2022
2022
Kabar dari Bukit Minggu 29 Mei 2022
Kabar dari Bukit
BERNAZAR (1Sam. 2:1-10)
Syalom....
Saat mengalami sakit vertigo akut di akhir tahun 1990-an, saya sering mengikuti ibadah doa kesembuhan. Dalam altar-call, saya membuat janji iman atau “nazar”, akan melayani Tuhan jika diberi kesembuhan. Meski kesembuhan tidak melalui mukjizat seketika dalam ibadah, melainkan dengan pengobatan dokter di Singapore, saya tetap belajar teologi. Setelah lulus, kemudian melayani penuh waktu melalui gereja-Nya dan ditahbiskan menjadi pendeta.
Kisah janji iman atau nazar ada pada Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini, dari 1Sam. 2:1-10. Hana yang belum mendapat anak, bertahun-tahun mengalami pelecehan dari Penina, madunya, yang telah diberi anak. Hana terus berdoa, menangis, sujud, memberi korban persembahan, dan bernazar akan menyerahkan anaknya melayani Tuhan. Setelah diberkati imam Eli, Hana diberi Tuhan anak laki-laki Samuel (1Sam. 1:2-28).
Nas minggu ini merupakan puji-pujian dan doa Hana. Ia bersukacita, Tuhan telah mengabulkan doanya. Terlebih, ia juga menggenapi nazarnya kepada Tuhan (tentang Nazar lihat Im. 22 dan Bil. 30). "Hatiku bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN; mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu. Tidak ada yang kudus seperti TUHAN, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita” (ay. 1-2). Hana semakin dekat dan mengenal Allah, yang sejatinya mengatur semua roda kehidupan.
Ada empat hal yang dapat kita pelajari dari nas minggu ini. Pertama, dalam setiap pergumulan, seperti Hana, tetaplah mengandalkan Tuhan. Iman Hana tetap teguh, katanya: “TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana. TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga” (ay. 6-7).
Kedua, jangan membalas kejahatan yang orang lain lakukan dengan kejahatan. Tetapi serahkanlah semua kepada Tuhan pergumulan yang terjadi. Hana tetap berharap kepada Tuhan, tidak membalas perbuatan Penina. Kandungan Hana yang tertutup, Tuhan buka kembali, setelah melihat hati Hana, dan nazarnya, serta imam Eli yang memberkatinya. Tuhan tahu, kita anak-anak-Nya yang setia, tidak akan dibiarkannya jatuh dan dihina. “Langkah kaki orang-orang yang dikasihi-Nya dilindungi-Nya, tetapi orang-orang fasik akan mati binasa dalam kegelapan, sebab bukan oleh karena kekuatannya sendiri seseorang berkuasa” (ay. 9).
Ketiga, peringatan bagi kita semua, yaitu, “Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji” (ay. 3). Apa yang dilakukan oleh Penina istri kedua Elkana terhadap Hana, tidak layak ditiru. Tidak ada gunanya menyakiti hati orang lain, apalagi keluarga. Kepuasan sesaat akan berdampak terus hingga kekekalan, kecuali ada pertobatan. "Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga" (Mat. 16:19).
Terakhir, jangan lupa bersyukur, bersaksi atas kebaikan Allah. Hal yang kita peroleh bukanlah karena kehebatan kita, melainkan atas kasih Allah semata untuk tujuan dan rencana-Nya.
Nah, seberapa besar masalah Anda saat ini? Apa pergumulan atau pengharapan yang dialami? Teladani Hana. Jangan meniru Penina yang senang menyakiti hati orang lain. Menangislah kepada Tuhan, sujud, memberi dari hati, berpuasa, dan bila perlu buatlah janji iman, sebab mungkin Tuhan mempunyai rencana atas pergumulan yang terjadi. Tiada yang mustahil bagi Tuhan dan juga bagi kita orang percaya. Itulah iman sejati Kristiani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah Hari Kenaikan Tuhan Yesus Tahun 2022
Khotbah Hari Kenaikan Tuhan Yesus Kristus (Kamis, 26 Mei 2022)
YESUS ADALAH PENGGENAPAN PERJANJIAN LAMA (Luk 24:44-53)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 1:1-11; Mzm 47; Ef 1:15-23
Pendahuluan
Pada hari ini kita memperingati peristiwa besar dalam kehidupan orang Kristen, yakni naiknya Tuhan Yesus ke sorga. Alkitab menceritakan bahwa saat naiknya Tuhan kita itu, ada banyak orang yang melihat dengan kasat mata bagaimana Yesus terangkat ke sorga yang merupakan kejadian luar biasa. Kesaksian itulah yang mereka tuliskan dalam kitab-kitab yang menjadi pegangan kita saat ini. Sebelum terangkat, Yesus memberi pesan-pesan penting yang sebagian kita baca sebagai nats renungan minggu ini. Dari bacaan itu kita mendapatkan beberapa hal sebagai berikut.
Pertama: Penggenapan firman dalam perjanjian lama (ayat 44-45)
Tuhan Yesus mengatakan semua yang ada tertulis tentang Dia dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur harus digenapi. Artinya, apa yang ditulis dalam kitab Perjanjian Lama (PL) yang pada saat itu sudah dikanonkan (dibukukan) digenapi di dalam Tuhan Yesus Kristus. Yesus hadir dalam kitab-kitab PL itu. Hal itu terlihat dalam nubuatan di PL tentang Tuhan Yesus, seperti kedatangan-Nya sebagai nabi (Ul 18:15-19), penderitaan-Nya (Mzm 22; Yes 53), dan tentang kebangkitan-Nya (Mzm 16:9-11; Yes 53:10,11). Oleh karena itu, ketika kita membaca kitab PL, sebenarnya kita harus membaca dan mengerti dengan mata dan pikiran yang tertuju kepada Tuhan Yesus.
Pernyataan yang ditulis dalam 44 ini (dan ayat 43 sebelumnya) diduga tidak berupa kejadian yang berlangsung dalam sesaat, melainkan dalam beberapa hari, sebab Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya terlebih dahulu pergi ke Galilea dan kembali lagi sebelum Ia naik ke sorga (Mat 28:16; Yoh 21). Dalam kebersamaan dan percakapan itulah para murid lebih memahami apa sebenarnya yang telah terjadi pada diri Tuhan Yesus dan keberadaan-Nya dalam kaitannya dengan Perjanjian Lama, dan juga tentang maksud kedatangan-Nya ke dunia yang kemudian dituliskan dalam Perjanjian Baru (PB). Kitab PB ditulis oleh murid-murid yang rela memberikan nyawanya bagi kebenaran yang diajarkan oleh Yesus. Mereka tentu tidak akan mau mengambil resiko untuk menulis tentang Yesus jikalau mereka tidak yakin akan kebenaran dan ke-Allah-an Tuhan Yesus (band. 1Kor 15:12-19).
Demikian juga dengan kita. Kebersamaan dengan Tuhan Yesus akan membuat kita semakin memahami apa yang telah dilakukan-Nya dalam hidup kita dan kemudian tentang rencana Allah dalam hidup kita ke depan. Pembacaan firman dan kebersamaan dengan Tuhan Yesus melalui firman-Nya yang sepintas lalu dan terpotong-potong, akan menyulitkan dalam memahami maksud dan rencana kebaikan-Nya dalam hidup kita. Sebab, untuk memperoleh pikiran yang terbuka dan pengertian Kitab Suci, itu hanya terjadi kalau beroleh pertolongan dari Allah belaka. Itulah mengapa kita harus memohon pertolongan Roh Kudus bila ingin membaca dan mengerti Firman Tuhan. Roh Kudus bekerja bagi kita hanya bila kita bertekun dan berkesinambungan untuk membuka semua itu (2 Kor 3:14-16). Pertanyaannya adalah: apakah kita pernah mengalami kesulitan dalam memahami firman Tuhan dalam kaitannya dengan hidup kita? Bagaimana kerasnya usaha kita untuk bisa memahaminya, baik melalui bertanya kepada hamba Tuhan, membaca buku-buku, dan berdoa agar Roh Kudus membuka tabir pemahaman itu, sehingga kita dapat bersuka cita karena tersibaknya dan memahami rencana Allah yang indah dalam hidup kita.
Kedua: Penderitaan dan pengampunan harus diberitakan (ayat 46-48)
Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita sebagai murid dan pengikut-Nya haruslah menjadi saksi. Nubuatan dalam Perjanjian Lama dan tulisan para murid dalam Perjanjian Baru adalah kesaksian tentang penderitaan Tuhan Yesus untuk penebusan dan pengampunan dosa-dosa kita. Perjanjian Lama mengajarkan bahwa pengampunan dosa harus dilakukan dengan membawa korban penghapus dosa atau penghapus salah. Darah hewan yang dibawa oleh umat Yahudi sebagai persembahan korban penebusan dosa kemudian dipercikkan sebagai tanda dosa mereka telah diampuni. Tetapi kini kita tidak perlu melakukan hal itu, sebab melalui penderitaan-Nya yang berat darah Yesus telah tercurah dan terpercik sebagai jalan penebusan dan pengampunan atas dosa-dosa kita. Ia telah menggantikan kita dengan membayar lunas semua hutang-hutang dosa kita.
Ini adalah sebuah revolusi cara berpikir dan tindakan tentang pengampunan. Tuhan Yesus mengatakan semua itu melalui murid-Nya untuk mereka yang berbahasa Yunani. Yesus menginginkan bahwa pesan itu tidak dibawa kepada bangsa Yahudi saja, tetapi kepada seluruh dunia, bahwa penebusan dan pengampunan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus itu berlaku bagi semua orang. Tidak hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga otang Yunani dan semua bangsa. Allah menginginkan semua orang bertobat, berhenti dan berbalik dari jalan yang salah, dan menjadi murid-Nya sehingga dapat bersekutu dengan Dia dalam sukacita yang baru.
Para murid tidak boleh memberitakan pengampunan dosa tanpa tuntutan pertobatan. Ini sangat penting. Pengampunan hanya ada kalau didahului pertobatan dan meninggalkan cara hidup yang lama. Pengkhotbah yang menawarkan keselamatan atas dasar iman yang gampang, atau menawarkan keselamatan tanpa adanya suatu penyerahan diri untuk taat kepada Kristus dan Firman-Nya, itu adalah pemberitaan injil yang palsu. Pertobatan meminta agar kita meninggalkan dosa; ini selalu merupakan unsur yang penting.
Penebusan dan pengorbanan itu juga sekaligus membawa persekutuan dan damai sejahtera yang baru. Tidak ada lagi kecurigaan dan hasutan. Tidak perlu ada lagi kekerasan dan pemaksaan agar orang perlu bertobat. Beritakan saja penderitaan Tuhan Yesus itu dan tawarkan pengampunan yang diberikan-Nya. Terus dukung dalam doa. Biarlah Roh Kudus yang bekerja apakah mereka terpanggil atau mau membuka diri untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya, dalam kehidupan kini dan kelak nanti. Semua orang hanya perlu tahu, tidak ada yang lebih besar di dunia ini dari anugerah diampuninya dosa-dosa kita dan diangkat menjadi anak-anak-Nya, serta akan hidup kekal bersama dengan Dia dalam berkat damai sejahtera sorgawi.
Ketiga: Menantikan Roh Kudus dengan setia (ayat 49, 53)
Tubuh Yesus telah terangkat dan para murid melihatnya dengan jelas. Ada dua sikap yang muncul saat itu, yakni ketidak jelasan akan apa yang terjadi dan pengharapan yang kuat akan janji Tuhan. Yesus mengatakan bahwa Penolong itu akan datang, tetapi tidak ada gambaran kapan, bagaimana, dan dimana akan datangnya. Tetapi akhinya para murid percaya janji Tuhan dan mengikuti perintah-Nya dengan memilih tinggal di kota itu untuk menantikan diperlengkapinya mereka dengan kuasa dari tempat tinggi (ayat 49; band. Yoel 2:28). Apa yang dijanjikan Bapa yakni agar "diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi", tentu menunjuk kepada pencurahan Roh Kudus yang dimulai pada hari Pentakosta. Para murid bertekun dalam doa sementara mereka menunggu penggenapan janji itu (Kis 1:14).
Kepergian Tuhan Yesus ke sorga juga dapat dilihat merupakan perubahan cara berfikir orang Yunani, yang lebih mementingkan aspek spritual dan tidak memahami makna spiritual dari dunia realitas ini. Bagi mereka orang Yunani, hal spiritual lebih penting dan utama dari pada segala aspek fisik dan tubuh. Tetapi apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, yakni menjadi manusia dengan tubuh sejati dan sekaligus Allah sejati, merupakan penjungkir balikan atas pemahaman itu.
Ia pergi dan pekerjaan penyelamatan Yesus telah selesai dan kini Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa dengan penuh kuasa atas bumi dan sorga untuk menjadi hakim bagi semua orang. Bagi kita yang utama adalah seberapa besar usaha kita dalam penantian kuasa pertolongan Tuhan Yesus dalam realitas keseharian kita. Sebagai manusia biasa, kita pasti ada pergumulan dan kerinduan. Di sinilah pentingnya penantian itu sebagai wujud kesetian kita kepada-Nya. Dalam penantian itu tentu kita tidak diam berpangku atau berlipat tangan, melainkan berupaya untuk terus menerus lebih baik dan lebih berkarya bagi Dia. Untuk bisa mengetahui apakah kita sudah maksimal dalam upaya penantian dan pencarian itu, maka hidup Yesus merupakan keteladanan yang layak untuk diikuti.
Keempat: Menyembah Dia dan terus bersukacita (ayat 50-52)
Ketika Yesus naik ke sorga, tubuh-Nya adalah tubuh immortal yakni tubuh kemuliaan. Tubuh itu bisa kelihatan dan bisa tidak kelihatan. Hal yang membuat kita bersuka cita adalah Tuhan Yesus mengatakan tubuh kita saat dibangkitkan nanti dari kematian akan sama dengan tubuh kemuliaan itu (1 Kor 15:42-50). Ini memberikan gambaran bahwa nantinya ada saat tubuh kita itu bisa tampak secara kasat mata, tetapi ada kalanya tubuh kita itu nantinya tidak perlu tampak nyata, sebagaimana tubuh Tuhan Yesus ketika berbicara dengan dua murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:13-33).
Peristiwa kenaikan itu mungkin "mengherankan" dalam arti bagaimana tubuh Yesus itu terangkat naik ke sorga dan hilang dibalik awan. Janji Yesus, begitu jugalah Dia akan datang ketika saatnya nanti kita juga diangkat ke sorga bersama-sama dengan Dia. Yohanes Calvin pernah berkata, pengertian sorga janganlah diasosiasikan dengan sebuah tempat, melainkan lebih kepada suatu “keadaan”, yakni situasi yang penuh kedamaian, keindahan dan kesejahteraan. Tuhan Yesus tidak lagi bersama-sama dengan para murid dan juga kita dalam pengertian fisik, tetapi "keberadaan-Nya" dalam keadaan yang baru itu lebih memungkinkan kita semua untuk dapat bersama-sama dengan Dia. Yesus hadir dan berada "di sini dan di sana" dan dengan sabar dan setia menantikan seruan dan permohonan kita.
Hal yang penting saat ini adalah bagaimana kita mampu menjadi saksi yang baik bagi Kristus. Yesus telah menjawab dengan tidak tergoyahkan atas keraguan kita, bahwa Ia telah mengampuni dosa bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Waktu kita sangat terbatas, namun kalau memiliki keinginan dan motivasi, Roh Kudus akan memampukan kita untuk menjadi saksi dan memaksimalkan akar dan motivasi kita itu. Untuk itu kita layak untuk terus menyembah Dia dan terus ada dalam sukacita karena Ia akan memampukan perjuangan kita.
Kesimpulan
Dalam memperingati hari kenaikan Tuhan Yesus Kristus ini, melalui pembacaan dan perenungan nats yang diberikan, kita mendapatkan gambaran bahwa Yesus adalah penggenapan dari kitab Perjanjian Lama. Kita harus membaca kitab PL itu dengan pikiran yang tertuju pada Yesus Kristus. Nubuatan akan Dia ada di sana dan itu digenapkan dengan penderitaan-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Ini yang harus diberitakan dan sekaligus kita dalam penantian akan kuasa pertolongan Roh Kudus untuk memampukan kita sebagai saksi dan berkat bagi orang lain. Dalam penantian itu kita terus memuji dan menyembah-Nya sambil tetap bersuka cita akan anugerah yang sudah diberikan-Nya.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Kabar dari Bukit Minggu 22 Mei 2022
Kabar dari Bukit
BERSYUKUR DAN DIBERKATI (Mzm. 67:1-8)
Firman Tuhan di Minggu hari yang indah ini bagi kita dari Mzm. 67:1-8. Judul perikopnya: Nyanyian syukur karena segala berkat Allah; sebuah ungkapan syukur umat Israel mengingat kebaikan Allah atas panen dan juga berkat lainnya. “Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita” (ay. 7). Nas ini juga pilihan pada Minggu VI Paskah hari ini, mengingat para murid pada masa itu, sangat bersyukur karena hampir 40 hari mereka bersama Tuhan Yesus setelah kebangkitan-Nya. Hari Kamis, kita memperingati kenaikan-Nya ke sorga.
Bagaimana dengan hidup kita? Apakah selalu mengucap syukur dan merasa diberkati? Selain kita telah diselamatkan oleh penebusan Tuhan Yesus, kita layak mengucap syukur atas segala kebaikan-Nya. Jika kita belum dapat membuat daftar yang panjang semua kebaikan itu, rasanya ada yang salah dengan mata rohani kita. Mungkin mata jasmani kita berfungsi baik, tetapi mata rohani sangat diperlukan untuk melihat dan mensyukuri semua kebaikan yang diterima dalam hidup ini.
Melihat dengan hati dan mata rohani perlu dilakukan, agar hari-hari kita tidak diisi dengan mengeluh, kecewa, marah, benci, iri, dan pikiran buruk lainnya. Hal mendasar yang dilakukan adalah: "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu" (1Tes. 5:18). Setiap beban pergumulan hanya dilihat sebagai jalan Tuhan untuk memurnikan dan meneguhkan iman kita. Kedua, selalu merasa cukup. Hilangkan kecendrungan tidak pernah puas dan ingin lebih. Alkitab mengajarkan, “... cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu” (Ibr. 13:5b).
Contoh mudah, janganlah membuat hutang, apalagi demi memuaskan nafsu. Membeli barang bukan primer dengan kartu kredit atau cicilan, sebenarnya itu jeratan keinginan dan obsesi. Mencukupkan dan menyesuaikan penghasilan dan pengeluaran akan membuat orang merdeka, bukan budak keinginan. Ingatlah kata Amsal Salomo, “…, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi” (Ams. 22:7b). Maka bila saat ini masih ada hutang, bekerja keraslah segera melunasinya.
Ketiga, tetaplah murah hati, terutama bagi yang lebih memerlukan. Yesus berkata, "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati" (Luk. 6:36). Tetapi murah hati harus bijak memilih dan tepat sasaran. Jangan murah hati hanya kepada orang tertentu, mengikuti perasaaan, tetapi pelit terhadap orang yang membutuhkan. “Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin” (Ams. 22:9). Dapatkan prinsip: “adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kis. 20:35). Sebagaimana Abraham, kita dipanggil diberkati untuk menjadi berkat (Kej. 12:2; 28:14).
Hal terakhir, persiapkan masa depan yang lebih baik terutama untuk anak. Ingatlah, tidak ada yang mudah dan sekejap, lakukan dengan iman dan pengharapan. Ini membuat kita tidak takut gagal. “Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu” (Gal. 3:9). Demikian juga dengan pengharapan, dijadikan sauh yang kuat dan aman dalam melaksanakan semua rencana (Ibr. 6:19).
Mazmur 67 hari ini mengajarkan semua berkat yang kita terima, tujuannya adalah untuk dipakai bagi kemuliaan Tuhan; bukanlah diri sendiri, kelompok atau bangsanya (ay. 3-6), apalagi menyombongkannya. Untuk itu mari menjalani hidup dengan mengubah mindset, yakni mengerjakan hal yang Tuhan inginkan, dengan rasa syukur, merasa cukup, murah hati, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik dengan keyakinan Tuhan akan bekerja untuk kebaikan kita (Rm. 8:28). Dan itulah kuncinya, yang diberkati Tuhan adalah mereka yang selalu bersyukur.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah Hari Minggu 29 Mei 2022
Khotbah Minggu Ketujuh Paskah Tahun 2022
SUPAYA SEMUA MENJADI SATU (Yoh. 17:20-26)
Bacaan lain menurut Leksionari: Kis. 16:16-34; Mzm. 97; Why. 22:12-14, 16-17, 20-21
Pendahuluan
Ini adalah doa Tuhan Yesus sebelum penyaliban-Nya. Yesus berdoa bagi murid-murid-Nya dan juga bagi dunia. Tuhan Yesus pada masa akhir pelayanan-Nya berdoa bagi kesatuan umat percaya dan gereja-gereja, menandakan betapa hal ini merupakan pokok yang penting bagi kita semua. Kita memang kadang kala melihat orang percaya terpisah, saling membenci dan gereja sering terpecah karena alasan yang sepele atau bahkan karena perebutan aset atau harta duniawi. Ini jelas mendukakan Allah kita. Tuhan Yesus juga berdoa bagi kesatuan orang percaya dan gereja karena Roh Kudus siap bekerja untuk mempersatukan kita. Dari nats minggu ini kita diberikan pencerahan sebagai berikut.
Pertama: Yesus berdoa bagi kita semua (ayat 20)
Tuhan Yesus berdoa karena berada dalam pergumulan yang berat. Kalimat yang panjang dari Tuhan Yesus dalam doa-Nya mengungkapkan makna yang dalam. Ada perasaan galau dan sedih sebab Tuhan Yesus telah melihat kecendrungan murid-murid dan pengikut untuk berselisih dan terpecah-pecah. Egoisme dalam diri manusia membuat kasih bisa dikesampingkan, malah memicu pertikaian yang membawa kepada dosa. Hal itu sudah terlihat sejak percakapan tentang siapa yang lebih besar di antara murid-murid. Pasa masa para rasul juga keadaan itu tampak, ketika Paulus "berselisih" dengan Barnabas tentang Markus (Kis 15:35-41). Ada juga perselisihan antara Paulus dengan Petrus dan kawan-kawannya (Gal 2:7-14).
Perselisihan dan pertentangan juga terjadi pada sejarah gereja. Sejak awal terbentuknya gereja bahkan sebelum dikanonkannya Alkitab, perselisihan itu sudah mulai tampak, seperti dalam hal pemahaman ke-Allah-an Yesus dan juga soal baptisan. Saat itu bahkan sudah ada hukuman “kutuk” bahkan hukuman mati apabila terjadi perbedaan pendapat. Demikian juga setelah dikanonkannya Alkitab, perselisihan besar dimulai antara gereja Barat (Khatolik) dengan gereja Timur (Orthodox). Perpecahan besar (schism, skisma) terjadi lagi ketika protestanisme dideklarasikan yang diawali oleh protes Martin Luther, yang menjadikan umat Katholik dan Protestan menjadi terbagi dua. Hal ini terus berlanjut ke masa kini ketika umat protestan dipicu lagi oleh pemikiran dan aliran pentakosta dan pentakosta baru dan berpisah dari pemikiran main stream. Kita belum tahu bagaimana arah ke depannya dan semoga tidak sering terjadi dan tidak bertambah buruk.
Memang ada hal yang positip dari perselisihan dan perpecahan tersebut. Pada waktu masa rasul, mereka dengan berpikir positip mengambil jalan masing-masing. Sebagaimana Paulus dan Barnabas serta Petrus, mereka mengambil jalan penginjilan yang berbeda targetnya. Mareka semakin dewasa dan tetap saling menghormati (1Kor 9:6; 2Tim 4:11). Hal ini juga terjadi pada tubuh gereja, yakni dengan semakin banyak denominasi maka semangat untuk melayani dan menginjili dunia juga semakin besar. Kita harus bisa mengambil sisi positip dari perbedaan dan perselisihan, sepanjang itu bukan untuk kepentingan pribadi, kelompok dan meninggikan dan membesarkan nama manusia. Alkitab berkata, "biarlah saya menjadi kecil dan Engkau yang menjadi besar". Untuk itulah Yesus berdoa bagi para murid dan juga bagi kita supaya kita hidup dalam kasih, bersatu dengan Dia dan bersatu dengan sesama.
Kedua: Yesus menginginkan kita menjadi satu (ayat 21-22)
Yesus berdoa untuk kesatuan hati, pikiran, dan kehendak agar kita dapat secara bersama-sama mengabdi sungguh-sungguh kepada-Nya. Kesatuan yang diminta Tuhan Yesus bukan dalam pengertian segi administrasi dan organisasi, akan tetapi yang lebih utama adalah dalam kesatuan kasih, kesatuan rohani yang berlandaskan Kristus (Yoh 17:23), dan kesatuan satu misi bagi dunia. Sebuah analisis mengatakan pengertian menjadi "satu" (dalam terjemahan bahasa Indonesia), dimaksudkan adalah "satu adanya", yang dalam bahasa Yunani lebih menekankan tindakan yang berkesinambungan, terus-menerus, dan kesatuan yang berlandaskan kesamaan dalam hubungan.
Allah menciptakan perbedaan, keragaman dan pluralisme (Kis 10:34-35). Perbedaan membentuk mosaik yang artistik. Warna-warna adalah keindahan. Tetapi perbedaan yang indah adalah perbedaan yang diikat oleh kasih, disatukan oleh tujuan untuk kasih kepada Allah dan sesama, serta bertujuan meninggikan dan memuliakan Allah. Perbedaan dan keragaman dibuat oleh Allah bukan untuk pemicu konflik atau pertentangan yang menjurus kepada cacian dan kekerasan. Perbedaan haruslah sebagai proses pembauran tesis dan antitesis yang menghasilkan sintesis.
Namun pada dasarnya Allah tidak menginginkan perpecahan di dalam gereja (1Kor 11:2-16). Umat percaya dan gereja harus berusaha tetap dalam satu visi, satu misi, satu baptisan dan satu tujuan. Allah apabila perlu dapat melihat waktu dan cara terjadinya perbedaan, bukan dengan jalan pikiran manusia sendiri. Ini mungkin yang terjadi pada zaman Perjanjian Lama, bahwa Allah menciptakan perbedaan yang baik untuk manusia (Kel 34:28-35). Apa yang terjadi dalam sejarah gereja itu pasti ada dalam kehendak Allah, seperti perpisahan umat protestan dan umat khatolik, sebab saat itu gereja Khatolik memang telah menyimpang dari ajaran gereja yang benar. Akhirnya semua diluruskan dan kita melihat buah positipnya. Oleh karena itu jangan dengan mudah mencari justifikasi atau pembenaran bahwa perbedaan dan perpecahan adalah baik adanya, melainkan Allah tetap menginginkan kita bersatu.
Ketiga: Yesus di dalam kita untuk membuat kita sempurna (ayat 23-24)
Inilah yang menjadi tantangan kita saat ini. Sebab jika melihat kenyataan yang ada di sekitar kita, baik pada tingkat lokal, kelompok, suku, bangsa, dan bahkan gereja, perselisihan dan perpecahan mudah terjadi. Amuk massa bahkan kini menjadi tontonan rutin di TV. Kita agak miris melihat semua itu. Kesatuan hati dan tujuan seolah-olah menjadi sesuatu yang sulit dicapai dan perbedaan tidak dilihat sebagai bunga-bunga kehidupan. Orang Kristen dan gereja harus menjadi teladan dalam situasi yang demikian itu. Jangan menjadi contoh yang buruk, atau bahkan menjadi provokator yang membuat damai sejahtera dan kedamaian tidak tercipta.
Luk 6:13-16 menceritakan para murid mampu bekerja sama walau mereka berbeda-beda dan inilah yang diinginkan Yesus bagi kita. Falsafah bangsa kita Bhineka Tunggal Ika juga bisa dijadikan pegangan; berbeda-beda tetapi tetap satu dalam ikatan negara kesatuan RI. Ut Omnes Unum Sint, supaya semua menjadi satu. Umat percaya dan gereja-gereja berbeda sekaligus bersatu dalam semangat saling mengasihi dan mengasihi dunia, mengasihi mereka yang belum mengenal Dia. Allah mempercayai Yesus melalui pencobaan di gurun dan Yesus percaya kepada Allah, dan Dia juga percaya kepada manusia untuk memberikan yang terbaik bagi kesatuan dan persatuan, sepanjang ada kemauan. Itu telah diperlihatkan para murid.
Di dalam kesatuan gereja misalnya, kita tidak perlu beribadat dengan cara dan pola yang sama. Kita tidak perlu mempertentangkan liturgi, cara berdoa, pengakuan iman mana yang terbaik, urutan lagu, dan sebagainya. Kalau kita melihat gereja mula-mula juga demikian. Mereka menemukan jalan bagaimana mereka menyelesaikan perbedaan yang terjadi (Kis 15:31). Harus ada pemikiran dan prinsip bahwa yang lebih utama adalah kesatuan kita dan itu menjadi buku yang terbuka dan mudah dibaca oleh banyak orang. Kita dilihat orang lain diikat oleh satu iman, satu baptisan, satu pengharapan dan satu kasih. Adanya perbedaan tidak perlu membuat kita kecewa dan menimbulkan rasa sakit (Rm 14:1-2; 1Kor 1:10-11). Mari kita anggap itu sebagai hal yang wajar. Jadi yang lebih diutamakan adalah bagaimana memperlihatkan Tuhan Yesus telah bekerja dalam diri kita dan membuktikan bahwa Yesus juga bekerja dalam tubuh gereja dan menjadikan kita sempurna.
Keempat: Mengenal Bapa melalui kasih-Nya (ayat 25-26)
Yesus mendapat kemuliaan dari Bapa dan Ia ingin memberikan kemuliaan itu kepada kita orang percaya. Kemuliaan yang diberikan oleh Bapa kepada Yesus melalui salib, maka kemuliaan bagi kita hanyalah apabila kita juga memikul salib yang diberikan kepada kita dan menerimanya dengan rendah hati (Flp 2:2-11). Tetapi itu semua dilakukan oleh Allah Bapa karena kasih-Nya kepada Yesus dan kasih-Nya kepada kita. Melalui jalan penderitaan dan pengorbanan itu kemuliaan diberikan-Nya.
Hal itu juga sama dengan kita orang percaya. Kemuliaan yang bisa kita dapatkan jika orang dapat melihat dan persaksikan apa yang kita lakukan, yakni kita bersedia berkorban dan menderita demi persatuan dan kesatuan itu. Berusaha untuk selalu menang dan mendapatkan keuntungan dari setiap situasi pasti menyulitkan untuk terjadinya kesatuan. Dan orang juga bisa melihat bahwa kita melakukannya bukan karena kehebatan diri kita, tetapi semata-mata karena kasih Allah kepada kita yang kemudian kita wujudkan bagi orang lain. Kerendahan hati, penyangkalan diri, dan kesediaan untuk menderita bagi Tuhan Yesus menjadikan persatuan orang percaya dan gereja serta akan membawa kepada kemuliaan sejati bagi gereja dan Tuhan kita.
Disini perlu ada kepatuhan kepada Bapa. Perlu ada penyerahan diri bahwa melalui jalan yang kita tempuh Allah bekerja untuk menjadikannya lebih baik dan itulah yang diminta dari kita. Allah akan meminta seberapa besar kita sudah memberi andil dalam kesatuan kasih itu; baik melalui doa, menghindari hujatan dan gosip, menghindari kubu-kubuan, mendukung gerakan oikoumene dan kebersamaan, dan meninggikan Kristus sebagai Kepala Gereja. Itulah harusnya menjadi sukacita kita dan sukacita kita saat ini hanya pembuka sukacita yang lebih besar kelak di sorga.
Mari kita nyanyikan PKJ 118, “Agar Semua Orang Percaya” ayat 1 yang berlirik demikian: “Agar semua orang percaya, menjadi satu di dalam Bapa, seperti Yesus di dalam Bapa, seperti Bapa di dalam Yesus; Itulah doa Tuhanku Yesus, agar bahagia orang percaya, Itulah doa yang sangat tulus, agar bahagia orang percaya”.
Kesimpulan
Minggu ini kita dingatkan tentang pentingnya kesatuan dan persatuan dalam kehidupan orang percaya dan juga di dalam tubuh gereja. Yesus telah berdoa bagi kita dan Roh Kudus siap untuk berkarya bagi kita untuk kemuliaan Yesus dan Allah Bapa. Kita harus memperlihatkan bahwa Yesus ada dalam hidup kita dan mampu membuat kita menjadi sempurna. Kasih Bapa telah dinyatakan-Nya melalui Yesus dan melalui jalan penderitaan dan kasih Bapa itulah yang kita perlihatkan pada dunia, dengan kerelaan kita berkorban untuk mewujudkan kita memang mampu bersatu dan Ut Omnes Unum Sint, supaya semua menjadi satu.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah Minggu 22 Mei 2022
Khotbah Minggu Keenam Paskah
KETAATAN PADA FIRMAN DAN DAMAI SUKACITA (Yoh. 14:23-29)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis. 16:9-15; Mzm. 67; Why. 21:10, 22-22:5
Pendahuluan
Minggu ke-VI Paskah ini memberikan gambaran Tuhan Yesus akan segera meninggalkan murid-murid-Nya untuk naik ke sorga. Oleh karena itu, Ia banyak memberikan petunjuk bagi para murid tentang bagaimana mereka akan bertindak dan berperilaku dalam mengemban misi yang diberikan-Nya. Para murid belum bisa membayangkan bagaimana sebenarnya Yesus akan meninggalkan mereka, waktu dan caranya, dan belum memahami makna ucapan bahwa Ia akan kembali ke Bapa-Nya. Tuhan Yesus juga menyatakan para murid tidak perlu kuatir, sebab dengan kepergian-Nya maka pengganti-Nya akan datang yakni Penghibur, Penolong, Roh Kebenaran yang sama kuasa-Nya dengan Dia.
Pedoman yang diberikan Tuhan Yesus dalam percakapan di ruang atas itu memberikan pelajaran kepada kita minggu ini sebagai berikut.
Pertama: Mengasihi berarti menuruti firman dari Bapa (ayat 23-24)
Bagi orang Kristen, kasih adalah yang hal yang pertama dan sekaligus terutama. Kasih adalah dasar dan sekaligus selubung penutup. Kehadiran Tuhan Yesus telah memperlihatkan Allah mengasihi dunia, sekaligus membuktikan Allah mengasihi Yesus. Yesus juga memperlihatkan Ia mengasihi manusia dan manusia akhirnya mengasihi Yesus, sekaligus mengasihi Allah. Oleh karena Yesus mengasihi manusia, maka manusia harus mengasihi sesama dan lingkungannya. Pola hubungan kasih inilah menjadi dasar sekaligus terutama.
Manusia memahami kasih bisa dari penglihatan yakni dari contoh keteladanan yang diberikan. Murid-murid melihat dan merasakan bagaimana Yesus mengasihi mereka dan sesama, kemudian keteladanan itu mereka tuliskan (bekerjasama dengan Roh Kudus) dalam kitab-kitab. Tuhan Yesus memberikan pengajaran, hikmat dan kata-kata yang dalam dan indah, kemudian para murid menuliskan sebagian dari yang mereka ingat dan dapatkan (band. Yoh. 21:25). Manusia bisa lupa dan lalai, maka tulisan firman Tuhan itu dimaksudkan untuk menyegarkan kita bahwa kasih itu memang nyata dan harus menjadi pola hidup orang percaya. Untuk bisa menjadi pola hidup maka haruslah ada pemahaman dan ketaatan pada firman itu, kepatuhan, serta keinginan untuk menjaga dalam rel perjalanan hidup sehari-hari. Sebagaimana dikatakan-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku” (Yoh. 8:31).
Keseluruhan metode itu, baik dari penglihatan, pembacaan dan pendengaran yang berdasarkan indra manusiawi, termasuk perenungannya, menjadikan firman itu merasuk ke dalam pikiran membentuk nilai dasar (basic value), inti (core), budaya (custom), sekaligus menjadi visi dalam diri kita. Nilai dasar dan visi ini kemudian yang harus berubah menjadi aksi konkrit (turning value and vision into action) dalam keseharian kita. Hal itu akan menjadi lebih cepat dan efektip apabila kita menyadari bahwa ketaatan dan kepatuhan itu membawa jalan kepada tujuan hidup, yakni kedamaian dan keselamatan abadi. Ini menambahkan bahwa kita juga digerakkan oleh tujuan disamping oleh nilai dan visi tadi. Proses ini akan menjadi lebih nikmat dan menarik, apabila kita juga menyadari bahwa dalam proses "merasuk dan menjiwai" itu, ada proses belajar dan peningkatan diri, ada keinginan bahwa semakin hari kita semakin berhikmat dan lebih baik.
Semua itu terjadi hanya kalau kita mencintai firman Ilahi itu, yang kata Yesus adalah dari Bapa, dan kita senang dan rajin membaca dan merenungkannya, mendengar khotbah dan renungan, kemudian menjadikan diri kita sebagai pelaku (Yak. 1:22). Keinginan Tuhan Yesus dalam nats ini bahwa kita mengasihi karena firman akan menjadi sempurna wujudnya, terlebih adanya janji Tuhan kepada kita sebagaimana dikatakan-Nya, yakni: “Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” Sungguh indah.
Kedua: Roh Kudus yang mengajar dan mengingatkan (ayat 25-26)
Dalam proses melihat, membaca, dan mendengar itu ada keterbatasan indra manusia dalam mencerna. Terlebih kita yang secara alami sudah berdosa dan cenderung melakukan dosa, maka pemahaman firman itu bisa menjadi lebih sulit. Iblis juga bekerja ketika kita membaca dan mendengar firman. Perhatian kita akan dialihkan dan otak kita seolah dibuntukan. Hati kita ditutupi. Oleh karena itu Tuhan Yesus mengatakan, bahwa Penghibur yang akan datang itu, yakni Roh Kudus akan mengajar kita untuk lebih memahami maksud dan tujuan firman itu. Alkitab berkata, bahwa “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim. 3:16).
Keterbatasan akal pikiran manusia menjadikan pemahaman firman itu tidak sempurna. Tetapi berkat kuasa Roh Kudus yang kita undang untuk menolong dalam memahami firman, akan memberikan iluminasi (penerangan) yang lebih baik lagi di luar kemampuan akal pikiran kita. Dengan iluminasi, peran Roh Kudus tidak mengambil keberadaan kita sebagai individu yang merdeka, melainkan Roh Kudus menolong membuka tabir kegelapan pemahaman dan menanamkan kebenaran firman itu kedalam hati dan pikiran kita. Selubung mata rohani kita terbuka. Roh Kudus adalah Guru penafsir Alkitab kita yang maha pandai (1Kor. 2:10). Bahkan, melalui pemahaman firman secara khusus Roh Kudus menjelaskan apa kehendak Allah dalam hidup kita sehingga tidak menyimpang dari firman yang dituliskan. Dalam hal inilah peran Roh Kudus mengembangkan kemampuan kita untuk memahami maksud firman itu. Ada ciri khas ketika kita belajar firman dan kemudian Roh Kudus bekerja, yakni adanya sukacita dan damai sejahtera saat kita selesai belajar firman itu. Seolah-olah ada kuasa baru, pemahaman baru, dan buahnya kita semakin mengasihi Yesus dan ingin berbuat sesuatu bagi Dia.
Tetapi manusia sering lupa dan lalai. Tubuh kita lemah meski roh kita kadang kuat. Terlebih ketika ada godaan dari si jahat, maka rohani kita akan tertutup dan membuat apa yang sudah kita pelajari dan sukai dari firman sering menjadi hilang. Tetapi Tuhan Yesus mengatakan bahwa Roh Kudus akan mengingatkan apabila kita dalam kesulitan. Meski iblis membuat seolah-olah firman itu tidak bisa maksimal berperan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi Roh Kudus terus bekerja dan berkata-kata dalam hati kita sepanjang kita berseru memanggil-Nya (1Yoh. 2:20).
Dalam kerangka inilah apa yang dimaksudkan Tuhan Yesus, bahwa Penghibur kita yakni Roh Kebenaran itu akan mengajar dan mengingatkan kita. Kesadaran akan peran Roh Kudus membuat justifikasi akan kebenaran firman itu sendiri.
Ketiga: Menerima damai sejahtera dari Yesus (ayat 27)
Tuhan Yesus berkata, Ia meninggalkan dan memberikan damai sejahtera kepada kita, dan tidak sama dengan damai sejahtera yang diberikan dunia. Damai sejahtera dari-Nya memiliki ciri yakni memberi ketenangan hati yang permanen, menghasilkan buah kebaikan ke dalam dan keluar. Damai sejahtera yang diberikan Tuhan Yesus adalah kesiapan menerima datangnya masa depan, dalam bentuk apa pun, baik segala sukacita dan penderitaan atau dukacita. Dosa, ketakutan, ketidakpastian, keraguan, dan berbagai kuasa jahat merupakan perang yang terus menerus dalam diri kita. Akan tetapi damai sejahtera dari Allah akan menyingkirkan semua itu dari hati dan pikiran kita, sepanjang kita memberi tempat damai sejahtera itu dalam hati kita, menjadikan ia berkuasa dalam hidup sehari-hari (Flp. 4:6-7). Inilah model damai sejahtera dari Allah.
Damai sejahtera yang diberikan Yesus tidak sama dengan yang diberikan oleh dunia, dalam arti damai sejahtera yang diberikan dunia tidak permanen, pasang surut, dan bersyarat (conditional). Damai di dunia adalah rasa aman yang mungkin karena adanya polisi, tentara atau senjata, atau mungkin hanya ditafsirkan sebagai tidak adanya konflik. Damai sejahtera dunia adalah kecukupan makanan dan materi, kesenangan jasmaniah. Seolah-olah semua itu adalah damai sejahtera yang tampak dari luar.
Damai sejahtera dari Tuhan Yesus berbeda karena lebih terlihat di dalam, di hati dan di wajah sebagai jendela hati. Damai sejahtera Yesus memiliki kuasa, yakni mampu mengalahkan godaan dan kejahatan. Damai dari Yesus adalah damai yang mengasihi, damai yang memberi dan siap berkorban, sebab kita sadar menerima dari Dia yang telah berkorban bagi kita. Sikap pandang ini penting, sebab apabila kita sudah dalam tahap damai sejahtera dengan tahapan seperti itu, maka seyogianya membuat kita dalam ketentraman dan ketenangan bathin tanpa ada ketakutan dan kekuatiran. Inilah yang disebut bisa mengalahkan itu baik godaan dari siapa pun.
Keempat: Sukacita karena semua digenapi (ayat 28-29)
Ada puisi ditulis Ramadhan KH yang sangat bagus, bahwa kebahagiaan yang paling nikmat adalah selesai kerja. Selesai dalam pengertian waktu tugas sudah tiba dan kerja yang dihasilkan juga memuaskan. Apalagi kalau kerja itu benar selesai dalam pengertian tuntas, bukan selesai dari satu bagian, meski itu juga memiliki kebahagiaan tersendiri. Itu bisa kita rasakan setiap sore hari, atau setiap hari Jumat sore. Oleh karena itu ada istilah “TGIF, Thanks God It's Friday”, dalam arti sudah akhir masa kerja mingguan dan masuk dalam akhir pekan yang biasanya diisi dengan santai atau liburan. Memang ada yang bilang, itu tidak baik, lebih bagus kalau “TGIM, Thanks God It's Monday”, artinya itu mulai kerja lagi. Tapi itu boleh juga dalam pengertian karya baru dimulai lagi. Akhir pekan tetap kegembiaraan yang dinantikan.
Itulah yang terjadi pada Tuhan Yesus. Misi-Nya selesai dan Ia akan pergi kembali ke Bapa yang mengutus-Nya. Ini juga ciri khas yang lazim dalam kehidupan, yakni selalu adanya sebuah awal dan perhentian, sebuah pola yakni ada awal dan ada akhir. Yesus berbicara kepada para murid tentang tujuan-Nya Ia pergi, yakni membawa pesan dan kesan bahwa murid-murid-Nya mengasihi Dia dan Bapa, serta mereka siap untuk meneruskan misi-Nya.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa apa yang dikatakan-Nya pasti akan terjadi. Itu betul, sebab Yesus memang pergi dengan cara yang tidak terbayangkan oleh murid-Nya, yakni terangkat naik ke sorga. Inilah yang dikatakan Yesus, bahwa kalau itu terjadi maka murid-murid-Nya akan percaya. Mereka pun percaya dan karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak percaya. Tetapi apa yang lebih penting adalah, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia akan kembali. Ini penting sebab kemenangan yang Tuhan Yesus sudah alami dan buktikan melewati penderitaan dan kematian, akan Dia perlihatkan juga kepada kita bagaimana kita melewati kematian itu kelak. Hal ini juga memberi pelajaran kepada kita agar tidak takut pada kematian, sebab kematian adalah pintu berkat kebahagiaan. Rinciannya kebahagiaan itu tidak perlu, tetapi intinya adalah: Kita akan menang dan kita adalah pemenang!! Sebagai orang menang maka kita haruslah bersukacita.
Itulah yang Tuhan Yesus maksudkan, betapa kita bersukacita atas semua kejadian itu. Kita bersukacita Tuhan Yesus kembali ke Bapa dan Ia akan kembali menjemput kita orang percaya dan itu semua akan digenapi. Selengkapnya puisi Ramadhan KH itu sebagai berikut:
Mega mega yang disentuh pudar
Karena keagungan kerja
Badai-badai yang ditentang nyisih
Karena keagungan jiwa
Tiadalah kebahagiaan sebesar
Kebahagiaan selesai kerja
Tiadalah kelapangan sebesar
Kelapangan kemenangan jiwa
Dan semua pengabdian
Untukkan bagi keagungan bangsa
Dan semua kelelahan
Diuntukkan bagi kemuliaan manusia
Kesimpulan
Minggu ini kita diberi firman Tuhan tentang bagaimana pentingnya ketaatan dan patuh pada firman yang dari Allah Bapa itu. Walaupun Yesus telah kembali, tetapi Roh Kudus beserta kita dalam mengajar, memahami, dan mengingatkan kita agar selalu menjadi pelaku firman. Buah dari ketaatan itu adalah menerima pemberian damai sejahtera dari Tuhan Yesus yang bersifat kekal. Damai sejahtera itu berbeda dengan damai sejahtera dunia, sebab damai sejahtera itu juga akan diakhiri dengan penggenapan janji-janji Tuhan kepada kita orang percaya. Karena itu, tetaplah taat dan patuh pada firman, maka sukacita akan menanti.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 589 guests and no members online