Tuesday, December 03, 2024

2021

Khotbah Minggu Adven III 12 Desember 2021

 

Khotbah Minggu Adven Ketiga 12 Desember 2021

 

 

 

KAPAK DAN PENAMPI ITU SIAP BERAKSI (Luk. 3:7-18)

 

 

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Zep. 3:14-20;Yes. 12:2-6; Flp. 4:4-7

 

 

 

Pendahuluan

 

Minggu ketiga adven bagaikan jembatan yang menghubungkan sebuah situasi peringatan akan datangnya akhir zaman yang maha dahsyat berupa penghukuman dan penderitaan (bagi yang belum siap, percaya dan taat kepada Yesus) menuju suatu sukacita pengharapan akan datangnya cahaya baru dalam kehidupan orang beriman melalui peringatan tentang peristiwa 2000 tahun yang lalu akan kasih Allah yang terjadi di Betlehem kota mungil di Yudea.

 

 

 

Selama dua minggu yang lalu kita diingatkan akan Yesus Kristus datang kedua kalinya untuk meminta pertanggungjawaban atas semua hal yang sudah kita lakukan dalam menjalankan amanah kehidupan ini. Peringatan akan bertobat dan berbalik agar hidup kita kembali sesuai dengan pesan Firman Tuhan yang sudah kita terima, karena seringkali terlupakan bahkan mengingkarinya, yang semua merupakan perbuatan iblis dan egoisme kita sendiri. Firman Tuhan dalam minggu ini yakni Luk 3:7-18 mengingatkan kita akan beberapa hal:

 

 

 

Pertama: Kita (bisa) menjadi keturunan ular beludak.

 

Alkitab mengatakan "karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23; band. Mzm. 14:3). Maka ketika kita mulai senang dengan perbuatan dosa dan mengingkari akibatnya maka sebenarnya kita sudah menjadi keturunan ular beludak yang menipu Hawa di taman Eden (Kej. 3:1-4), yang mengakibatkan Hawa dan kita keturunannya menjadi jauh dari Allah.

 

 

 

Kehidupan manusia telah banyak tercemari dosa. Agama pun tidak dapat lagi menjamin seseorang hidup benar. Godaan iblis yang kuat dan kesombongan egoisme manusia menjadikan perlunya penyadaran melalui pemaknaan kembali kehidupan beragama dan beriman. Datangnya kesadaran dan kepulihan iman inilah pertobatan itu. Godaan iblis itu tidak dibatasi kepada pemungut cukai atau para prajurit yang digambarkan dalam nats ini, tetapi apapun profesi kita, memiliki potensi dan ancaman untuk dijerat oleh iblis penggoda itu.

 

 

 

Pertobatan merupakan dua sisi dari sebuah koin. Di satu sisi pertobatan datang dari campur tangan Allah yang pada dasarnya mengasihi manusia tetapi telah melanggar perjanjian anugerah. Kadang kita ini lupa dan tidak sadar atau kesulitan untuk keluar dari jerat cengkeraman iblis, sehingga kuasa dosa semakin kuat dan kita manusia dibuat tidak berdaya lagi. Di satu sisi lain pertobatan juga adalah kesadaran akan perbuatan dosa itu sehingga timbul penyesalan yang dalam. Itulah misteri proses dua arah pertobatan. Namun kita menyadari dan bersedia ditegur dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran tersebut. Proses pertobatan ini tidak hanya berlangsung satu kali tetapi dapat merupakan proses yang terus menerus dan disinilah peran gereja dan hamba Tuhan untuk mengingatkan jemaatnya untuk kembali dan untuk bertobat.

 

 

 

Tuhan Yesus melalui hamba dan gerejaNya tidak menginginkan anak-anakNya menjadi keturunan ular beludak sebagaimana disebutkan oleh Yohanes Pembaptis.

 

 

 

Kedua: Pertobatan menghasilkan buah

 

Rasul Lukas sangat menekankan pentingnya memperhatikan kaum miskin dan papa. Mungkin karena ia seorang  dokter/tabib yang kerap berhubungan dengan mereka yang berkekurangan termasuk mereka yang sakit dan memerlukan pertolongan. Oleh karena itu sejak diawal tulisannya ia sudah melaporkan nyanyian Maria tentang mereka yang miskin dan kelaparan (Luk. 1:53). Hal itulah juga yang ditekankan oleh Yohanes Pembaptis bahwa bagi kita yang sudah bertobat dan percaya kepada Yesus yang sudah menyelamatkan kita, maka buah dari pertobatan itu haruslah terlihat dengan kepedulian kepada kaum miskin dan orang sakit yang membutuhkan kasih itu. Intinya adalah peduli dan sikap kasih kepada sesama.

 

 

 

Tanda pertobatan yang dilakukan melalui baptisan air yang didasari oleh kesadaran iman (dogmatis) tidak cukup berhenti pada seremoni saja. Perubahan yang terjadi itu harus berbuah nyata dan itulah bukti adanya pertobatan. Pertanda jasmani dengan baptisan air harus dibuktikan dengan baptisan Roh yang melambangkan bahwa Allah hadir dalam pribadi yang sudah bertobat dan berbuah tersebut. Di sini tidak dimaksudkan bahwa memiliki dua buah baju akan berdosa, meski kita tahu masih banyak yang berkekurangan. Namun yang dimaksudkan adalah pentingnya kepedulian kita kepada mereka yang sangat membutuhkan. Misalnya, ketika terjadi banjir atau bencana alam, banyak yang memerlukan pakaian, maka pada saat itulah kita memperlihatkan kepedulian kepada mereka.

 

 

 

Rasul Paulus berkata bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu” (Kis. 26:20). Ini juga yang disampaikan pada kitab Filipi yang menyampaikan “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat (Flp. 4:5).

 

 

 

Ketiga: Penghukuman akan datang kalau tidak berbuah

 

Tidak berguna kesombongan karena kita sudah menjadi anak-anak Allah sehingga dibebaskan dari pertanggungjawaban. Israel sebagai bangsa pilihan Allah juga harus mengalami penderitaan yang demikian besar karena dosa-dosa mereka.  Allah dapat mengubah dengan seketika status kita ketika kita melakukan hal yang murtad dan mendukakan hati Allah. Ini yang diungkapkan firman tersebut mengubah batu menjadi keturunan Abraham.

 

 

 

Disini tidak berlaku pengecualian. Apakah ayah kita seorang pendeta atau istri-suami kita seorang pejabat gereja, itu tidak berlaku menjadi pengecualian untuk jauh dari penghakiman. Semua orang harus berdiri bertanggungjawab atas perbuatannya. Demikian juga apabila kita anak seorang pejabat tinggi, penguasa Negara tetap tidak ada pengecualian. Semua tunduk pada posisi yang sama di hadapan Tuhan Yesus: mempertanggungjawabkan semua perjalanan dan pilihan perbuatannya.

 

 

 

Kapak sudah tersedia dalam arti kata akhir zaman atau titik penghakiman itu bisa saja terjadi setiap saat. Kapak itu yang akan memisahkan kita dari hidup kekal bersama Allah, seperti memisahkan ranting dari pohonnya. Petugas pajak dan pejabat yang diberikan contoh pada nats ini seperti pemungut cukai dan prajurit adalah contoh yang dengan mudah melencengkan jabatannya untuk menyenangkan diri sendiri dan bukan menyenangkan hati Allah. Menaikkan pajak atau mengatur untuk kepentingan sendiri atau memeras, menindas atau mengancam dengan hukuman adalah perbuatan yang tidak disukai oleh Allah. Tetapi petugas pajak pun dapat bertobat seperti diperlihatkan pada Luk. 18:13.

 

 

 

Gambaran orang berdosa yang masuk penghukuman itu seperti debu jerami yang siap dibakar (band. Mzm 1:4). Artinya mereka yang tersisih dari hasil tampian akan dibakar dan menderita dalam penghakiman. Alat penampi  untuk memisahkan jerami dengan debu sudah siap dikebutkan untuk memilih siapa yang akan masuk dalam kerajaan Allah yang kekal itu. Alat penampi adalah alat semacam anyaman yang dipakai untuk melemparkan gandum ke atas sehingga angin akan meniup debu sekamnya dan biji gandum akan terseleksi jatuh kebawah, merupakan kiasan bahwa seleksi atas orang percaya terus berlangsung. Ini juga merupakan jawaban ungkapan atas “banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih” (Mat. 22: 1-14).

 

 

 

Keempat: Penegasan akan Yesus adalah Sang Raja yang dinantikan

 

Mesias adalah jabatan yang berarti Yang Diurapi. Ini pemberian nama atau gelar bagi seorang Raja. Peringatan akan lahirnya Juruselamat merupakan sukacita bagi kita bersama. Sukacita di dalam hati seorang bukan hanya tanggapan bersifat alamiah, tetapi juga dapat bersifat adikodrati sebagai akibat dari tindakan penebusan Allah yang terjadi di dalam hidup kita.

 

 

 

Kitab Zepanya dan Yesaya memberikan gambaran sukacita yang akan kita alami karena Dia yang datang itu menawarkan pengampunan dan tidak akan menghukum lagi karena dosa-dosa kita (Zep. 3:15). Dengan Yesus sebagai Tuhan kita maka musuh sudah dikalahkan dan kita dibebaskan dari jerat perbudakan kepada Iblis dan dosa. Kita merupakan sasaran kasih Allah dan pertolonganNya yang besar selalu hadir sepanjang hidup kita (Zep. 3:17). Janji pemulihan setelah pertobatan diberikan kepada kita yang rindu akan kasihNya (Zep. 3:18-20).

 

 

 

Oleh karena itulah kitab Flp. 4:6 yang merupakan bacaan lain menyebutkan, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah  dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Kita harus terus berdoa untuk menantikan di dalam iman dan pengharapan akan kedatangan kembali Tuhan Yesus sebagaimana 2000 tahun lalu, dan pada saat itu kita umat Allah akan memuji Dia dan akan menyanyikan nyanyian sukacita kemenangan kita.

 

 

 

Kesimpulan

 

Firman Tuhan pada minggu ketiga adven ini menjembatani kita akan perubahan peringatan tentang angkara murka Allah melalui penghakiman yang dilakukan oleh Tuhan Yesus pada saat Dia datang untuk kedua kalinya dengan pengharapan sukacita akan kasih Allah sebagaimana yang sudah terjadi pada 2000 tahun lalu di Betlehem. Kita terus diingatkan bahwa melalui dosa yang kita lakukan maka kita sudah menjadi keturunan ular beludak. Baptisan yang kita lakukan untuk menjadi anak-anakNya tidak menjadi jaminan bahwa kita diselamatkan apabila kita tidak melakukan pertobatan yang terus menerus dan berbuah banyak dan lebat yang memperlihatkan kita adalah anak-anakNya.

 

 

 

Kalau tidak terjadi perubahan dan menghasilkan buah tersebut maka penghukuman tetap akan datang. Kapak Allah selalu siap untuk memutuskan ranting yang kering terputus dari pohonnya. Penampi sudah siap dikibaskan untuk melihat dan menseleksi siapa yang layak diselamatkan sampai ke akhir zaman. Namun kasih Allah melalui Yesus yang sudah datang 2000 tahun lalu terbuka kepada siapa saja yang mau menyambutNya dan bertobat serta bersedia berbuah kepada mereka yang mendambakannya. Sukacita kita melalui kasih Yesus haruslah kita sebarkan dan berikan juga kepada banyak orang sehingga semakin banyak yang diselamatkan.

 

 

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 5 Desember 2021

 

Kabar dari Bukit

 

PEMURNIAN DIRI (Mal. 3:1-4)

 

 

 

Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu (Mal. 3:2)

 

 

 

Hari ini kita masuk ke Minggu II Adven. Lazimnya, tema renungan masih bersifat kontemplasi, sebelum masuk ke Minggu III dengan tema pengharapan dan sukacita Natal. Oleh karena itu ada anjuran, perayaan Natal sebaiknya setelah Adven II dilewati. Dan firman Tuhan bagi kita hari ini sesuai leksionari adalah Mal 3:1-4. Judul perikopnya: TUHAN datang untuk menghukum. Ngeri juga ya....

 

 

 

Nabi Maleakhi menyoroti perilaku umat Israel yang semakin buruk di masa itu, pasca pembuangan. Penderitaan dan kemiskinan yang mereka alami, membuat iman dan kerohanian umat menurun, meragukan janji Allah, apatis bahkan sinis, sebagaimana umat bertanya: “Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?” Dengan cara kamu menyangka: “Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan – atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?” (Mal. 2:17).

 

 

 

Nabi Maleakhi menegur sebab banyak yang tidak setia, banyaknya perkawinan campur dengan bangsa asing, tidak setia memberi persembahan persepuluhan - bahkan persembahan lainnya yang buruk-buruk saja, para imam tidak taat dan pola hidup yang tidak menjadi teladan. Nabi Maleakhi kemudian mengingatkan tentang Hari Tuhan yang dapat menjadi mengerikan. “Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri?” (ay. 2a; band. Za. 13:9).

 

 

 

Pada HARI TUHAN, proses penghakiman akan berjalan dan mereka yang masih layak diselamatkan, perlu dimurnikan sebelum masuk ke dalam kekekalan. Sebab, tidak ada tempat bagi dosa dan kenazisan di dalam sorga. “Ia (Tuhan) akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN” (ay. 3; band. Yoel 1:15; Am. 5:18).

 

 

 

Hari itu pasti akan datang kepada kita. Hari Tuhan dalam pengertian "kiamat besar", yakni kedatangan Kristus kedua kalinya (K4). Orang boleh-boleh saja berpikir itu masih lama, tidak perlu dikhawatirkan, belum ada tanda-tanda zaman. Pandemi Covid, misalnya, bukanlah gambaran tanda akhir zaman di Alkitab. Tetapi hari Tuhan dalam pengertian "kiamat kecil", bisa datang setiap saat. Ini terjadi tatkala kita mendadak dipanggil Tuhan, berangkat dari dunia yang fana ini; oleh karena sakit, kecelakaan, atau kejadian tertentu. Oleh karena itu Alkitab berkata, berjaga-jagalah (Mat. 24:42; 1Pet. 5:8).

 

 

 

Nas minggu ini meminta kita untuk berubah, terus bersiap, memurnikan diri. Sebelum kita ikut merayakan Natal, mari kita menjadi lebih baik, lebih murni. Bila masih di jalan yang tidak disukai Tuhan, bertobatlah. Berubahlah oleh pembaharuan budimu (Rm. 12.2). Melakukan perubahan itu tidak rumit, misalnya:

 

- lebih ramah dan sopan berbicara

 

- lebih perbanyak berbuat kebaikan

 

- lebih sering berterima kasih

 

- lebih sering berkata maaf meski merasa tidak salah

 

- lebih banyak memberi

 

- lebih rendah hati

 

- lebih sayang keluarga

 

- lebih rajin bersekutu

 

- lebih rajin baca firman

 

- lebih rajin menyanyikan lagu rohani

 

.....

 

 

 

Siap? Ready? Jika kita katakan siap dan bisa, maka akan bisa. Tetapi jika kita katakan belum bisa, nantilah..., maka perubahan itu memang tidak pernah terjadi. Tentu Tuhan sendiri kelak yang memutuskannya, dimurnikan atau dibuang dan membakarnya (Mat. 7:19: Yoh. 15:6).

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Khotbah Minggu 28 November 2021

Khotbah Minggu I Adven - 28 November 2021

 

KERAJAAN ALLAH SUDAH DEKAT (Luk 21:25-38)

 

Bacaan Leksionari lainnya: Yer 33:14-16; Mzm 25:1-10; 1 Tes 3:9-13

 

Pendahuluan

Minggu ini kita memulai pemberitaan firman Tuhan memakai sistim panduan leksionari yang dapat dilihat dan diunduh pada website ini. Sebagaimana kita ketahui, kalender gerejawi diawali dengan minggu adven selama empat minggu berturut-turut menjelang hari natal. Maka minggu tanggal 2 Desember 2012 ini adalah minggu pertama adven pada kalender gerejawi tahun 2012-2013.

 

Adven (adventus=Latin) berarti kedatangan. Minggu adven selalu berarti ganda, yakni minggu perayaan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama 2000 tahun yang lalu dan sekaligus minggu peringatan akan datangnya Tuhan Yesus kedua kalinya ke dunia. Biasanya minggu pertama dan kedua adven memberikan gambaran akan kedatanganNya yang kedua dengan gambaran eskatalogis, dan minggu ketiga dan keempat adven lebih kepada sukacita sambutan perayaan kelahiranNya dua ribu tahun lalu, karena melalui Dia kita orang percaya telah diselamatkan olehNya. Kalau dalam peristiwa kedatangan di Betlehem digambarkan Tuhan Yesus datang sebagai Bayi Kudus yang lemah lembut, lahir di kandang domba dengan segala kerendahannya, maka kedatangan Yesus Kristus yang kedua digambarkan akan penuh kemuliaan sekaligus sebagai akhir dari dunia dengan segala penghukuman dan penggenapan janji bagi yang percaya dan taat kepadaNya.

 

Bacaan nats Luk 21:25-38 dalam minggu pertama adven ini memberikan gambaran yang eskatalogis tersebut. Ada beberapa kata kunci yang diberikan yakni sebagai berikut:

 

Pertama:  Tanda-tanda pada alam semesta akan mendahului kedatanganNya yakni pada Matahari, bulan dan bintang-bintang. Gambaran lain juga sudah diberikan mulai dari ayat 5 pasal ini. Gangguan akan pada bumi terjadi sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Demikian juga adanya deru dan gelora laut yang menimbulkan katakutan pada umat manusia. Oleh karena itu setiap ada peristiwa gangguan alam seperti topan Sandy baru-baru ini di Amerika dan juga berbagai peristiwa lainnya berupa gempa, tsunami, letusan gunung merapi, banjir badang dan sebagainya, seolah-olah memberikan peringatan dini bahwa akhir dunia ini sudah semakin dekat. Mungkin sebagian orang akan berpendapat bahwa bencana yang terjadi itu semua hanya bersifat lokal dan tetap bisa dipulihkan. Tetapi gambaran yang lebih dahsyat tentang kemungkinan hancur totalnya bumi ini dapat terjadi yakni salah satunya dengan adanya sebuah benda meteor besar (bisa sebesar bumi atau lebih besar/kecil) dari galaksi raya yang akan meluncur dengan kecepatan tinggi menuju bumi dan menghasilkan tabrakan besar meluluh-lantakkan bumi dan segala isinya. Gambaran seperti itulah yang pernah diungkapkan dalam film Armageddon yang dibintangi oleh Bruce Willis, Ben Affleck dan Liv Tyler. Meski dalam film tersebut bumi dapat diselamatkan dengan solusi mengebor meteor tersebut dan meledakkan nuklir di angkasa, namun solusi itu tidak logis karena ukuran pengeboran dan meteor itu tidak sebanding. Tapi itulah film hanya untuk menghibur.

 

Kedua: Kita diminta untuk berhikmat dalam membaca setiap tanda-tanda alam tadi. Nats tersebut memberi perumpamaan dengan memperhatikan pohon ara atau pohon apa saja. Sebab apabila kita melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kita tahu dengan sendirinya bahwa pergantian musim sudah terjadi. Pergantian musim berarti bahwa hari Tuhan akan datang. Yesus akan kembali ke dunia. KedatanganNya pasti tidak disangka-sangka seperti datangnya pencuri di waktu malam. Inilah yang dinyatakanNya bahwa kerajaan Allah sudah dekat. Dalam Yer 33: 14  disebutkan, "Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menepati janji yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda”. Dalam peristiwa kedatangan yang akan terjadi itu, dipastikan akan menimpa semua penduduk bumi ini tanpa ada pengecualian. Masa ini juga disebutkan dalam Alkitab sebagai masa kesusahan dan kesengsaraan besar.

 

Ketiga: Dalam gambaran seperti itulah Tuhan Yesus sebagai Anak Manusia akan datang untuk mengakhiri dunia ini. Tidak seorangpun luput dari semua yang akan terjadi itu , dan firmanNya mengingatkan supaya kita tahan berdiri di hadapan Anak Manusia yang datang itu. Ia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Tapi orang percaya harus menyikapi tanda-tanda alam yang dahsyat itu dengan meningkatkan kesiagaan dan pengharapan iman akan kedatangan Kristus. Berbeda dengan gambaran yang pertama, bagi mereka yang mempersiapkan diri, apabila semuanya itu mulai terjadi, maka firman Tuhan menyerukan “bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat”. Justru itu bagi kita yang percaya kepada Kristus tidak perlu kuatir karena hari Tuhan itu akan menjadi hari penyelamatan yang membawa sukacita. Sikap orang Kristen bukan panik, tidak peduli dan ketakutan, tetapi kita diminta bangkit mengangkat wajah menatap penuh harap akan kedatangan-Nya yang menggenapkan keselamatan-Nya. Tuntutan untuk setia sangat penting mengingat pengajaran Yesus bahwa Ia kembali bagi orang percaya yang setia. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan Tuhan Yesus tidak akan berlalu. Hari Tuhan adalah hari keselamatan.

 

Keempat: Dalam menyongsong hari keselamatan itu, kita diminta untuk menjaga hati dan bertobat. Hati kita jangan lagi sarat oleh keinginan pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi. . Kebiasaan lama yang buruk dan tidak berkenan kepada Allah agar dihentikan. Kita jangan begitu asyik dengan kesenangan atau kekuatiran dunia ini sehingga gagal untuk bersiaga bagi kedatangan-Nya. Kebiasaan yang dapat menyusahkan diri sendiri dan terutama menyusahkan orang lain sebaiknya dirubah menjadi kebiasaan yang menyenangkan orang lain dan Tuhan Yesus. Kebiasaan mensia-siakan waktu diminta berganti menjadi penggunaan waktu untuk berdoa dan berjaga-jaga. Semua ini supaya hari Tuhan sebagai penggambaran akhir dunia ini, jangan jatuh kepada kita seperti sebuah jerat yang kita tidak bisa melepaskan diri lagi. Semua jerat dan ketakutan itu dapat lepas melalui pertolonganNya. Dalam 1Tes 3:9-13 disebutkan bahwa, “Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu. Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu. Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa  kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita , dengan semua orang kudus-Nya.

 

Kesimpulan

Minggu adven yang saat ini datang kepada membawa pesan agar disamping sukacita perayaan memperingati lahirnya Sang Juruselamat ke dunia ini, sekaligus juga mengingatkan bahwa kedatanganNya kedua kali merupakan hari Tuhan dengan segala kuasa yang dimilikiNya.

Bagi kita diminta untuk terus berhikmat dengan mampu membaca tanda-tanda alam dan zaman yang memperlihatkan bahwa Anak Manusia yakni Yesus Kristus akan datang kembali dengan segala kemuliaanNya yang merupakan penggenapan janjiNya yakni kerajaan Allah tersebut sudah dekat. Sebagai orang percaya yang diminta taat kepada firmanNya maka kita perlu untuk berjaga-jaga dan tekun berdoa disamping meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak berkenan kepadaNya. Dengan demikian maka kita akan luput dari penghakiman dan masa kesusahan dan penderitaan yang besar itu. Melalui kita orang percaya dan Gereja yang merayakan Adven, timbul citra dan karakter Kristus untuk keselamatan seluruh umat manusia.

 

Tuhan Yesus menyertai kita sekalian, amin.

Kabar dari Bukit Minggu28 November 2021

Kabar dari Bukit

 

MENEPATI JANJI (Yer. 33:14-16)

 

Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menepati janji yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda (Yer. 33:14)

 

Firman Tuhan bagi kita di Minggu I Adven hari ini dari Yer. 33:14-16. Judul perikopnya: Perjanjian dengan keturunan Daud dan keturunan Lewi. Secara keseluruhan, kitab Yeremia pasal 33 berbicara tentang pemulihan Kerajaan Israel dan Yehuda di masa pembuangan ke Babel, serta terwujudnya damai sejahtera, dan sekaligus nubuatan akan datangnya Mesias. Pemulihan ini sebuah janji Tuhan.

 

Katika seseorang menjanjikan sesuatu kepada orang/pihak lain, dan kemudian ditepati, maka kita dapat membayangkan kebahagiaan penerima janji. Tetapi, ketika dijanjikan sesuatu dan tidak ditepati, maka kita juga dapat membayangkan betapa kecewa dan sedihnya mereka yang dijanjikan. Jika itu satu kali, mungkin alasan yang ada  dapat diterima. Kekecewaan terhadap janji yang tidak dipenuhi, terutama jika berkali-kali, yang timbul adalah rasa kecewa, amarah, merasa disepelekan, dan hilangnya rasa percaya. Hal terburuk jika itu dilakukan terhadap anak, maka akan menularkan virus jahat kepadanya.

 

Nas minggu ini berbicara tentang janji Tuhan. Tentu yang pertama perlu kita ketahui, apakah kita mengenal "Tuhan" yang kita sembah? Sering orang berkata mengenal Tuhannya, tetapi tidak tercermin dalam kehidupannya. Mungkin dia hanya tahu tentang "Tuhan". Baginya "Tuhan" adalah sebuah informasi dan pengetahuan saja. Sebab tidak mungkin seseorang mengenal Tuhan secara pribadi, dan menjadikan-Nya sebagai Bapa dalam hidupnya, sementara sifat dan perbuatan yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari, sangat jauh dari sifat dan karakter Tuhan di dalam Alkitab.

 

Kedua, apakah kita tahu kemampuan Tuhan dan bagaimana bekerjanya? Tuhan Yesus adalah Maha Kuasa, yang memiliki kemampuan untuk memenuhi janji-Nya. Maha Kuasa berarti dapat membalikkan keadaan dengan cepat, memulihkan pengharapan dan pergumulan menjadi sebuah kenyataan indah. Tetapi, Tuhan tidak selamanya bekerja dengan mukjizat. Kadang Tuhan meminta kita untuk ikut terlibat dalam proses, bahkan lewat penderitaan, sebab Tuhan telah memberi manusia talenta, akal, dan roh semangat.

 

Ketiga, apakah kita mengenal diri kita? Mungkin, saat ini kita dalam pergumulan sesuatu dan berbeban berat. Atau, kita sedang berharap tentang sesuatu yang kita impikan dalam hidup. Maka pertanyaannya adalah: apa yang perlu dilakukan agar beban berat tersebut hilang, atau pengharapan kita dapat terwujud? Jika kita tidak mengenal diri sendiri dan khususnya rencana Tuhan dalam hidup kita, maka menjawab hal di atas akan lebih sulit.

 

Terakhir, selain berharap tentang hal yang kita inginkan dari-Nya, apakah kita telah membuat janji kepada Tuhan? Hubungan dengan Tuhan adalah interaktif, dan berawal saat Tuhan membuat rencana atas hidup kita. Jika kemudian tidak merasa sama dengan “keinginan” kita, maka perlu diperiksa hal di atas. Sebab kini kita tahu, melalui nas ini, Tuhan baik dan telah menggenapkan janji-Nya melalui Yeremia, yakni Allah menjadi manusia. Mesias telah hadir di bumi dan kini hidup terus di dalam hati kita. Mari segarkan dan penuhi janji kita kepada-Nya, saat baptis, sidi, atau lahir baru. Dan semua itu akan kita ungkapkan sebagai rasa syukur, dan rayakan di hari Natal nanti. Bersiaplah untuk menyambut-Nya.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 21 November 2021

Kabar dari Bukit

RAJA YANG KEKAL (Mzm. 93:1-5)

Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa (Mzm. 93:5)

 

Firman Tuhan bagi kita dari Mzm. 93. Ada lima ayat, judul perikopnya: Tuhan, raja yang kekal. Tema ini cocok di Minggu Kristus Raja hari ini, penutup kalender gerejawi tahun ini. Minggu depan kita masuk ke masa Adven yang penuh pengharapan dan sukacita.

 

Kita tahu akan Allah karena Ia memperkenalkan diri-Nya. Ia memberi wahyu kepada manusia, untuk menyingkapkan selubung diri-Nya. Jika sebelumnya pada masyarakat tradisional, Allah dikenal sebagai petir, pohon, matahari atau benda dan peristiwa unik, maka dengan pewahyuan, Allah ingin lebih dikenal oleh manusia dengan jelas dan benar. Tetapi wahyu tidak hanya milik umat Kristen, juga milik semua agama khususnya yang bersifat umum, dan bersifat khusus tertulis menjadi Kitab Suci juga ada pada umat Yahudi dan Islam.

 

Teolog terkenal John Stott mengatakan, "Masuk akallah bila Allah mengambil prakarsa untuk mengungkapkan hal yang terdapat dalam pikiran-Nya, kita tidak akan mungkin menemukannya. Kecuali Allah memperkenalkan diri-Nya, kita tidak mungkin mengenal Dia.” Pewahyuan merupakan tindakan Allah, menyingkapkan diri-Nya dan menyampaikan kebenaran kepada hati dan pikiran, sehingga melalui hal itu, makhluk ciptaan-Nya dapat mengenal-Nya.”

 

Wahyu dituliskan menjadi Kitab Suci Alkitab, jelas mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Harun Hadiwijono menyebutkan sebagai berikut:

           Membuat manusia tidak berdalih, mencari-cari alasan;

           Memberikan pengetahuan tentang kuasa, kemuliaan, dan kekekalan Allah sebagai pencipta dan pengelola alam semesta (Mzm. 19:2-7);

           Mempersiapkan kita manusia untuk menerima wahyu khusus berupa jalan keselamatan di dalam Pribadi Yesus Kristus.

 

Bagi kita orang percaya, Yesus adalah Tuhan, Mesias dan Anak Allah. Jelas. Begitu banyak bukti tentang semua itu, mulai dari banyaknya nubuatan, tubuh-Nya bukan dari benih laki-laki, perjalanan hidup yang singkat namun mengesankan, kuasa membelah laut dan ombak (band. ayat 3-4), kuasa mukjizat yang sangat banyak, dan terutama hanya YESUS yang bersedia mati di kayu salib untuk membela dan menyelamatkan para pengikut-Nya. Tidak ada kasih yang sedemikian besar diperlihatkan oleh pemimpin agama lainnya (1Pet. 2:21-25; Yoh. 15:13).

 

Kekuasaan dan kemuliaan Yesus Kristus telah berjalan dua ribu tahun. Banyak para filsuf mengatakan bahwa Tuhan sudah mati, Kitab Suci akan punah. Meski sikap atheis mulai menurun, tetapi sikap agnostik semakin menaik. Itu tantangan. Sebab kenyataannya, ucapan Yesus masih eksis: "...langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu!" (Mat. 24:35; band. nas ayat 5 di atas).

 

Maka mari kita teguhkan di hati, Kristus adalah Raja dan akan terus kita muliakan dan kabarkan. Ia pengendali dan batu penjuru kita. Sayangnya, justru tidak sedikit kita pengikut-Nya yang menjadi batu sandungan, penyebab orang tidak percaya kepada DIA. Ada yang masih suka tenggelam dalam kebiasaan dan dosa lama, dan bahkan tega membuat susah sesama. Itu ibarat menyalibkan kembali Tuhan Yesus (Ibr. 6:6), seolah-olah penyaliban Yesus di Golgota tidak lagi bermakna.

 

Hal lainnya, umat percaya masih senang perpecahan, mulai dari beda tafsir doktrin atau sejarah, yang belum tentu semua mutlak benar; atau perbedaan ritual ibadah yang mestinya memperkaya pujian dan penyembahan umat. Untuk itu mari kita tatap Tuhan Yesus, Raja kita yang kekal. Jangan ajaran atau ekspresi ibadah membuat kita semakin menjauh dari hakekat ibadah dan kasih sebagai pokok ajaran-Nya. Dengan demikian, semakin banyak orang melihat, “TUHAN (Yesus) adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, ...berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada” (ayat 1-2). Haleluya.

 

Tuhan Yesus menyertai kita sekalian, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 736 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8027207
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
80131
77849
178492
7546890
178492
883577
8027207

IP Anda: 162.158.163.32
2024-12-03 23:44

Login Form