Khotbah Minggu 15 Mei 2022
Khotbah Minggu Kelima Paskah
SALING MEMPEMULIAKAN DEMI KASIH (Yoh 13:31-35)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 11:1-18; Mzm 148; Why 21:1-6
Pendahuluan
Memasuki minggu kelima paskah ini kita masih diberikan gambaran pelayanan Tuhan Yesus sebelum Ia naik ke sorga. Nats minggu ini menceritakan percakapan Tuhan Yesus dengan murid-murid-Nya di kamar atas, setelah di pasal sebelumnya Ia memperlihatkan praktek kasih dan kerendahan hati dengan membasuh kaki murid-murid-Nya. Perbuatan Yesus ini merupakan simbol dan keteladanan kerendahan hati sekaligus kesiapan untuk melayani orang bagi murid-murid-Nya. Sungguh perbuatan mulia.
Dari nats ini kita diberikan beberapa hal hikmat sebagai berikut.
Pertama: Yesus telah dipermuliakan (ayat 31-32)
Dalam mengemban misi-Nya Yesus telah membuktikan ketaatan-Nya pada Bapa. Yesus menunjukkan kasih-Nya kepada setiap orang bahkan kepada yang mengkhianati, mencela, menghukum dan menyalib-Nya. Dia merendahkan hati-Nya kepada Bapa dan kepada semua orang demi untuk kemenangan. Apa yang bagi manusia merupakan kehinaan yakni mati digantung di kayu salib serta bersama dua penjahat besar, Dia terima dalam ketaatan. Salib yang hina di mata manusia kini menjadi lambang kemuliaan bagi Dia dan bagi kita semua. Kematian di kayu salib merupakan penggenapan rencana Bapa. Oleh karena itulah, Allah Bapa mempermuliakan Dia dengan kebangkitan dan kemenangan. Allah mempermuliakan Dia karena penugasan yang selesai tuntas dan sempurna (band. Yoh 17:1, 5). Kemuliaan Yesus disempurnakan ketika Ia naik ke sorga sebagai puncak dari pelayanan dan kebesaran-Nya di dunia ini sebagai manusia. Itulah yang dimaksudkan kata "segera" dalam ayat 31 itu.
Pemuliaan Yesus ini memberikan dua gambaran kepada kita dalam menjalani kehidupan ini. Yang pertama, kerendahan hati sebagaimana Tuhan Yesus teladankan, tidak akan membuat kita hina, tidak menjadikan kita lebih tidak berharga. Banyak orang berpendapat dan melankoni bahwa untuk merasa bisa dihormati mereka berlagak sombong atau menempatkan posisi dirinya di atas. Mereka berpikir, dengan jalan demikian orang lain akan melihat bahwa mereka adalah "orang yang spesial", orang yang besar dan harus dihormati, meski sebenarnya mereka tidak memiliki apa-apa atau memiliki andil dalam hidup orang lain. Hal ini jelas salah! Justru biasanya orang yang dianggap besar dan dihormati adalah mereka yang mampu merendahkan dirinya, menempatkan dirinya berguna dan berkorban bagi orang lain. Oleh karena itu, di dalam pekerjaan atau pelayanan sehari-hari, marilah kita selalu memperlihatkan kerendahan hati, mengutamakan apa yang bisa terbaik kita berikan bagi pekerjaan dan pelayanan, serta kerelaan kita berkorban untuk itu, sehingga orang lain bahkan pemberi tugas (atasan) akan menghormati kita lebih besar dari yang kita harapkan.
Hal kedua, hendaklah penugasan yang kita terima kita selesaikan dengan sempurna dan dalam ketaatan. Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kita menerima penugasan, bukan hanya dari “pimpinan” tetapi juga sebagai bagian dari keberadaan kita. Kita sebagai suami pasti ada penugasan. Kita sebagai istri pasti memiliki tugas dan tanggungjawab. Kita sebagai anak juga pasti memiliki kewajiban dan tugas. Tugas yang paling sederhana paling tidak bertanggungjawab bagi dirinya sendiri. Orang yang lalai memelihara kesehatan pribadinya merupakan kelalaian dalam penugasan Allah untuk menjaga tubuhnya. Inilah yang harus kita selesaikan dengan baik. Dalam mencapai kesempurnaan penugasan itu, persyaratannya diperlukan ketaatan. Seorang suami yang taat untuk menjadi sempurna harus memelihara dirinya dengan baik: dalam kesehatan, dalam berhubungan dengan Pemberi Kehidupan, dalam mencari penghasilan untuk kebutuhan keluarga, dalam mengayomi istri dan anak-anak serta keluarga, dalam hubungan dengan sesama dan masyarakat. Apabila kita lakukan dengan taat dan kedisiplinan, maka kita akan sempurna dalam penugasan. Sebagaimana Yesus dihormati dan dimuliakan oleh Bapa, maka kita niscaya juga akan memerima hormat dari pemberi tugas. Kita dipermuliakan dengan apa yang kita lakukan, itulah pesan pertamanya.
Kedua: Allah dipermuliakan melalui Yesus (ayat 31-32)
Apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus memperlihatkan ketaatan dan hormat pada Bapa. Yesus tidak pernah meniadakan Bapa dalam keberadaan-Nya, bahkan Ia selalu mengatakan bahwa diri-Nya adalah utusan Allah Bapa yang di sorga. Ia tetap mengungkapkan bahwa kuasa yang diperoleh-Nya adalah kuasa yang berasal dari Bapa, dan Ia melaksanakan semua itu atas kehendak Allah, Bapa-Nya di sorga.
Dengan demikian Tuhan Yesus memang berkehendak memuliakan Allah Bapa-Nya. Pemuliaan ini dilakukan dengan menggenapi seluruh rencana Allah dalam hidup-Nya. Dipermuliakan berarti menggenapi apa yang menjadi misi utama-Nya (band. Flp 2:11). Inilah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya" (Yoh 17:1-4).
Oleh karena itu, dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagaimana di bagian atas tadi, apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab kita hendaklah kita selesaikan dengan baik dan sesempurna mungkin. Sempurna bukan dalam pengertian tidak ada kekurangan, tetapi sempurna dalam pengertian semua dilaksaknakan dengan sepenuh hati dan tanggungjawab. Untuk kita yang dalam tugas, apakah di kantor atau di lapangan atau kedinasan, marilah kita laksanakan penugasan itu dengan sempurna dan ketaatan.
Apabila tugas dan tanggungjawab itu kita selesaikan dengan baik, niscaya kita akan mengangkat nilai dan apresiasi orang lain terhadap pimpinan, institusi kantor atau lembaga pelayanan kita. Apabila kita melaksanakan tangungjawab sebagai kepada rumah tangga, niscaya seluruh keluarga akan mendapat rasa hormat dari siapa saja. Demikianlah adanya Tuhan Yesus yang telah melaksanakan tugas-Nya dengan baik, maka Allah dipermuliakan dalam nama-Nya. Dengan demikian, hikmat atau pesan kedua yang diberikan kepada kita dalam ayat ini adalah: kita akan mempermuliakan pemberi tugas, apabila kita melakukan tugas tersebut dengan baik dan ketaatan.
Ketiga: tempat yang belum bisa kita lihat (ayat 33-34)
Orang Yahudi selalu berusaha mengikuti-Nya. Murid-murid pun terus berusaha agar Dia tidak masuk ke dalam bahaya. Pengharapan besar pada Yesus begitu kokoh sehingga mereka merasa Yesus harus terus ada ditengah-tengah mereka. Kebersamaan tiga tahun lebih tentu tidak mudah dilupakan. Mereka masih berharap terus mendengar pengajaran dan melihat kuasa-kuasa mukjizat yang diperlihatkan-Nya.
Pikiran inilah yang dibaca oleh Tuhan Yesus ketika Ia berkata: "Hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu." Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa mereka akan berusaha mencari Dia dalam pengertian agar selalu melihat kehadiran Tubuh Yesus sebagai simbol, tetapi itu akan sia-sia. Yesus tahu, oleh karena itu Dia menekankan bahwa walaupun tidak bersama dengan mereka, tetapi akan ada yang menggantikan Dia, yang sama memiliki kuasa dan hakekat seperti Dia, menjadi penolong dan penghibur mereka, yakni Roh Kudus. Tapi saat itu para murid tidak bisa menangkap maksud-Nya.
Tuhan Yesus berkata ke tempat Ia akan pergi, murid-murid-Nya tidak mungkin mereka datang. Ini bisa menggambarkan dua pilihan. Pertama, Yesus akan pergi melalui jalan penderitaan ke kayu salib dan tidak seorang pun dapat menggantikan Dia. Kedua, Yesus menggambarkan bahwa Ia kembali ke tempat Bapa di sorga ke tempat-Nya bertakhta. Tentu bagi murid-murid yang masih hidup, tidak mungkin bisa bersama Yesus ke sana. Tetapi Yesus menjanjikan bagi setiap orang yang tetap percaya dan setia kepada-Nya, maka tempat itu akan menjadi tempat kita juga, bersama dengan Tuhan Yesus, ke tempat mana yang Dia sudah sediakan bagi kita. Yesus membuka dan merintis jalan baru itu bagi kita.
Keempat: perintah baru agar semua orang harus tahu (ayat 35)
Tuhan Yesus memberi perintah baru yakni saling mengasihi dengan dasar karena mereka ada di dalam Kristus. Mengasihi bukan karena kepentingan atau kelompok. Kasih yang lebih ditekankan Yesus adalah kasih yang rela berkorban, rela memberikan yang terbaik kepada pihak lain dan itu akan menjadi kesaksisan bagi dunia. Meski hukum kasih ini sudah ada pada perjanjian lama (Ul 19:18), tetapi bagi umat Yahudi saat itu mereka hanya mendengar cerita-cerita bagaimana Allah Mahakasih membebaskan bangsa mereka dari tanah Mesir. Mereka tidak mengalaminya. Kini mereka yang hadir saat itu langsung melihat bagaimana wujud kasih itu dilaksanakan. Ini bagaikan kasih yang revolusioner mereka saksikan.
Kasih Yesus yang berkorban dan melayani sebagaimana dicontohkan-Nya menjadi patokan, menjadi standar dan referensi bagi kita ketika memperlihatkan kasih bagi orang lain. Kasih Yesus menjadi kasih yang berkesinambungan dan berlipat ganda mekar berbuah dan berbuah. Inilah maksud kata-kata Yesus, "sama seperti Aku telah mengasihi kamu."
Kesaksian kita bukanlah dengan penampilan kita, bukan pula dengan pengakuan di mulut atau nyanyian lagu kita, tetapi karena saling mengasihi di antara kita dan kasih yang kita berikan kepada orang lain, itulah yang akan menjadi kesaksian bagi kemuliaan Kristus. Kasih yang kita persaksikan tidak hanya menguatkan kita dan membawa kita lebih dekat kepada Kristus, tetapi juga membawa dunia ini saling mengasihi dan tidak saling membenci. Kebencian akan sirna. Yesus akan menjadi contoh yang hidup bagi siapa saja, kalau kita menjadi contoh yang hidup ditengah-tengah dunia.
Mengasihi bukan sekedar ungkapan perasaan senang atau hangat, melainkan sikap yang harus tampak dalam perbuatan. Memberi pertolongan pada saat orang lain di saat yang tidak menguntungkan, memohon maaf walau tidak pasti bersalah, memberi waktu kepada orang yang membutuhkan dukungan, memberi pengampunan bagi yang menyakiti kita dan bukan berniat membalasnya, itulah kasih sejati. Ini memang sulit, tetapi justru itulah kita harus belajar, mau memulai dan mempraktekkannya sesuai kasih dalam 1Kor 13.
Kesimpulan
Minggu ini kita belajar dari firman Tuhan bagaimana Tuhan Yesus dipermuliakan Allah dan sekaligus Dia mempermuliakan Allah Bapa. Semua itu terjadi karena penugasan Bapa kepada Yesus dilaksanakan dengan ketaatan dan tuntas sempurna. Ini memberi pelajaran kepada kita bagaimana menjalani sebuh tugas dan tanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pelaksanaan tugas yang tuntas dan baik, kita akan dipermuliakan dan sekaligus kita juga mempermuliakan pemberi tugas. Ada yang menanti, sebagaimana Tuhan Yesus mengatakan ke tempat indah Dia pergi, kesanalah kita juga akan pergi. Akan tetapi, hendaklah semua itu kita lakukan dengan dasar mengasihi, sebagaimana Yesus telah mengasihi kita.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 347 guests and no members online