2021
2021
Kabar dari Bukit Minggu 31 Oktober 2021
Kabar dari Bukit
PENOLONG SESAMA (Mzm. 146:1-10)
Dia... yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung (Mzm. 146:7)
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Mzm.146. Ada 10 ayat dengan judul perikop: Hanya Allah satu-satunya penolong. (Nas lengkap klik https://alkitab.app/v/ca76b6e5a703)
Sungguh indah rangkaian mazmur yang disajikan bagi kita menjelang memasuki masa adven. Empat minggu lalu, kita membaca Mzm. 124 yang berpesan, pujilah Allah kita Tuhan Yesus, satu-satunya Penolong. Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, maka kita akan terjerat, binasa menjadi mangsa (Mzm. 124:1, 6-7). Ini ditegaskan kembali pada ayat 5 nas minggu ini, yakni: "Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya."
Minggu berikutnya, kita dibekali dengan Mzm. 90:12-17, berbicara tentang hidup ini singkat. Oleh karena itu, perlu diisi dengan hal bermakna. Jangan menjalani hidup dengan sia-sia, sebab ujungnya adalah kebinasaan. Dan dua minggu lalu, kita diingatkan lewat Mzm. 124, untuk bersyukur atas iman yang diberikan, sehingga kita tidak berjalan terombang-ambing, salah arah. Alkitab diberikan-Nya untuk mengajar dan menuntun kita. Minggu lalu, kita diingatkan melalui Mzm. 34:2-9, agar tak kuatir dan gentar mati, sebab kita selalu dalam perlindungan TUHAN, hidup dan mati.
Nas Mazmur minggu ini merangkum semua itu, yakni Tuhan kita baik dan berkuasa, Tuhan kita adalah Penolong bagi semua, terutama bagi yang lemah. Ia Penolong "yang setia untuk selama-lamanya, yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas,
yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung, TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk,
TUHAN mengasihi orang-orang benar. TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya" (ay. 7-9).
Kita telah dituntun dari dua arah. Sikap bersyukur atas kebaikan Tuhan: dan kedua, Tuhan mengingatkan, Dia adalah penolong bagi orang-orang yang membutuhkan. Lantas, pertanyaannya: siapa yang melakukannya? Tuhan senang bila kitalah yang melakukannya. Mari kita menjadi penolong sesama, memenuhi hari-hari kita dengan berbuah. Jadilah utusan untuk melakukan pekerjaan dan misi Tuhan. Jangan berpikir itu pekerjaan orang lain; Melempar tanggungjawab. Ekspresikan rasa syukur kita dengan tindakan, melakukan perbuatan baik bagi orang lain. "Janganlah percaya kepada para bangsawan,
kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya."
Sebagaimana ayat paralel leksionari minggu ini, dari Mrk. 12 yang berkata, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Mrk. 12:30-31).
Mari kita melihat, sudah sedalam apa rasa syukur dan kasih kita kepada Allah dengan wujud penolong sesama, memberi kasih dan pengorbanan kepada mereka yang membutuhkan? Atau, kita hanya fokus beribadah Minggu saja? Selamat hari Minggu dan selamat beribadah serta berkarya.
Tuhan Yesus menyertai kita, amin.
Khotbah Minggu 31 Oktober 2021
Minggu XXIII Setelah Pentakosta
TUHAN DAN SESAMA (Mrk. 12:28-34)
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Mrk. 12:30-31).
Tidak terasa dalam empat minggu ke depan, kita sudah masuk ke Minggu Adven, awal kalender gerejawi. Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 12:28-34, bertema dua hukum utama Kristiani di atas. Dalam Luk 10:25-37 nas ini diberi contoh tentang orang Samaria yang murah hati yang bersedia menolong korban perampokan di jalan, sementara orang Lewi yang lewat, hanya melihat dari jauh. Kasih yang tidak nyata dan tidak dalam kebenaran (1Yoh. 3:18).
Hukum utama pertama dikutip Yesus dari PL, tetapi Dia menambahkan satu poin, yakni: "dengan segenap akal budimu" yang tidak terdapat pada Ul. 6:5. Poin ini menjadi penting, mengasihi tidak semata oleh hati dan jiwa, tetapi juga oleh pemahaman akal budi. Sebuah totalitas. Penekanan aspek "dengan segenap akal budi" membuat kasih itu tidak sekedar emosional dari hati, tetapi didasari pemahaman yang kuat jelas dan tanggung jawab. Poin ini meneguhkan kasih dalam Kekistenan, yakni kita mengasihi sesama dengan hati dan perbuatan, tindakan nyata, tidak omong doang, karena didasari kasih kepada Allah. Ini juga membedakan kita dengan agama lain, yang lebih menekankan mencari "imbal jasa" atau dengan dalih kemanusiaan semata.
Hukum utama: dua menjadi satu, saling melengkapi. Sepuluh hukum Taurat yang diterima Musa mengkristal yakni kewajiban manusia kepada Allah penciptanya dan tanggung jawab kepada sesama yakni saudaranya. Semua relasi dasarnya kasih. Perbedaan dan pertentangan diarahkan berakhir dengan pemulihan dan iman yang bertumbuh, bukan sakit hati, dendam dan menjadi jauh dari Allah. "Allah itu Esa" kata Yesus, dan diamini ahli Taurat yang hadir.
Jawaban Yesus ini diapresiasi oleh seorang ahli Taurat dengan menambahkan, mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan (ayat 33). Ini firman yang mengacu pada Hos. 6:6. Respon ini membuat Yesus sangat berkesan dan melihat orang bijaksana, lantas Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus (ayat 34).
Pesan nas minggu ini menjadi jelas, membawa kita berintrospeksi: sudah sedalam apa kita mengasihi Allah dengan mencintai firman-Nya dan mengikuti perintah-Nya? Berapa banyak waktu yang kita berikan untuk bisa bersama-Nya? Sudah sejauh mana kita mengasihi sesama dengan memberi hati dan pengorbanan kita kepada mereka? Adakah saudara di sekeliling kita yang terabaikan, dari keluarga, tetangga dan lingkungan? Jawabannya hanya pada kita sendiri. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan memberkati kita sekalian, amin.
Pdt. Em. Ramles M. Silalahi
Khotbah Minggu 24 Oktober 2021
Minggu XXII Setelah Pentakosta
IMAN PENYELAMAT (Mrk. 10:46-52)
Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya (Mrk. 10:52).
Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 10:46-52, berkisah tentang seorang pengemis buta bernama Bartimeus duduk di pinggir jalan saat Yesus dan murid-murid-Nya melewati Yerikho. Orang banyak ikut berbondong-bondong, dan itu menarik perhatian Bartimeus. Ketika ia tahu bahwa Yesus orang Nazaret ada di tengah kerumunan, ia pun mulai memanggil, berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Merasa ribut bangat, banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun, ia semakin keras berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" (ayat 47-48).
Pengharapan dan pergumulan adalah dua sisi wajah kehidupan. Tiap orang memiliki pengharapan, seperti juga adanya pergumulan. Kadang keduanya memilki relasi kuat, meski tidak mutlak. Semakin tinggi dan jauh pengharapan, menggapai hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut dipikirkan, itu membuatnya semakin tidak menjadi beban pergumulan (band. Rm. 12:3). Tetapi semakin besar pergumulan, kadang bisa membuat pengharapan semakin menciut. Itu terjadi karena adanya keterbatasan, bisa dari keadaan, fisik, finansial, atau akal pikiran.
Bartimeus memperlihatkan sikap yang berbeda. Meski buta, miskin, dalam pergumulan, ia tidak pernah putus asa. Pengharapan selalu ada di hatinya. Ia telah mendengar tentang Yesus dengan mukjizat-Nya. Maka ia pun berharap dapat bertemu. Imannya kuat melampaui akal pikiran manusia. Mata hatinya lebih kuat dari orang yang sehat melek namun tidak melihat kasih, kebaikan dan kebesaran Tuhan dalam hidupnya. Keterbatasannya juga tidak membuatnya bermalas-malas.
Ketika ia mendengar Tuhan Yesus berada di dekatnya, ia menggunakan kesempatannya, memanggil-Nya Anak Daud. Meski panggilan pengharapan mesianik, Yesus tidak persoalkan, dan bertanya kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab Bartimeus: Rabuni, supaya aku dapat melihat! (ayat 51). Terbersit sikap hormat dan iman percaya; Rabuni berasal dari kata Rabbi, Guru.
Yesus melihat larinya Bartimeus yang menanggalkan jubahnya yang berharga, mendengar jeritan hati Bartimeus, dan melihat imannya yang kuat. “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” kata Yesus (ayat 52). Bartimeus dapat melihat.
Kita diajar melalui nas ini: apapun pengharapan dan pergumulanmu, berserulah kepada-Nya. Tidak peduli sebesar apa masalah dan beban, yang utama: iman dan pengharapan. Kunci pembuka. Teguh dan kuat. Itulah yang perlu untuk menerima berkat mukjizat (Ibr. 11:1). Iman pemenang mengalahkan segala hambatan dan ketakutan. Yesus melihat itu, dan kita pun akan mendengar jawaban-Nya: "imanmu telah menyelamatkan engkau”. Pengharapan terwujud, pergumulan terlewati. Tetaplah mengikut Dia. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan memberkati, amin.
Pdt. Ramles M. Silalahi, D.Min
Kabar dari Bukit Minggu 24 Oktober 2021
Kabar dari Bukit
MATI TAK GENTAR (Mzm. 34:2-9)
Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku (Mzm. 34:5)
Pernah merasa di ambang kematian? Atau membayangkan berada di gerbangnya? Kira-kira, bagaimana gambarannya? Siap, tersenyum, atau, ketakutan dan menangis meraung-raung? Saya mengalami ketakutan itu saat sakit 21 tahun lalu. Semua dokter di Jakarta sudah dicoba. Kemudian rajin ikut ibadah doa kesembuhan dan altar call. Atas tuntunan Roh Kudus, seorang profesor menyarankan saya kontrol ke temannya di Singapore. Setelah berobat 10 hari, sembuh! Sampai sekarang! Puji Tuhan. Sesuai janji, saya belajar teologi dan menjadi hamba-Nya.
Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita Mzm. 34:2-9. Judul perikopnya: Dalam perlindungan TUHAN. Ini kesaksian Daud, ketika hendak dibunuh Raja Saul. Kitab 1Samuel pasal 18 – 24 menceritakan, Daud mesti melarikan diri ke Nayot dan Nob, kemudian bertemu Akhis, raja kota Gad. Tapi sia-sia. Daud sampai berpura-pura gila untuk lolos selamat (ayat 1, 1Sam. 21:15). Ia lari lagi ke ke Gua Adulam, ke Mizpa, kemudian Kehila, dan ke padang gurun Zif dan En-Gedi. Pelarian yang panjang dan melelahkan.
Akhirnya Daud menyadari, tidak ada tempat perlindungan yang aman selain kepada Tuhan. Ia pun menuliskan, “Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya” (ay. 5-7).
Saul akhirnya mati bunuh diri. Daud lepas dari ancaman kematian. Ia bersyukur dan berkata, “Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya!” (ay. 2-4).
Bagi sebagian orang, kematian memang menakutkan. Film seri The Sinner sesi 3 di Netflix, berkisah tentang seseorang yang mempersiapkan dirinya agar tidak takut terhadap kematian. Ia melompat ke jurang dalam, dikubur hidup-hidup, menahan rasa sakit, dan lainnya. Tetapi, ketika ajal maut datang menghampirinya, ia menangis tersedu-sedu; ketakutan, kesepian. Penyebabnya, langkah yang dilakukannya hanyalah berdasar pikiran manusia, tidak oleh iman yang kokoh. Tetapi kita yang dianugerahi iman penyelamat, mestilah siap mengatakan, “Maut telah ditelan dalam kemenangan.... Hai maut, di manakah sengatmu?” (1Kor. 15:55); “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21).
Hidup kita di dunia ini singkat; sebuah ziarah pendek dan tidak terasa berlalunya. Rencana kita, bisa seketika berubah, jika Tuhan berkehendak lain. Maka, mari kita arahkan dan teguhkan pandangan bahwa Tuhan kita yang baik, adalah tempat perlindungan yang aman. Jika kita belum pernah mengalami hal di ambang kematian, bersyukurlah. Bila saat ini sesak dalam pergumulan, arahkan hati dan percayalah kepada-Nya. Dan, berbahagialah mereka yang telah melewati ujian yang menggentarkan, menang dan bersyukur atas kebaikan dan pemeliharaan Tuhan. Ya, mati tak gentar.
Penutup nas minggu ini menegaskan. “Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (ay. 8-9). Haleluya.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus menyertai kita, amin.
Kabar dari Bukit Minggu 17 Oktober 2021
Kabar dari Bukit
MENSYUKURI IMAN (Mzm. 104:1-9, 24, 35a)
Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu (Mzm. 104:24)
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Mzm. 104:1-9, 24, 35a. Judul perikopnya: Kebesaran Tuhan dalam segala ciptaan-Nya. Ayat 24-34 telah kita baca renungannya saat perayaan Pentakosta yang lalu, saat lahirnya gereja (lihat link di bawah). Kita bersyukur Allah memberi kita tempat bersekutu, dan bersama-sama umat percaya lain bersaksi melalui kegiatan sosial dan penginjilan. Diberkatilah kita yang sudah melakukannya. Amin.
Ayat 1-9 (hingga ayat 23) berbicara tentang pujian syukur dan kekaguman manusia terhadap kebesaran Tuhan: IA berpakaian keagungan dan semarak berselimutkan terang; bumi diciptakan-Nya dengan tumpuan yang kokoh, samudera raya diselubungi, langit bagaikan tenda, awan, angin, api, dan air, semua patuh kepada perintah-Nya. “Betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu” (ayat 24).
Nas minggu ini didasari tiga pokok penerimaan, yakni: Tuhan itu ADA, Tuhan itu PENCIPTA dan PEMELIHARA seluruh alam semesta, serta Tuhan itu BAIK. Penerimaan itu hanya terjadi dengan iman. Oleh karena itu, kita harus bersyukur telah dianugerahkan iman; itu bukan hasil kepintaran manusia, bukan hasil usaha manusia. Iman adalah karunia pemberian Roh Allah (1Kor. 12:9; band. Flp. 1:29; Ef. 2:8). Jadi percaya bahwa Tuhan itu ada, bukan soal pintar atau tidak pintar. Tetapi, apakah Tuhan menganugerahkan kepada seseorang atau tidak? Bagi yang atheis atau agnostik, kita mengasihaninya, sebab Tuhan belum/tidak menganugerahkan iman kepada mereka. Dasarnya bisa saja karena kesombongan, hukuman, contoh bagi yang lain, atau hal tersembunyi lainnya.
Kehidupan sering kita jalani di luar jangkauan pikiran dan kemampuan kita; tidak tahu hari esok, dan masa depan (Yak. 4:13-14). Demikian juga tidak semua masalah bisa kita selesaikan, bahkan oleh ilmu dan pengetahuan manusia. Maka sesuai dengan doa kita, Roh Allah bekerja, kemudian kita sebut mukjizat, kejutan, kebaikan Tuhan. Semuanya di luar hukum-hukum alam dan hukum yang dikenal manusia. Tetapi Allah yang mengetahui dan mengendalikan, kita terima di dalam iman. Maka, semua menjadi indah dan menenangkan, dengan iman kita mampu melihat yang tidak kelihatan.
Ada empat dasar yang membuat manusia memerlukan Tuhan dan layak memujinya. Pertama, manusia diciptakan Allah dalam dua komponen: roh dan tubuh. Kadang jiwa disebut, tetapi dapat ditafsirkan sebagai roh juga. Kedua, manusia makhluk rohani, makhluk spiritual, yang dapat bersyukur dan berterima kasih serta beribadah. Ketiga, manusia makhluk paling sempurna ciptaan Allah di bumi. Keempat, manusia diberi amanat untuk mengelola bumi, yang memimpin segala makhluk. Untuk itulah tanggungjawabnya ada sama kita semua, sekaligus menikmatinya.
Hal menarik, nas minggu ini ditutup ayat 35a yang berbunyi: “Biarlah habis orang-orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang-orang fasik tidak ada lagi!” Ya ampun, janganlah kita menjadi orang-orang berdosa dan orang fasik, ikut dilenyapkan dari kekekalan. Maka takutlah akan Tuhan dan setialah beribadah kepada-Nya (1Sam. 12:24; Ams. 1:7). Apapun badai persoalan yang seolah memisahkan kita dengan Allah, jauhkanlah itu. Biarlah kita terus memuji dan memuliakan Tuhan selagi diberi kesempatan hidup, kesehatan dan berkat-berkat lainnya, serta terus berbuah sebagai ungkapan syukur atas iman yang diberikan untuk kebesaran dan kemuliaan-Nya.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus menyertai kita, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 752 guests and no members online