Thursday, November 21, 2024

2021

Khotbah Minggu 21 November 2021

Minggu XXVI Setelah Penta Kosta - Minggu Kristus Raja 

YESUS ADALAH RAJA (Yoh. 18:28-37)

 

Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku" (Yoh. 18:37b).

 

Dalam leksionari kalender gereja, hari Minggu ini dinamai Minggu Kristus Raja, minggu terakhir setelah Pentakosta, sebelum memasuki masa Advent di minggu depan. Firman Tuhan bacaan kita Yoh. 18:28-37 menceritakan tentang percakapan Yesus dengan Pilatus, sebelum Dia diputuskan untuk disalibkan. Pilatus heran, orang Yahudi memiliki raja, dan dia belum pernah mendengarnya. Bahkan raja orang Yahudi ini justru diminta diadili menurut hukum Romawi. Pilatus tidak tahu apa yang Yesus telah lakukan, sehingga bertanya kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Yesus tidak menyangkal dan menegaskan seperti ayat pembuka di atas.

 

Yesus hanya menjelaskan kerajaan-Nya bukanlah dari dunia. Ia sampai tiga kali menyebut "kerajaan-Ku" yang artinya Dia adalah Raja dari sorga, Raja dari segala raja yang ada di bumi. Dia adalah Raja pemilik kerajaan dan kehidupan. Kerajaan dunia naik dan turun, datang dan pergi, tetapi Kerajaan-Nya kekal sampai selama-lamanya. Itu terbukti telah dua ribuan tahun, Dia Raja yang hidup, pemberi hukum yang kekal dalam kitab suci Alkitab.

 

Kitab Filipi menjelaskan dengan gamblang, kewargaan kita adalah di dalam sorga (Flp. 3:20). Kita orang percaya selalu menempatkan Yesus tidak hanya sebagai Raja yang berkuasa di bumi, tetapi juga Ia adalah raja yang menjadi hakim kelak yang eskatalogis. Tidak perlu ada keraguan. Pilatus sebenarnya merasa Yesus tidak bersalah, tetapi ia tidak tegas, justru memenuhi keinginan orang banyak saat itu. Ia berpikir dapat bebas dengan mencuci tangannya, dengan dasar ia tidak mengerti kebenaran dengan bertanya: apakah kebenaran itu?

 

Sebaliknya kita telah melihat kebenaran yang telah dipersaksikan Yesus selama hidup-Nya dan keabadian kerajaan-Nya. Keraguan kita dan tiadanya ketegasan dalam bersikap dalam menjalani kehidupan, mengikuti teladan dan perintah-Nya, akan membawa kita seperti Pilatus ke dalam kesalahan fatal. Orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan (Yak. 1:6-7).

 

Mari kita orang percaya tetap menjadikan Yesus sebagai Raja yang memerintah dalam hidup kita dan selalu mendapat hormat. Ia Raja setiap hari, setiap jam dan dalam denyut nadi kita. Dialah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. “Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku,” kata Tuhan Yesus. Mengakui Dia adalah Raja, maka kita juga mengakui Ia berkuasa dan memiliki hidup kita, dan secara otomatis Ia menjadi pembela dan penyelamat hidup kita. Mari terus persiapkan diri kita di dunia ini untuk menjadi anak-anak Raja Sorgawi, dan terus ikut memperluas dan membawa warga lainnya ikut menantikan kedatangan Kristus Raja ke dua kalinya. Itulah kebenarannya yang sejati. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 14 November 2021

Kabar dari Bukit

RAHASIA KEBAHAGIAAN (Mzm. 16:1-11)

Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram (Mzm. 16:9)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Mzm. 16. Ada 11 ayat, judul perikopnya: Bahagia orang saleh. Ya, semua orang pasti ingin berbahagia. Nah, melalui Mazmur ini kita bisa mendapatkan rahasia kebahagiaan sebagai buah dari iman, ketaatan dan perbuatan kesalehan.

 

Rahasia kebahagiaan pertama, ada keyakinan bahwa Tuhan adalah perlindungan dan penjaga kehidupan kita (ay. 1). "Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah" (ay. 8). Ketika mengikut Tuhan dan menyerahkan kendali hidup kita, maka Tuhan pasti melindungi kita dan menjaga agar sesuai dengan rencana-Nya kita hadir di dunia. Tidak ada manusia lahir oleh kebetulan, semua menjadi bagian dari rantai panjang kehidupan, ke belakang maupun ke depan, melalui keluarga, lingkungan, maupun ras suku bangsa. Tuhan akan menjaga kita bila berjalan sesuai kehendak-Nya.

 

Kedua, ada prinsip hidup melihat Tuhan itu baik, bahkan amat baik. Daud menekankannya di ayat 2, "Aku berkata kepada TUHAN: “Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!” Tetapi, meyakini Tuhan baik bukanlah perkara mudah; tidak segampang pernyataan. Itu memerlukan kesiapan hati dan tubuh, "ber-Tuhan" secara nyata dan penuh. Melangkah bersama Tuhan, khususnya di saat susah dan duka, di saat ada pergumulan berat atau jatuh terjerembab, perlu setia dengan daya tahan dan perjuangan hingga kemenangan tiba. Seberat apapun, sehebat apapun pergumulan dan tantangan, tetaplah setia, sampai akhirnya kita menang dan tahu: Tuhan itu baik!

 

Ketiga, selalulah peduli dengan sesama. Lihat dan bersukacitalah bersama mereka yang diberkati (ay. 3). Bukan malah benci irihati. Selaku bersyukur dan merasa cukup, sebab Tuhan tahu bagian kita (ay. 5-6). Sebaliknya akan sedih dan peduli dengan yang susah dan yang jauh dari Tuhan. "Bertambah besar kesedihan orang-orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut mempersembahkan korban curahan mereka yang dari darah, juga tidak akan menyebut-nyebut nama mereka di bibirku" (ay. 4). Hidup diberkati untuk menjadi berkat.

 

Jangan mengikuti jalan yang salah. Tuhan "telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan" (ay. 7, 11). Oleh karena itu, perlu rajin membaca Alkitab, sebab Tuhan yang kita kenal adalah yang tertulis di dalam Kitab Suci. Jangan berandai-andai, Tuhan sama dengan yang di pikiran kita dari "kata orang" atau buku. Perlu rajin membaca Alkitab untuk tahu dan mengenal Allah dengan baik dan hidup saleh serta taat sesuai petunjuk-Nya.

 

Kebahagiaan yang terakhir adalah, tahu bahwa kita akan hidup selamanya. Kita akan mati, tapi itu kematian fisik. Roh kita tetap hidup dan tinggal bersama-sama dengan Allah serta malaikat. "Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.... Di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah,

di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa" (ay. 9-10, 11b). Terpujilah Tuhan kita yang baik!

 

Selamat berbahagia di hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 7 November 2021

Kabar dari Bukit

 

SUKSES PLUS (Mzm. 127)

 

Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur (Mzm. 127:2)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Mzm. 127. Ada lima ayat, judul perikopnya: Berkat Tuhan pangkal selamat. Ayat 1 dibuka pernyataan, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.”

 

Ilmu manajemen mengajarkan bahwa membangun atau melakukan sesuatu, sangat baik dengan perencanaan. Alkitab menegaskan yang sama, agar semua diperhitungkan sehingga pada ujungnya, tidak timbul rasa malu karena gagal (Luk. 14:28-32). Maka ada pameo yang tepat, “bila tidak direncanakan, maka yang terjadi Anda merencanakan kegagalan.”

 

Selain perlunya perencanaan, ada banyak faktor yang ikut menentukan. Rencana yang baik hanya setengah keberhasilan. Hal lainnya yang sangat penting, yakni nilai-nilai dan prinsip dasar dalam menjalankan rencana. Walau perencanaan sangat baik, ketika nilai-nilai dan prinsip dasar tidak baik dan benar, maka pelaksanaan dan hasilnya pasti akan buruk. Ini meliputi integritas, tanggungjawab, disiplin, optimisme, kejujuran, kerjasama yang mendukung serta mengasihi sesama. Dan, dan tentu saja yang paling utama, adanya sikap takut dan mengandalkan Tuhan dalam kegiatan yang dilakukan.

 

Kesuksesan memiliki banyak dimensi, yakni rohani, keluarga, kesehatan, keuangan, karir, pendidikan, pelayanan, sosial, dan lainnya. Tidak semua dimensi tersebut dapat kita ketahui dan kendalikan. Ada faktor di luar kemampuan manusia yang kerap menjadi misteri, pertanyaan, kejutan, kekayaan, berkat dan sukacita yang tidak terkirakan. Ada yang menyebut ini mestakung (semesta mendukung). Tetapi kita orang percaya berpegang, ada ROH Tuhan yang hidup ikut bekerja. Semua itu tentu iman dan percaya. Tidak perlu bertaruh pada yang tidak perlu.

 

Oleh karena itu pada ayat 2 di atas, ditekankan berulang bahwa bisa sia-sia semua upaya kerja keras yang dilakukan. Sebab apabila Tuhan tidak memberkati, maka sebagai pemegang kuasa kehidupan, akan ada hambatan dari iblis atau kelemahan manusia yang timbul; dan Tuhan tidak memberi pertolongan. Tapi jangan salah, Tuhan tidak ingin menggagalkan upaya manusia. Itu adalah buah dari iblis dan manusia itu sendiri. Kita membutuhkan ROH Tuhan, sebab hidup sering berhadapan dengan ketidakpastian (Yak. 4:13-14).

 

Menjalani kehidupan ini perlu dengan prinsip, yakinlah dalam keyakinanmu, dan ragukan keraguanmu. "Jadilah kepadamu menurut imanmu," kata Tuhan Yesus (Mat. 9:29). Sumber kekuatan dan keberanian kita berasal dari Tuhan yang Maha Kuasa. Semakin positif nilai-nilai (core values), semakin positif tindakan kita. Bangunlah itu. Sukses bukanlah sebuah kebetulan. Keberhasilan dan kebahagiaan dinikmati sebagai sebuah perjalanan rohani dan ketekunan. Itulah sukses plus.

 

Semua berkat yang Tuhan telah berikan (ayat 3-4), mari kita gunakan untuk mempersiapkan masa depan dengan tabung panah yang penuh (ayat 5). Semua agar siap berlari kencang. Namun pengalaman membuktikan, tidak ada gunanya berlari kencang di jalur yang salah. Oleh karena itu, petunjuk arah dan kehidupan perlu ada, dan semuanya lengkap sempurna dalam Alkitab kita. Kehidupan adalah suatu nubuatan yang dipenuhi sendiri. Kita biasanya mendapatkan tidak lebih dari apa yang kita harapkan. Tetapi  di dalam Tuhan, selalu tersedia mukjizat dan berkat yang melimpah. Ia memulai yang baik akan mengakhirinya dengan baik (Flp. 1: 6). Haleluya!

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Khotbah Minggu 14 November 2021

Minggu XXV Setelah Pentakosta 

AWAL DARI AKHIR (Mrk. 13:1-8)

 

"Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!" (Mrk. 13:5)

 

Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 13:1-8, berbicara tentang Bait Allah yang akan dirobohkan, dan awal mula penderitaan. Dituliskan, ada seorang murid begitu kagum pada bangunan megah Bait Allah, yang konon batu-batunya besar berukuran 10 x 5 meter, dipoles hingga mengkilat dan tampak kokoh. Tetapi pernyataan Tuhan Yesus mengejutkan semua murid: "Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan" (Mrk. 13:2).

 

Tuhan Yesus bernubuat akan keruntuhan bait itu dan memang terbukti saat Nero menghancurkan Yerusalem. Tetapi itu bukan sekedar nubuat, juga ekpresi kekecewaan Yesus terhadap umat Israel akan kesukaan mereka terhadap hal-hal kulit luar. Yesus kecewa terhadap para pemimpin umat yang mengedepankan hal fisik lahiriah semata: menekankan keindahan gedungnya, melupakan makna dan tujuan persekutuan dan ibadat.

 

Kita juga mungkin melihat yang sama di sekitar. Tidak sedikit gereja mengutamakan gedung-gedungnya, terus dipercantik, audio-visual dipercanggih, dan dibuat senyaman mungkin untuk pengunjung. Semua perhatian lebih fokus kesana. Ini agak keliru menafsir kerinduan Daud saat membangun rumah-Nya yang indah (2Taw. 2:5). Tentu bukan sesuatu yang buruk mempercantik gedung. Tetapi itu akan tampak sangat buruk, jika ternyata gereja itu tidak membawa terang Kristus keluar gedungnya yang megah. Hakekat gereja adalah umat yang dipanggil dari kegelapan ke dalam terang, dan tentu, supaya berbuah terang juga.

 

Kita juga tahu dan prihatin, gereja-gereja di Eropa semakin sepi yang datang beribadah. Gedung persekutuan yang tadinya indah megah kini banyak yang beralih fungsi. Semangat penginjilan pun hampir punah. Makna perkataan Tuhan Yesus keruntuhan tampak terjadi. Pertanyaannya, apakah arah kita menuju kesana juga? Atau bahkan lebih buruk, tatkala tempat-tempat kita hendak berkumpul beribadah pun semakin disingkirkan.

 

Tuhan Yesus mengingatkan dalam nas minggu ini, "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Akan datang banyak orang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah dia, dan mereka akan menyesatkan banyak orang" (ayat 5-6). Mungkin penyesat yang kita pikirkan hanyalah nabi-nabi lain yang tidak percaya Yesus adalah Tuhan, atau yang mengaku menerima wahyu baru, atau kaum filsuf yang menganggap Tuhan sudah mati. Tetapi sebenarnya, bisa jadi, penyesat-penyesat kecil itu ada di antara kita, ketika mereka terus membangun kemewahan gedung, membangun kenyamanan fisik, bahkan untuk dirinya, tetapi melupakan terang Kristus yang harus dibawa keluar, menerangi kegelapan yang semakin pekat.

 

Kita juga bisa salah membaca tanda-tanda zaman, ketika hanya mengartikan akhir semua itu terjadinya perang atau pertentangan, atau gempa bumi dan kelaparan (ayat 7-8). Padahal, Tuhan Yesus berkata di ayat 10, Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa. Tidak sederhana. Maka, janganlah sampai kita tidak tahu, ikut tersesat tentang permulaan dan akhir semua itu. Tetaplah kita setia dan berteguh pada-Nya, serta terus berbuah nyata sebagai pembawa terang. Dia pasti akan datang, yang terdekat saat Tuhan menjemput kita. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

 

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Khotbah Minggu 7 Nopember 2021

 

 Minggu XXIV Setelah Pentakosta

 MOTIVASI DAN PERSEMBAHAN (Mrk. 12:38-44)

 

Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan" (Mrk. 12:43).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 12:38-44, bercerita tentang dua hal tetapi berkaitan tentang motivasi dan persembahan. Pada bagian pertama ayat 38-40 Tuhan Yesus mencela dan mengingatkan agar berhati-hati terhadap ahli Taurat, sebab mereka suka menerima penghormatan dengan jubah panjangnya. Motivasi mereka adalah mejeng, pujian, berdoa panjang-panjang, dan bahkan untuk mencari keuntungan dengan menguras kesempatan dari mereka yang lemah.

 

Bagian pertama ini dikontraskan dengan ayat 41-44, yakni kisah tentang orang kaya memberi jumlah besar; sementara seorang janda miskin datang memasukkan dua peser atau sekitar Rp. 2000 saat ini. Tetapi Yesus lebih menghargai pemberian janda miskin, sebab ia memberi dari kekurangannya tetapi orang kaya memberi dari kelebihannya.

 

Sejarah persembahan dan khususnya persepuluhan, jika mengacu kepada PL, awalnya untuk para hamba Tuhan, kaum Lewi, agar mereka fokus mengurus bait Allah dan ibadah. Kemudian perintah pentingnya mengurus kaum miskin (yatim piatu dan janda), dan melebar kepada kepedulian terhadap orang asing pendatang (Ul. 14:22-29). Peduli terhadap orang asing, bertujuan kasih dan keteladanan, sebab doktrin Yahudi tidak mengenal pekabaran agama.

 

Berbeda dengan PB, perintahnya lebih jelas untuk peduli sosial dan Injil yang harus disebarkan. Tuhan sendiri tidak membutuhkan persembahan uang kita. Tetapi persembahan terbaik dituntut dari kita semua, baik menyangkut waktu, tenaga dan pikiran melalui keterlibatan dalam pelayanan. Nas pertama menjadi peringatan bagi para pendeta, penatua, dan kita yang aktif di gereja dan pelayanan. Motivasi dan panggilan yang ada terus diuji.

 

Para pendeta dan penatua perlu berhikmat dalam mengartikan dan menjalankan misi gereja dan tujuan persembahan. Gereja menerima persembahan uang. Pengelolaan uang tidak hanya diperuntukkan ke dalam, melihat “keperluan” jemaat sendiri semata. Gereja mesti lebih berdampak keluar, menjadi sebuah kesaksian pekabaran Injil.

 

Bagi yang memberi persembahan uang, nas kedua memberi teladan tentang makna mengasihi Tuhan dan sesama. Memberi uang tidak hanya sekedarnya. Hukum persepuluhan sebuah parameter, sangat baik, meski tidak dilihat kaku, mati. Lebih atau kurang dari sepersepuluh penghasilan kita menjadi refleksi kasih kita terhadap Tuhan dan sesama. Ada dasar, motivasi yang jelas dan kuat. Semua itu refleksi ucapan syukur atas penebusan nyawa kita dan kehidupan kekal, serta tanggungjawab sebagai pengikut Kristus. Teruslah memberi dengan hati yang penuh sukacita. Yang terbaik kita berikan, sudahkah? Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 679 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7398819
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
41934
61324
151585
7204198
433681
1386923
7398819

IP Anda: 172.70.147.182
2024-11-21 17:08

Login Form