Thursday, November 21, 2024

2021

Kabar dari Bukit Minggu 8 Agustus 2021

 

Kabar dari Bukit

PERLINDUNGAN TOTAL (Mzm. 34:2-9)

 

Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku (Mzm. 34:5)

 

Pasti banyak orang ingin seperti Raja Daud. Tentu bukan kemegahan jubah kebesaran dan kekuasaannya; itu tidak mungkin. Tetapi yang mudah kita teladani adalah imannya. Dan mazmurnyalah sebagai firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini, Mzm. 34:2-9. Judul perikopnya: Dalam perlindungan Tuhan.

 

Kunci iman Raja Daud ialah melekatkan dalam hati dan pikirannya, Tuhan itu baik. Meski Daud seorang raja, ia mematrikan Yesus adalah Raja dari segala raja. Perkasa. Oleh karena itu, Raja Daud mengungkapkan sukacitanya yang besar:

 

           Puji-pujian di dalam mulutku pada segala waktu (ayat 2)

           Karena TUHAN jiwaku bermegah (ayat 3a)

           Muliakanlah TUHAN, marilah memasyhurkan nama-Nya (ayat 4)

           Aku mencari TUHAN, Ia melepaskan aku dari segala kegentaranku (ayat 5)

           Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu berseri-seri (ayat 6)

           Orang tertindas berseru, TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dari kesesakannya (ayat 7)

           Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia (ayat 8).

 

Ada keyakinan penuh Raja Daud, perlindungan Tuhan berlaku total ketika kita meletakkan iman kepada-Nya, dalam segala situasi yang kita hadapi. Perlindungan bukan hanya ketika kita sehat atau bersukacita. Ketika sakit atau ketakutan Covid-19, ada perlindungan dan Tuhan bekerja ketika kita datang berseru. “Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. ... Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1Kor. 10:13).

 

Bahkan ketika akhirnya kita meninggalkan dunia ini, perlindungan Tuhan tetap bekerja. “Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.... Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan” (Rm. 6:8; 14:8).

 

Semua ini tentu didasari iman kepada Tuhan Yesus. Iman yang menurut Derek Prince didasari tiga hal: penyerahan diri dan kita hidup bersamanya (2Kor. 5:7; Mat. 19:26; Mrk. 9:23), percaya bahwa iman itu adalah anugerah Tuhan (1Kor. 12:7-11), dan didasari pemahaman iman itu adalah buah Roh (Gal. 5:22-23). Sebagai buah (Roh), iman perlu dipelihara untuk bertumbuh dan berbuah lebat dengan kualitas terbaik: disemai, ditanam, diolah, dipupuk, dan menjaganya dari ilalang iblis. Iman tidak tumbuh dalam semalam: perlu waktu, kesabaran, ketelatenan melalui latihan, tetap percaya dan dipercayai, dan keberanian untuk terus berjalan di dalamnya.

 

“Makin serupa, Yesus, Tuhanku; inilah sungguh kerinduanku.” Itulah cuplikan awal lagu NKB 138. Tetapi saya pernah mendengar respon seperti ini: “Wah, kita tidak bisa, Yesus kan Tuhan!” Ada benar dan salahnya. Tetapi Raja Daud bukan Tuhan. Paulus bukan Tuhan. Untuk itu janganlah berkelit dengan mengatakan, mereka adalah raja dan rasul. Nah, kalau sudah begitu, semua kembali kepada niat dan kemauan. Pepatah lama berlaku, di mana ada kemauan di situ pasti ada jalan. Aku mau, maka aku bisa. Aku tidak mau, maka pasti tidak bisa. Itulah hukum kehidupan.

 

Hanya dengan demikian kita bisa serupa dengan Raja Daud. Memperkaya pengalaman hidup dengan berjalan dalam iman, diterapkan bukan hanya saat berpengharapan, tetapi juga dalam setiap pergumulan. Dan akhirnya kita berani mempersaksikannya, seperti ayat 9 penutup nas minggu ini: Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati kita, amin.

Khotbah Minggu 8 Agustus 2021

Minggu XI Setelah Pentakosta

ROTI SORGAWI (Yoh. 6:35, 41-51)

 

“Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia" (Yoh. 6:51).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini Yoh. 6:35, 41-51 merupakan pengulangan nas minggu lalu tentang Yesus adalah roti hidup. Tetapi minggu ini pesannya lebih diperluas lagi. Pertama, ada penolakan pemimpin Yahudi terhadap pernyataan Yesus bahwa Ia adalah roti dari sorga dan Allah adalah Bapa-Nya (ayat 46). Tentu itu pikiran manusia, mereka merasa mengenal orang tua-Nya: Yusuf tukang kayu. Penolakan ini bahkan disertai sungut-sungut, yang mengingatkan sungut-sungut nenek moyang Israel atas kekurangan makanan saat di padang gurun, dan akhirnya Tuhan menurunkan manna (Kel. 17:3).

 

Maka pelajaran pertama dari nas minggu ini, mengajak kita untuk selalu lebih berpikir rohani dibanding jasmani, berpikir ke arah sorgawi dibanding duniawi. Respon sungut-sungut akibat prasangka, tidak ada gunanya. Tarik nafas. Pikiran terbuka. Itu lebih memberi hikmat dalam menangkap kebenaran dan kebaikan.

 

Kedua, Yesus berkata: “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (ayat 44). Ini penegasan bahwa iman percaya kepada Yesus itu adalah inisiatif Allah dan mengubur pikiran para pemimpin Yahudi yang beranggapan ada usaha manusia. Bapa di sorga yang menarik, bukan inisiatif manusia. Ya, betul, perlu respon dan kita yang percaya bersyukur atas respon positip. Itulah iman. Jelas dan tegas. Tidak mungkin kita datang dengan inisiatif dan pikiran sendiri untuk percaya kepada Yesus.

 

Ketiga, adanya jawaban keraguan umat Yahudi terhadap pasca kematian. Yesus mengatakan: "Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal." Hidup yang kekal berarti dibangkitkan pada akhir zaman (ayat 44, 47). Pemahaman ini terjadi dan melekat, hanya oleh pengajaran dari Bapa (ayat 45). Kebenaran Yesus datang dari sorga sudah terbukti, Ia kembali ke sorga, terangkat di hadapan murid yang melihat dan bersaksi (Luk. 24:51).

 

Terakhir, kita bersyukur diberi kesempatan melalui iman, menikmati roti sorgawi dalam sakramen perjamuan kudus sebagai simbol kesatuan kita dengan Yesus. Ini meneguhkan kematian-Nya, tubuh-Nya, dan kita "makan daging-Nya". Semua itu diberikan agar kita berdampak bagi dunia. Tentu dampak itu terjadi ketika kita menyadari, pasca makan roti kehidupan, ada tanggung jawab untuk terus memberitakan Dia. Perintah-Nya: "Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang" (1Kor. 11:26). Maka kita yang sudah diberi roti kehidupan, teruslah bersaksi memberitakan-Nya. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Khotbah Minggu 1 Agustus 2021

Minggu X Setelah Pentakosta

ROTI HIDUP (Yoh. 6:24-35)

 

Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi (Yoh. 6:35).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini dari Yoh. 6:24-35 mengumumkan Yesus adalah Roti Hidup. Kisahnya, setelah membuat kenyang 5.000 orang dengan mukjizat roti dan ikan, para murid terus terus mencari Dia terlebih bila sekejap saja tidak tampak. Yesus mempertanyakan, mereka belum memahami pesan Ilahi-Nya; meski tanda-tanda mukjizat dahsyat telah dilakukan. Murid lebih fokus pada makanan jasmani yang bersifat sementara; setelah kenyang, ya lapar lagi. Inilah yang ingin diluruskan-Nya.

 

Yesus menekankan yang utama dalam hidup adalah hal rohani. "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Mat. 4:4). Oleh karenanya sabda Yesus pada mereka: "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya" (ayat 27). Jadi, tujuan dan motivasi kita mencari dan bersama Yesus, haruslah benar. Fokus kita bukan pada terjaminnya makanan yang fana, melainkan semakin eratnya hubungan pribadi dan kehidupan kekal.

 

Hal kedua, Yesus mengatakan Dia adalah roti hidup. Dan Yesus, ialah roti dari Allah yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia. Tetapi respon murid tetap soal perut: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi (ayat 33-35). Roti hidup yang diberikan, yakni diri-Nya tidak mengenyangkan sesaat, tetapi selamanya, yakni hidup yang kekal (Yoh. 6:39-40).

 

Hal ketiga, Yesus menegaskan agar kita melakukan pekerjaan yang dikehendaki oleh Allah (ay. 27-29). Ini respon-Nya kepada para murid yang menuntut Yesus agar terus melakukan tanda-tanda mukjizat, khususnya makanan, seperti Musa yang memberikan manna bagi umat Yahudi saat di padang gurun. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." Maka pesan ketiga nas minggu ini, iman kita hendaknya terus bertumbuh teguh, bekerja dan berbuah. Perintah-Nya jelas: “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yoh. 6:40).

 

Nas minggu ini menyegarkan kita tentang makna dan tujuan hidup. Orientasi hidup kita sebaiknya bukan fokus kepada makan minum dan kepuasan badani semata, tetapi kepada hubungan yang semakin erat dan iman percaya kita bertumbuh untuk melakukan kehendak-Nya. Maka kita pun semakin dipakai sebagai berkat bagi orang lain. Nah, apakah itu yang menjadi doa kita setiap hari? Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

 

Pdt. Ramles Manampang Silalahi

 

Kabar dari Bukit Minggu 1 Agustus 2021

Kabar dari Bukit 

IMAN JAS MERAH

 

Mereka makan dan menjadi sangat kenyang; Ia memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan (Mzm. 78:29)

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita Mzm. 78:23-29. Seutuhnya Mazmur 72 ayat ini penuh hikmat, pembelajaran dari sejarah bangsa Israel. Semua orang diminta memasang dan menyendengkan telinga, menjaga mulut agar mengucapkan kata-kata hikmat, memberitakan kebaikan dan keajaiban-Nya, tetapi tidak menyembunyikan masa lalu termasuk bagian kelamnya. Tujuan pemazmur, supaya generasi baru tetap percaya kepada Allah, memegang teguh perjanjian yang pernah diberikan kepada mereka (ay. 1-10). JAS MERAH. “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”, mengutip judul pidato kepresidenan terakhir Bung Karno.

 

Iman ada pasang surutnya. Bila diumpakan biji, kadang membesar, kadang menciut. Itulah yang dialami oleh bangsa Israel ketika dalam perjalanan di padang gurun. Mereka bersorak setelah dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Tetapi ketika tantangan kesulitan diberikan, mereka melupakan kebaikan tadi. “...mereka terus berbuat dosa terhadap Dia,... mencobai Allah dalam hati mereka dengan meminta makanan menuruti nafsu mereka. Mereka berkata terhadap Allah: “Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun?” (ay. 17-19).

 

Tuhan kita, Allah yang dapat murka. “Sebab itu, ketika mendengar hal tu, TUHAN gemas, api menyala menimpa Yakub, bahkan murka bergejolak menimpa Israel, sebab mereka tidak percaya kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari pada-Nya” (ayat 21-22).

 

Alkitab berkata Allah kadang menyesal; bukan menyesalkan perbuatan-Nya, tetapi menyesalkan mengapa manusia melakukan hal seperti itu: tidak taat, tidak bersyukur, menuntut banyak, dan malah mencobai Dia (Kej. 6:6-7; Kel. 32:12-14; Yer. 15:1-4; Am. 7:3-6; band. Rm. 11:29).

 

Tetapi Tuhan kita Allah yang baik. He is so good. Ketika manusia datang sujud mengakui kesalahannya, hati Tuhan pun berbalik (Mzm. 106:45; Yer. 18:8; Yo. 2:13; band. Mal. 6:4). Maka ketika umat Israel kelaparan dan kehausan, “Allah memerintahkan awan-awan dari atas, membuka pintu-pintu langit, menurunkan kepada mereka hujan manna untuk dimakan, dan memberikan kepada mereka gandum dari langit; setiap orang telah makan roti malaikat, Ia mengirimkan perbekalan kepada mereka berlimpah-limpah” (ayat 23-25). Pada ayat 26-29a ditambahkan, Tuhan menghembuskan angin timur di langit, menurunkan kepada mereka hujan daging seperti debu banyaknya... Mereka makan dan menjadi sangat kenyang.

 

Mungkin ada di antara kita pada saat ini sedang dalam pergumulan berat. Dalam rasa sakit fisik, hati atau psikis. Atau dalam situasi kekhawatiran yang berlebihan terhadap pandemi Covid yang mengganas. Apapun itu, datanglah kepada Tuhan. Jangan sampai iman kita surut, iman kita mengkerut, bahkan mati. Jangan bersungut-sungut, apalagi berdosa mencobai Tuhan dengan “merendahkan” seperti umat Israel di atas (ayat 19).

 

Kita adalah anak-anak-Nya. Kita debu, tetapi ketika kita melekat dan bergantung kepada Dia, kita menjadi berharga dan menjadi biji mata-Nya. Bergantung berarti berjalan dalam iman, iman Jas Merah, yang tidak semata-mata mengandalkan akal pikiran manusia. Mengembalikan semua persoalan kepada Allah tanpa berbuat sesuatu, itu juga mencobai Tuhan. Jadilah mitra yang positif dan kreatif, berupaya dalam doa dan hikmat. Melangkahlah bersama Dia, Yang Tidak Kelihatan, tapi kuasa-Nya nyata dan luar biasa dalam sejarah. Jadikan Dia sebagai Roti Hidup, maka kita akan terus berkelimpahan, dan memberi yang kita inginkan” (ayat 29b). Terpujilah Yesus. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 25 Juli 2021

Kabar dari Bukit

MAKIN DEKAT, TUHAN (Mzm. 145:10-18)

 

Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau (Mzm. 145:10)

Firman Tuhan di hari Minggu ini sesuai leksionari adalah Mzm. 145:10-18. Judul perikopnya: Puji-pujian karena kemurahan Tuhan. Ini penutup Mazmur Daud sebelum masuk ke himne Doksologi Mzm. 146 – 150, yang selalu dibuka dengan kata Haleluya.

 

Raja Daud memberi gambaran Tuhan sungguh luar biasa. Sebutannya di bawah ini:

 

           Kerajaan-Nya mulia (ay. 11-12b)

           Perkasa (ay. 12a)

           Kerajaan-Nya kekal segala abad (ay. 13a)

           Setia dalam segala perkataan dan perbuatan-Nya (ay. 13b)

           Penopang bagi semua orang yang jatuh (ay. 14a)

           Penegak bagi semua orang yang tertunduk (ay. 14b)

           Memberi makanan dan mengenyangkan pada waktunya (ay. 15-16)

           Adil dalam segala jalan-Nya (ay. 17)

           Dekat kepada setiap orang yang dalam kesetiaan berseru kepada-Nya (ay. 18).

 

Ia menuliskan hal tersebut berdasar pengalaman pribadinya yang panjang. Tentu, kebesaran dan keagungan Allah tidak tergantung kepada manusia, apalagi oleh seseorang. Pertanyaannya justru bagi kita, apakah kita setuju dan pernah merasakan hal tersebut? Karya besar apa yang kita alami dan rasakan setelah percaya dan menjadi pengikut-Nya?

 

Keberadaan dan kebesaran Tuhan sangat realistis. Cara mudah melihat karya Allah tentu pada alam sementa. “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mzm. 19:1). Sejarah agama dan kebudayaan menjelaskan manusia membutuhkan Tuhan dengan alasan tertentu. Pandangan olah pikir filosofis cukup logis, bahwa ada Kuasa Supranatural yang mengatur semua aspek kehidupan jagad raya. Berbagai bentuk penyataan Tuhan di dalam alam semesta sangat jelas, seperti alam semesta dengan keindahannya, keberaturan, kesatuan sistem, juga kompleksitas dan kesempurnaan makhluk hidup, dan hal lainnya.

 

Tetapi di luar eksistensi kasat mata dan filosofis seperti itu, bagaimana dengan pengalaman rohani kita sendiri? Mungkin kita pernah mendengar kesaksian orang tentang betapa baiknya Tuhan, dan dahsyat karya perbuatan dan mukjizat-Nya. Tetapi apakah kita sudah merasakan hal yang serupa? Adakah pengalaman yang membebaskan kita dari hal “menyakitkan dan menakutkan”, yang menguatkan kerohanian kita? Apakah kita merasa ada pembaruan akal budi oleh Roh Kudus?

 

Kita berada di masa yang sulit saat ini. Pandemi Covid-19 sedang mengganas, membuat semua tidak berkutik: kaya, miskin, berpangkat, kuat dan merasa sehat, pendeta, petani dan lainnya, sama untuk virus bernama indah ini. Nasihat “jangan khawatir” dan “jangan takut” mungkin sering kita dengar. Tetapi hal yang lebih penting adalah, bagaimana kita berjalan bersama Tuhan menghadapi “ancaman dan bahaya” yang bisa datang setiap waktu?

 

Janganlah hanya oleh besarnya berkat-berkat yang membuat kita memuji dan memuliakan-Nya. Atau ketika menaikkan doa-doa panjang kita teringat akan Dia. Kini saatnya kita untuk lebih dekat kepada Tuhan. Jaga jarak, no way. Mari lebih sering menyapa Dia melalui doa dan firman-Nya, bersyukur menyanyikan kidung penyembahan, dan terutama ikut menjadi bagian kecil dari misi besarnya sebagai garam dan terang bagi sesama. Mari terus mendekatkan diri kepada-Nya untuk kita semakin tahu, bahwa Dia adalah Allah yang hidup dan setia penuh kasih. Maka, ketika cobaan dan ujian apapun datang, kita siap berkata: Allahku yang perkasa, berada di dekatku. Batu deritaku, ‘kan kubentuk menjadi Betelku, kokoh teguh. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah untuk kita semua.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 470 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7401149
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
44264
61324
153915
7204198
436011
1386923
7401149

IP Anda: 162.158.170.109
2024-11-21 18:25

Login Form