalam Kristus dan pengampunan-Nya, sehingga tatkala kita dalam ujian dan pergumulan tidak taat dan jatuh serta mengabaikan firman-Nya, maka pengudusan kembali berlangsung melalui pengampunan dalam kasih anugerah-Nya. Tujuan semua ini adalah agar ketika kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya, kita tidak bercatat dalam kuasa Roh Kudus, yang membawa sukacita besar bagi kita (band. 2Ptr. 2:1-13).
Kedua: Terimalah nasihat dan sehati sepikir (ayat 11b)
Perintah ketiga dalam nas ini adalah agar jemaat Korintus dan juga kita menerima nasihat (parakaleo), khususnya yang bersumber dari firman dan Roh Kudus. Para rasul dipakai oleh Allah untuk menguatkan orang percaya dan bukan untuk menjatuhkan. Firman Tuhan memberi kita nasihat yang perlu setiap hari. Persekutuan dan teman-teman seiman adalah tempat Roh Kudus bekerja. Tidak ada ruang dalam persekutuan untuk melemahkan sesama rekan seiman. Kita perlu memperhatikan dan menguatkan teman-teman yang membutuhkan. Kita juga perlu membuka diri atas pikiran orang lain. Mendengar berarti membuat kita diam dan berkontemplasi. Seseorang pemberi nasihat tidak harus lebih “pintar” dari yang diberi nasihat. Ada hal-hal tertentu dan sudut pandang yang dimiliki seseorang yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Seorang juara dunia dalam bidang apapun perlu nasihat dari pelatihnya, sehingga dalam hal ini nasihat itu penting dalam membuka wawasan dan metode berpikir. Apalagi nasihatnya bersumber dari firman Tuhan, maka itu akan sangat efektip, sehingga paling tidak seperti dikatakan firman agar “kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh” (1Tes 4:1). Maka dengan ini jangan ragu memberi nasihat sebagaimana Rasul Paulus. Lihat siapa teman kita yang membutuhkan. Itu adalah tugas panggilan dan jangan malah membicarakannya dengan orang lain yang kemudian menjadi gossip. Karena itu kita perlu melayani sesama untuk saling menguatkan dan terus berbagi tentang Injil. Tujuan kita tidak semata-mata hanya membuat orang lain menjadi percaya, tetapi melihat bagaimana iman mereka bertumbuh menjadi dewasa.
Perintah keempat adalah agar jemaat Korintus sehati sepikir dalam menghadapi permasalahan yang ada (band. Rm. 12:16; 15:5; Flp. 2:2; 4:2). Rasul Paulus mengingatkan bahwa orang-orang di Korintus harus menghadapi permasalahan mereka sendiri, apakah tindakan, perilaku dan situasi mereka masih cocok dan sesuai dengan pesan Injil. Memang perlu kita sadari, ketika standar dan kualitas jemaat yang diminta tidak ada, maka suatu saat permasalahan akan muncul kembali. Itu bagaikan api dalam sekam. Ancaman akan datang kembali kepada gereja kalau hanya dengan memoles-moles masalah, konflik, dan kesulitan yang mereka hadapi. Gereja tidak boleh dibentuk dan hadir dari proses kegagalan, kelalaian, penolakan, tersembunyi atau kepahitan. Gereja yang sehati sepikir adalah produk ikutan dari kerja keras dalam kebersamaan memecahkan masalah. Pesan Allah kepada jemaat Kristus memang seperti godam yang memukul keras kesulitan mereka, demikian pulalah kita harus menerapkan prinsip-prinsip firman Allah dalam persekutuan jemaat dan bukan sekedar pendengarnya.
Rasul Paulus memberi teladan dengan berusaha ikut dalam persoalan yang dihadapi jemaat Korintus, meski ia dapat menolak terlibat sampai mereka dapat menyelesaikan masalah perpecahan tersebut. Akan tetapi kasihnya yang besar yang berdasar pada kasih Kristus tidak dapat membiarkan jemaat itu bergumul sendirian. Kasih wujudnya adalah kepedulian yang berarti kita harus menghadapi situasi yang nyata. Dengan kewenangan dan pendekatan pribadi dibutuhkan dalam membebaskan orang-orang ang terbeban apalagi sudah di dalam dosa. Memang kadang ada pendekatan yang salah yang membuat hubungan malah tambah buruk dan bukannya memulihkan. Rasul Paulus mengutarakan hal itu dengan tidak mengutamakan jabatan kerasulannya. Kita dapat menggunakan otoritas, perintah, atau ketentuan aturan hukum, organisasi, adat-istiadat atau lainnya untuk menegur atau menghukum mereka yang terlibat masalah, atau menghindar dengan alasan itu adalah urusan mereka. Atau, kita menjauh dengan membuat gossip dan mengarahkan pembicaraan agar pendengar membenci mereka. Tetapi Rasul Paulus melakukan upaya membangun hubungan dengan pendekatan yang baik dan benar: berbagi, dialog dan peduli. Ini memang pendekatan yang sulit yang menguras energi kita secara emosional, tetapi itu adalah pendekatan yang terbaik terhadap orang lain, dan hanya dengan demikian cara kristiani yang efektip untuk berhubungan dengan dosa-dosa dan kelemahan orang lain.
Ketiga: hiduplah dalam damai sejahtera dengan salam dan cium kudus (ayat 11b-12)
Perintah kelima adalah agar mereka hidup dalam damai sejahtera (Yun: eireneuo yang lebih berarti memelihara damai sejahtera - band. Mrk. 9:50; Rm. 12:18; 1Tes. 5:13). Pertentangan di antara jemaat membuat mereka tidak lagi bersukacita, penuh dengan irihati, egoisme, kesombongan dan permusuhan. Tidak ada lagi damai sejahtera di dalam hati jemaat dan persekutuan mereka. Namun mereka tidak dapat lari dari persoalan itu. Memang, dibandingkan dengan lari dari persoalan yang membuat masalah tidak selesai dan hanya tertunda dan terus menghantui, lebih baik kita menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada. Kunci dari pemecahan masalah itu hanya satu, yakni dengan iman bahwa masalah bisa diselesaikan dengan pertolongan Tuhan (Flp 4:13). Kita bisa mengambil contoh apa yang dilakukan oleh Musa saat ia dipanggil memimpin umat Allah keluar dari Mesir. Di dalam Ibr 11:24-27 dijelaskan bahwa dengan iman Musa menolak disebut anak puteri Firaun, artinya ia mengenali dirinya sendiri dan kedudukannya (ayat 24). Kemudian ia bersedia menerima tanggungjawab yang dibebankan kepadanya, meski harus sengsara dan meninggalkan kesenangan dari dosa (ayat 25); dalam hal itu ia melihat prioritas Kristus sebagai kekayaan yang lebih utama (ayat 26); dan akhirnya ia memutuskan mengambil tugas panggilan Tuhan: meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Semua itu hanya oleh karena iman dan ia menjadi pemenang yang menghasilkan damai sejahtera. Oleh karena itu dikatakan dalam nas ini bahwa sumber kasih dan damai sejahtera itu adalah Allah. Allah memberikan kepada kita sebuah situasi dan kondisi yang memungkinkan kita masuk ke dalam damai sejahtera itu dengan caranya yang unik.
Hidup dalam damai sejahtera hanya ada di dalam Yesus, sebagaimana dikatakan-Nya: Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku (Yoh 16:33a). Kalau hanya dengan usaha atau buatan manusia, damai sejahtera hanya dapat diperoleh bersifat sementara. Damai sejahtera dari Allah kita bisa peroleh saat sudah menerima dan masuk ke dalam Kerajaan Sorga dari Tuhan Yesus (Markus, Lukas dan Yohanes memakai istilah Kerajaan Allah), sebab damai sejahtera itu hanya ada di dalam kerajaan itu. Kerajaan sorga yang penuh damai sejahtera itu sudah ada saat ini, bukan berarti bahwa kita harus menunggu Kerajaan Sorga itu itu digenapi penuh di kemudian hari, melainkan menerima dan menjadikan kerajaan sorga itu hadir saat ini di dalam diri setiap orang percaya. Tuhan Yesus berkata, "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu" (Luk 17:20b-21). Siapa yang sudah menempatkan Yesus sebagai Raja dan bersemayam di dalam hidupnya, dan menempatkan Kerajaan Kristus itu sudah hadir dalam kesehariannya, maka sesungguhnya ia akan memiliki damai sejahtera. Alkitab menegaskan, “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm 14:17).
Hidup dalam damai sejahtera perlu diperlihatkan dalam hubungan sehari-hari, oleh karena itu Rasul Paulus menyatakan perlunya jemaat Korintus untuk saling mendukung dengan memberi salam dengan cium kudus. Dalam PB frasa cium kudus ini muncul sebanyak 5 kali (Rm 16:16; 1 Kor 16:20; 2Kor 13:12; 1 Tes 5:26; dan 1 Ptr 5:14). Menurut sahabat saya Deky Nggadas (lihat http://dekynggadas.wordpress.com), pemberian salam dengan ciuman sampai pada masa PB sudah memiliki akar sejarah yang cukup panjang. Ada beberapa jenis ciuman yang dijelaskan: Pertama, ciuman antar kerabat atau famili (Kej 29:11; 33:4; band. Kel 4:27; 18:7); Kedua, ciuman sebagai tanda penghormatan terhadap status seseorang yang dianggap lebih tinggi (1Sam 10:1; band. Luk 7:38, 45; 22:47; Kis 20:37), dan biasanya pemberian salam penghormatan ini dilakukan pada leher, tangan, mata, dan atau bagian-bagian tubuh yang lain. Ketiga, ciuman dalam konteks keagamaan. Dalam konteks agama-agama misteri, pemberian ciuman memiliki signifikansi kultis, yakni sebagai simbol penghormatan terhadap para dewa (Ayb 31:27; 1Raj 19:18; Hos 13:2). Keempat, ciuman sebagai ekspresi cinta dan birahi (Kid. 1:2; Ams 7:13). Meski begitu, ciuman dalam lingkungan kekristenan mula-mula lebih bernuansa teologis ketimbang sosial dan tidak pernah dimaksudkan sebagai tindakan erotis. Dalam cium kudus, ada makna kesatuan, penerimaan, pengampunan, kesetaraan, dan kasih persaudaraan di antara sesama anggota jemaat di dalam Kristus. Memang ada hal penting yang perlu disampaikan bahwa di kemudian hari praktik ini menimbulkan penyimpangan dalam jemaat. Hal ini terindikasi dari kecaman Bapak-bapak Gereja terhadap penyalahgunaan cium kudus dalam ibadah sebagai kesempatan untuk meluapkan birahi. Praktik menyimpang ini juga terlihat dilakukan sekitar akhir tahun 1970-an oleh para penganut Children of God yang sempat masuk ke Indonesia.
Keempat: Kasih dari Allah Tritunggal (ayat 13)
Sebelum menutup suratnya Rasul Paulus memberi salam dari seluruh orang kudus pada jemaat Korintus. Kemudian ia memberi berkat dari Tiga Wujud allah Tritunggal: Allah Bapa, Allah Anak (Tuhan Yesus), dan Allah Roh Kudus. Berkat ini kemudian terkenal dan lazim diucapkan oleh pendeta pada akhir ibadah. Meski kata Tritunggal tidak eksplisit dipakai di Alkitab, nas yang kita baca minggu ini memperlihatkan bukti yang dapat dipercaya dan dialami melalui penerimaan anugerah Allah, kasih-Nya dan persekutuan dengan-Nya. Dalam buku Pedoman Persekutuan GKSI (Penyunting: saya sendiri) disebutkan bahwa istilah teknis dalam Alkitab untuk gagasan ini, Tritunggal, mengungkapkan dengan jelas ajaran Alkitab. IA ada sebagai Tritunggal yang suci: sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Ul 6: 4; Mrk 12: 29; Yes 43: 10-11; Mat 28: 19; 2Kor 13: 14). Jawaban umum terhadap rupa Allah adalah, “Allah itu Roh, berpribadi yang hidup”. Allah yang dinyatakan dalam Alkitab sungguh-sungguh hidup dan bertindak (Mzm 15: 3; 97: 7). Ia bukan sekedar kuasa atau kekuatan tak berpribadi, tetapi Allah yang berpribadi dan berwatak kodrat khusus. Dia adalah Roh yang melebihi seluruh tatanan dunia dan tatanan itu seluruhnya bergantung kepada-Nya. Dalam Luk 1:26-35 digambarkan malaikat Gabriel mengumandangkan pesan Allah akan kelahiran Yesus kepada Maria. Mat 3:17 menyebutkan suara Allah Bapa terdengar pada saat Yesus dibaptis; dan dalam Mat 28:19 Tuhan Yesus mengamanatkan misi Agung kepada murid-murid dan kita semua.
Dalam Perjanjian Lama, acapkali Allah memakai istilah jamak untuk diri-Nya sendiri (Kej 1: 26; 3: 22; 11: 7; Yes 6: 8). Injil Yohanes memperlakukan perikop Yesaya sebagai penglihatan Yesus (Yoh 12: 41). Ada sebutan mengenai Malaikat Tuhan yang disamakan dengan Allah tetapi berbeda dengan-Nya (Kel 3: 2-4; Hak 13: 2-22). Perjanjian Lama juga menyebutkan Roh Allah sebagai wakil pribadi Allah (Kej 1: 2; Neh 9: 20; Mzm 139: 7; Yes 63: 10-14). Ada juga disebutkan tentang hikmat Allah, khususnya Amsal 8, sebagai perwujudan Allah di dunia, dan mengenai firman Allah sebagai ungkapan yang kreatif (Mzm 33: 1, 9; band. Kej 1: 26). Ada juga nubuat yang menyamakan Mesias yang sudah lama ditunggu-tunggu itu dengan Allah (Mzm 2; Yes 9: 5-6). Dalam Perjanjian Baru, acuan yang Tuhan Yesus berikan kepada para murid (Mat 28: 19) menentukan pemahaman mereka. Allah adalah esa, namun dapat dibedakan dalam tiga Oknum: Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Berbagai perikop mengandaikan atau menyatakan ketritunggalan Allah secara langsung atau tidak langsung (Mat 3: 13-17; 28: 19; Yoh 14: 15-23; Kis 2: 23; 2Kor 13: 14; Ef. 1: 1-14; 3: 16-19). Masing-masing Oknum ditegaskan bersifat Ilahi:
· Sang Bapa adalah Allah (Mat 6: 8; Gal 1: 1)
· Sang Anak adalah Allah (Yoh 1: 1-18; Rm 9: : 5; Kol 2: 9; Tit 2: 13; Ibr 1: 8-10); dan
· Roh Kudus adalah Allah (Mrk3: 29; Yoh 15: 26; 1Kor 6: 19-20; 2Kor 3: 17-20)
Dengan demikian, Allah menyajikan realitas yang misterius dan unik, satu Allah: Sang Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Satu cara untuk memahami perbedaan antara Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah dengan menghubungkan fungsi yang berbeda dari masing-masing Oknum itu. Bentuk paling popular menghubungkan penciptaan dengan Bapa, penyelamatan dengan Anak, dan pengudusan dengan Roh Kudus. Paulus memberikan bentuk lain dalam Efesus 1, di mana pemilihan dihubungkan dengan Sang Bapa (ay. 4, 5, 11), penyelamatan dengan Anak (ay. 3, 7, 8) dan pemeteraian dengan Roh Kudus (ay. 13-14). Tetapi adanya perbedaan ini jangan sampai memudarkan kebenaran mendasar mengenai keesaan Ilahi yakni ketiga-tiganya terlibat dalam kegiatan siapa pun di antara ketiga Oknum itu. Misalnya, walaupun dalam penciptaan khususnya dikaitkan dengan Sang Bapa, namun juga dihubungkan dengan Anak (Yoh 1: 3) dan Roh Kudus (Yes 40: 13). Dengan demikian, seluruh pengertian tentang keselamatan Kristen dan penerapannya pada pengalaman manusia tergantung pada ketritunggalan Allah. Begitu penting maknanya. Ketritunggalan dalam Allah juga merupakan dasar pokok penegasan bahwa Allah itu kasih adanya. Rasul Paulus mengakhiri suratnya dengan berkat dari ketiga Pribadi itu mengingatkan jemaat Korintus akan kesatuan mereka dalam Tritunggal. Kesatuan itu mengalirkan berkat anugerah (keselamatan), kasih dan persekutuan. Oleh karena itu, dalam berkat yang disampaikan oleh Rasul Paulus di dalam Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, menguatkan bahwa Allah sangat mengasihi kita semua, baik di dalam pergumulan, maupun di dalam sukacita dan kehidupan sehari-hari. Kasih Allah dan damai sejahtera-Nya yang melampaui segala akal itu (Flp 4:7) dipersatukan dan dikukuhkan dalam sebuah janji akan keberhasilan yang indah.
Penutup
Melalui nas minggu ini kita diberikan pengajaran pentingnya kesatuan jemaat. Dalam kehidupan berjemaat mungkin kita mengalami berbagai persoalan dan permasalahan, akan tetapi nas minggu ini mengingatkan kita harus bersukacita dalam menghadapi hal itu. Persoalan yang datang dapat kita jadikan sebagai jalan untuk membuat kita supaya (lebih) sempurna. Allah bekerja dalam setiap persoalan (Rm 8:28) dan menjamin setiap beban akan dapat kita tanggung di dalam Dia (Flp 4:13). Memang dalam hal ini perlu keterbukaan dan evaluasi diri sehingga bersedia menerima nasihat khususnya yang bersumber dari firman Allah dan kuasa Roh Kudus. Badai permasalahan apa pun yang mereka hadapi hanya dapat diselesaikan dengan cara mereka perlu sehati sepikir. Segala irihati, kesombongan, dan egoisme harus dihilangkan. Dengan sehati sepikir maka mereka akan memperoleh berkat dan hidup dalam damai sejahtera. Semua damai sejahtera itu perlu diekpresikan dengan salam dan cium kudus di setiap kesempatan, sehingga Allah Tritunggal, sumber kasih dan damai sejahtera akan terus memberkati mereka melalui anugerah, kasih dan penyertaan-Nya hingga akhir zaman.
Tuhan Yesus memberkati.
(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci dan tambahkan kata humor atau joke).
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 8 Desember 2024 - Minggu Adven IIKhotbah Minggu 8 Desember 2024 – Minggu Adven II KEBENARAN...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 8 Desember 2024 - Minggu Adven IIKhotbah (2) Minggu 8 Desember 2024 – Minggu Adven II PEMURNIAN...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 1 Desember 2024Kabar dari Bukit MENYEGARKAN DAN MEMPERBARUI PERJANJIAN (Mzm....Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 689 guests and no members online