2022
2022
Kabar dari Bukit Minggu 15 Mei 2022
Kabar dari Bukit
YESUS BERDIRI MENYAMBUT (Kis. 7:55-60)
Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah” (Kis. 7:55-56)
Pernahkah kita membayangkan saat-saat ajal kelak datang menyambut hidup kita? Terlepas dari situasi saat mengakhiri hidup ini dengan kesadaran penuh, tanpa rasa sakit atau mungkin mengerang menahan rasa sakit yang hebat, atau keadaan komma tidak sadar secara medis, tetapi roh kita selalu pasti terhubung dengan Allah pemberi kehidupan. Bagaimana kira-kira gambarannya? Takut, atau tidak mau dipikirkan?
Gambarannya dijelaskan melalui Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini, dari Kis. 7:55-60. Sebenarnya nas ini dari leksionasi Tahun A untuk renungan Minggu kelima Paskah. Kita saat ini masih di tahun C dan nas pilihannya adalah Kis. 11:1-18; Mzm. 148; Why. 21:1-6 atau Yoh. 13:31-35. Namun, keempat nas tersebut telah saya tulis di tahun-tahun lalu, dan semua dapat diakses melalui website www.kabardaribukit.org atau pada buku-buku yang telah diterbitkan.
Nas minggu ini menceritakan tentang Stefanus, martir perdana, yang dibunuh para anggota Mahkamah Agama, saat mereka mendengar kesaksian Stefanus tentang Tuhan Yesus. Para pendengarnya menghasut dan menuduhnya telah mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah (Kis. 6:8-7:54). Ia kemudian dibawa dan tetap dengan penjelasannya, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan Bait Allah mereka dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa (Kis. 6:14).
Stefanus, bukan rasul, hanya diaken, tetap teguh dengan imannya. Para anggota Mahkamah Agama pun merasa geram, marah, sangat tertusuk hati mereka. Mereka berteriak-teriak dan sambil menutup telinga (tanda tidak ingin mendengar suara Allah), serentak menyerbu Stefanus, menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya dengan batu hingga mati, hukuman sesuai Im. 24:16. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus, yang saat itu belum bertobat berganti nama menjadi Paulus (ay. 57-58).
Stefanus, saat menjelang ajalnya, menatap ke langit, lalu ia melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Ia berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku" (ay. 54-55). Ia bahkan meminta Tuhan tidak menghukum perbuatan mereka (59-60). Stefanus meninggalkan dunia ini penuh cinta kasih dan dalam damai, tidak ada berbeban penyesalan dan rasa sakit hati. Dan itulah yang diterimanya: melihat Tuhan Yesus menyambut rohnya dengan berdiri, penuh kemuliaan Allah.
Yesus berdiri setelah kenaikan-Nya, hanya disebut pada nas ini satu kali dalam Alkitab. Pengakuan Iman Rasuli kita mengatakan, Tuhan Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa, yang diambil dari Mzm. 101:1; Dan. 7:9-14, sebagai simbol kepercayaan dan kuasa. Stefanus saat kembali ke Bapa, pulang, Tuhan Yesus berdiri menyambutnya; tentu diiringi oleh para malaikat sorga. Sungguh keindahan yang tak terkirakan. Walau ia menderita, tetap setia. “Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya” (Mzm. 116:15); itulah gambaran kasih Allah yang luar biasa bagi kita anak-anak-Nya yang setia. "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini" (Why. 14:13). Ya, sungguh membahagiakan.
Inginkah kita Tuhan Yesus berdiri menyambut saat ajal nanti menjemput? Mari, tetaplah setia mengasihi Allah, teruslah bersaksi dengan kebaikan, jangan menghujat dan menyakiti orang lain. Itulah yang diminta dari kita, meneladani Stefanus. Semoga kita semakin dimampukan melakukannya. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah Minggu 15 Mei 2022
Khotbah Minggu Kelima Paskah
SALING MEMPEMULIAKAN DEMI KASIH (Yoh 13:31-35)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 11:1-18; Mzm 148; Why 21:1-6
Pendahuluan
Memasuki minggu kelima paskah ini kita masih diberikan gambaran pelayanan Tuhan Yesus sebelum Ia naik ke sorga. Nats minggu ini menceritakan percakapan Tuhan Yesus dengan murid-murid-Nya di kamar atas, setelah di pasal sebelumnya Ia memperlihatkan praktek kasih dan kerendahan hati dengan membasuh kaki murid-murid-Nya. Perbuatan Yesus ini merupakan simbol dan keteladanan kerendahan hati sekaligus kesiapan untuk melayani orang bagi murid-murid-Nya. Sungguh perbuatan mulia.
Dari nats ini kita diberikan beberapa hal hikmat sebagai berikut.
Pertama: Yesus telah dipermuliakan (ayat 31-32)
Dalam mengemban misi-Nya Yesus telah membuktikan ketaatan-Nya pada Bapa. Yesus menunjukkan kasih-Nya kepada setiap orang bahkan kepada yang mengkhianati, mencela, menghukum dan menyalib-Nya. Dia merendahkan hati-Nya kepada Bapa dan kepada semua orang demi untuk kemenangan. Apa yang bagi manusia merupakan kehinaan yakni mati digantung di kayu salib serta bersama dua penjahat besar, Dia terima dalam ketaatan. Salib yang hina di mata manusia kini menjadi lambang kemuliaan bagi Dia dan bagi kita semua. Kematian di kayu salib merupakan penggenapan rencana Bapa. Oleh karena itulah, Allah Bapa mempermuliakan Dia dengan kebangkitan dan kemenangan. Allah mempermuliakan Dia karena penugasan yang selesai tuntas dan sempurna (band. Yoh 17:1, 5). Kemuliaan Yesus disempurnakan ketika Ia naik ke sorga sebagai puncak dari pelayanan dan kebesaran-Nya di dunia ini sebagai manusia. Itulah yang dimaksudkan kata "segera" dalam ayat 31 itu.
Pemuliaan Yesus ini memberikan dua gambaran kepada kita dalam menjalani kehidupan ini. Yang pertama, kerendahan hati sebagaimana Tuhan Yesus teladankan, tidak akan membuat kita hina, tidak menjadikan kita lebih tidak berharga. Banyak orang berpendapat dan melankoni bahwa untuk merasa bisa dihormati mereka berlagak sombong atau menempatkan posisi dirinya di atas. Mereka berpikir, dengan jalan demikian orang lain akan melihat bahwa mereka adalah "orang yang spesial", orang yang besar dan harus dihormati, meski sebenarnya mereka tidak memiliki apa-apa atau memiliki andil dalam hidup orang lain. Hal ini jelas salah! Justru biasanya orang yang dianggap besar dan dihormati adalah mereka yang mampu merendahkan dirinya, menempatkan dirinya berguna dan berkorban bagi orang lain. Oleh karena itu, di dalam pekerjaan atau pelayanan sehari-hari, marilah kita selalu memperlihatkan kerendahan hati, mengutamakan apa yang bisa terbaik kita berikan bagi pekerjaan dan pelayanan, serta kerelaan kita berkorban untuk itu, sehingga orang lain bahkan pemberi tugas (atasan) akan menghormati kita lebih besar dari yang kita harapkan.
Hal kedua, hendaklah penugasan yang kita terima kita selesaikan dengan sempurna dan dalam ketaatan. Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kita menerima penugasan, bukan hanya dari “pimpinan” tetapi juga sebagai bagian dari keberadaan kita. Kita sebagai suami pasti ada penugasan. Kita sebagai istri pasti memiliki tugas dan tanggungjawab. Kita sebagai anak juga pasti memiliki kewajiban dan tugas. Tugas yang paling sederhana paling tidak bertanggungjawab bagi dirinya sendiri. Orang yang lalai memelihara kesehatan pribadinya merupakan kelalaian dalam penugasan Allah untuk menjaga tubuhnya. Inilah yang harus kita selesaikan dengan baik. Dalam mencapai kesempurnaan penugasan itu, persyaratannya diperlukan ketaatan. Seorang suami yang taat untuk menjadi sempurna harus memelihara dirinya dengan baik: dalam kesehatan, dalam berhubungan dengan Pemberi Kehidupan, dalam mencari penghasilan untuk kebutuhan keluarga, dalam mengayomi istri dan anak-anak serta keluarga, dalam hubungan dengan sesama dan masyarakat. Apabila kita lakukan dengan taat dan kedisiplinan, maka kita akan sempurna dalam penugasan. Sebagaimana Yesus dihormati dan dimuliakan oleh Bapa, maka kita niscaya juga akan memerima hormat dari pemberi tugas. Kita dipermuliakan dengan apa yang kita lakukan, itulah pesan pertamanya.
Kedua: Allah dipermuliakan melalui Yesus (ayat 31-32)
Apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus memperlihatkan ketaatan dan hormat pada Bapa. Yesus tidak pernah meniadakan Bapa dalam keberadaan-Nya, bahkan Ia selalu mengatakan bahwa diri-Nya adalah utusan Allah Bapa yang di sorga. Ia tetap mengungkapkan bahwa kuasa yang diperoleh-Nya adalah kuasa yang berasal dari Bapa, dan Ia melaksanakan semua itu atas kehendak Allah, Bapa-Nya di sorga.
Dengan demikian Tuhan Yesus memang berkehendak memuliakan Allah Bapa-Nya. Pemuliaan ini dilakukan dengan menggenapi seluruh rencana Allah dalam hidup-Nya. Dipermuliakan berarti menggenapi apa yang menjadi misi utama-Nya (band. Flp 2:11). Inilah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya" (Yoh 17:1-4).
Oleh karena itu, dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagaimana di bagian atas tadi, apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab kita hendaklah kita selesaikan dengan baik dan sesempurna mungkin. Sempurna bukan dalam pengertian tidak ada kekurangan, tetapi sempurna dalam pengertian semua dilaksaknakan dengan sepenuh hati dan tanggungjawab. Untuk kita yang dalam tugas, apakah di kantor atau di lapangan atau kedinasan, marilah kita laksanakan penugasan itu dengan sempurna dan ketaatan.
Apabila tugas dan tanggungjawab itu kita selesaikan dengan baik, niscaya kita akan mengangkat nilai dan apresiasi orang lain terhadap pimpinan, institusi kantor atau lembaga pelayanan kita. Apabila kita melaksanakan tangungjawab sebagai kepada rumah tangga, niscaya seluruh keluarga akan mendapat rasa hormat dari siapa saja. Demikianlah adanya Tuhan Yesus yang telah melaksanakan tugas-Nya dengan baik, maka Allah dipermuliakan dalam nama-Nya. Dengan demikian, hikmat atau pesan kedua yang diberikan kepada kita dalam ayat ini adalah: kita akan mempermuliakan pemberi tugas, apabila kita melakukan tugas tersebut dengan baik dan ketaatan.
Ketiga: tempat yang belum bisa kita lihat (ayat 33-34)
Orang Yahudi selalu berusaha mengikuti-Nya. Murid-murid pun terus berusaha agar Dia tidak masuk ke dalam bahaya. Pengharapan besar pada Yesus begitu kokoh sehingga mereka merasa Yesus harus terus ada ditengah-tengah mereka. Kebersamaan tiga tahun lebih tentu tidak mudah dilupakan. Mereka masih berharap terus mendengar pengajaran dan melihat kuasa-kuasa mukjizat yang diperlihatkan-Nya.
Pikiran inilah yang dibaca oleh Tuhan Yesus ketika Ia berkata: "Hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu." Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa mereka akan berusaha mencari Dia dalam pengertian agar selalu melihat kehadiran Tubuh Yesus sebagai simbol, tetapi itu akan sia-sia. Yesus tahu, oleh karena itu Dia menekankan bahwa walaupun tidak bersama dengan mereka, tetapi akan ada yang menggantikan Dia, yang sama memiliki kuasa dan hakekat seperti Dia, menjadi penolong dan penghibur mereka, yakni Roh Kudus. Tapi saat itu para murid tidak bisa menangkap maksud-Nya.
Tuhan Yesus berkata ke tempat Ia akan pergi, murid-murid-Nya tidak mungkin mereka datang. Ini bisa menggambarkan dua pilihan. Pertama, Yesus akan pergi melalui jalan penderitaan ke kayu salib dan tidak seorang pun dapat menggantikan Dia. Kedua, Yesus menggambarkan bahwa Ia kembali ke tempat Bapa di sorga ke tempat-Nya bertakhta. Tentu bagi murid-murid yang masih hidup, tidak mungkin bisa bersama Yesus ke sana. Tetapi Yesus menjanjikan bagi setiap orang yang tetap percaya dan setia kepada-Nya, maka tempat itu akan menjadi tempat kita juga, bersama dengan Tuhan Yesus, ke tempat mana yang Dia sudah sediakan bagi kita. Yesus membuka dan merintis jalan baru itu bagi kita.
Keempat: perintah baru agar semua orang harus tahu (ayat 35)
Tuhan Yesus memberi perintah baru yakni saling mengasihi dengan dasar karena mereka ada di dalam Kristus. Mengasihi bukan karena kepentingan atau kelompok. Kasih yang lebih ditekankan Yesus adalah kasih yang rela berkorban, rela memberikan yang terbaik kepada pihak lain dan itu akan menjadi kesaksisan bagi dunia. Meski hukum kasih ini sudah ada pada perjanjian lama (Ul 19:18), tetapi bagi umat Yahudi saat itu mereka hanya mendengar cerita-cerita bagaimana Allah Mahakasih membebaskan bangsa mereka dari tanah Mesir. Mereka tidak mengalaminya. Kini mereka yang hadir saat itu langsung melihat bagaimana wujud kasih itu dilaksanakan. Ini bagaikan kasih yang revolusioner mereka saksikan.
Kasih Yesus yang berkorban dan melayani sebagaimana dicontohkan-Nya menjadi patokan, menjadi standar dan referensi bagi kita ketika memperlihatkan kasih bagi orang lain. Kasih Yesus menjadi kasih yang berkesinambungan dan berlipat ganda mekar berbuah dan berbuah. Inilah maksud kata-kata Yesus, "sama seperti Aku telah mengasihi kamu."
Kesaksian kita bukanlah dengan penampilan kita, bukan pula dengan pengakuan di mulut atau nyanyian lagu kita, tetapi karena saling mengasihi di antara kita dan kasih yang kita berikan kepada orang lain, itulah yang akan menjadi kesaksian bagi kemuliaan Kristus. Kasih yang kita persaksikan tidak hanya menguatkan kita dan membawa kita lebih dekat kepada Kristus, tetapi juga membawa dunia ini saling mengasihi dan tidak saling membenci. Kebencian akan sirna. Yesus akan menjadi contoh yang hidup bagi siapa saja, kalau kita menjadi contoh yang hidup ditengah-tengah dunia.
Mengasihi bukan sekedar ungkapan perasaan senang atau hangat, melainkan sikap yang harus tampak dalam perbuatan. Memberi pertolongan pada saat orang lain di saat yang tidak menguntungkan, memohon maaf walau tidak pasti bersalah, memberi waktu kepada orang yang membutuhkan dukungan, memberi pengampunan bagi yang menyakiti kita dan bukan berniat membalasnya, itulah kasih sejati. Ini memang sulit, tetapi justru itulah kita harus belajar, mau memulai dan mempraktekkannya sesuai kasih dalam 1Kor 13.
Kesimpulan
Minggu ini kita belajar dari firman Tuhan bagaimana Tuhan Yesus dipermuliakan Allah dan sekaligus Dia mempermuliakan Allah Bapa. Semua itu terjadi karena penugasan Bapa kepada Yesus dilaksanakan dengan ketaatan dan tuntas sempurna. Ini memberi pelajaran kepada kita bagaimana menjalani sebuh tugas dan tanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pelaksanaan tugas yang tuntas dan baik, kita akan dipermuliakan dan sekaligus kita juga mempermuliakan pemberi tugas. Ada yang menanti, sebagaimana Tuhan Yesus mengatakan ke tempat indah Dia pergi, kesanalah kita juga akan pergi. Akan tetapi, hendaklah semua itu kita lakukan dengan dasar mengasihi, sebagaimana Yesus telah mengasihi kita.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah Minggu 8 Mei 2022
Khotbah Minggu Keempat Paskah
YESUS DITOLAK ORANG YAHUDI (Yoh. 10:22-30)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis. 9:36-43; Mzm. 23; Why. 7:9-17
Pendahuluan
Dalam minggu ini kita diberi firman yang menceritakan saat Tuhan Yesus mulai dipertanyakan siapa Dia dan keberadaan-Nya. Beberapa waktu sebelumnya sebenarnya Ia sudah memperkenalkan diri-Nya kepada perempuan Samaria bahwa Ia adalah Mesias (Yoh. 4:26). Dalam kesempatan lain Ia menyatakan diri-Nya bukan dari dunia ini melainkan dari Atas dan Dia adalah Allah (Yoh. 8:12-29); kemudian dalam percakapan tentang anak yang buta Ia menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah (Yoh. 9:37). Akan tetapi orang-orang Yahudi belum yakin, sehingga tatkala saat hari raya Pentahbisan Bait Allah, mereka bertanya lagi tentang siapakah Dia sebenarnya.
Hari Raya Pentahbisan bermula dari zaman Yudas Makabeus di tahun 164 SM melakukan pentahiran dan pengudusan kembali Bait Allah, setelah sebelumnya Bait Allah diperlakukan dengan najis oleh Raja Syria yakni Antiochus Ephipanes dengan mengorbankan hewan babi di altar Bait Allah tersebut sebagai persembahan kepada dewa-dewa kafir. Bagi umat Yahudi, babi adalah hewan yang haram. Antiochus juga melakukan penghinaan dengan memakai ruangan-ruangan di Bait Allah tersebut sebagai tempat asusila. Yudas Makabeus kemudian bangkit dan mengusir Antiochus dan menahbiskan kembali Bait Allah tersebut. Inilah peringatan pentahbisan yang dilakukan dan masih dilakukan oleh umat Yahudi yang disebut sebagai hari raya Hanukah atau hari raya Terang.
Dari pertanyaan dan percakapan Tuhan Yesus dengan orang Yahudi di serambi Salomo Bait Allah itu kita diberi cahaya sorgawi sebagai berikut.
Pertama: mereka sudah mendengar dan melihat (ayat 24-25)
Meski beberapa orang Yahudi telah menjadi murid-Nya dan ada banyak orang yang terus mengikuti-Nya, rupanya banyak orang masih belum begitu yakin sehingga mereka terus mempertanyakan siapakah Dia sebenarnya. Memang yang bertanya ini mungkin mempunyai dua maksud, apakah betul-betul murni ingin mendapat kepastian tentang Dia adalah Mesias, dan menjadikan-Nya Raja yang Diurapi untuk memimpin umat Yahudi bagi pembebasan dari penjajahan Romawi. Kesengsaraan dan ketidakadilan pada umat Yahudi di masa itu membuat mereka menunggu-nunggu datangnya Mesias untuk memimpin perlawanan seperti Yudas Makabeas membebaskan mereka dari raja Syria. Tetapi pertanyaan orang Yahudi itu juga bisa menjebak-Nya sebagai alasan untuk melempari-Nya dan membawa Dia ke pengadilan agama Yahudi, karena dianggap menghujat Allah (band. Yoh. 8:13). Inilah yang diperhitungkan Yesus, sehingga Ia menjawab secara diplomatis, membalikkan pertanyaan kepada mereka. Ini strategi yang jitu dan pantas diteladani dalam menghadapi orang yang ingin menjebak kita.
Sebenarnya Tuhan Yesus sudah menyatakan diri-Nya berulang kali sebagaimana disebutkan pada bagian pendahuluan. Ia juga sudah menjelaskan makna dari ke-Mesias-an dan Anak Allah dalam percakapan sebelumnya, sehingga Yesus mengatakan kepada mereka: kamu telah mendengar! Bahkan Ia telah memperlihatkan pekerjaan kuasa Ilahi-Nya melalui berbagai mukjizat yang dilakukan, seperti merubah air menjadi anggur (Yoh. 2:1-11), penyembuhan beberapa orang sakit (Yoh. 4 dan 5), memberi makan 5000 orang hanya dengan lima roti jelai dan dua ikan (Yoh. 6:1-14), dan Ia berjalan di atas air (Yoh 6:16-21). Hal ini juga yang membuat Tuhan Yesus berkata kepada mereka: kamu telah melihat apa yang Kukerjakan! Tetapi mereka tetap tidak percaya.
Dalam percakapan sebelumnya dengan orang Farisi, Tuhan Yesus telah mengingatkan bahwa mereka yang sudah melihat kuasa Allah tetapi tidak percaya, maka mereka berdosa (Yoh 9:40-41). Yesus menekankan bahwa orang Farisi itu telah melihat karya Allah melalui anak yang lahir buta dicelikkan oleh Yesus, tetapi mereka tidak percaya, sehingga Tuhan Yesus kemudian berkata mereka berdosa.
Dalam kaitan inilah Tuhan Yesus juga ingin mengingatkan kita bahwa katika bertanya tentang ke-Allah-an Yesus untuk motivasi yang kurang baik, misalnya untuk memperlihatkan kehebatan, kesombongan, bahkan niat melecehkan, itu sangat tidak baik. Bertanya bukanlah sebuah dosa. Kalau seandainya kita bertanya dengan motivasi yang benar, untuk mengetahui kuasa dan wujud penyertaan-Nya dalam hidup kita, maka Yesus akan memberikan jawaban-Nya. Roh Kudus akan bekerja. Inilah inti pesan pertama kepada kita, agar kita yang sudah melihat dan mendengar hendaklah terus percaya dan mengikut Dia; dan kalau masih ada keraguan, teruslah bertanya dan mencari hingga Dia berkenan memberi jawaban.
Kedua: menjadi domba dan kemudian percaya (ayat 26-27)
Dalam ayat 26 Tuhan Yesus menyatakan mereka bukanlah domba-domba-Nya. Dengan demikian, di sini muncul dua interpretasi, yakni: pertama, apakah pernyataan Tuhan Yesus itu merupakan reaksi atas pertanyaan orang Yahudi yang hadir saat itu, sehingga Yesus menyimpulkan pada dasarnya mereka bukanlah domba-domba-Nya; atau pada awalnya Tuhan Yesus sudah tahu bahwa umat Israel pada umumnya akan menolak Dia sehingga mereka bukanlah domba-domba-Nya. Kesimpulan Tuhan Yesus tersebut bisa berangkat dari dua pertanyaan dasar, yakni apakah mereka (dan semua orang) sudah “ditetapkan” dari “sononya” menjadi domba-domba Yesus, atau menjadi domba Kristus setelah ada respon pertobatan dari firman atau panggilan yang diberikan. Dalam hal ini kita akan masuk dalam diskusi predestinasi.
Dalam pandangan predestinasi (yang dicetuskan oleh John Calvin), seseorang itu sejak semula sudah ditetapkan menjadi domba-domba Tuhan Yesus. Ucapan Yesus, "tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku" (ayat 26) dapat diartikan bahwa Yesus sudah mengetahui mereka ini tidak akan percaya dan tidak ada gunanya untuk menjelaskan lebih lanjut. Predestinasi adalah kedaulatan Allah yang kekal dan penetapan di dalam diri-Nya apa yang akan terjadi dalam sejarah dunia, bangsa-bangsa dan bagi setiap orang. Dalam lingkup kecil misalnya pribadi lepas pribadi, keselamatan dan kehidupan kekal telah ditetapkan sebelumnya bagi sebagian orang, dan penghukuman kekal bagi sebagian orang lain. Hal ini berarti seseorang percaya dan mengikut Dia itu sudah ditetapkan sejak semula. Dalam kaitan ini, keselamatan yang sudah ditetapkan bagi seseorang tidak bisa hilang, sebab ada pemeliharaan Allah bagi mereka.
Pandangan lain menyebutkan bahwa seseorang menjadi domba atau pengikut Tuhan Yesus adalah hasil respon orang tersebut terhadap panggilan dari Tuhan. Panggilan ini dapat dilakukan secara langsung melalui pendengaran (Rm. 10:17) baik yang audible maupun yang unaudible, tetapi ada juga yang melalui bantuan perlu ada penglihatan atau mukjizat. Apabila ia merespon panggilan atau penglihatan itu, maka ia menjadi percaya dan pengikut. Sepanjang ia bisa menjaga keselamatan yang diberikan, maka ia akan tetap selamat. Tetapi apabila ia tidak dapat memelihara iman dan ketaatannya, maka ia tidak akan selamat. Oleh karena itu, dalam pandangan ini keselamatan dapat hilang. Pendangan ini dianut oleh Armenian dan cukup banyak pengikutnya sampai saat ini.
Pandangan Predestinasi oleh Calvinis dan Armenian merupakan pandangan yang dominan dalam kaitan dengan panggilan dan keselamatan. Kedua pandangan ini mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan masing-masing memberikan argumentasi sebagaimana disebutkan di atas. Tetapi ini tentu merupakan pandangan yang tidak perlu dipertentangkan lebih jauh dalam penjelasan firman minggu ini, sebab bagi kita yang penting adalah: apakah sudah ada panggilan dan iman itu kepada kita untuk menjadi domba-domba-Nya? Apakah kita sudah mendengar tentang Yesus dan keselamatan itu, dan apakah kita sudah melihat kuasa dan karya Tuhan Yesus dalam hidup kita maupun dalam hidup orang lain? Dalam hal ini, tidak perlu kita pertanyakan, misalnya, kita ini menjadi Kristen karena pertobatan atau karena keturunan. Tetapi yang utama adalah, kita sudah mengenal Dia dan suara-Nya, mengikuti Dia, dan berinteraksi dengan Dia, sebagaimana domba yang baik selalu berinteraksi dengan Gembala yang penuh kasih. Mendengar suara-Nya atau melihat karya pekerjaan-Nya adalah merupakan langkah permulaan yang akan bertumbuh dan bertambah-tambah menjadi iman yang kokoh.
Ketiga: Domba yang taat akan masuk dalam keselamatan (ayat 28-29)
Ucapan Yesus sangat lugas pada ayat 28-29 dalam konteks keselamatan ini, dengan berkata, "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa." Alangkah indahnya pernyataan Tuhan kita itu.
Pernyataan ini sangat tegas dan mengandung beberapa hal yang penting. Pertama, kita domba-domba-Nya akan diberi kehidupan kekal; Kedua, kita tidak akan binasa dalam arti tidak akan kalah dari siapa pun yang menjadi lawan kita termasuk maut dan kematian sekalipun; dan ketiga, tidak ada satupun yang mampu merebut kita dari kasih Tuhan Yesus. Dalam mendukung pernyataan itu, dasarnya sangat kuat dan logis diberikan Tuhan Yesus: karena kita diberikan oleh Allah Bapa kepada Tuhan Yesus untuk menjadi anak-anak-Nya. Janji indah inilah yang membuat kita domba-domba-Nya tidak akan dipisahkan dari Gembala Agung, bahkan mustahil ada kekuatan yang bisa menarik kita dari pada-Nya (band. Rm. 8:31-39).
Yesus adalah Gembala Baik yang melindungi domba-domba-Nya dari si jahat dan dunia ini. Memang iblis bisa mengganggu tubuh dan sukacita para pengikut-Nya, tetapi iblis tidak akan pernah bisa mengganggu jiwa dan roh dari pengikut yang setia, apalagi sampai mengambilnya dari Tuhan. Sebagaimana dikatakan, tidak ada yang lebih besar dari Allah, tidak ada satu pun kekuasaan yang bisa menandinginya, sebab Allah kita adalah Allah yang Mahakuasa, dan kuasa-Nya itu telah diberikan kepada Tuhan Yesus.
Banyak tantangan yang akan diberikan oleh iblis (band. 1Pet. 5:8), tetapi apabila kita putuskan mengikut Dia dan taat, maka kita akan berada dalam lindungan-Nya selamanya. Dalam pasal 10:11 disebutkan Yesus memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya untuk membuat kita hidup. Bagaimana mungkin, Dia yang sudah berkorban bagi keselamatan kita, mau melepaskan kita pada kekuasaan si iblis.
Hal yang diminta dari kita adalah ketaatan dan terus mendengar untuk mengikuti Dia. Kita harus melihat bahwa anugerah dan kasih-Nya terus menerus berkarya dalam hidup kita, untuk menjadi berkat bagi kita dan sesama. Domba yang meninggalkan gembala dan tidak mau mendengar, menunjukkan bahwa mereka bukanlah domba Kristus (Yoh. 15:1-6).
Keempat: Yesus dan Bapa adalah satu (ayat 30)
Ini adalah pernyataan Tuhan Yesus yang paling gamblang tentang pribadi-Nya dengan mengatakan Dia dan Bapa adalah satu. Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus dalam pernyataan-Nya itu untuk mendukung janji yang diberikan-Nya: Ia sama dengan Bapa dalam memelihara domba-domba dan memberikan kehidupan kekal tadi. Jawaban ini juga menghindari perkiraan bahwa Yesus akan dijadikan Mesias politik. Ia tidak menjawab kepada banyak orang: benar, Aku ini Mesias sebab akan berpengharapan salah terhadap diri-Nya.
Pengertian yang dinyatakan Tuhan Yesus bahwa Dia dan Bapa adalah Satu, mengacu kepada konsep Tritunggal yakni Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Ini dapat dilihat juga pada 1Yoh. 5:7. Dalam pemahaman Allah Tritunggal, Mereka memiliki hakekat yang sama dalam tiga wujud tetapi juga sering disebut dengan tiga peran. Allah Bapa sebagai pencipta, Yesus sebagai Penyelamat, dan Roh Kudus sebagai Penolong, Penyerta, dan Penghibur.
Yesus sebagai Penyelamat dilihat dalam konteks peran yang Dia lakukan ketika diutus untuk datang ke dunia memperdamaikan manusia dengan Allah. Penugasan ini sudah diteguhkan sejak Ia lahir melalui pesan kepada Maria dan Yusuf, demikian juga saat Yesus dibaptis ketika Allah melalui Roh Kudus menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Mrk. 1:11; 15:39; band. Mat. 16:16). Kata Yesus sendiri berarti "Yang Menyelamatkan." Kristus sama artinya dengan Mesias dan Almasih, berarti "Yang Diurapi." Zaman dahulu yang diurapi adalah Raja, Nabi dan Imam. Dalam hal inilah Yesus mengambil tiga peran utama itu, yakni Yesus sebagai Raja menyelamatkan dengan kuasa-Nya, Yesus sebagai Nabi menyelamatkan dengan firman yang disampaikan, dan Yesus sebagai Imam menyelamatkan dengan korban persembahan tubuh-Nya. Tidak ada lagi keraguan bahwa Yesus dan Bapa adalah Satu!
Kesimpulan
Minggu ini kita diberikan gambaran bagaimana Tuhan Yesus walaupun sudah menegaskan diri-Nya dan melakukan pekerjaan yang dipenuhi kuasa mukjizat, tetap saja umat Yahudi tidak percaya bahwa Ia adalah Mesias, Ia adalah Allah, yang mereka tunggu untuk memyelamatkan. Memang perbedaan pemahaman tentang penyelamatan di sini menjadi hal yang utama, sebab bagi umat Yahudi pemahaman mereka Mesias yang ditunggu adalah Mesias politik yang memimpin mereka untuk pembebasan bangsa Yahudi dari penindasan penjajahan Romawi. Sementara bagi Yesus, Dia datang sebagai Mesias yakni Raja yang Diurapi untuk membebaskan mereka dari belenggu dosa dan maut. Kerajaan yang dibangun-Nya adalah kerajaan sorga yang penuh damai sejahtera, bukan kerajaan politik dan bangsa Israel saja. Inilah yang sebaiknya tidak terjadi pada kita, marilah kita mendengar suara-Nya dan melihat karya-Nya sehingga kita menjadi domba-Nya dan mengikut Dia. Dengan penuh keyakinan bahwa dalam ketaatan kita, Tuhan Yesus sudah menyediakan keselamatan dan kehidupan kekal bagi kita, kehidupan aman sejahtera yang tidak pernah kalah dari kuasa apapun sudah diberikan-Nya pada kita, sebab Yesus dan Bapa adalah satu.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Kabar dari Bukit Minggu 8 Mei 2022
Kabar dari Bukit
MATI YANG BERKILAU (Why. 7:9-17)
Syalom….
Kita mungkin pernah melihat orang sakit yang menangis meraung-raung saat merasakan sakit yang hebat; atau diberitahu dokter bahwa umurnya tidak panjang lagi. Jika ia masih muda, itu hal wajar. Kita juga melihat ada orang yang ketakutannya berlebihan, seperti di tempat sepi dan gelap; takut ada bahaya yang dapat membuatnya mati. Padahal semua manusia tentu akan mati. Ada berumur panjang, ada yang pendek; Tuhan memberi yang terbaik sesuai kehendak-Nya. Nah, kita bertanya: mengapa orang takut mati?
Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita dari Why. 7:9-17. Ini masih kisah lanjutan tentang pesta drama sorgawi minggu lalu, yakni Yesus menjadi Hakim dan disembah semua orang di sorga.
Menurut Neilt Anderson dalam bukunya Freedom from Fear, empat alasan mengapa orang takut mati, yakni:
1. Takut meninggalkan orang yang dikasihi (suami, anak, orangtua, dll.)
2. Takut yang dikasihi mati (terhadap anak terlalu proteksionis)
3. Takut akan proses menuju kematian (lewat sakit berat, berkepanjangan, dll);
4. Takut masuk neraka, dan merasa belum siap;
Hal penting untuk poin 1 dan 2, pakailah waktu yang ada untuk mengasihi mereka. Optimalkan diri mencari nafkah dan menabung. Ajar dan tuntun agar orang-orang yang kita kasihi, semua kuat imannya. Proteksi yang berlebihan, tidaklah mendidik. Latihlah untuk mandiri sejak kecil, itu akan membuat diri mereka kuat. Sama dengan manusia, besi yang ditempa, jelas semakin kuat. Kekhawatiran tidak menolong apapun (Mat. 6:27; 1Kor. 7:32). Dan, jangan tunjukkan iman kita lemah.
Takut mati yang ketiga: proses kematian yang menyakitkan dan lama. Ya, kita tidak tahu bagaimana cara kita akan mati. Untuk itu lebih baik berhati-hati, hidup dengan pola sehat, rajin berolah raga, menjaga pikiran dan hati yang bersih. Jika sakit, berdoa dan berobat. Wajar saja jika kita meminta usia panjang dan selalu sehat. Apabila Tuhan memanggil, memohon tidak sakit berkepanjangan, tidak menyusahkan keluarga. Itu semua dalam doa dan perilaku, sebatas kapasitas kita manusia; selebihnya ya berserah seturut kehendak Tuhan, dengan tetap meminta pertolongan-Nya.
Takut mati yang keempat: masuk neraka. Nah, ini perlu dilawan dengan iman. Berpeganglah pada firman-Nya: "Barang siapa yang berseru dan percaya akan diselamatkan; tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada dalam Kristus (Rm. 8:1; 10:13). Kristus akan menjadi Pembela kita. Bila takut mati karena dosa-dosa menghantui, ya bertobat, mohon ampunlah…. Kematian adalah sesuatu yang pasti dan pintu bagi kekekalan, a door way to eternity (Why. 1:18).
Bayangkan saja seperti tertulis pada nas minggu ini jika kita setia. "Mereka (yang mati) tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi…. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka"(Why. 7:16, 17b). Kita sebagai bagian dari orang-orang menang, kelak berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba Yesus, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem, penuh lantunan nyanyian malaikat (ay. 9-11).
Dan itu masih sebagian, sebab firman-Nya: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9). Haleluya. Mari tetap setia kepada Tuhan Yesus, maka saat mati, kita adalah orang mati yang beruntung dan berkilau (Why. 14:13 dan Flp. 1:21).
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Kabar dari Bukit Minggu 1 Mei 2022
Kabar dari Bukit
PENTAS DRAMA SORGAWI (Why. 5:11-14)
Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!" Dan keempat makhluk itu berkata: "Amin” (Why. 5:13b-14a)
Dalam kitab Wahyu ada dua kata yang terkait “kitab” yang sangat penting, yakni kitab kehidupan dan gulungan kitab. Kitab kehidupan sudah sering kita dengar, yakni daftar orang percaya yang akan diselamatkan dan masuk dalam kekekalan (Flp. 4:3; Why. 3:5). Gulungan kitab dalam pasal 5 lebih diartikan sebagai rencana Tuhan atas penyelesaian dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia sebagai dasar penghakiman.
Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita sesuai leksionari adalah Why. 5:11-14. Nas ini merupakan gambaran tentang Kristus dimuliakan saat penghakiman kelak dilaksanakan. Yesus digambarkan sebagai Anak Domba yang telah disembelih. “Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta” (ay. 7). Ayat ini jelas menggambarkan bahwa Yesus Anak Domba yang telah tercurah darah-Nya, akan menjadi hakim bagi semua orang.
Setiap hari kita sebenarnya menuliskan halaman demi halaman kehidupan yang kita jalani, dan akhirnya menjadi sebuah gulungan kitab. Itulah yang akan dipakai oleh Tuhan Yesus sebagai dasar untuk menghakimi setiap orang. Sebagaimana dituliskan pada ayat 4, Rasul Yohanes menangis melihat kitab bermetarai tersebut akan dibuka, sebab ia tahu akan banyak orang yang tidak terselamatkan; baik karena tidak percaya maupun yang tidak taat.
Yesus sebagai Hakim merupakan inti doktrin kekristenan. Ini ditegaskan dalam Pengakuan Iman Rasuli. “Aku percaya kepada Yesus Kristus…, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa. Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.” Doktrin ini sangat jelas dituliskan dalam Alkitab (Mat. 16:27; 19:28; 25:31; Yoh. 5:27; Flp. 2:10). Bahkan dalam kitab suci saudara kita umat Islam, juga digambarkan dengan jelas, sesuai buku Pdt. Weinata Sairin yang diberi pengantar oleh intelektual Muslim M. Damam Rahardjo: Tempat dan Peran Yesus di Hari Kiamat Menurut Ajaran Islam (Penerbit Pustaka Sinar Harapan, 2000).
Yesus layak menerima gulungan kitab itu saat penghakiman, sebab Ia telah menunaikkan tugasnya sebagai Singa Yehuda, Pengantara, Mesias, Kristus, dan berakhir dengan penebusan di kayu salib (Mat. 28:18; Yoh. 5:27; Flp. 2:9-10). Kemuliaan ini pun dirayakan dengan hadirnya para malaikat dan berlaksa-laksa orang kudus untuk membantu Dia (ay. 11; Mat. 13:41-42; 24:31; 25:31).
Gambaran pentas penghakiman itulah yang diberikan dalam nas minggu ini. Anak Domba Yesus akan menerima gulungan kitab tersebut dari Allah Bapa, yang disambut dengan tersungkurnya keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua yang disertai kumandang nyanyian baru sebagai doa, diiringi satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus (ay. 7-9). Pentas drama sorgawi saat penghakiman ini disertai dengan suara, “semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! (ay. 13).
Melalui nas minggu ini kita diingatkan kembali prinsip dasar doktrin Kekristenan, yaitu Tuhan Yesus akan datang kembali dan menjadi Hakim untuk kita semua. Penghakiman didasarkan pada kitab kehidupan yang setiap hari kita menorehkan hal baik dan buruk di dalamnya. “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibr. 9:27). “Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab (kehidupan) itu” (Why. 20:12-13; Rm. 2:6). Kini, sudah siapkah mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan kita, bila besok kita dipanggil Tuhan? Sudahkah kita berhenti membenci, menghakimi atau menyakiti sesama? Sudahkah kita menjadikan Tuhan Yesus sebagai Pembela dan berusaha taat kepada firman-Nya (Rm. 8:34; Yoh. 3:36)? Semoga.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 701 guests and no members online