Thursday, November 21, 2024

2023

Khotbah 2 Minggu Hari Raya Pentakosta 28 Mei 2023

Khotbah 2 Minggu Hari Raya Pentakosta

SELAMAT ULANG TAHUN GEREJA KITA (Kis. 2:1-21)

 

 "Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat" (Kis. 2:18)

 

Hari ini dalam kalender gereja adalah hari Pentakosta, sekaligus hari pencurahan Roh Kudus, mengingat peristiwa saat para murid berkumpul di Yerusalem, tradisi sukacita festival (Kel. 23:14–17; Im. 23:1–44; Ul. 12:5–6). "Dan tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus...." Peristiwa itu dituliskan dalam Kis. 2:1-21 yang menjadi bacaan kita minggu ini. Oleh karena pencurahan Roh Kudus tersebut, maka hari itu juga dianggap sebagai hari lahirnya gereja, dalam pengertian adanya jemaat mula-mula.

 

Dalam Perjanjian Lama, Pentakosta merupakan hari perayaan umat Israel purba, yakni perayaan hari ke lima puluh setelah Paskah, saat keluarnya umat Israel dari perbudakan di tanah Mesir. Peristiwa itu sekaligus perayaan umat atas pemberian hukum Taurat kepada Musa, dan doa serta ucapan syukur kepada Allah atas kebaikan panen gandum yang berhasil.

 

Hari raya pentakosta hakekatnya sejak dahulu adalah hari sukacita, setelah melewati masa-masa sulit. Semua ada waktunya, dan yang indah pasti akan datang. Saat ini kita semua sedang dilanda duka, dan prihatin. Pandemi Covid-19 sampai kemarin telah menewaskan 360,679 jiwa dari 5,8 juta yang terpapar di seluruh dunia. Untuk Indonesia per Agustus 2021, ada 120.000 yang meninggal, dari 3,9 juta jiwa positip terpapar. Sungguh memilukan hati.

 

Gedung gereja tempat kita berkumpul dan bersekutu, kini dikunci rapat. Kita beribadah lewat TV atau komputer atau Hp, sebuah pola persekutuan baru. Semuanya untuk tujuan yang baik, menghindari sebaran pandemi semakin meluas. Semoga dengan ibadah di rumah, kita semua menjadi keluarga imamat rajani. Kita tahu, Tuhan punya rencana, semua atas izin-Nya. Kini kembali kepada kita manusia, kesempatan untuk berefleksi, mengambil hikmah, serta berubah menjadi lebih baik dan semakin berkenan di hadapan-Nya.

 

Hampir dua tahun kita lebih banyak di rumah; ekonomi lumpuh, pengangguran ikut menggila. Kemiskinan dan hidup yang lebih berat membuncah; bukan saja tetangga kita, keluarga kita, sekeliling kita, tetapi juga para hamba Tuhan yang gerejanya di desa-desa, gereja kecil yang mengandalkan persembahan setiap minggu. Hidup yang cukup sulit untuk dapat bersukacita di ulang tahun gereja hari ini. Kita terus berdoa agar semua berlalu dan dipulihkan. "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu, berjaga-jagalah sambil mengucap syukur" (Kol. 4:2). Bagaimana pun, janji Tuhan telah digenapi, Ia telah memberi kita Penolong dan Penghibur (Kis. 1:4-8, Yoh. 14:16; Yl. 2:28-32).

 

Ayat terakhir nas minggu ini mengingatkan, "Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan" (ayat 21). Mari kita berseru: Selamat datang Roh Kudus! Tiada pilihan lain, mari kembalikan fokus perhatian tetap kepada Allah, hanya Dia yang terus disembah dan ditinggikan. Kita diingatkan kembali saat ini, orang percaya telah diperlengkapi dengan kuasa, ada rupa-rupa karunia untuk bersaksi dan berkarya, untuk hidup yang terus dibarui, semakin membawa terang Ilahi, mengutus ke luar gereja, membawa jiwa-jiwa baru kepada-Nya. Selamat ulang tahun gereja kita semua. Semoga kita bisa semakin menyenangkan hati-Nya.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 21 Mei 2023

Kabar dari Bukit

MEMULIHKAN KEADAAN (Kis. 1:6-14)

 "Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis. 1:6)

Salam dalam kasih Kristus.

 

Ibadah di gereja atau persekutuan, sering dalam doa syafaat kita memohon kepada Tuhan Yesus agar memulihkan keadaan bangsa Indonesia; menjadi bangsa yang besar, maju, kemiskinan lenyap, rakyat makmur dan sejahtera. Biasanya doa dilanjutkan, agar diberikan hikmat kepada Presiden dan seluruh jajaran..., dan seterusnya. Tapi sayangnya, kita belum puas dan melihat masih banyak yang harus dilakukan.

 

Keinginan memulihkan keadaan dan menanti sebuah perubahan sering diharapkan oleh kita pribadi, kelompok, atau bangsa. Ya, tantangan dan masalah selalu ada, kadang tidak terperihkan sehingga memicu rasa khawatir, takut, dan bahkan menghilangkan semangat.

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Kis. 1:6-14. Ini kisah terangkatnya Tuhan Yesus naik ke sorga. Para murid masih berharap Tuhan Yesus melakukan hal besar lain, yakni membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi. Ya alamiah, manusia mengadu kepada yang mampu memberi kuasa, sebagaimana para murid yang telah melihat kuasa Yesus.

 

Alkitab menjelaskan ada empat tingkatan kuasa atau otoritas. Allah Bapa memiliki otoritas tertinggi, kemudian otoritas Yesus Kristus sebagai Anak Allah. Otoritas Yesus lebih kepada unsur kerajaan dan penghakiman, sebagaimana Ia menyampaikan pesan-pesan langsung melalui murid dan penulis kitab PB.

 

Menjawab pengharapan para murid tentang pemulihan, sebelum terangkat Tuhan Yesus menjawab: “Tetapi kamu akan menerima KUASA, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (ay. 8). Artinya, Yesus tidak datang membangun kerajaan dunia, tetapi kerajaan rohani. Urusan kerajaan dunia diberikan kepada para murid, dengan berbekal kuasa Roh Kudus.

 

Maka kini kita sadari adanya otoritas rasuli yang diberikan kepada gereja (majelis) dan otoritas murid bagi orang percaya. Oleh karena itu jika mengharapkan pemulihan dan terwujudnya perubahan, itu mesti dimulai dari diri kita sendiri dan gereja yang menjadi mitra-Nya.

 

Kita ingat pidato Kennedy tahun 1961 yang berkata: “And so, my fellow Americans: ask not what your country can do for you — ask what you can do for your country”. Jika ingin sebuah perubahan atau pemulihan, apapun itu, maka jangan tanyakan apa yang orang/pihak lain bisa lakukan; tetapi tanyakanlah terlebih dahulu, apa yang dapat kita lakukan.

 

Jangan takut membuat perubahan. Kita hanya perlu mendengarkan Paul Kix yang menulis dalam bukunya You Have to be Prepared to Die Before You Can Begin to Live,  ada lima yang kita perlu ketahui: 1. Bersandarlah pada kerentananmu; 2. Keberanian tidak wajib dalam hidup; 3. Rencana besar tidak selalu menjadi rencana akhir; 4. Penderitaan itu abadi; tapi menjadi korban adalah  pilihan; 5. Kendalikan hal yang kita mampu dan perhatikanlah pengaruh yang bertumbuh.

 

Sebuah perjalanan panjang memulihkan keadaan, dimulai dari sebuah langkah kecil. Setelahnya, pertolongan dan sinergi akan datang, jalan akan terbuka, dan tetaplah dalam doa. Kita hanya perlu meneladani para murid sepeninggal Tuhan Yesus. “Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama....” (ay. 14). Sebuah penantian yang berhasil, setelah para murid bersaksi dan keluar dari Yerusalem, buah doa dan langkah bersama kuasa Roh Kudus.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah 1 Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga 2023

Khotbah Tuhan Yesus Naik ke Sorga 18 Mei 2023

 SEGALA SESUATU TELAH DILETAKKAN DI BAWAH KAKI KRISTUS (Ef. 1:15-23)

 Bacaan lainnya: Kis. 1:1-11; Mzm. 47 atau Mzm. 93; Luk. 24:44-53

 

 

Pendahuluan

Pada minggu ini kita diberi gambaran tentang kekuasaan dan kemuliaan Kristus sebagaimana Rasul Paulus telah melihat karya nyata-Nya di dalam jemaat Efesus. Ini semua didahului oleh rasa syukur dan dukungan doa terus menerus bagi jemaat tersebut dan adanya pengharapan pada setiap panggilan-Nya. Panggilan itu datang dari Kristus Raja yang telah duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan semua telah diletakkan di bawah kaki-Nya. Melalui bacaan minggu ini kita diberi pengajaran sebagai berikut:

 

Pertama: Doa syukur atas pengenalan Allah yang benar (ayat 15-17)

Bagaimana kita mengetahui tentang orang lain? Apakah dengan membaca riwayat hidup atau keterangan lain tentang dia? Tentu itu membantu informasi tentangnya, tetapi kita tetap tidak mengenali orang tersebut dengan sesungguhnya. Jika kita ingin mengetahui seseorang, kita harus menghabiskan waktu yang cukup dengan orang itu, sebab tidak ada jalan singkat. Kita orang percaya bagaikan sebuah buku terbuka yang dapat dilihat dan dibaca orang lain dengan mudah. Semua tercatat dan dapat dinilai (dan kelak oleh Kristus). Bagi mereka yang tidak suka isi buku itu meski dengan alasan yang tidak jelas, mereka tidak belajar menarik manfaat dan malah menjelek-jelekkan. Ini cara pandang yang jelas salah. Tetapi bagi mereka yang menyukai hal yang tertulis, akan bersikap bersyukur dan mengambil manfaat dari isi buku itu. Itulah pelajaran universal pada kehidupan.

 

Demikianlah halnya dengan Rasul Paulus. Ia tinggal di Efesus bersama jemaat selama tiga tahun dan kemudian saat ia berada di penjara ketika surat ini ditulis, ia mendapat laporan bahwa jemaat Efesus semakin bertumbuh iman mereka dengan baik dan memberikan buah kasih yang nyata (band. Kol. 1:4). Buah iman ini diwujudkan dalam bentuk dukungan mereka bagi orang-orang kudus, yakni mereka yang sudah percaya kepada Yesus tetapi membutuhkan dukungan materi dan juga pelayanan. Ini kepedulian Rasul Paulus terhadap jemaat binaannya. Sebab itu Rasul Paulus mengatakan, ia bersyukur apa yang dilihatnya, bersyukur atas apa yang telah Allah lakukan untuk jemaat Efesus tersebut. Demikian juga dengan dengan pengenalan kita akan Allah. Membaca Alkitab, belajar teologi yang bagus, atau membaca brosur-brosur yang mengesankan, semua itu tidak dapat menggantikan pengenalan dengan berjalan dalam kehidupan bersama Pribadi Allah. Alkitab, buku teologi dan brosur atau informasi apapun juga, tidak bisa menggantikan Pribadi Allah yang perlu kita kenal lebih dalam, yakni dengan cara berinteraksi dengan-Nya.

 

Sikap bersyukur akan lebih baik bila didukung dengan berdoa bagi pertumbuhan yang lebih baik lagi bagi mereka. Doa syafaat Rasul Paulus dalam nas ini adalah untuk kesejahteraan rohani orang percaya agar mereka lebih mengenal Allah (band. Ef. 3:16). Pengenalan pertama yang diharapkannya yakni Pribadi Allah tersebut dalam Yesus Kristus. Pengenalan Pribadi ini sangat penting untuk mengetahui hal lainnya yang terdapat dalam Pribadi tersebut. Kini pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita mengenal Pribadi Allah? Atau kita hanya mengetahui tentang Dia? Perbedaannya pengenalan ini terletak pada berapa banyak waktu yang kita berikan untuk bersekutu dengan Allah (band. Ayb. 42:5. Belajar tentang Yesus melalui kehidupan-Nya sebagaimana dituliskan dalam Alkitab, tentang apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya selama tiga tahun di dunia ini sekitar 2000 tahun yang lalu, akan membuka jalan bagi kita untuk mengenal Pribadi Allah lebih dekat dan menerima berkat-berkat atau kekayaan Ilahi-Nya. Lakukanlah pengenalan awal melalui doa saat ini juga. Pengenalan yang benar tentang Tuhan Yesus pasti mengubah hidup kita selamanya.

 

Kedua: Pengharapan dalam panggilan-Nya (ayat 18-20a)

Doa Rasul Paulus kedua bagi jemaat Efesus yakni agar mereka mengenal panggilan Allah. Panggilan Allah dalam hal ini adalah pengharapan untuk mengikut Kristus. Pengharapan yang kita miliki bukanlah suatu perasaan yang samar-samar bahwa masa depan kita baik, melainkan suatu jaminan kemenangan pasti di dalam Allah yang hidup. Kepastian yang utuh datang pada kita melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hati kita. Oleh karena itu, Rasul Paulus meminta agar Tuhan membuka mata hati mereka menjadi terang, yakni tempat pusat pengolahan perasaan batin, pikiran, dan kemauan yang terang pada setiap orang percaya. Mata hati yang gelap tidak mampu melihat karya Allah bagi dunia ini dan bagi setiap insan manusia melalui sejarah dan Tuhan Yesus (2Kor. 4:6; Ibr. 6:4). Pengharapan itu sangat penting sebab pengharapan yang memberikan dorongan kepada kita untuk hidup penuh semangat dan berdaya juang (tentang pengharapan ini dapat dibaca juga pada Rm. 8:23; Ef. 4:4; Kol. 1:5; 1Tes. 1:3; 1Pet. 3:15).

 

Selanjutnya doa Rasul Paulus meminta agar jemaat mengenal kekayaan Allah yakni kemuliaan yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus (Flp. 1:9; Kol. 1:9-10). Dalam mengenal kekayaan tersebut, yakni janji masa depan yang indah pada akhir zaman dan kekekalan. Janji tersebut bahkan sudah berwujud sejak kita mengaku Yesus adalah Juruselamat dengan pemberian Roh Kudus di dalam hati kita yang memiliki kuasa demikian besar, khususnya berupa damai sejahtera dan kekuatan serta penghiburan dalam menjalani kehidupan ini (Rm. 5:5; 2Kor. 1:22; Gal. 4:6). Kekayaan Allah berupa hikmat dan janji itu akan digenapkan nanti dalam kemuliaan yang sudah diterima oleh Tuhan Yesus dan juga menjadi bagian orang percaya. Gambaran kemuliaan ini tidak dapat terpikirkan oleh manusia, sebagaima dalam firmam-Nya: "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9).

 

Doa keempat atau yang terakhir untuk jemaat Efesus dari Rasul Paulus adalah agar mereka dapat mengenal kuasa Allah. Perihal kuasa ini kadang ada sebuah ironi. Dunia ini takut terhadap kekuatan bom atom, yang sebenarnya atom adalah bagian alam semesta milik dan ciptaan Allah. Sementara kuasa Allah tidak terbatas bahkan meliputi pengendalian alam raya semesta dan kuasa ini juga yang dipakai untuk membangkitkan Yesus dari kematian; kuasa kebangkitan-Nya itu juga yang diberikan pada kita sebagai ahli waris-Nya. Memang masih banyak orang takut akan kematian sebab masih berpikir itu sebagai misteri dan kegelapan, namun dengan kebangkitan yang dijanjikan dan telah terbukti pada Yesus, maka setiap orang percaya tidak perlu lagi takut sebab "kematian" itu bersifat sementara dan jalan menuju ke kehidupan kedua yakni kekekalan (band. 1Pet. 1:5). Kuasa Allah yang tak terbandingkan ini juga tersedia bagi orang percaya untuk menolong kita dalam menghadapi setiap kesulitan, sehingga tidak ada yang terlalu sulit bagi Dia.

 

Ketiga: Duduk di sebelah kanan Allah (ayat 20b-21)

Kuasa Allah yang kedua setelah membangkitkan Yesus adalah mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya (band. Mrk. 16:19). Pengertian duduk di sebelah kanan dalam hal ini ekspresi alegoris orang Yahudi sebagai simbol kekuasaan dan bukan dalam pengertian fisik orientasi seperti Allah Bapa bersebelahan di sebelah kiri Tuhan Yesus, sebab Allah adalah Roh dan mengatasi segala tempat. Pengertian duduk memiliki dua makna: Pertama, sebagai metafora "Kepercayaan" atau "Wakil" dalam melaksanakan kuasa dan Pribadi Allah menghadapi seluruh ciptaan Allah sekaligus ungkapan kemuliaan dan penghormatan. Istilah populernya Yesus sebagai “Tangan Kanan”. Pengertian duduk di sebelah kanan ini sekaligus penguatan hal yang dinyatakan dalam kitab Perjanjian Lama, "Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mzm. 110:1). Dalam Mzm. 80:18, dituliskan "Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu". Dengan kedudukan di sebelah kanan itu maka Yesus sebagai Anak Allah menjadi Representasi Pribadi Allah yang Maha Tinggi untuk menjadi Penguasa dan Pemerintah atau Raja di dunia dan alam semesta ini.

 

Arti kedua duduk adalah tinggal atau bersemayam (band. Luk. 24:49 dan Ams. 20:8 yang memakai kata Yunani yang sama - kathizo). Pengertian duduk berarti Tuhan Yesus tinggal secara kekal dalam kebahagiaan Allah Bapa (band. Mzm 16:11). Dengan Yesus sudah merupakan Representasi dan tinggal bersama Allah, kita tidak perlu takut pada seorang diktator, sebuah bangsa, atau pada kematian dan bahkan pada setan. Kekuasaan Yesus tidak terbatas dan jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut. Kita tahu tentang penguasa dunia atau raja-raja seperti Nebukadnesar, Daud, Rhiza Pahlevi dan lainnya, bahkan presiden yang sangat berkuasa seperti Suharto, demikian juga dengan dinasti-dinasti di Tiongkok atau Jepang, namun semua itu tidak ada yang abadi, runtuh tidak berbekas. Kerajaan dan kekuasaan mereka tidak kekal sebagaimana kerajaan Yesus yang bertahan dan terus meluas hingga saat ini (Flp. 2:9, 10).

 

Kuasa Allah yang dinikmati oleh orang percaya di dunia ini tidak berhenti disini saja. Segala kuasa di sorga maupun di bumi telah dilimpahkan kepada Yesus (Mat. 28:18-20). Kekuasaan manusia sebagaimana disebutkan di atas pasti berakhir. Dunia baru dengan bumi dan langit baru memerlukan pemerintahan dan kuasa yang abadi dan tidak sama dengan dunia yang kita lihat dan diami saat ini. Semua ini merupakan paket dalam perjanjian ketika kita menerima Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai Juruselamat dan Raja dalam hidup kita. Yesus yang dihakimi di dunia 2000 tahun lalu akan menjadi Hakim yang dipilih Allah untuk mengadili yang hidup dan yang mati dan kita akan menjadi orang yang dibela dan dibenarkan sesuai dengan janji-Nya. Perjanjian telah dimeteraikan; kita hanya sesaat untuk menunggu penenuhannya. Rasul Paulus mengatakan, sebagaimana juga pada kitab Rm. 8:37-39, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dan kasih-Nya.

 

Keempat: Segalanya diletakkan di bawah kaki-Nya (ayat 22-23)

Musuh yang paling kuat bagi manusia adalah iblis dengan segala bentuk pengikutnya. Meski dikatakan tubuh dan daging juga disebut sebagai musuh, namun banyak orang telah berhasil mengalahkan keinginan daging dan tubuh dengan cara puasa, tapa atau selibat. Namun sejak awal dikisahkan bahwa manusia dapat mudah mengalahkan keinginan tubuh, namun begitu menghadapi godaan hati, manusia sangat lemah dan mudah jatuh. Kisah Hawa yang digoda iblis dalam bentuk ular dan kemudian Adam, Kain, dan ratusan kisah manusia terbukti dikalahkan oleh iblis sehingga akhirnya jauh dari Allah. Oleh karena itu satu-satunya kuasa yang dapat mengalahkan iblis hanyalah kuasa dari Allah. Apabila manusia menghadapi iblis dengan kekuatannya maka pasti takluk, akan tetapi apabila menghadapinya bersama dengan kuasa Allah, maka pasti menang (Kol. 2:10). Pengertian bersama dengan kuasa Allah ini bukan harus dalam bentuk tengkingan, berteriak, melainkan sikap hidup sehari-hari dengan tunduk berserah dipimpin Roh Kudus dan menatap lurus ke depan tanpa tergoda ke kanan atau ke kiri (Yos. 1:7).

 

Dalam Mzm. 110: 1 di atas juga disebutkan, "sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu", arti yang sama dengan “meletakkan semuanya di bawah tapak kaki-Nya.” Ungkapan ini berasal dari sikap seorang Raja atau pemenang yang menempatkan kakinya di atas leher atau kepala orang yang ditaklukkannya dalam sebuah perkelahian atau pertempuran. Dengan sikap ini, artinya, segala yang mengaku kuasa dan pemerintahan, harus tunduk bertekuk lutut di bawah kuasa dan pemerintahan Kristus (Mat. 22:44; 1Kor. 15:25-27; Ibr. 2:8). Yesus adalah Mesias; Ia Yang Diurapi. Dia adalah Allah yang ditunggu umat Israel, Allah yang membangun kembali dunia mereka yang sudah hancur. Sebagai orang Kristen, kita harus percaya bahwa Allah pasti menang dalam peperangan akhir dan mengendalikan segalanya di bawah kuasa-Nya. Demikian pula dengan kuasa-kuasa kegelapan dalam bentuk tahyul, setan, sinkretisme, dan alat-alatnya semua pasti takluk dengan penguasa tertinggi alam semesta.

 

Setelah dibangkitkan dari kematian, kuasa diberikan pada Kristus sebagai Kepala Gereja. Yesus Kristus adalah Pendiri Gereja (Mat. 16:18) dan siapapun yang percaya adalah bagian dari tubuh-Nya. Gereja dalam hal ini bukanlah bangunan atau denominasi, melainkan setiap orang yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan hidupnya (Yoh. 3:16; 1Kor. 12:13). Dalam keseharian, kumpulan orang ini disebut dengan gereja lokal dan kemudian menjadi sebuah gereja universal sedunia dengan Yesus sebagai Kepala. Kedudukan Kepala bukan sekedar gelar kemuliaan atau kehormatan umum tetapi mengandung arti penuh dalam kepemimpinan yang berhubungan dengan sistem, pemerintahan, dan kuasa-Nya dalam tubuh Gereja (1Kor. 11:3; Ef 4:15; 5:23; Kol 1:18; 2:10). Tubuh tidak berdaya tanpa kepala demikian pula Gereja tidak akan berdaya tanpa Kristus. Sebagai Kepala, Kristus memenuhi jemaat dan kepenuhan ini mengacu pada pemberian karunia-karunia rohani dan berkat-berkat pada gereja (band. Yoh. 1:16; 1Kor. 12:11; Ef. 3:19; 4:10). Kepenuhan Dia untuk memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef. 3:19; 4:13), Kristus sungguh-sungguh memberdayakan dan mengarahkan gereja dan untuk itu pula gereja harus mengekspresikan sepenuhnya Kristus. Dengan demikian maka gereja menempatkan Kristus sebagai Raja yang kita peringati dan teguhkan melalui nas minggu ini.

 

Penutup

Doa sejati penuh dengan ucapan syukur dan dapat melihat dengan mata hati yang terang tentang karya Tuhan Yesus dalam hidupnya atau hidup orang lain serta jemaat-Nya. Doa yang lebih dalam adalah kepedulian akan sesama orang percaya untuk terus diberikan jalan pengenalan Allah yang benar, sehingga mampu berkarya melalui kuasa Roh Kudus. Roh kebenaran ini kemudian memberi hikmat untuk memahami rencana Allah dan menerapkannya demi pengharapan dalam panggilan-Nya. Yesus sebagai Raja dan pemegang otoritas memimpin dan memerintah dan Ia duduk di sebelah kanan Allah, tinggal dan berkuasa atas sorga dan bumi saat ini dan dalam kekekalan. Dengan kedudukan dan kuasa itu maka segala kuasa yang ada baik yang ada di bumi dan di awan-awan dan angkasa telah diletakkan di bawah kaki Yesus yang telah menjadi Pemenang. Inilah yang menjadi doa dan pengharapan kita, agar kita sebagai anggota tubuh-Nya semakin mengenal melalui mata hati yang terang akan Allah yang benar dalam Kristus yang telah menjadi Raja, sehingga kekayaan Allah dalam hikmat dan berkat merupakan penggenapan janji nyata yang kita terima dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu VII Paskah 21 Mei 2023

Khotbah Minggu VII Paskah 21 Mei 2023

 SERAHKANLAH SEGALA KEKHAWATIRANMU KEPADA-NYA (1Pet. 4:12-14, 5:6-11)

 Bacaan lainnya: Kis. 1:6-14; Mzm. 68:1-10, 32-35; Yoh. 17:1-11

 

Pendahuluan

Nas minggu ini dilatarbelakangi oleh tantangan berat yang dihadapi oleh jemaat di wilayah Asia Kecil oleh pihak kekaisaran Roma, khususnya bagi pemimpin-pemimpin baru seperti penatua dan diaken. Rasul Petrus mengingatkan agar dalam situasi tersebut mereka jangan terkejut apabila ada pelbagai penganiayaan dan penderitaan yang datang, mengingat sikap keras yang diperlihatkan panglimanya Nero dalam menganiaya orang-orang percaya. Penderitaan yang datang bukan merupakan ilusi, tetapi sudah merupakan rencana Allah untuk mereka ikut serta dalam penderitaan dan kesusahan itu. Ini sikap yang perlu dihadapi sebagai jalan untuk mengikut jejak Yesus yang mati demi kebenaran, sehingga mereka tidak perlu malu atau berputus asa dalam menghadapinya. Maka melalui bacaan peristiwa di masa awal gereja ini kita memperoleh pengajaran sebagai berikut.

 

Pertama: Berbahagialah dalam penderitaan untuk Kristus (1Pet 4:12-14)

Tidak dapat disangkal bahwa kelahiran agama umumnya berangkat dari penderitaan umat di tengah-tengah ketidakadilan. Ada kerinduan manusia agar perubahan dapat terjadi dan wajar saja memiliki pengharapan melalui Mesias atau tokoh nabi-nabi baru. Allah sendiri mungkin menempatkan skenarionya sedemikian rupa sehingga memudahkan pesan Allah sebagai Pencipta dan Yang Mahakuasa bagi mereka untuk berubah. Penderitaan manusia itu sendiri tentu berawal dari kebodohannya di samping akibat ketidaktaatannya. Oleh karena itu, pesan Allah yang pertama adalah: bertobatlah, atau berubahlah (band. Pesan Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus pada Mat. 3:2; 4:17). Dalam melakukan pertobatan atau perubahan itulah biasanya kita diminta untuk berkorban, menderita bagi diri sendiri dan juga bagi orang lain. Mereka yang percaya terhadap perubahan tentu perlu berjuang untuk itu. Dan itulah yang terjadi pada para murid Tuhan Yesus. Riwayat awal pelayanan-Nya dan sejarah gereja mencatatnya dengan baik. Murid-murid dipilih-Nya untuk mengambil bagian dalam perjuangan perubahan itu dengan ikut menderita. Dengan perjuangan mereka dan penderitaan yang dialami, nama Tuhan Yesus ditinggikan dan semakin banyak yang percaya dan menjadi pengikut Yesus.

 

Namun dalam hal ini Yesus bukan sekedar nabi atau rasul. Ia juga Allah yang menjadi manusia, sehingga apa yang dikatakan-Nya pasti merupakan kebenaran dan sekaligus menjadi janji pasti-Nya kepada mereka yang percaya dan setia mengikuti firman-Nya. Rasul Petrus mengutip ucapan awal Tuhan Yesus pada Mat. 5:11 yang senada mengatakan, "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat." Jadi ketika ada penderitaan, kita jangan terkaget-kaget. Apabila itu dalam rencana Allah, Roh Kudus diberikan untuk menguatkan mereka yang diuji imannya. Kita juga tidak perlu takut dan gentar. Lihat saja bagaimana Petrus dan Yohanes dianiaya ketika memberitakan Injil, mereka bersukacita sebab merasakan bahwa penganiayaan itu adalah tanda pembuktian dari Allah akan buah kerja mereka (Kis. 5:41; Kol. 1:24; Ibr. 10:34). Tentu tidak berarti bahwa kita mencari kesusahan, tapi jangan menghindarinya juga. Be ready. Fight for the best, be ready for the worst. Yang penting, tetap lakukan yang terbaik bagi Tuhan, tanpa terlalu mempedulikan risiko penderitaan yang mungkin datang sebagai konsekuensinya.

 

Dalam situasi sekeliling kita saat ini pun, masih banyak penderitaan dan ketidakadilan, sehingga setiap orang percaya pada hakikatnya dipanggil untuk menghilangkan penderitaan dan ketidakadilan itu. Kita orang percaya tidak bisa berpangku tangan apalagi memanfaatkan situasi untuk kepentingan diri sendiri. Kemauan kita mengambil bagian dalam penderitaan orang lain adalah bukti kesungguhan untuk melayani dan mengabdi pada Kristus (band. Kis. 14:22; Rm. 8:17-18; 1Pet. 1:6-9). Pengalaman mengambil bagian dalam perjuangan yang menimbulkan penderitaan akan memperkaya diri kita secara rohani. Perjuangan membuat kita hidup, dan bukan sekedar hidup adalah perjuangan. Kita harus melihat tugas itu sebagai peperangan melawan kebodohan, kemalasan dan bahkan melawan iblis sebagai sumber segala kejahatan dan keburukan (band. Ef 6:12). Allah memanggil dan membiarkan kita masuk dalam perjuangan itu. Meski tampaknya itu berupa siksaan, dinista, atau kita mungkin kalah secara fisik atau jasmani, tidak perlu takut dan gentar, sebab itu hanya ujian iman dan bukan akhir segalanya. Semua itu bukan sesuatu yang luar biasa. Roh Allah yaitu Roh kemuliaan bekerja dan diam di hati orang percaya dengan cara istimewa menguatkan kita dalam ujian itu. Dan pada akhirnya, kita tetap sebagai pemenang secara rohani, kita bergembira dan bersukacita, sebab ada jaminan yang tersedia bagi kita ketika Ia datang kembali menyatakan kemuliaan-Nya (Rm. 8:17; 2Kor. 4:17; 1Pet. 5:1). Maka, berbahagialah kita untuk itu.

 

Kedua: Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya (1Pet. 5:6-7)

Ketakutan dan kekhawatiran adalah manusiawi. Ketakutan merupakan bagian dari ketidaktahuan kita tentang apa yang akan terjadi di depan. Puncak ketakutan manusia mungkin kematian dan proses kematian yang menyakitkan. Tetapi sepanjang kita memahami bahwa kematian adalah pintu untuk kemuliaan dan proses kematian yang menyakitkan adalah jalan untuk menuju pintu kemuliaan itu, maka semua tidak perlu dikhawatirkan lagi. Ketakutan manusia terhadap penderitaan daging juga memperlihatkan bahwa ia belum lepas dari keinginan daging. Nas minggu ini juga ditujukan kepada mereka yang dipanggil di dalam pelayanan gereja, sebagai pendeta, penatua, diaken, guru sekolah minggu, dan lainnya. Semua panggilan itu merupakan kesempatan untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan melalui orang-orang percaya. Jadi tidak ada alasan untuk takut dan khawatir. Tujuan panggilan itu bukan untuk mendapatkan kehormatan, memperoleh pujian, apalagi keuntungan diri sendiri. Jabatan diberikan sebagai jalan yang lebih mudah dalam pengabdian dan sekaligus menjadi tantangan penggunaan wewenang sebagai pemimpin, teladan dan gembala. Domba yang diserahkan bukan untuk disesatkan melainkan diasuh dan ditumbuh-kembangkan kerohaniannya sehingga semakin berkenan kepada Tuhan.

 

Mengambil bagian dalam penderitaan Kristus akan membentuk diri kita sesuai dengan karakter yang diinginkan-Nya (Rm. 5:3-5; 2Kor. 1:3-7; Yak. 1:2-4). Tapi perlu kita sadari bahwa panggilan itu adalah otoritas Allah, namun respon, intensitas dan kualitas pelayanan kita adalah semata-mata dari kesediaan dan kerelaan kita dan bukan karena paksaan. Kita tidak perlu merasa jengkel atas pengalaman penderitaan yang datang, dan juga tidak perlu merasa cemburu atau rendah diri apabila orang lain tidak mengalami hal yang sama atau lebih ringan, apalagi bersikap memberontak atas apa yang kita alami. Memang terkadang kita khawatir akan status dan kedudukan kita, atau berharap akan pengakuan manusia atas apa yang kita lakukan. Akan tetapi Rasul Paulus dalam hal ini menasihati bahwa pengakuan dari Tuhan jauh melebihi hal yang diberikan oleh manusia. Allah sanggup dan mau untuk memberkati kita seturut dengan waktu-Nya. Taatlah dengan sungguh-sungguh, berserah dalam kerendahan hati terhadap Allah. Tunduklah atas rencana-Nya yang penuh misteri tanpa memperhitungkan situasi saat ini, dan pada saatnya nanti – entah di masa hidup kita kini atau di masa kekekalan nanti, Dia pasti mengangkat dan meninggikan kita pada waktunya.

 

Maka bila kita terus menerus membawa-bawa segala kekhawatiran, tekanan, dan pergumulan hidup setiap hari, maka sebenarnya kita tidak percaya penuh pada Allah dalam hidup kita. Memang diperlukan kerendahan hati, sebab bagaimana pun, dengan mengakui bahwa Allah peduli dan mengakui kita mempunyai kebutuhan, kita membiarkan keluarga Allah lainnya terbuka untuk menolong. Kadang kita berpikir bahwa kesusahan terjadi, yang mungkin disebabkan oleh dosa dan kebodohan kita sendiri, membuat Allah tidak peduli. Itu jalan pikiran yang salah. Ketika kita datang kepada-Nya untuk bertobat, Dia akan mengangkat semua beban yang kita pikul. Ia tidak berencana menghancurkan kita, namun membentuk kita menjadi manusia yang lebih baik. Biarkanlah Allah dengan tangan-Nya yang kuat menyelesaikan kekhawatirandan kecemasan kita, bukan bersikap pasif. Jangan menyerah kepada keadaan, tetapi membiarkan Allah mengendalikan situasi yang ada. Segala ketakutan, kekhawatiran, dan keprihatinan harus diserahkan sepenuhnya kepada-Nya (bd. Mzm. 37:5; 55:23; Mat. 6:25-34). Ia menjaga dan memelihara anak-anak-Nya, berharga di mata Tuhan mereka yang dikasihi-Nya (Mzm. 116:15; 1Kor. 7:32). Mereka yang rendah hati akan lebih tenang dan bijak sehingga lebih mudah dalam menyelesaikan masalah. Orang-orang yang demikian inilah yang sepenuhnya dipelihara Allah dalam hidupnya (Ayb. 5:11; Yak. 4:6, 10).

 

Ketiga: Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis (1Pet. 5:8-9)

Kewaspadaan adalah sikap hidup. Itu berangkat dari kesadaran terhadap hakekat diri sendiri dan adanya ancaman yang menanti. Orang yang tidak peduli dengan dirinya sangat mudah jatuh, baik secara fisik maupun secara rohani. Tubuh yang tidak sehat dan sigap akan mudah terjatuh dalam setiap gerakan, demikian pula jiwa dan roh yang tidak kuat akan mudah tergoda oleh si jahat. Seekor singa biasanya mengincar dan siap memangsa hewan yang lemah, masih muda, atau suka lepas keluyuran. Mereka memilih menerkam korban yang posisinya lemah, tidak waspada dan dianggap sebagai makanan empuk. Rasul Petrus melalui nas ini mengingatkan kita akan tipu muslihat setan ketika kita lemah dalam penderitaan atau dianiaya. Jika kita merasa sendiri, lemah, tanpa pertolongan, dan terputus dari orang percaya lainnya, atau kita terlalu fokus pada kesulitan diri kita sendiri dengan melupakan bahaya yang mengancam, maka pada saat itulah sebenarnya kita sangat rentan bagi serangan setan.

 

Ketika kita dalam penderitaan atau pergumulan sehari-hari, kewaspadaan akan melemah. Akibat kita merasa sendiri, terasing, dan tidak mungkin lagi mendapatkan pertolongan Allah maka kita kehilangan persekutuan dengan-Nya. Ini jelas sangat berbahaya. Terlebih lagi, bila kita juga semakin menjauhkan diri dari persekutuan-persekutuan dengan sesama, yang seharusnya berfungsi untuk saling menasihati dan menguatkan (Ef. 4:2; 1Tes. 5:11). Oleh karena itu pada saat terjadi penderitaan, berusahalah mencari teman orang percaya untuk mendapatkan dukungan. Iblis sebagai penguasa dunia dengan pasukan roh jahatnya selalu berjalan berkeliling bagaikan singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (band. Mzm. 22:14; Yeh. 22:25). Siapa yang lemah maka akan diterkam dan dijerat dalam belenggunya. Melalui persekutuan dengan orang percaya, kita akan dikuatkan dan Roh Allah akan bekerja memulihkan.

 

Iblis ingin kita meragukan janji Tuhan, menyangkal dan menjauh dari-Nya. Iblis sebagai pendakwa dan pembohong menyembunyikan kebenaran yang asli bahwa Allah sebenarnya tetap mengasihi kita. Tetapi mustahil untuk kita bisa melawan dengan kekuatan diri sendiri. Roh dan jiwa manusia tidak akan mampu melawan tipu daya iblis sebagai penguasa dunia (Yoh. 14:30; 1Yoh. 5:19), sehingga perlu kekuatan dan kuasa lain untuk melawannya. Untuk itulah kita tetap perlu memandang Kristus dalam menolak iblis. Di sini perlunya iman yang teguh, yang tidak mudah goyah oleh godaan dan cobaan seketika. Sebab dengan Roh Kudus "yang ada di dalam kamu lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia" (1Yoh. 4:4), maka Iblis akan dikalahkan. Sesuai dengan firman Tuhan, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Ef. 6:11-12). Rasul Petrus sendiri membuktikan itu, meski pernah menyangkal Yesus tiga kali saat Yesus hendak diadili, namun akhirnya Petrus menjadi martir yang teguh dengan mati disalibkan posisi terbalik sesuai dengan keyakinan tradisi gereja. Dengan iman seperti itu, maka seperti kata Rasul Petrus, iblis akan lari darimu dan kita akan menjadi pemenang. Tunduk kepada Allah, sadar dan berjaga-jaga, karena iman teguh yang dilengkapi senjata Allah adalah kunci kepada kemenangan (band. Yak. 4:7).

 

Keempat: Ia melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan (ayat 10-11)

Tidak dapat disangkal bahwa keberadaan Allah itu nyata. Ia adalah Allah yang hidup dan bukan Allah yang diam berpangku tangan apalagi Allah yang sudah mati sesuai pandangan Nietzsche. Allah sebagai Roh Hidup merupakan sumber segala sesuatu. Dalam kitab Roma dikatakan bahwa Allah adalah sumber ketekunan dan penghiburan (Rm. 15:5), sumber pengharapan (Rm. 15:33), dan terutama Allah sebagai "sumber damai sejahtera, dan berkuasa menghancurkan Iblis di bawah kakimu” (Rm. 16:20). Maka, dalam nas ini dinyatakan bahwa Allah adalah sumber kasih karunia sebagai penguatan dari penyataan Rasul Paulus dalam kitab Roma tadi. Kita “yang dipanggil dalam kemuliaan-Nya yang kekal akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.” Artinya, ketika kita menderita sesaat, maka Allah akan memberikan dukungan kuat dari awal hingga kita menerima kemuliaan itu kelak dari-Nya.

 

William Barclay menjelaskan dalam bukunya tentang semua istilah itu, sebagai berikut:

           Melengkapi, dalam hal ini dimaksudkan sebagai memperbaiki, dalam arti ketika kita melewati penderitaan, ada perubahan sikap hidup dan paradigma terhadap penderitaan itu sendiri. Ketika penderitaan diterima dengan rendah hati, kepercayaan dan kasih, maka itu dapat memperbaiki kelemahan sifat seseorang dan menambahkan kepadanya suatu kebesaran hati yang tidak ditemui sebelumnya.

           Meneguhkan, yang artinya menjadikan keras seperti granit. Penderitaan tubuh dan kesedihan hati yang diterima terus menerus dengan dasar kepercayaan kepada Kristus, tidak membuatnya putus asa, melainkan seperti baja keras yang ditempa di dalam api.

           Menguatkan, artinya memenuhi dengan kekuatan. Arti iman yang sebenarnya sungguh-sungguh diketahui setelah seseorang mengalami ujian dalam berbagai penderitaan. Angin yang besar dapat memadamkan api yang kecil, tetapi itu akan membesarkan nyala api di dalam kobaran api yang lebih besar.

           Mengokohkan, artinya meletakkan pondasi-pondasi. Setelah kita melalui penderitaan hingga iman yang paling bawah, dari situ kita menemukan hal-hal yang tidak dapat digoyahkan. Ada perubahan drastis menjadi kestabilan dan kematangan jiwa dan rohani.

 

Memang ketika kita dalam penderitaan, mungkin merasa bahwa penderitaan itu tidak berakhir. Waktu sesaat seolah panjang, lama tidak berujung. Tetapi Rasul Petrus dalam hal ini memberikan kepada orang Kristen yang beriman teguh dalam perspektif yang lebih luas. Dalam perbandingan dengan kekekalan, penderitaan kita di dunia ini hanya sesaat, sebentar saja dibandingkan dengan kekekalan sepanjang masa. Beberapa pembaca surat Petrus akan dikuatkan dan hidup mereka dipakai Tuhan. Sebagian akan dibebaskan dari penderitaan melalui kematian. Tuhan mengetahui dan mengizinkan semuanya dalam perjalanan hidup anak-anak-Nya. “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm. 8:28). Yang pasti, semua pengikut Tuhan Yesus yang setia dijamin memperoleh hidup yang kekal bersama Kristus dengan tidak ada lagi penderitaan (Why. 21:4). Semua itu terjadi sebab Ia yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

 

Penutup

Penderitaan dan kesusahan yang dialami oleh umat percaya tidak seharusnya membuat iman orang Kristen jatuh sampai ke titik nadir dan terperosok ke penyangkalan pertolongan Tuhan. Penderitaan justru dilihat sebagai jalan untuk semakin dekat dan bergantung kepada-Nya, menguatkan komitmen, seperti dikatakan firman minggu ini: berbahagialah dalam penderitaan untuk Kristus. Kita tidak perlu takut dan khawatir perihal yang terjadi dalam kehidupan termasuk dalam pelayanan, justru serahkanlah segala kekhawatiranyang ada kepada-Nya, sebab Ia adalah Allah yang peduli dan setia memelihara anak-anak-Nya. Yang penting, kita tetap melayani dengan penuh kasih dan pengabdian, dan dalam menghadapi tantangan iman kita diminta selalu sadar, waspada dan berjaga-jaga. Iblis si jahat akan selalu berkeliling menggoda, mengaum, dan menipu untuk kita beralih dari Tuhan, yang membuat kita menjadi orang yang kalah dan mudah ditelan. Karena itu, lawanlah si Iblis dengan senjata-senjata rohani yang berdasarkan iman kepada Dia, sebab Ia akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita dalam setiap langkah kehidupan yang berkenan kepada-Nya.

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian, amin.

Pdt. Em. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah 2 Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga 2023

KHOTBAH 2 MINGGU KENAIKAN TUHAN YESUS 18 Mei 2023

 HADIR DAN BERMAKNA (Mzm. 47:1-10)

 

Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai, ya TUHAN itu, dengan diiringi bunyi sangkakala (Mzm. 47:6)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari perayaan kenaikan Tuhan Yesus, diambil dari Mzm. 47:1-9. Judul perikopnya: Allah, Raja seluruh bumi. Pengertian raja di zaman dahulu sangat berbeda dengan raja di masa kini. Kita tahu masih banyak negara-negara di dunia memiliki raja, namun secara umum fungsi dan kekuasaannya lebih kepada seremoni, simbol dari masa lalu. Memang masih ada yang memiliki hak-hak khusus di beberapa negara seperti Thailand, Monaco dan lainnya, termasuk di wilayah Afrika yang masih sama dengan raja zaman dahulu.

 

Pengertian raja di masa Mazmur ini ditulis sangat berbeda. Kewenangannya penuh dan mutlak, sepanjang dalam wilayah yang dikuasainya. Ia bebas menarik pajak, mengangkat para panglima dan pejabat, memilih istri dan selir hingga ribuan, bahkan hidup mati seseorang meski tanpa alasan yang jelas. Raja terbesar di masa PL adalah Daud, kemudian diikuti oleh Salomo, dan beberapa lainnya yang takut kepada Tuhan, seperti Uzia atau Azaeya, Omri, Yerobeam II, Hizkia, Yosia, Yosafat dan lainnya.

 

Raja umumnya diperoleh dari warisan keturunan. Tetapi banyak kisah di Alkitab raja dinobatkan karena kepahlawanannya, dan juga perlawanannya bagi kekuasaan yang zolim dan jahat terhadap rakyat. Rakyat pun menerima dan mengakuinya. Tindakan penobatan biasanya dilakukan dengan pengurapan oleh para ahli agama, sebagai simbol restu dari Allah, meski pada akhirnya semua kembali kepada manusianya. Kita tahu kisah Daud yang telah diurapi nabi Samuel, tetap menunggu hingga Saul meninggal bunuh diri.

 

Nas minggu ini menyebutkan tentang model raja yang dipuja oleh rakyat Israel. Ia mampu menaklukkan bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa, memilih tanah pusaka sebagai tanah kebanggaan leluhur dan rakyatnya (ayat 4-5). Bagi umat Israel, mereka dapat melihat Allah Abraham, Isak dan Yakub memang TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi. Oleh karena itu layak untuk mengajak dan berkata: Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai! (ayat 2-3).

 

Allah di dalam Yesus adalah Allah yang sama dengan Allah Israel. Allah Anak dan Bapa adalah Satu bersama Roh Kudus. Alkitab bercerita tentang Yesus yang lahir bukan dari benih laki-laki. Ia diurapi dan diteguhkan oleh Allah Bapa saat dibaptis Yohanes, dan saat dimuliakan di atas gunung (Mat. 3:17; 17:5). Kuasa-Nya dahsyat dengan berbagai mukjizat termasuk membangkitkan orang mati, dalam arti pemberi kehidupan. Ia diteguhkan menjadi Raja langsung oleh Allah Bapa, bukan oleh nabi-nabi.

 

Pelayanan Tuhan Yesus hanya 3,5 tahun di dunia. Tetapi hal yang dilakukan-Nya sungguh luar biasa. Tidak bisa kita mengatakan itu terjadi karena Dia Tuhan dan Anak Allah. Yesus juga manusia yang sama seperti kita. Banyak hal yang dapat kita teladani dari hidupnya, bukan dari kuasa-Nya. Ia selalu taat pada Bapa/perintah. Ia selalu rendah hati. Ia rajin berdoa. Hatinya penuh belas kasihan. Selalu mengutamakan orang lain dan bukan diri-Nya. Semua hal itu tidak ada hubungannya dengan kuasa Allah. Tetapi semua masih merupakan natur manusia yang kita juga mestinya mampu melakukannya, meski kadang tidak sempurna.

 

Hal lainnya yang kita lihat dari Tuhan Yesus, kerajaan yang dibangun-Nya adalah kerajaan rohani, bukan kerajaan dunia. Sebesar dan sekuat apapun Raja Daud di masanya, tetap terbatas wilayah dan masanya. Tetapi Yesus membangun Kerajaan Allah bagi seluruh dunia dan abadi. Nama Yesus tidak akan pernah hilang dari muka bumi. Untuk itu kita layak berseru bagi DIA: “Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah! Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran! (ayat 7-8).

 

Melalui Mazmur minggu ini, nubuat dan peneguhan tentang Yesus terlaksana. “Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai, ya TUHAN itu, dengan diiringi bunyi sangkakala” (ayat 6). Alkitab mengatakan Yesus telah naik kembali ke sorga dan hari ini kita peringati dan rayakan. Ia kini memerintah sebagai Raja atas bangsa-bangsa, Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus (ayat 9). Mari kita teladani hidup-Nya dengan hadir di tengah-tengah komunitas, keluarga, masyarakat dengan selalu memberi makna. Kehadiran kita memberi warna dalam arti menjadi berkat bagi sesama. Dengan begitu Tuhan Yesus akan senang dan nama-Nya semakin dimuliakan (ayat 10).

 

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 818 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7421490
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
6248
58357
174256
7204198
456352
1386923
7421490

IP Anda: 162.158.163.124
2024-11-22 02:14

Login Form