Tuesday, December 03, 2024

Khotbah Minggu 17 Agustus 2014

Khotbah Minggu 17 Agustus 2014

 

Minggu X Setelah Pentakosta

 

SISA DAN PENYELAMATAN ISRAEL

(Rm 11:1-2a, 29-32)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kej 45:1-15 atau Yes 56:1, 6-8; Mzm 133 atau Mzm 67; Mat 15:10-20, 21-28

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> Pembinaan -> Teologi

 

Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas Rm 11:1-2a, 29-32 selengkapnya:

11:1 Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiri pun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. 11:2a Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. 11:29 Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya. 11:30 Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka, 11:31 demikian juga mereka sekarang tidak taat, supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan. 11:32 Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua. 11:33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! 11:34 Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? 11:35 Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? 11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.

 

------------------------------------

 

Pendahuluan

Dalam pasal 9 dan 10 Rasul Paulus mengungkapkan keprihatinannya akan penolakan umat Yahudi terhadap Yesus Kristus. Meski bangsa itu telah diberikan keistimewaan sebagai bangsa pilihan dengan berkat-berkat yang besar, namun kembali kedegilan bangsa itu mencuat dengan menolak jalan baru yang diberikan bagi keselamatan mereka. Mereka tetap berusaha menyenangkan Allah dengan perbuatan meski akhirnya perbuatan itu seringkali gagal. Dalam hal ini Rasul Paulus melihat dilemma yang terjadi, antara Israel sebagai bangsa pilihan berikut janji penggenapan dengan penolakan terhadap rencana Allah melalui Yesus. Jelas ini menjadi pergumulan yang hebat bagi Paulus sebab dia adalah bagian dari umat pilihan itu. Pertanyaannya adalah: apakah tindakan Allah menjadi sia-sia?; bagaimana kelak rencana Allah terhadap mereka?; dan apakah Allah akan mengingkari janji-Nya bagi umat tersebut? Di lain pihak Rasul Paulus percaya bahwa kasih Allah adalah kekal khususnya kepada mereka yang dipilih-Nya. Melalui nas minggu ini kita diberikan pengajaran tentang hal itu sebagai berikut.

 

Pertama: Allah tidak menolak umat-Nya (ayat 1-2a dan 29)

Pada pasal ini Rasul Paulus menekankan bahwa tidak semua orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias yang dinantikan yang membawa pesan keselamatan bagi mereka. Rasul Paulus mengutip peristiwa senada di perjanjian lama tatkala Elia mengadu kepada Allah tentang ketidaksetiaan umat Israel dengan menyembah Baal, "Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, dan mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang diri yang masih hidup dan mereka mencari jiwaku." Namun Tuhan menjawab: “….masih ada tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal (Rm 11:4). Kita tahu Elia adalah nabi Allah yang dihormati bangsa Israel, yang menentang raja Ahab dan istrinya Izebel yang kejam. Memang pada peristiwa itu peran Izebel yang seorang pagan lebih menentukan dengan memaksa semua umat Isael harus menyembah Baal. Raja Ahab sendiri berada pada posisi sulit dan cenderung tidak mau mendengarkan Elia, bahkan melihat Elia sebagai musuh daripada nabi pembawa pesan Allah. Oleh karena Izebel ingin membunuh Elia, akhirnya ia harus lari untuk menyelamatkan dirinya (1Raj 18).

 

Peristiwa itu merupakan salah satu bukti bagaimana ketidaksetiaan bangsa Israel. Memang dari sejarah di dalam Alkitab juga kita ketahui bahwa tidak semua orang Israel setia dan layak diselamatkan, yang merupakan syarat untuk menjadi umat pilihan terpenuhi (Ul 4:1; 6:24; Neh 9:29; Ams 19:16; Yes 55:3; Yeh 20:11). Sejak peristiwa keluarnya mereka dari negeri Mesir telah muncul pihak-pihak yang tidak setia, seperti Harun dengan membuat lembu emas, dan bahkan sebagaimana disebutkan dalam peristiwa penyembahan Baal tadi, hanya 7000 orang yang setia kepada Allah. Demikian juga ketika masa pemerintahan hakim-hakim dan raja-raja, banyak hakim dan raja yang tidak melakukan tugasnya dengan setia melainkan mengikuti keinginan hati sendiri dan menentang Allah.  Allah memilih bangsa Israel sebagai umat pilihan dengan tujuan agar mereka menjadi imam, pemimpin dan teladan dan melalui kehidupan mereka bangsa-bangsa lain akan diberkati dan masuk ke jalan keselamatan. Oleh karenanya berdasar beberapa peristiwa itu, Rasul Paulus berani mengatakan bahwa tidak semua orang Israel akan diselamatkan, dan dalam ayat 5 dikatakannya: “Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia” (Rm 11:5; band. Yes 4:3). Rasul Paulus mengidentifikasi bahwa masih ada yang menerima Dia yang dia definisikan sebagai sisa, termasuk seperti dirinya yang datang dari suku Benyamin (band. Flp 3:5). Demikian juga kita tahu bahwa para Rasul dan pemberita Injil pada masa mula-mula mereka adalah orang Israel pengikut Yesus yang setia, dan mereka inilah yang disebut Rasul Paulus sebagai orang-orang Israel pilihan dan sejati (band. Kej 12:1-3; 17:19).

 

Dalam hal ini timbul pertanyaan: apakah Allah menyesali pilihan-Nya atas umat Israel? Perlu kita fahami bahwa kata "menyesal" dalam konteks ini bukan diartikan menyesali keputusan atau pilihan-Nya terhadap bangsa itu, melainkan menyesal dalam kerangka bangsa Israel tidak menerima jalan keselamatan baru yang diberikan melalui Yesus. Perkataan menyesal juga sama dengan ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, dan Allah menyesal, mengapa Adam dan Hawa harus terbujuk oleh ular/iblis itu (Kej 6:6)?. Memang dalam hal ini Allah adalah Mahatahu sehingga jatuhnya Adam dan bangsa Israel sudah diperhitungkan sejak awal. Allah sebenarnya tetap mengasihi bangsa Israel sebagai umat pilihan dan telah mengikat janji dengan nenek moyang mereka, dan untuk itu Allah terus mengulurkan tangan-Nya memberi kesempatan bertobat dan tidak langsung menghukum memusnahkan bangsa Israel (Rm 10:19-21; band. Yak 1:13; Yer 31:37). Allah jelas tidak akan membuang mereka (Mzm 94:14; band. 1Sam 12:22). Namun dalam nas ini Paulus menyampaikan pesan Allah bahwa penolakan bangsa Israel saat itu tidaklah bersifat tetap, melainkan ia percaya bahwa suatu saat mereka akan menerima Kristus dan karena itu mereka tetap akan dibenarkan melalui iman masing-masing (Rm 3:28; Gal 2:16).

 

Kedua: Allah menunjukkan kemurahan-Nya (ayat 30-32)

Seperti disebutkan di atas bahwa dalam ketidaktaatan dan kesombongan bangsa Israel, pintu kasih kemurahan Allah tetap tersedia bagi mereka. Dalam bagian nas ini Paulus menunjukkan bagaimana umat Yahudi dan bukan Yahudi dimaksudkan saling menguntungkan satu sama lain. Setiap saat Tuhan menunjukan belas kasihan terhadap salah satunya, maka yang lainnya akan memperoleh berkat juga. Dalam rencana awal Tuhan, sebagaimana dijelaskan di atas, orang Yahudi akan menjadi saluran berkat bagi orang yang bukan Yahudi (Kej 12:3). Ketika orang Yahudi meninggalkan rencana dan misi tersebut, Tuhan memberkati orang yang bukan Yahudi melalui Mesias Yahudi. Ia tetap mempertahankan cinta-Nya kepada orang Yahudi karena janji-Nya pada Abraham, Ishak dan Yakub, serta keistimewaan dan pilihan Tuhan kepada bangsa Israel ini tidak akan pernah ditarik kembali. Namun rencana saling menerima berkat ini kelak akan terwujud pada suatu hari, ketika orang Yahudi beriman menerima kasih Allah melalui Yesus. Rencana indah Tuhan ini tidak akan bisa diganggu seperti dikatakan nas minggu ini, Ia akan “menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua”. Untuk melihat gambar indah orang Yahudi dan bukan Yahudi menerima berkat bersama, ungkapan yang sangat meyakinkan dalam kitab Yesaya menggambarkannya: “tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu (Yes 60:2b-3).

 

Maka dalam hal ini, apakah kita masih berpikir bahwa lebih mudah Allah mengasihi apabila kita menjadi “orang baik”? Apakah kita berpikir bahwa kita dipilih dan diselamatkan karena kita berhak atas hal itu? Atau, apakah kita berpikir bahwa seseorang terlalu jahat dan Allah tidak mungkin untuk menyelamatkannya? Bila kita masih berpikir demikian, maka sebenarnya kita belum memahami dengan baik dan benar makna dari keselamatan melalui anugerah. Keselamatan melalui anugerah adalah sesuatu pemberian, bukan didapatkan, dan terutama tidak berbentuk sebagian atau sepotong-sepotong. Anugerah diterima dengan utuh bulat sebab kita sudah dibayar lunas melalui pengorbanan Yesus, dan itu hanya bisa diterima dengan rasa berterima kasih dan bersyukur. Sekecil apapun dosa kita tetap menjauhkan kita dari anugerah itu, dan sebesar apapun dosa kita, maka kasih Allah akan sanggup untuk menghapus semua dosa-dosa yang kita lakukan, sepanjang ada sikap penyesalan atas semua perbuatan dosa-dosa itu dan berkomitmen untuk berbalik kepada-Nya. Firman-Nya mengatakan,  “... di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah (Rm 5:20b). Dalam ayat yang lain juga dikatakan, “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar” (Yes 59:1).

 

Allah tidak pernah menahan dan mengurung kasih-Nya bagi orang-orang atau bangsa tertentu. Allah membuka tangan kasih-Nya lebar-lebar untuk menerima siapa saja dan bangsa apa saja untuk kembali kepada kehidupan yang berkenan kepada-Nya melalui iman kepada Kristus. Kedegilan bangsa Israel membuat pintu lebar-lebar terbuka bagi bangsa-bangsa lain untuk menerima berkat secara langsung. Namun kemurahan Allah yang diberikan bagi kita juga bukan karena ketaatan dan kehebatan kita, melainkan karena pilihan-Nya. Pilihan itu juga merupakan jalan untuk membuka kemurahan yang akan diberikan kembali kelak kepada umat Israel. Hati, telinga dan mata bangsa Israel kelak akan terbuka melihat bangsa-bangsa lain hidup dalam damai sejahtera dan memiliki hubungan yang mesra dengan Allah, yang sebenarnya adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Ini yang dimaksudkan dengan, "kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka, demikian juga mereka sekarang tidak taat, supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan." Ada kesejajaran dan ada hubungan sebab akibat dalam proses itu. Namun kemurahan keselamatan bagi "Israel baru" ini bukan lagi karena mereka sebagai “bangsa”, tetapi karena iman orang-orang Israel sejati yang menerima dan mengikut Yesus Kristus dalam kehidupan mereka. Hal ini juga berlaku sama, kita diselamatkan bukan karena kita bagian dari sebuah bangsa, suku, atau keluarga, melainkan kita diselamatkan melalui iman pribadi kepada Yesus Kristus. Maka kini pertanyaannya: kepada siapa dan pada apa kita menggantungkan keselamatan hingga kekekalan nanti?

 

Ketiga: Sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya (ayat 33-34)

Bagian ini merupakan simpul dari pernyataan Rasul Paulus di ayat sebelumnya, yakni: "Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk" (Rm 11:25). Memang jika kita kembali melihat apa yang dilakukan Allah terhadap manusia berdosa, maka kita ketahui bahwa secara mendasar Allah mengasihi manusia, namun membenci perbuatan-perbuatannya yang bertentangan dengan firman-Nya. Benar, adakalanya Allah "mengurung" ketidaktaatan seseorang atau sebuah bangsa karena kedegilannya. Tapi ini pun harus dilihat bahwa Allah mengurung orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya pada mereka. Hal ini dapat dilihat dilihat, sejak pilihan Hawa mendampingi Adam hingga keberdosaan masyarakat di sekitar Nuh dan kemudian kedegilan bangsa Israel, maka kita dapat melihat sebenarnya Allah terus berupaya memberi dan membuka jalan, agar mereka yang menyimpang melihat apa yang Allah telah lakukan bagi mereka yang jahat agar semua orang kembali kepada jalan-Nya. Namun, ternyata manusia sering “dungu rohani", sombong, tidak sabar, degil, sehingga tetap memilih jalan yang jahat lagi, hingga akhirnya Allah kembali harus menghukum. Allah dalam hal ini tidak memilih menghukum Israel dalam bentuk fisik, melainkan mencerai-beraikan bangsa itu sampai akhirnya mereka kehilangan "tanah Kanaan" dan hidup dalam diaspora. Meski kita ketahui kemudian, penderitaan umat Yahudi kemudian kembali berada pada puncaknya saat masa Hitler, ketika ia hampir memusnahkan bangsa itu dan diperkirakan jutaan umat Yahudi dibunuh dalam peristiwa itu.

 

Kembali kepada bangsa Israel, memang beberapa berpendapat bahwa kalimat pada ayat sebelumnya, "maka seluruh Israel akan diselamatkan” (ayat 26) memiliki arti yang sulit difahami dalam kondisi saat itu bahkan hingga saat ini. Ada yang berpendapat bahwa mayoritas dari orang Yahudi generasi terakhir sebelum kedatangan Kristus yang kedua kalinya, nantinya akan berpaling dan menerima Kristus sebagai jalan keselamatan mereka. Sebagian lagi percaya bahwa Paulus menggunakan istilah Israel untuk "umat rohani Israel" yang terdiri dari semua orang (Yahudi dan bukan Yahudi) yang telah menerima keselamatan melalui iman kepada Kristus. Dalam hal ini pengertian Israel menjadi semua orang percaya dalam arti gereja yang akan menerima berkat keselamatan yang dijanjikan melalui Tuhan Yesus. Sebagian lain mengatakan bahwa seluruh Israel berarti Israel secara keseluruhan akan memiliki peran di dalam kerajaan Kristus. Memang dalam hal ini identitas  Israel sebagai sebuah bangsa tidak akan dihilangkan. Tuhan memilih bangsa Israel, dan ia tidak pernah menolaknya; Tuhan memilih gereja melalui Yesus Kristus, dan Ia juga tidak akan pernah menolaknya. Tentunya dalam hal ini tidak berarti bahwa seluruh orang Yahudi atau seluruh umat gereja akan diselamatkan. Apabila sebagian orang menolak Kristus, tidak berarti Tuhan akan berhenti bekerja terhadap Israel atau gereja. Ia terus menawarkan keselamatan kepada semua orang. Adalah tetap sebuah kemungkinan bagian dari suatu bangsa atau "kelompok pilihan" tidak terselamatkan, sebab mereka tidak merespon kepada iman dan ketaatan. Seperti dikatakan firman-Nya, “sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih" (Mat 22:14).

 

Implikasi dari pertanyaan-pertanyaan dalam nas minggu ini adalah: tidak seorang pun dapat memahami secara penuh pemikiran Tuhan (Mzm 92:6; Yes 55:8-9; Kol 2:3).  Kedaulatan Allah dalam perjalanan sejarah kehidupan manusia adalah mutlak dan memang tidak mudah untuk dipahami, sebab begitu banyak hal sulit yang dapat dilihat secara integratif dan kasat mata. Melalui semua peristiwa-peristiwa itu kita menyadari betapa dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah. Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya (Ayb 5:9; 11:7; Mzm 139:6; Pkh 8:17). Apa yang dapat kita pikirkan sebenarnya hanyalah dugaan yang dangkal tentang maksud dan rencana Tuhan.  Hal yang pasti bahwa kedaulatan Allah mutlak dan menunjukkan betapa Allah tidak bergantung pada manusia (Yes. 40:13; Ayb. 41:11), sementara di lain pihak, kita juga melihat ada bagian peran manusia yang menjadi tanggungjawab kita bersama. Oleh karena itu, tepat dikatakan, tidak ada satupun yang pernah menjadi penasehat-Nya. Yesaya dan Yeremia menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang serupa untuk menunjukkan bahwa manusia tidak dapat memberikan saran kepada Tuhan atau memberikan kritik kepada jalan-Nya (Yes 40:13: Yer 23:18; 1Kor 2:16). Seringkali keputusan Allah melampaui kemampuan manusia untuk memahaminya, bahkan proses keputusan itu menjadi misteri yang tidak terpecahkan, sehebat apapun orangnya. Yang penting, kita hanya mengaku dan mengimani bahwa kasih dan pemeliharaan (providensia) Allah tidak pernah salah dalam perjalanan hidup kita yang dikasihi-Nya; bahkan Ia dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan (Ef 3:20).

 

Keempat: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (ayat 35-36)

Dari semua kasih dan kebaikan Allah yang kita terima, manusia  memberikan hal yang tidak sebanding kepada pemberian-Nya. Kita sudah menerima segala sesuatu dari Dia dan kita juga menikmati semua berkat itu dalam hidup sehari-hari. Kalaupun kita melakukan sesuatu, maka sungguh tidak layak kita berpikir bahwa apa yang kita berikan atau lakukan sudah melebihi kewajiban kita, apalagi berpikir Tuhan telah berhutang kepada kita. Ia adalah pemilik segala sesuatu yang ada, sebab Ia adalah penciptanya dan sekaligus pemelihara dan pengendali prosesnya (Ayb 41:2). Ini seperti nasehat Elihu kepada Ayub sahabatnya menyebutkan, Jikalau engkau benar, apakah yang kauberikan kepada Dia? Atau apakah yang diterima-Nya dari tanganmu?” (Ayb 35:7). Memang ada ayat Alkitab yang mengatakan demikian, “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu” (Ams  19:17). Akan tetapi ayat Amsal ini tidak selalu dibaca sebagai harafiah (letterlijk) kebenaran, melainkan merupakan sebuah kiasan, bahwa Allah akan memberkati mereka yang peduli dengan mereka yang miskin dan lemah. Kepedulian akan mereka yang lemah dan miskin pun sudah menjadi perintah Allah sejak awal yang harus diikuti (Kel 22-23; Im 19, 23, 25; Ul 24, dll; band. Luk 4:18), sehingga tidak ada alasan Allah menjadi berhutang apalagi harus Allah harus menggantikannya.

 

Untuk merayakan cara misterius Allah bekerja di dunia ini Rasul Paulus menyimpulkan nas ini dengan cara yang puitis. Tuhan adalah pemegang kekuasaan dan kebijaksanaan mutlak, dan kita semua secara mutlak bergantung kepada-Nya. Ia adalah sumber dari segalanya, termasuk diri dan kehidupan kita. Ia adalah kekuatan yang mempertahankan dan mengatur dunia yang kita hidupi. Tuhan mengatur segala hal dan semua itu untuk kemuliaan-Nya. Ia merancang, mencipta, memelihara, memberi jalan keluar, meski kita tidak dapat melihat langsung tangan Tuhan bekerja di dalam setiap proses itu. Ia membuat alam semesta begitu indah dan penuh dengan misteri yang sampai ribuan tahun ke depan pun manusia tidak dapat mengeksplorasinya. Allah mencipta tubuh manusia yang demikian komplek dan terintegrasi, termasuk mekanisme seluruh asupan makanan minuman dan hirupan dengan sistim pengeluaran yang terkendali. Ia memberi kita nafas hidup dengan gratis dari udara (sementara mungkin banyak orang harus bernafas dngan membayar di rumah sakit), dan darah yang mengalir dengan volume 5,5 liter darah per menit dari jantung dengan kecepatan rata-rata dalam tubuh 28 cm per detik atau 24,192 km dalam sehari! Ia menciptakan berbagai keindahan bunga yang bahkan Raja Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak dapat berpakaian seindah salah satu dari bunga itu (Mat 6:29). Segala sesuatu itu adalah dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia saja semuanya. Oleh karenanya kebesaran Tuhan layak dipuji (Ef 3:21; 1Tim 1:17; Why 7:12).

 

Oleh karena itu ayat penutup dalam nas minggu ini merupakan doksologi,  yakni doa pujian kepada Tuhan atas kebijaksanaan dari rencananya. Sejarah mengajarkan banyak hal kepada manusia melalui hal-hal baik dan indah maupun hal tidak baik dan penderitaan. Ketidakpercayaan pada sejarah dan kuasa Allah akan membuat manusia seperti perahu yang terombang-ambing tanpa pulau tujuan. Allah menyatakan diri sebagai Allah yang memegang kuasa atas seluruh sejarah (1Kor 8:6; 11:12; Kol 1:16). Walaupun metode dan maksud Tuhan melampaui akal komprehensif kita, Tuhan sendiri tidaklah menjadi penguasa yang selalu memutuskan. Ia memerintah alam semesta dan kehidupan kita semua dengan penuh kebijaksanaan, keadilan dan cinta. Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah (Rm 9:15-16). Pada saat tulisan ini dibuat, Israel sedang dalam keadaan berperang dengan Hamas di Gaza yang merupakan keprihatinan umat manusia khususnya orang percaya, sebab sejak perang 6 hari di tahun 1967 dapat dikatakan Israel terus terlibat dalam peperangan yang belum memperlihatkan tanda-tanda adanya perdamaian kekal. Hal ini menjadi pelajaran bagi orang yang bukan Yahudi atau orang percaya pengikut Yesus, untuk melihat apakah Allah menyerah pada orang-orang Yahudi, dan mengabaikan janji-janji yang dibuat-Nya pada masa Perjanjian Lama? Apakah pengalaman-pengalaman tragis mereka selama 2000 tahun dalam diaspora dan saat ini menjadi sebuah Negara, akan menjadi manfaat bagi bangsa-bangsa lain? Apakah yang dimaksud sebagai sisa dan penyelamatan Israel itu akan terjadi di dalam waktu yang dekat, dan bagaimana wujudnya?

 

Penutup

Sejak awal kita ketahui bahwa manusia dipilih baik perorangan atau kelompok (bangsa) bukanlah berdasarkan kehendak manusia sendiri melainkan berdasarkan pilihan Allah semata. Pilihan Allah kepada keturunan Yakub atau Israel juga bukan didasari oleh sesuatu yang “baik dan benar” di dalam diri mereka, tetapi oleh karena kasih dan kemurahan Allah bagi seluruh ciptaan-Nya. Kita tahu kemudian bahwa keturunan Yakub ini seringkali tidak setia dan melawan rencana Allah, namun Allah tidak pernah menolak umat-Nya. Allah tetap menunjukkan kemurahan-Nya dan selalu mengulurkan tangan kasih-Nya agar umat-Nya kembali ke jalan yang ditunjukkan-Nya. Rancangan Allah bagi umat-Nya jelas bukanlah supaya manusia menderita, tetapi supaya mereka dapat merasakan kemurahan-Nya yang lebih besar. Memang kita masih susah mengerti akan keseluruhan rencana itu, sebab sungguh tak terselami ketetapan dan jalan-jalan-Nya. Yang bisa kita pastikan adalah firman dan rancangan-Nya tidak mungkin gagal. Apa yang harus kita lakukan adalah tetap bergantung sepenuhnya kepada-Nya dan memberi yang terbaik meski kita perlu sadari betul bahwa hal itu tidak membuat Tuhan berhutang bagi kita, termasuk kewajiban berdoa bagi pertobatan dan keselamatan bangsa Israel. Kita tahu Allah kita itu layak dipuji dengan hati takjub dan sikap bersyukur meyembah sebab begitu besar kuasa dan kemuliaan-Nya. Puncaknya kita juga mengerti bahwa segala sesuatunya adalah dari Dia, oleh Dia dan bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci dan tambahkan kata humor atau joke).

 

Khotbah Minggu 10 Agustus 2014

Khotbah Minggu 10 Agustus 2014

 

Minggu IX Setelah Pentakosta

 

BARANGSIAPA BERSERU KEPADA TUHAN, AKAN DISELAMATKAN

(Rm 10:5-15)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kej 37:1-4, 12-28; atau 1Raj 19:9-18; Mzm 105:1-6, 16-22, 45b atau Mzm 85:8-13; Mat 14:22-33

 

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> Pembinaan -> Teologi

 

Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas Rm 10:5-15 selengkapnya:

 

10:5 Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: "Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya." 10:6 Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: "Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?", yaitu: untuk membawa Yesus turun, 10:7 atau: "Siapakah akan turun ke jurang maut?", yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati. 10:8 Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan. 10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. 10:10 Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. 10:11 Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan." 10:12 Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. 10:13 Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. 10:14 Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? 10:15 Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!

 

------------------------------

 

Pendahuluan

 

Pertama: Firman itu dekat kepadamu (ayat 5-8)

10:5 Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: "Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya." 10:6 Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: "Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?", yaitu: untuk membawa Yesus turun, 10:7 atau: "Siapakah akan turun ke jurang maut?", yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati. 10:8 Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan.

 

Kedua: Mengaku dan percaya dalam hatimu Yesus bangkit (ayat 9-11)

10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. 10:10 Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. 10:11 Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan."

 

Ketiga: Yesus adalah Tuhan dari semua orang (ayat 12-13)

" 10:12 Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. 10:13 Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.

 

Keempat: Indahnya kedatangan yang membawa kabar baik (ayat 14-15)

10:14 Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? 10:15 Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!

 

Penutup

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci dan tambahkan kata humor atau joke).

 

 

-------------------------------

 

 

Hagelberg: Rm 10:5-13

c. Melalui Iman, Kebenaran dan Pertolongan Dekat, Tidak Jauh Seperti Melalui Hukum Taurat 10:5-13

 

Kalau apa yang dikatakan dalam pasal 10:1-4 benar, kalau bangsa Israel bertekad bagi Allah, tetapi mereka salah, mungkin kesalahan itu dapat dimaklumi. Mungkin mereka keliru karena yang benar terlalu sulit, atau karena tidak ada yang menjelaskan yang benar kepada mereka. Bagian ini membuktikan bahwa kemungkinan tersebut benar-benar tidak terjadi.

Sama seperti dalam Galatia 3:12,640 dalam Roma 10:5-11 ada kontras antara kebenaran yang diperoleh karena perbuatan hukum Taurat, dan kebenaran yang diperoleh karena iman.

 

Rm 10:5 - Akan hidup didalamnja

Atau "akan hidup karenanja". Maksudnja: tidak kena hukuman mati.

 

Silang FULL: Rm 10:5 - hidup karenanya

• hidup karenanya: Im 18:5; Ul 4:1; 6:24; Neh 9:29; Ams 19:16; Yes 55:3; Yeh 20:11,13,21; Rom 7:10;

 

Hagelberg: Rm 10:5

10:5 Sebab Musa menulis tentang kebenaran dari hukum Taurat:

"Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya."

Hodges641 mencatat bahwa dalam Surat Roma hidup dan kebenaran mempunyai hubungan yang sangat erat. Kutipan ini dari Imamat 18:5 mengemukakan frustrasi yang seharusnya timbul dalam hati setiap orang yang berusaha untuk membenarkan dirinya melalui ketaatan pada hukum Taurat. Kalau aku melakukan seluruh hukum Taurat, maka aku akan hidup. Tetapi bagaimanakah aku dapat melakukannya, jika aku belum mempunyai hidup itu dari Allah? Jelas, aku perlu seorang Juruselamat untuk mengangkat aku dari frustrasi ini!

 

Hagelberg: Rm 9:30--10:21

3. Israel Sendiri Bertanggung Jawab atas Penolakannya 9:30-10:21

Walaupun Israel telah diberitahu bahwa kebenaran hanya dapat diperolhe melalui Iman saja, dia tetap mencarinya melalui perbuatan, maka Israel yang salah langkah ditolak.

Sejarah hubungan Tuhan Allah dengan Israel dan dengan bangsa-bangsa yang lain luar biasa. Ringkasan Nygren618 sangat tepat. Dalam Roma pasal 1-3 Paulus membuktikan bahwa mereka, Yahudi dan bukan Yahudi, sama-sama "benda-benda murka Allah". Dalam pasal 3 Paulus berkata, "Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. . . ." Dalam pasal yang sama, kita membaca bahwa "sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan . . . yaitu kebenaran Allah melalui iman dalam Yesus Kristus kepada semua dan atas semua orang yang percaya." Jadi dari Surat Roma kita sudah mengerti bahwa kita semua, Yahudi dan bukan Yahudi, sama-sama layak dimurkai, dan Tuhan siap membenarkan kita semua, Yahudi dan bukan Yahudi.

 

Tetapi dalam Roma pasal 9:30-10:21 kita membaca bahwa justru mereka yang mengejar kebenaran, mereka yang diangkat menjadi umat pilihan Allah, mereka yang diberi janji-janji, merekalah yang menjadi benda-benda murka Allah, sedangkan bangsa-bangsa yang lain, yang tidak mengejar kebenaran, dibenarkan oleh Tuhan Allah.

 

Luar biasa! Mengapa harus terjadi seperti itu? Pertama, karena Dia yang berdaulat telah menentukan bahwa hanya orang yang percaya akan menerima janjiNya (pasal 9:6-29) dan, ke-dua, karena Israel hanya siap menerima suatu pembenaran yang berdasarkan perbuatan mereka, ketaatan mereka pada hukum Taurat, dan bukan pembenaran yang berdasarkan anugerah, yaitu pembenaran yang melalui iman. Jadi walaupun mereka sungguh "giat untuk Allah", tetapi mereka giat dengan arah yang salah. Nygren619 memakai suatu kiasan yang menolong kita untuk mengerti: "Jika Allah berjanji untuk memberi hadiahNya di timur, dan mereka mendorong ke arah barat dengan segala kekuatan mereka, semua usaha mereka hanya membawa mereka semakin jauh dari kebenaran." Demikian ringkasan Nygren.

 

Wycliffe: Rm 9:1--11:36

III. Israel dan Orang Bukan Israel dalam Rencana Allah (9:1-11:36).

Paulus memperhatikan bahwa rencana Allah berkaitan dengan dua golongan umat manusia yang dilihat olehnya sebagai orang Yahudi - yaitu bangsa Yahudi dan bangsa bukan Yahudi.

 

Wycliffe: Rm 9:30--10:21

C. Kegagalan Bangsa. Israel dan Keberhasilan Bangsa Bukan Israel (9:30-10:21).

Paulus sekarang membahas hubungan bangsa Israel dan bangsa bukan Israel dengan kebenaran, iman dan keselamatan. Dia menunjukkan bahwa pokok ini penting sekali sebab orang-orang Yahudi percaya bahwa karena mereka memiliki tanda sunat sebagai bangsa pilihan Allah, Tuhan tidak mungkin menolak mereka.

 

Wycliffe: Rm 10:4-15

3) Hubungan Antara Kebenaran Iman dan Objek Iman. (10:4-15).

Di dalam ayat 4 ada dua hal yang ditekankan: (1) siapa Kristus sebenarnya; (2) siapa yang memperoleh manfaat dari Kristus. Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. Kata kegenapan - telos - tampaknya memadukan pengertian dari kata sasaran dan akhir (lih. Arndt, telos, 1.a.b.c, hlm. 819). Kita tidak dapat mengatakan bahwa Kristus hanyalah sasaran dan akhir dari hukum Taurat. Lebih tepat kalau dikatakan bahwa Dia adalah sasaran dan akhir dari hukum Taurat dalam kaitan dengan kebenaran. Sebelum Kristus datang, orang-orang yang percaya kepada Allah berada dalam ketegangan. Artinya, mereka dijanjikan akan memperoleh hidup dengan syarat bahwa mereka hidup dengan cara yang tidak mungkin dapat mereka penuhi. 5. Sekalipun ketika mengutip Musa, Paulus sedikit mengubah Imamat 18:5 dari naskah Ibrani dan Yunani, ia pada dasarnya memberikan pengertian yang benar dari ayat itu. Orang yang melakukannya (kebenaran yang dituntut oleh hukum Taurat) akan hidup karenanya (kata ganti orang feminin, mengacu kepada kebenaran).

 

Di dalam naskah Yunani untuk Imamat 18:5, orang percaya Yahudi diperintahkan untuk memelihara semua ketetapan dan peraturan. Sekalipun seorang yang percaya kepada Allah berusaha sebaik-baiknya untuk memenuhi tuntutan untuk hidup benar yang ditetapkan hukum Taurat. dia juga sadar akan segala kegagalannya. Keadaan tidak konsisten ini menghasilkan ketegangan. Karena itu ia selalu menyajikan persembahan kurban tebusan salah dan kurban penghapus dosa. Sebab itu, seorang Yahudi yang percaya tidak dapat berpegang pada Imamat 18:5 sebagai landasan hukum yang menjamin dirinya memperoleh hidup kekal, tetapi hanya sebagai janji dari Allah menyangkut persekutuan manusia dengan Dia. Manusia tidak dapat melihat ayat tersebut sebagai sebuah peraturan hukum. Kalau manusia berbuat demikian maka ketegangan yang muncul tidak tertahankan. Kristus telah mengakhiri ketegangan ini. Melalui kehidupan dan kematian-Nya Dia menyatakan kebenaran sempurna dari Allah, yang dicurahkan oleh Bapa melalui iman kepada Anak. Inilah sasaran yang ditunjuk oleh hukum Taurat. Kehidupan dan kematian Kristus mengakhiri ketegangan yang muncul karena adanya janji kehidupan kepada manusia dengan syarat yang tidak akan pernah dapat dipenuhinya. Karena manusia tidak dapat hidup sebagaimana dikehendaki oleh Allah, keselamatan di bawah Perjanjian Lama maupun di bawah Perjanjian Baru haruslah oleh iman.

 

Di dalam Roma 10:6-8 Paulus mengutip Ulangan 30:12-14 dengan menyisipkan aneka tanggapan dan frasanya sendiri. Di dalam nas Perjanjian Lama, kata -"nya" di dalam pertanyaan mengenai siapa yang akan naik atau siapa yang akan menyeberang untuk mengambil-"nya" bagi manusia, mengacu kepada perintah untuk "mengasihi Tuhan, Allahmu." Perintah Allah inilah yang ada di dalam hati dan diucapkan oleh mulut orang Israel itu. 6, 7. Tetapi Paulus mengambil kalimat dalam Ulangan itu dan memakainya untuk soal kebenaran yang diperoleh karena iman. Paulus mengaitkan masalah naik dan menyeberang itu dengan soal naik dan turunnya Kristus. 8. Ucapan yang ada di mulut dan dalam hati ialah firman iman yang kami beritakan. Paulus tidak mengatakan bahwa Musa di dalam kitab Ulangan menubuatkan bahwa kebenaran akan diperoleh melalui iman. Yang dikatakan Paulus ialah, "Kebenaran karena iman berkata demikian" (10:6). Kesesuaian dua perjanjian tersebut ditunjukkan oleh fakta bahwa kebenaran ini ternyata demikian cocok dengan kalimat di Perjanjian Lama itu.

 

Jerusalem: Rm 10:6 - kebenaran karena iman

Kitab Ulangan menyimpulkan seluruh hukum Taurat dalam perintah kasih yang diamalkan dengan "hati bersunat", bdk Rom 2:29; Ula 10:16; Yer 4:4; 9:25. Sunat itu dibuat oleh Allah sendiri, Ula 30:6, sehingga sunat dalam hati itu sama dengan "hukum Taurat yang ditulis pada hati", Rom 10:8; Ula 30:14; bdk Rom 3:27+; Rom 8:2+; firman yang disampaikan dan dilaksanakan di dalam hati oleh Toh Kudus, Rom 8:4+.

 

Ende: Rm 10:6-8

Dalam ajat-ajat ini Paulus rupanja hendak menerangkan kepada (atau tantang) orang Jahudi, bahwa mereka keliru, kalau mereka menunggu lagi seorang Mesias lain dari Jesus. Jesus benar-benar Mesias dan hal itu dapat diketahui berdasarkan buku-buku sutji mereka sendiri.

 

Ref. Silang FULL: Rm 10:6 - karena iman // ke sorga

• karena iman: Rom 9:30; [Lihat FULL. Rom 9:30]

• ke sorga: Ul 30:12

 

Hagelberg: Rm 10:6-7

10:6-7 Tetapi kebenaran dari iman berkata642 demikian:

"Jangan katakan dalam hatimu:643 Siapakah akan naik ke sorga?",

yaitu: untuk membawa Yesus turun,

atau: "Siapakah akan turun ke jurang maut?"

yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati.

Maksud dari nats ini cukup jelas: pembenaran melalui iman berbisik kepada kita, "Tidak usah menggumuli masalah siapakah yang akan menghasilkan inkarnasi dan kebangkitan Juruselamat kita. Tidak usah! Kristus sudah inkarnasi, Kristus sudah bangkit, dan kebenaran bagi kita sudah diperoleh!

Siapakah akan naik ke sorga?

 

Walaupun maksudnya jelas, tetapi rupanya kutipan dari Kitab Ulangan ini ditafsirkan dengan arti yang agak aneh. Kutipan ini diambil secara bebas dari Ulangan 30:12-14, tetapi dalam Kitab Ulangan nats ini, yaitu Siapakah akan naik ke sorga?, membicarakan perintah-perintah hukum Taurat, yang tidak mustahil644 dimengerti.

...yaitu:645 untuk membawa Yesus turun...

 

Tetapi menurut Rasul Paulus nats ini tidak membicarakan hukum Taurat, tetapi Kristus! Apakah Rasul Paulus boleh menafsirkan Perjanjian Lama menurut kemauannya sendiri? Apakah dia mereka-reka? Untuk menjawab, kita harus mengingat apa yang dikatakan Rasul Paulus di atas dalam pasal 10:4, bahwa "Kristus adalah tujuan hukum Taurat". Hukum Taurat dan Kristus mempunyai suatu hubungan yang sangat erat. Maka apa yang dikatakan mengenai hukum Taurat dalam Ulangan 30:12-14 juga layak dikatakan mengenai Tuhan Yesus.646

"Siapakah akan turun ke jurang maut?"

 

Mungkin bagi kita, perbedaan antara tulisan Paulus ini dan aslinya dalam Ulangan 30:13 yang berbunyi, "Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita . . ." dapat dikatakan aneh, tetapi Dunn647 mencatat beberapa nats648 dari Firman Allah dan juga beberapa karangan biasa pada zaman itu di mana bagi orang Yahudi kontras antara sorga dan jurang maut dianggap sama dengan kontras antara sorga dan seberang laut. Juga, istilah yang dipakai untuk jurang maut649 di sini seringkali berarti "laut".

 

...yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati.

Sekali lagi Rasul Paulus mengartikan nats yang dikutip dengan arti yang berkaitan dengan Kristus. Sama seperti kita tidak perlu "menolong Allah" supaya inkarnasi terjadi, demikian juga Dia tidak perlu ditolong untuk membangkitkan Tuhan Yesus dari antara orang mati. "Kebenaran dari iman" jauh berbeda dari "kebenaran dari hukum Taurat". Kita yang dibenarkan dari iman tidak melakukan apa-apa untuk dibenarkan. Kita hanya percaya. Bukan kita, tetapi Tuhan yang menyediakan keselamatan kita, melalui inkarnasi, pengorbanan, dan kebangkitan Kristus.

 

Jerusalem: Rm 10:7 - jurang maut

Dalam Ula 30:13 jurang itu ialah jurang lautan, sedangkan oleh Paulus diartikan sebagai (jurang) dunia orang mati (Ibrani: Syeol). Targum (terjemahan-tafsir Kitab Suci ke dalam bahasa Aram) sudah berkata bahwa Musa turun dari gunung Sinai dan Yunus naik dari jurang.

 

Ref. Silang FULL: Rm 10:7 - jurang maut // orang mati

• jurang maut: Ul 30:13

• orang mati: Kis 2:24; [Lihat FULL. Kis 2:24]

 

Ende: Rm 10:6-8

Dalam ajat-ajat ini Paulus rupanja hendak menerangkan kepada (atau tantang) orang Jahudi, bahwa mereka keliru, kalau mereka menunggu lagi seorang Mesias lain dari Jesus. Jesus benar-benar Mesias dan hal itu dapat diketahui berdasarkan buku-buku sutji mereka sendiri.

 

Ref. Silang FULL: Rm 10:8 - dalam hatimu

• dalam hatimu: Ul 30:14

 

Hagelberg: Rm 10:8

10:8 Tetapi apakah yang dia katakan?

"Firman itu dekat kepadamu,

di dalam mulutmu dan di dalam hatimu" -

yaitu: firman iman, yang kami beritakan.

 

Secara negatip, dalam pasal 10:6-7 kita membaca mengenai apa yang tidak dikatakan oleh "kebenaran dari iman". Secara positip, dalam ayat ini kita membaca apa yang dia katakan. Oleh karena inkarnasi, pengorbanan, dan kebangkitan Kristus, maka firman Allah tidak jauh, tetapi dekat kepadamu.

Dan firman iman itu, firman yang layak dipercayakan, sudah diberitakan kepada kita. Oleh karena firman itu sudah diberitakan, maka firman itu ada baik di mulutmu maupun di hatimu. Dua kata ini akan dikembangkan dalam ayat-ayat yang berikut.

 

Full Life: Rm 10:9-10 - MENGAKU ... PERCAYA DALAM HATIMU.

Nas : Rom 10:9-10

Unsur-unsur keselamatan terangkum di sini serta berpusat pada kepercayaan akan ketuhanan Kristus dan kebangkitan-Nya secara jasmaniah. Iman harus ada di dalam hati, yang meliputi perasaan, akal, dan kehendak sehingga mempengaruhi seluruh diri orang itu. Iman juga harus meliputi penyerahan diri secara umum kepada Yesus sebagai Tuhan, baik dalam kata maupun dalam perbuatan

(lih. art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).

 

Full Life: Rm 10:9 - MENGAKU ... BAHWA YESUS ADALAH TUHAN.

Nas : Rom 10:9

 

Pengakuan iman yang paling awal dari gereja PB bukanlah "Yesus adalah Juruselamat", tetapi "Yesus adalah Tuhan" (bd. Kis 8:16; 19:5; 1Kor 12:3). Yesus Kristus khususnya disebut Juruselamat 16 kali dalam PB dan Tuhan lebih dari 450 kali.

1.         1) Ajaran dewasa ini bahwa Yesus bisa menjadi Juruselamat tanpa menerima Dia sebagai Tuhan tidak ada dalam PB. Tidak seorang pun dapat menerima Yesus sebagai Juruselamat tanpa menerima-Nya sebagai Tuhan. Hal ini merupakan unsur penting dalam pemberitaan rasuli (Kis 2:36-40).

2.         2) "Tuhan" (Yun. _kyrios_) berarti memiliki kuasa, wibawa, dan hak untuk menguasai. Mengaku "Yesus adalah Tuhan" ialah menyatakan bahwa Dia setara dengan Allah (ayat Rom 10:13; Yoh 20:28; Kis 2:36; Ibr 1:10), layak untuk menerima kuasa (Wahy 5:12), penyembahan (Fili 2:10-11), kepercayaan (Yoh 14:1; Ibr 2:13), ketaatan (Ibr 5:9) dan doa (Kis 7:59-60; 2Kor 12:8).

3.         3) Waktu orang Kristen PB memanggil Yesus "Tuhan", maka hal ini bukan sekadar pengakuan lahiriah tetapi sikap hati yang sungguh-sungguh (bd. 1Pet 3:15). Dengan ini mereka menjadikan Kristus dan Firman-Nya Tuhan atas seluruh kehidupan mereka (Luk 6:46-49; Yoh 15:14). Yesus harus menjadi Tuhan atas hal-hal rohani di rumah dan di gereja, maupun Tuhan di bidang intelektual, keuangan, pendidikan, kesenangan, dan pekerjaan, pendeknya: semua bidang hidup (Rom 12:1-2; 1Kor 10:31).

 

 

Full Life: Rm 10:9 - ALLAH TELAH MEMBANGKITKAN DIA DARI ANTARA ORANG MATI.

Nas : Rom 10:9

Seorang yang menyangkal kebangkitan Kristus dari antara orang mati secara jasmaniah tidak mungkin secara sah menganggap dirinya orang Kristen. Dia masih merupakan orang yang belum percaya, karena kematian dan kebangkitan Kristus adalah peristiwa inti keselamatan (Rom 1:4; 4:25; Rom 5:10,17; 6:4-10; 8:11,34).

 

Jerusalem: Rm 10:9

Perpautan hati dengan Kristus bersesuaian dengan pengakuan iman lahiriah, seperti yang terjadi waktu orang dibaptis.

 

Ende: Rm 10:9-13

Paulus sekali lagi hendak menekankan dengan perkataan tegas, berdasarkan Kitab Kudus pula, bahwa keperdjajaan adalah satu-satunja pokok kebenaran.

 

Ref. Silang FULL: Rm 10:9 - kamu mengaku // adalah Tuhan // dan percaya // orang mati // akan diselamatkan

• kamu mengaku: Mat 10:32 • adalah Tuhan: Yoh 13:13;

• dan percaya: Yoh 3:15;• orang mati: Kis 2:24;

• akan diselamatkan: Rom 11:14;

 

Sebab jika dengan650 mulutmu kamu mengaku Yesus sebagai Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, kamu akan diselamatkan.

 

Dalam ayat ini apa yang kita harus lakukan dengan mulut dan hati kita disebut. Cranfield651 mencatat bahwa urutan ini, mulut dulu, baru hati, mencerminkan urutannya dalam Ulangan 30:14, yang dikutip dalam Roma 10:8. Urutannya disesuaikan dengan urutan waktu dalam ayat yang berikut.

...mengaku Yesus sebagai Tuhan652...

 

Istilah Tuhan dipakai lebih dari 6000 kali dalam Septuaginta untuk "menterjemahkan" nama pribadi Tuhan Allah, yaitu Yahweh.653 Untuk mengalami "keselamatan" ini, kita harus mengaku bahwa Yesus adalah Yahweh, Tuhan Allah yang diilhamkan dalam seluruh Perjanjian Lama.

 

Nats ini berkata bahwa kita harus percaya dan mengaku Yesus sebagai Tuhan untuk diselamatkan. Kalau keselamatan yang dimaksudkan di sini disamakan dengan pembenaran, maka dalam nats ini Rasul Paulus menyangkal apa yang telah ditegaskan berkali-kali dalam Surat Roma, seperti pasal 4:5, "Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran." Mengaku dengan mulut merupakan sebuah usaha, sebuah pekerjaan, tetapi pembenaran diberikan kepada "orang yang tidak bekerja".

 

Tetapi kalau "keselamatan" yang disebut dalam ayat ini adalah keselamatan yang sudah berkali-kali disebut dalam Surat Roma, yaitu keselamatan dari murka Allah yang saat ini dinyatakan, dan yang akan dinyatakan, maka nats ini sangat sesuai dengan seluruh Surat Roma. Jikalau bangsa Israel, dan kita, mengaku Tuhan Yesus dengan mulut, dan percaya kepada Dia dengan hati, maka mereka, dan kita, akan diselamatkan, atau diluputkan, dari murka Allah yang saat ini "sedang dinyatakan dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia" (Roma 1:18).

 

Wycliffe: Rm 10:9

9. Pengakuan dengan mulut dan kepercayaan di dalam hati mengacu kepada tanggapan lahiriah dan tanggapan batiniah orang percaya. Keyakinan batiniahnya harus terungkap secara lahiriah. Ketika dia mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan. Dia sedang menegaskan keilahian dan kemuliaan Kristus, dan kenyataan bahwa dirinya, si orang percaya, adalah milik-Nya. Kepercayaan seseorang akan kebangkitan menunjukkan bahwa dia mengetahui Allah bertindak dan menang di kayu salib. Orang yang mengacu bahwa Kristus adalah Tuhan dan memiliki keyakinan semacam itu akan memperoleh keselamatan.

 

Hagelberg: Rm 10:10

10:10 Karena dengan hati hal ini dipercayai654 sehingga orangnya dibenarkan,655 dan dengan mulut hal ini diakui sehingga orangnya diselamatkan.656

Banyak penafsir menganggap dua hal ini, kebenaran dan keselamatan, sebagai dua aspek dari satu kenyataan. Ada juga penafsir yang berkata bahwa orang mengaku Tuhan sebagai akibat dari keselamatan. Tetapi pengertian mereka terbalik dari kata nats ini. Mereka berkata bahwa pengakuan merupakan akibat dari keselamatan, tetapi ayat ini

berkata bahwa keselamatan merupakan akibat dari pengakuan!657

 

...dengan hati hal ini dipercayai sehingga orangnya dibenarkan...

Pernyataan ini lengkap, dan sesuai dengan apa yang ditegaskan dalam seluruh Surat Roma mengenai caranya di mana orang berdosa dapat memperoleh status benar di hadapan Allah. Dengan hati Injil Kristus dipercayai sehingga orangnya diselamatkan. Pembenaran mempunyai hanya satu syarat saja, yaitu iman di hati orang. Perbuatan seperti amal, kehadiran di gereja, ketaatan pada hukum Taurat, baptisan, ataupun pengakuan dengan mulut tidak dikemukakan sebagai syarat untuk dibenarkan. Sesuai dengan terjemahan harafiah dari pasal 3:27, hal-hal itu "ditutup di luar!"

...dengan mulut hal ini diakui sehingga orangnya diselamatkan...

 

Bagi banyak penafsir, hal mengaku Yesus sebagai Tuhan tidak dianggap suatu perbuatan yang berat, sehingga mereka tidak segan mengatakan kalau pengakuan "menumpang" dengan iman sebagai syarat pembenaran. Tetapi di tempat-tempat tertentu, dan pada zaman-zaman tertentu, perbuatan yang "gampang" ini mendatangkan hukuman berat, yaitu hukuman mati. Orang yang bertobat dan percaya kepada Kristus di wilayah-wilayah tertentu pasti akan diasingkan dari masyarakat, dan bahkan mungkin mereka dibunuh, kalau mereka mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan.

 

Dalam ayat-ayat yang berikut Paulus menjelaskan bahwa mengaku dengan mulut merupakan satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh orang percaya untuk memperoleh keselamatan dari bahaya yang mereka hadapi.

 

Orang yang mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan akan diselamatkan dari murka Allah yang "sedang dinyatakan dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia yang menindas kebenaran dengan kelaliman" (Roma 1:18). Orang yang "menindas kebenaran" tidak dapat mengaku Yesus sebagai Tuhan dengan mulut mereka, dan sebaliknya orang yang memakai mulut mereka untuk mengaku Tuhan Yesus tidak dapat menindas kebenaran!658

 

Wycliffe: Rm 10:10

10. Kepercayaan ini merupakan suatu kegiatan berkesinambungan dan mengacu kepada kebenaran; pengakuan iman juga merupakan suatu kegiatan berkesinambungan dan menunjuk kepada keselamatan. Kebenaran-kebenaran yang diakui dan dipercayai ini merupakan keyakinan yang terus berlangsung seumur hidup.

 

Ref. Silang FULL: Rm 10:11 - akan dipermalukan

• akan dipermalukan: Yes 28:16; Rom 9:33

 

Hagelberg: Rm 10:11

10:11 Karena Kitab Suci berkata:

"Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan."

Secara harafiah, kalimat ini diterjemahkan dengan istilah akan, tetapi baik dalam aslinya (Yesaya 28:16) maupun dalam nats ini ada juga kesan bahwa dia yang percaya tidak usah malu. Dia tidak usah malu atau gelisah karena, menurut Yesaya 28, Batu yang teruji, Batu Penjuru yang mahal, suatu Dasar yang teguh, telah diletakkan di Sion.

Dia tidak usah malu karena kalau dia mengaku Yesus sebagai Tuhan dia akan "diselamatkan" dari apa yang mengancam dia.

 

Ref. Silang FULL: Rm 10:12 - orang Yunani // semua orang

• orang Yunani: Rom 3:22,29; [Lihat FULL. Rom 3:22]; [Lihat FULL. Rom 3:29]

• semua orang: Mat 28:18; [Lihat FULL. Mat 28:18]

 

Hagelberg: Rm 10:12

10:12 Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Tuhan yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, dan Dia kaya bagi semua orang yang berseru kepadaNya.

 

Latar belakang atau suku orang tidak dipertimbangkan. Tuhan Yesus kaya bagi semua orang yang berseru kepadaNya. Yang dimaksudkan di sini adalah berkat pertolonganNya yang berkelimpahan.

 

Syaratnya untuk menerima kekayaan pertolonganNya yang berkelimpahan adalah satu: kita harus berseru659 kepadaNya. Istilah ini amat penting dari segi tafsiran bagian ini. Pemakaian istilah ini menyatakan bahwa "mereka yang berseru kepada (atau memanggil) nama Yesus" merupakan sebutan bagi orang percaya. Hanya warga negara Roma berhak naik banding ke Kaisar (atau "berseru kepada Kaisar), tetapi setiap orang yang percaya kepada Kristus berhak berseru kepadaNya. Kalau ada pertolongan dari Kaisar, apa lagi kalau kita berseru kepada Dia yang adalah Raja segala raja! Memang, Dia kaya bagi semua orang yang berseru kepadaNya.

 

Wycliffe: Rm 10:12 - tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani // Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya

12. Karena pengakuan dan kepercayaan itu demikian penting untuk memperoleh keselamatan, pernyataan Paulus selanjutnya memang tepat dan jelas. Di dalam hal memperoleh keselamatan, tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Kristus adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Para penulis Perjanjian Baru menjadikan nama Tuhan (kyrios) sebagai salah satu nama favorit untuk Yesus (lih. Arndt, kyrios, 2c, hlm. 460-461, Foerster, TWNT, III, hlm. 1087-1094). Paulus mengambil kutipan Perjanjian Lama yang berbicara mengenai Allah sebagai Tuhan dan menggunakan istilah tersebut untuk Yesus (bdg. ay. 12 dan 13). Berseru kepada nama Tuhan berarti berseru kepada Yesus. Dengan demikian berdoa kepada Yesus jelas merupakan hal yang dimaksudkan oleh kalimat ini.

 

Ref. Silang FULL: Rm 10:13 - nama Tuhan // akan diselamatkan

• nama Tuhan: Kis 2:21; [Lihat FULL. Kis 2:21]

• akan diselamatkan: Yoel 2:32

 

Hagelberg: Rm 10:13

10:13 "Sebab, setiap orang yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan."

Seperti apa yang dijelaskan di atas, "mereka yang berseru kepada nama Tuhan" merupakan sebutan bagi orang percaya. Istilah berseru dipakai 32 kali dalam Perjanjian Lama, dan tidak pernah dipakai mengenai orang yang tidak percaya kepada Tuhan Allah. Ayat ini menjelaskan bahwa Tuhan Yesus siap menyelamatkan orang selamat! Istilah "Hosana!" yang diserukan oleh umat Israel berarti "Selamatkanlah!" Pada zaman itu, dan juga pada zaman ini, orang percaya berseru "Hosana!" kepada nama Tuhan untuk diselamatkan. Kita yang sudah selamat dari hukuman kekal juga perlu diselamatkan dari murka Allah yang sedang dinyatakan, sehingga kita dapat mengalami kepenuhan hidup yang disediakan bagi kita dalam Kristus.

 

Nats ini tidak berarti bahwa kita selalu menerima apa saja dari Tuhan, asalkan kita memakai bentuk doa yang tepat. Dalam II Timotius 4:6-8 Rasul Paulus sudah mengerti bahwa kematiannya sudah dekat, tetapi dia juga mengerti bahwa "Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat" (II Timotius 4:18). Dia dilepaskan melalui kematian, di mana dia diantarkan kepada Tuhan di sorga!660

 

Dalam Surat Roma Paulus memakai beberapa istilah secara konsisten dan tetap. "Kebenaran" menceriterakan bagaimana status "benar" yang dimiliki Tuhan Yesus diperhitungkan secara kekal ke dalam "milik kepunyaan" setiap orang yang percaya dengan hati. "Keselamatan" menceriterakan bagaimana orang yang telah dibenarkan dapat mengalami hidup kekal pada zaman ini, bebas dari murka Allah yang sekarang ini dinyatakan melawan setiap orang (termasuk orang percaya) yang menindas kebenaran.661 Maka seluruh Surat Roma menjadi penguraian dari pasal 1:17, yang berkata, "Orang yang benar karena iman akan hidup." Orang yang sudah dibenarkan karena percaya dapat mengalami hidup yang kekal pada zaman ini.

 

Dalam Surat Roma pasal 9 dijelaskan bahwa bangsa Israel sendiri mengalami murka tersebut. Dalam pasal 10 dijelaskan bagaimana Israel dapat dibebaskan dari murka itu. Pertama, mereka harus percaya dengan hati mereka, sehingga mereka dibenarkan. Tetapi lebih dari itu, mereka juga harus berseru kepada Tuhan Yesus secara terbuka. Untuk dibebaskan, atau diselamatkan dari murka itu mereka perlu mengaku Kristus di depan masyarakat, mereka perlu dikenal sebagai orang yang selalu "naik banding" bukan kepada Kaisar, tetapi kepada Dia yang mempunyai nama atas segala nama, Tuhan Yesus Kristus.

 

Rm 10:1-13 - Tuhan dan Juruselamat manusia (Rabu, 2 Agustus 2006)

Tuhan dan Juruselamat manusia

 

Orang sebangsanya menyambut Yesus, menjadi hasrat hati dan doa Paulus. Paulus merasa pedih bahwa kesungguhan religius orang Yahudi tidak didukung oleh pengetahuan yang benar (1, 2). Memang mereka tahu bahwa Allah Esa adanya, dan Ia telah menyatakan sifat-sifat-Nya dalam Hukum Taurat, namun hakikat Taurat tidak mereka akui karena tidak mereka pahami. Taurat adalah penyataan kemurahan Allah yang mewujud penuh dalam diri dan karya Kristus yang menyelamatkan. Namun, mereka memahami Taurat sebagai tuntutan Allah, kebenaran adalah target yang harus dicapai bukan anugerah yang harus disambut. Akibatnya mereka tidak bersedia merendahkan hati menerima pembenaran dalam Kristus (3b). Mereka binasa dalam merasa benar dengan perjuangan sendiri.

 

Kristus adalah tujuan dan kegenapan Taurat (4) sebab Taurat bicara tentang Dia dan hanya Dia yang dapat menggenapi Taurat seutuhnya (5). Manusia tidak perlu dan tidak mungkin menjangkau Allah atau turun ke neraka menanggung sendiri segala akibat dosanya demi memperkenan Allah (6-7). Kristus sudah melakukan itu semua. Ia Allah menjadi manusia sehingga manusia tidak perlu mencari Allah dengan usaha sendiri. Ia menanggung derita dan hukuman dosa manusia agar terbebas dari murka Allah. Jalan keselamatan telah terwujud dalam Yesus Kristus. Allah hanya menuntut respons sederhana: hati yang percaya dan yang melahirkan pengakuan bahwa Yesuslah Juruselamat dan Tuhan (9-20). Menyeru Yesus Tuhan sama dengan menyeru bahwa Ia sesungguhnya adalah Allah sendiri yang telah mengambil alih ketidakmungkinan manusia dengan menggenapi semua tuntutan Taurat.

 

Tantangan: Sampai masa kini bukan hanya orang Yahudi yang menutup diri dari anugerah Allah. Banyak sesama kita penganut agama yang serius mencari Allah, yang hidup dalam kegelapan religius yang mereka ciptakan sendiri. Kita doakan mereka tiba pada terang kebenaran Injil anugerah.

 

Jerusalem: Rm 10:14-17

Jalan pemikiran yang menggunakan Kitab Suci ini adalah jelas: kalau Israel secara menyeluruh pada kenyataannya tidak berseru kepada Tuhan, maka sebabnya ialah: mereka tegar hati terhadap terang yang ditawarkan kepada mereka.

 

Hagelberg: Rm 10:14-15

10:14-15 Jadi, bagaimana mereka dapat berseru kepada Dia yang tidak dipercayai? Dan bagaimana mereka akan mempercayai Dia yang daripadaNya mereka tidak mendengar apa-apa? Dan bagaimana mereka akan mendengar tanpa orang yang memberitakan? Dan bagaimana mereka akan memberitakan jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis:

 

"Betapa indahnya kaki662 mereka yang memberitakan damai sejahtera, mereka yang memberitakan hal-hal yang baik."663

Empat pertanyaan ini menegaskan bahwa Israel tidak memiliki alasan untuk menolak berita yang diuraikan dalam Surat Roma. Oleh karena sudah ada yang diutus, dan sudah ada yang memberitakan, maka Israel sudah ada kesempatan untuk percaya dan untuk berseru kepada Dia.

 

Tuhan Allah sudah melakukan segala sesuatu supaya mereka percaya, tetapi mereka tidak mau menerima kebenaran yang dari Allah, kebenaran yang didasarkan pada iman. Sesuai dengan apa yang dikatakan dalam pasal 9:30-31, mereka hanya mau dibenarkan berdasarkan perbuatan mereka, suatu pembenaran yang berlawanan dengan apa yang disediakan oleh Tuhan Allah.

 

Pengkalimatan ayat ini menjadi bukti bahwa orang yang belum percaya kepada Kristus belum dapat berseru kepada Dia. "Keselamatan" yang disediakan bagi setiap orang yang berseru kepada Tuhan Yesus bukan merupakan keselamatan dari hukuman kekal. Mereka yang dapat berseru kepada Dia telah diselamatkan dari neraka, tetapi mereka masih perlu "diselamatkan" dari murka Allah yang berlaku zaman ini atas dosa kita, suatu murka yang diceriterakan panjang lebar dalam pasal 1:18-32. Dalam Surat Roma, keselamatan dapat dialami oleh orang percaya berkali-kali, sedangkan pembenaran atau pengampunan kekal dialami hanya sekali saja, pada saat kita percaya dalam hati kita.

"Betapa indahnya kaki mereka yang memberitakan damai sejahtera, mereka yang memberitakan hal-hal yang baik."

 

Paulus mengutip ayat ini untuk mengingatkan kita bahwa sudah ada yang diutus, dan sudah ada yang memberitakan damai sejahtera kepada bangsa Israel.

Dalam Yesaya 52:7 nats ini menunjuk pada pendirian Kerajaan Allah di seluruh dunia, di mana Israel akan keluar dari Zaman Kesengsaraan yang diceriterakan dalam Kitab Daniel pasal 9 dan Kitab Wahyu pasal 6-19. Pada saat kemenangan Tuhan Yesus dinyatakan, pesuruh-pesuruh akan lari dari segenap penjuru bumi untuk memberitakan damai sejahtera. Oleh karena mereka datang dari jauh, pasti kaki mereka kotor, tetapi berita yang mereka bawa begitu indah, sehingga semua orang di Yerusalem menganggap kaki mereka indah.

 

Oleh karena bangsa Israel sudah menolak Mesias mereka, maka apa yang dinubuatkan dalam Kitab Yesaya hanya dapat dialami secara pribadi pada zaman ini, tetapi nanti, pada saat Israel menerima Tuhan Yesus sebagai Mesias dari Allah, damai sejahtera dan hal-hal yang baik akan dialami oleh semua warga Kerajaan Allah.

...damai sejahtera... hal-hal yang baik...

 

Menurut Hodges,664 dua anak kalimat ini mencerminkan dua tema bagian ini. Damai sejahtera yang diberitakan adalah pembenaran Allah yang dikaruniakan kepada setiap orang yang percaya dalam hati bahwa Yesus adalah Tuhan, dan hal-hal yang baik merupakan pertolongan dari Roh Allah, atau "keselamatan", yang sudah diuraikan dalam pasal 8.

 

Wycliffe: Rm 10:14-15

14, 15. Hubungan antara kebenaran oleh iman dan objek iman itu sederhana. Percaya kepada objek iman (Kristus) menghasilkan kebenaran oleh iman bagi orang percaya tersebut. Bila manusia percaya kepada Kristus. mereka berseru kepada-Nya. Hal ini membawa Paulus kepada berbagai persoalan tentang berseru kepada nama Tuhan. Tidak mungkin orang berseru jika orang itu tidak percaya. Tidak mungkin orang percaya tanpa mendengar. Tidak mungkin orang mendengar tanpa ada yang memberitakan. Tidak mungkin ada yang memberitakan jika tidak ada yang diutus. Perhatikan bahwa menjangkau orang bagi Allah diawali dengan penugasan terhadap para utusan. Kemudian melalui pemberitaan, tindakan mendengar dan percaya, manusia dituntun untuk berseru kepada nama Tuhan. Keindahan kaki para utusan mengacu kepada semangat mereka untuk menyebarkan berita yang baik itu. Kutipan dari Yesaya 52:7 mengacu kepada laporan para utusan bahwa Yehovah telah menebus Yerusalem. Paulus menggunakan kata-kata ini untuk kabar baik tentang Kristus - yaitu Injil.

 

Ende: Rm 10:15 - Alangkah indahnja

Kutipan ini diambil dari Yes 52:7, tetapi ditafsirkan Paulus sangat bebas. Paulus membandingkan sikap orang Jahudi terhadap Indjil dengan sikap orang Israel dahulu terhadap kabar gembira, bahwa mereka dibebaskan dari tawanan di Babilon. Kristus memaklumkan kebebasan dari tawanan dosa. Isaias dalam nubuatnja menggambarkan bagaimana pembawa berita itu dengan girangnja dan dengan gembira itu kepada para tawanan di Babilon itu. Tetapi mereka tak atjuh dan tidak mau pertjaja.

 

Ref. Silang FULL: Rm 10:15 - kabar baik

• kabar baik: Yes 52:7; Nah 1:15

 

Hagelberg: Rm 10:14-21

d. Firman Iman Sudah Diberitakan kepada Israel, tapi Israel Melanggar dan Menyangkal 10:14-21

Dalam bagian ini pentingnya pemberitaan Firman yang disebut di atas ditekankan. Firman itu harus diberitakan, tetapi Israel sudah mendengarnya, dan mereka sudah menolak kebenaran Allah. Jadi, sesuai dengan apa yang ditegaskan sejak pasal 9:30, Israel sendiri harus bertanggung jawab karena mereka sudah menolak kebenaran yang dari Allah.

 

SH: Rm 10:4-15 - Kristus adalah kegenapan hukum Taurat. (Minggu, 7 Juni 1998)

Kristus adalah kegenapan hukum Taurat.

Ucapan Paulus ini dapat mengandung dua arti. Pertama, Tuhan Yesuslah sebenarnya tujuan Taurat sebab hanya Ia telah memenuhi tuntutan Taurat dengan sempurna.

Kedua, karena itu Ia mengakhiri Taurat. Bukan lagi Taurat jalan untuk orang berharap diselamatkan, tetapi iman kepada-Nya saja jalan keselamatan. Kenyataan itu tidak perlu dipersoalkan lagi. Sebab Yesus Kristus nyata-nyata sudah datang menjadi manusia, mati dan bangkit. Mempertanyakan ulang fakta itu seolah orang yang ingin mencoba menjelajahi jurang tak terukur yang telah dijembatani Kristus (ayat 7).

 

Iman di hati, pengakuan di mulut. Keduanya tak dapat dipisahkan. Berseru (memanggil dalam doa) hanya dapat dilakukan oleh orang yang percaya (ayat 14). Percaya yang sungguh akan terungkap dalam pengakuan di mulut. Israel telah menerima berita keselamatan melalui para rasul, dan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama menunjuk kepada Kristus. Namun mereka tidak percaya. Sayang Israel tak dapat berseru kepada Kristus karena mereka menolak Kristus. Seluruh umat manusia terancam binasa dalam murka Allah. Semua suku bangsa, setiap orang perlu mendengarkan Injil. Anda yang telah mengalami kebaikan Yesus, tidakkah tergerak membawa kabar baik bagi mereka?

 

Doa: Mendoakan saudara-saudara kita yang masih dicengkeram oleh kebutaan rohani.

 

SH: Rm 10:14-21 - Menolak utusan Allah (Kamis, 3 Agustus 2006)

Menolak utusan Allah

 

Berturut-turut Paulus melontarkan empat pertanyaan. Tiga yang pertama merupakan rangkaian logis dari ketergantungan orang untuk dapat berseru mengakui Yesus sebagai Tuhan, dengan percaya kepada-Nya, dan mendengar tentang Dia dari orang yang mewartakan-Nya (14). Pertanyaan pertama menegaskan indahnya panggilan Allah atas orang yang menjadi pewarta Injil (15). Mereka adalah utusan Allah sendiri yang dalam penilaian-Nya mengemban tugas yang mulia. Mereka indah bagi Allah (15b).

 

Tujuan utama Paulus dengan rangkaian pertanyaan dan pernyataan ini bukan untuk membangkitkan kesan mulia dan hasrat rindu menjadi pewarta Injil meski tentu saja hal itu perlu dimiliki setiap orang Kristen. Maksud Paulus adalah menegaskan kebebalan orang Yahudi, juga orang masa kini, yang sesudah beroleh kesempatan mendengarkan Injil tetap menolak utusan Allah. Menolak berita Injil, sesungguhnya menolak utusan Allah dan juga Utusan Allah, yaitu Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat itu (19, 21).

 

Hagelberg: Rm 9:1--11:36

C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9:1-11:36

Bangsa yang dipilih oleh Allah tidak mau dibenarkan sebagai bangsa, tetapi pada zaman Ini ada pribadi-pribadi yang dibenarkan, dan pada akhir zaman seluruh Israel akan dibenarkan, dan janji Allah kepada Abraham akan digenapi.

 

Menurut banyak penafsir, Rasul Paulus menyelesaikan pokok yang diuraikan sejak pasal 1 pada akhir pasal 8. Menurut mereka, pasal 9-11 menguraikan suatu pokok baru, yang tidak berkaitan dengan pasal 1-8. Mereka berkata bahwa Paulus melanjutkan surat ini bukan untuk memperkembangkan pokok itu, tetapi untuk menyatakan beban hatinya mengenai keadaan rohani bangsa Israel, bangsanya sendiri. Menurut pengertian mereka, pasal 9-11 hanya merupakan sisipan saja, dan Surat Roma tidak memiliki kesatuan.

 

Tetapi kalau kita percaya bahwa Surat Roma merupakan ilham dari Allah dengan bentuk yang sempurna, maka kita menolak pendapat tersebut, dan kita mengamati Surat Roma untuk mengerti susunannya.

 

Pada akhir pasal 8 Paulus berkata bahwa tidak ada sesuatupun yang "dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." Tetapi bagaimana dengan bangsa Israel? Justru pada waktu kita menikmati kegenapan janji Allah, mereka yang diberi janji-janji itu berada dalam murka Allah. Seolah-olah Allah sendiri tidak setia pada janjiNya. Kalau Allah tidak setia, apa gunanya seluruh diskusi Paulus dalam Roma 1-8? Oleh karena masalah ini, maka Paulus harus menjelaskan tiga hal:556 1. Tuhan Allah yang memberi janji-janji tersebut juga telah menentukan bahwa janji Allah dikhususkan kepada orang yang beriman (9:6-29). 2. Bangsa Israel bertanggung jawab atas penolakannya, karena Israel mau membenarkan dirinya, dan tidak mau dibenarkan karena iman (9:30-10:21). 3. Walaupun zaman ini bangsa Israel ditolak sebagai bangsa, tetapi akan tiba suatu hari di mana seluruh bangsa Israel akan diselamatkan (11:1-36).

 

Pada waktu pasal 9-11 dipelajari, yang harus dimengerti adalah bahwa memilih bangsa dan memilih pribadi tidak sama. Dalam pasal 1-8 Paulus membicarakan bagaimana individu-individu dipilih dan dibenarkan. Individu yang dipilih tidak mungkin dipisahkan dari kasih Allah, dan tidak mungkin dia masuk neraka. Dalam pasal 9-11 Paulus membicarakan bagaimana bangsa Israel dipilih. Kalau sebuah bangsa dipilih, itu tidak berarti bahwa setiap individu dari bangsa itu akan juga dipilih dan dibenarkan. Kalau sebuah bangsa dipilih maka akan tiba suatu hari di mana seluruh angkatan itu, yaitu setiap warga yang hidup dari bangsa itu, akan dibenarkan oleh iman. Setiap mereka yang masih hidup pada hari itu akan percaya, karena pembenaran harus melalui iman. Tidak ada kontradiksi antara apa yang Paulus katakan mengenai individu yang dipilih, sehingga mereka percaya dan dibenarkan, dan apa yang dia katakan mengenai bangsa Israel yang dipilih.

 

Pada dasarnya, istilah "Israel" dalam Surat Roma menunjuk pada keturunan jasmani dari Abraham, Ishak, dan Yakub. Memang teolog-teolog tertentu mau memberi definisi yang lain, yaitu bahwa di sana-sini dalam Surat Roma kata "Israel" menunjuk pada jemaat Kristen. Sebaiknya definisi itu diuji. Untuk menguji definisi tersebut, bacalah Roma pasal 9-11, dan gantilah istilah "Israel" dengan istilah "jemaat" di mana perlu. Bukankah nats ini dikacaukan? Cranfield557 berkata bahwa tafsiran itu, yaitu bahwa Allah telah menterlantarkan bangsa Israel, dan menggantikannya dengan jemaat Kristen, adalah "buruk dan tidak Alkitabiah". Dia melanjutkan dengan berkata, "Tiga pasal ini dengan tegas melarang kita mengatakan bahwa jemaat menggantikan bangsa Yahudi untuk selama-lamanya."

 

Sekali lagi, dalam bagian yang berikut Rasul Paulus akan menjelaskan bahwa keadaan rohani bangsa Israel, bangsa yang dipilih Allah, tidak bertentangan dengan apa yang telah diuraikan dalam pasal 1-8. Sebenarnya tiga pasal yang berikut menguatkan ajaran Rasul Paulus, karena dia menjelaskan bahwa Israel yang sekarang ini mengejar kebenaran melalui perbuatan, yaitu Israel yang pada umumnya menolak kebenaran melalui iman, akan dibenarkan juga, dan itupun melalui iman! Ajaran Rasul Paulus dikuatkan, karena ajaran tersebut didasari pada kemurahan Allah.558 Kita dipilih dan dibenarkan, bukan oleh karena sesuatu yang baik dalam hati kita. Demikian juga Israel dipilih, dan akan dibenarkan, bukan oleh karena sesuatu yang baik dalam mereka, tetapi oleh karena kemurahan Tuhan Allah.

 

Dengan demikian ajaran Rasul Paulus mengenai kemurahan Allah dikuatkan dalam tiga pasal ini di mana dia menjelaskan bahwa pada suatu hari akan datang seluruh bangsa Israel yang hidup, yang akan percaya dan akan dibenarkan.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 671 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8026796
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
79720
77849
178081
7546890
178081
883577
8026796

IP Anda: 108.162.226.163
2024-12-03 23:36

Login Form