2023
2023
Khotbah Minggu 26 Februari 2023
KHOTBAH MINGGU I PRA PASKAH 2023
YESUS DAN KEMENANGAN (Mat. 4:1-9)
Pada Minggu I Pra Paskah, umat Katholik telah mulai berpuasa dan sebagian umat Protestan mengikutinya. Firman Tuhan hari Minggu ini juga menceritakan tentang puasa Tuhan Yesus selama 40 hari, sesuai nas bacaan kita, Mat. 4:1-9. Iblis ingin mencobai Yesus setelah Ia dibaptis oleh Yohanes, yang ketika itu ada suara dari langit berkata: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
Ada tiga pencobaan yang dilakukan iblis. Pencobaan pertama tentang rasa lapar. Tuhan Yesus setelah berpuasa 40 hari, diminta oleh iblis mengubah batu menjadi roti. Tentu Tuhan Yesus mampu, tetapi Ia menjawab iblis: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (ayat 4; Ul. 8:3). Maka kita diingatkan, jangan setiap hari hanya memberi makanan untuk tubuh fisik kita semata, tetapi juga makanan rohani, penguatan jiwa, agar tetap sehat tubuh, roh dan jiwa kita.
Pencobaan kedua dengan sensasi iblis memanipulasi firman Allah, sebagaimana iblis memanipulasi Hawa di Taman Eden. Iblis menantang Tuhan Yesus untuk menjatuhkan diri-Nya dari bubungan atap tinggi. Menurut iblis, Allah Bapa akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk menatang Yesus, supaya kaki-Nya jangan terantuk kepada batu (ayat 6; Mzm. 91:11-12). Tetapi Tuhan Yesus menjawab: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (ayat 7; Ul. 6:16). Iblis pun keok.
Cobaan ketiga iblis kepada Yesus yakni tawaran menyerahkan kerajaan dunia berikut segala kuasa serta kemuliaannya. Woow..., tetapi dengan satu syarat: Dia harus menyembah iblis. Alasan iblis sangat masuk akal, sebab “kerajaan dunia” telah diserahkan kepadanya, dan iblis berhak memberikannya kepada siapa saja yang dikehendakinya. Jelas itu tawaran yang sangat menggoda, dan tidak “susah” mewujudkannya yakni cukup dengan menyembah iblis. Tetapi sekali lagi Yesus menjawab dengan firman Tuhan dari Ul. 6:13: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (ayat 8). Dan, iblis pun mati kutu.
Iblis dengan kepintarannya, menawarkan kepada kita dengan berbagai cara, bahkan dengan tipu sensasi, khususnya saat kita merasa membutuhkan, terdesak tanpa pilihan, sehingga kita mudah jatuh dan terikat. Tetapi kita perlu belajar dari Tuhan Yesus. Pertama, Ia menyadari mengikuti permintaan iblis akan masuk dalam jebakannya. Kedua, Yesus tidak mementingkan dirinya sendiri, sebab hal yang perlu dan terbaik bagi diri-Nya adalah sesuai dengan kehendak Bapa.
Allah tidak membiarkan kita sendirian dalam melawan godaan dan tawaran iblis. Firman-Nya dapat kita pakai sebagai benteng perisai dalam melawan serangan tersebut, sebagaimana Tuhan Yesus mengalahkan godaan iblis di padang gurun. Firman Tuhan bukan sekedar kata-kata, melainkan firman yang memiliki kuasa dengan urapan Roh Kudus yang bekerja dalam diri orang percaya. Jadi tatkala kita lemah, tatkala kita rentan mudah jatuh, maka ingatlah firman Tuhan yang menjadi kekuatan kita. Tetaplah terhubung dengan-Nya, dan tetaplah penuh Roh, dan kita pun akan menang seperti Tuhan Yesus yang akan senang.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Kabar dari Bukit Minggu 19 Februari 2023
Kabar dari Bukit
LEGACY DALAM KEHIDUPAN (Kel. 24:12-18)
Tinggallah di sini menunggu kami, sampai kami kembali lagi kepadamu; bukankah Harun dan Hur ada bersama-sama dengan kamu, siapa yang ada perkaranya datanglah kepada mereka (Kel. 24:14b)
Salam dalam kasih Kristus.
“Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.” Itu peribahasa yang terkenal. Ya, manusia pasti mati. Apabila mati dan berperilaku baik dan berjasa, akan meninggalkan nama baik; apabila berperilaku buruk akan meninggalkan nama yang buruk. Itulah legacy kehidupan.
Firman Tuhan di Minggu Transfigurasi hari ini adalah Kel 24:12-18. Nas ini bercerita tentang Musa saat perjalanan pulang menuju Kanaan, dipanggil Tuhan untuk naik ke gunung menerima loh batu, yakni hukum dan perintah (ay. 12). Dan selama ia pergi, Musa mendelegasikan kepada Harun dan Hur sebagai pemimpin umat (ay. 14).
Hidup ini juga dimaknai sebuah pendelegasian. Kita orang percaya adalah utusan. Ada amanat. Ada misi Tuhan kita hadir di dunia ini sesuai talenta dan karunia rohani yang diberikan. Ketika mati, selain kelak mempertanggungjawabkannya, kita pun meninggalkan legacy dalam hidup, baik dan buruk serta paduannya. Thomas Jefferson Presiden Amerika ketiga, bahkan mengatakan kita perlu mempersiapkan tulisan siapa diri kita selain nama di batu nisan.
Legacy tidak hanya berbentuk harta dan kekuasaan. Ada banyak bentuk legacy sebagai jalan membangun nama baik, yakni:
1. IMAN yang teguh: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman (2Tim. 4:7).
2. NILAI-NILAI hidup, karakter atau tindakan heroik atau yang penuh kasih, seperti Mother Teresa. "Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan" (Ams. 3:35; Rm. 12:9).
3. ANAK yang mandiri dan berhasil, berkat dari hikmat (Ams. 3:1-4; Ul. 6:2; Mzm. 112:2); keteladanan dan nilai-nilai yang mereka ikuti dari orang tua.
4. PEMIKIRAN: berupa tulisan/sastra/buku yang dianggap sebagai karya unggul dan mencerahkan. "Berbahagialah orang yang mendapat hikmat .... Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya" (Ams. 3:13,18)
5. JABATAN: Kita tahu kisah Yusuf menjaga jabatan yang diberikan Potifar (Kej. 39:1-10). Pada kantor pemerintahan atau swasta besar, biasanya ada nama dan foto-foto para pejabat sebelumnya, selain sejarah yang dituliskan.
6. HARTA/USAHA. Meski uang tidak dapat menyelesaikan segalanya, namun uang dapat dipergunakan untuk kebaikan anak-cucu (2Kor. 12:14; Ams. 11:24; 13:22a), tetapi tidak terfokus pada harta duniawi saja (Mat. 6:19; Luk. 12:20-21).
7. MONUMEN/FISIK. Ingat masjid Istiqlal akan ingat artsitek F. Silaban. Banyak bangunan dan karya seni yang monumental sebagai pusaka berharga, sebutlah Tugu Monas, Patung Liberty, Gereja Katedral dan Sagrada Família, lukisan Picasso dan Affandy, dan sejenisnya. Absalom karena tidak memiliki anak, ia membangun tugu peringatan baginya (2Sam. 18:18).
Nas minggu ini mengingatkan kita agar menjaga kepercayan dan misi yang diberikan Tuhan dan juga lembaga/pihak yang menugaskan. Jangan seperti Harun, sepeninggal Musa ke gunung, ia mengikuti kemauan umat Israel lalu mengumpulkan anting-anting emas yang ada di telinga para istri dan anak-anak. Mereka membuat patung anak lembu emas dan menyembahnya (Kel. 32:2-6).
Musa yang diberitahu langsung turun gunung dan marah besar, melemparkan kedua loh batu dari Tuhan yang ditangannya, sampai hancur berkeping-keping. Hanya atas permohonan Musa, umat Israel tidak dimusnahkan Tuhan dalam peristiwa itu (Kel. 32:7-30).
Mari kita siapkan diri untuk meninggalkan nama dan legacy yang baik, bukan saja untuk anak cucu tapi juga untuk memberi kemuliaan bagi nama Tuhan Yesus, sebagai makna Minggu Transfigurasi hari ini.
Selamat hari Minggu dan beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Kabar dari Bukit Minggu 12 Februari 2023
Kabar dari Bukit
PILIHAN KEHIDUPAN (Ul. 30:15-10)
Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu (Ul. 30:19b)
Salam dalam kasih Kristus.
Kita tidak bisa memilih siapa orang tua kita, cara dan waktunya dilahirkan. Sampai remaja pun, biasanya anak belum diminta memilih jalan kehidupan. Menurut pakar psikologi, sampai usia 17, keputusan yang diambil anak masih didominasi oleh keinginan dan perasaan; setelah usia 20 baru biasanya pilihan dan keputusan sudah lebih rasional dan dewasa. Otak bertumbuh maksimal. Tentu, beberapa anak memiliki pengecualian.
Firman Tuhan di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Ul. 30:15-10. Nas ini dibuka dengan kalimat, “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan” (ay. 15a). Perintah-Nya jelas, umat Israel dan kita orang percaya diminta, apakah memilih kehidupan dan keberuntungan, atau kematian dan kecelakaan?
Semua lebih senang memilih kehidupan dan keberuntungan. Pilihan lainnya adalah jalan kematian dan kecelakaan. Buahnya kebinasaan dan kutuk (ayat 18-19). Pilihan lain ini diperlihatkan dengan lebih percaya kepada allah lain selain Tuhan Yesus. Bentuknya bermacam-macam, dari yang tradisional berhala sampai bentuk modern, yang mengandalkan kepintaran, betuhankan jabatan dan koneksi, uang dan harta, bahkan tidak percaya adanya Allah.
Untuk memilih kehidupan dan keberuntungan, umat Israel diperintahkan “mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya” (ay. 16). Ini sama dengan hukum yang terutama dan pertama bagi orang percaya, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat. 22:37; Mrk. 12:30).
Apa ukuran dan tanda kita mengasihi Allah? Menurut nas tadi di ayat 16 dan 1Yoh. 2:3, 6: “inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.... Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” Ini serupa dengan pernyataan Yesus, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Mat. 5:48)
Memang berat bahkan terasa tidak mungkin. Ibarat sama dengan seekor unta melalui lobang jarum. “Tetapi bagi manusia tidak mungkin, bagi Allah segala sesuatu mungkin” (Mat.19:26). Kenapa? Sebab, Allah kita Mahakasih, Mahatahu, dan Mahaadil. “Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Rm. 3:23-24).
Penebusan dan kasih karunia adalah bagian dari tahapan keselamatan. Ada prosesnya, yang bertumbuh sehat dalam perjalanan kehidupan yang kita jalani; tidak semudah membalik tangan. Keselamatan dan kasih karunia didahului oleh pemilihan dan panggilan, kemudian diikuti oleh pertobatan dengan unsur-unsurnya perdamaian, kelahiran baru, pembenaran, penyatuan dengan Kristus dan diakhiri dengan pengudusan.
Apakah dengan kemurahan Allah kita menjadi bebas berbuat dosa? Tidak apa-apa saat ini saya bebas, nanti aja bertobatnya. Tidak. Janganlah berpikiran seperti itu. Kemahatahuan dan keadilan Allah selalu berdasarkan hikmat dan anugerah-Nya (Rm. 6:15; 1Kor. 15:34; Ibr. 10:26). Tuhan melihat hati (1Sam. 16:7; Ams. 5:21; 6:23). Tuhan melihat iman dan pengharapan yang manusia miliki. Oleh karena itu, dalam setiap tindakan dan perbuatan, pakailah hikmat Allah, berilah hati dan pengharapan akan kasih karunia Allah.
Benar, kata pakar kepemimpinan John C. Maxwell, “Life is a matter of choices, and every choice you make makes you.” Pilihlah jalan kehidupan dengan mengasihi Allah, maka kehidupan kita akan penuh berkat bahkan hingga kepada anak-anak dan keturunan kita (ay. 19-20). Jangan memilih menjadi kutuk, dan binasa.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah Minggu 19 Februari 2023 - Transfigurasi
Khotbah I Minggu 19 Februari 2023 - TRANSFIGURASI – Tuhan Yesus Dimuliakan
TRANSFIGURASI UMAT (Mat. 17:1-9)
(Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kel 24:12-18; Mzm 2 atau Mzm 99; Mat 17:1-9, 2Pet 1:16-21 ada di bawah)
Minggu Transfigurasi adalah minggu terakhir sebelum Pra-Paskah. Transfigurasi berarti perubahan rupa atau metamorfosis; diambil dari Alkitab yakni saat wajah Tuhan Yesus berubah, bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang, penuh dengan kemuliaan. Peristiwa itu dikisahkan dalam Mat. 17:1-9 yang menjadi bacaan kita Minggu ini, tatkala Tuhan Yesus bersama tiga murid-Nya (Yohanes, Petrus dan Yakobus) bertemu dengan Musa dan Elia di atas gunung yang tinggi, kemungkinan Gunung Hermon atau Tabor, tempat berada Gereja Transfigurasi saat ini.
Hari Rabu pasca Minggu Transformasi adalah Rabu Abu, sebuah peringatan dan penghayatan bahwa kita berasal dari debu dan kembali menjadi debu (Kej. 3:19). Umat Katholik diolesi keningnya sebagai simbol. Selama enam minggu ke depan, kita akan melewati masa pra-paskah (lent) dan akan tiba di Jumat Agung, peringatan akan penderitaan Tuhan Yesus di sepanjang hari, via dolorosa dan berakhir Ia mati tergantung di kayu salib, sebagai pengganti tebusan bagi kita orang berdosa.
Peristiwa transfigurasi di atas gunung meneguhkan beberapa hal, yakni: pertama, kebenaran Tuhan Yesus "yang walaupun dalam rupa Allah ... mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Flp. 2:6-7). Hal ini ditegasan Yohanes yang ikut naik ke gunung, dengan menuliskan: "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa...." (Yoh. 1:14). Rasul Petrus juga menuliskan kesaksiannya, "Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus" (2Pet. 1:18, band. ayat 5 nas).
Pesan kedua nas minggu ini untuk menyegarkan ingatan kita, bahwa bersama di dalam hadirat Tuhan sungguh menyenangkan. Tuhan Yesus naik ke gunung tinggi itu untuk berdoa (ayat 1; Luk. 9:28). Respon Petrus melihat situasi itu berkata: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia" (ayat 4). Ada sukacita penuh. Ada semangat melayani. Maka, jika hidup kita saat ini lebih fokus pada diri sendiri, kurang berbahagia, berusahalah lebih banyak waktu bersama Tuhan. Doa, pujian, dan bacalah buku-buku tentang Yesus. Kebahagiaan pun akan berlimpah.
Hal terakhir pesan nas minggu ini adalah penegasan Tuhan Yesus adalah Allah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sekaligus Allah orang mati dan yang hidup. Nabi Musa dan Elia mewakili figur utama dalam PL, bertemu dengan Tuhan Yesus. Melalui nas ini juga ada pemberitahuan awal, Ia akan bangkit dari kematian (ayat 9), dan nubuatan itu digenapi. Ini sekaligus pengajaran kepada kita, di balik kejadian yang membuat kita sedih atau menderita, bersama Tuhan Yesus semua akan berakhir dengan sukacita dan kemenangan. Mari terus memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan dan ikut mentrasfigurasikan wajah umat sebagai kesaksian bagi sesama.
Tuhan memberkati kita, amin.
-----------------------------
Khotbah II Minggu 19 Februari 2023 - TRANSFIGURASI
NUBUAT DIGENAPI (2Pet 1:16-21)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kel 24:12-18; Mzm 2 atau Mzm 99; Mat 17:1-9
Ceria Natal melenyap. Delapan minggu Epifani (penampakan Tuhan Yesus) telah berlalu. Tidak terasa. Hari ini kita masuk ke Minggu Transfigurasi atau Minggu terakhir sebelum Pra Paskah. Rabu nanti adalah Rabu Abu, peringatan bahwa kita berasal dari debu dan kembali menjadi debu. Umat Katholik diolesi keningnya. Selama enam minggu ke depan, kita akan menikmati masa pra-paskah (lent) dan akan tiba di Jumat Agung 10 April 2020, sebuah peringatan tentang penderitaan Tuhan Yesus untuk menebus kita orang berdosa. Waktu, cepat berlalu.
Bacaan kitab suci hari Minggu ini dari 2Pet 1:16-21 berbicara tentang nubuat kemuliaan Kristus telah digenapi. Janji Allah terbukti. Kelahiran dan perjalanan hidup Yesus, bukanlah dongeng-dongeng isapan jempol manusia. Injil sinoptik bercerita berbagai sisi melengkapi kisah Yesus menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa. "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan (ayat 17; Mat.3:17).
Hal kedua dari nas ini mengatakan, untuk memahami Yesus, kita harus belajar firman yang disampaikan oleh para nabi dengan seksama. Kita yang membacanya, "sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap, sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hati... (ayat 19)." Artinya, memahami itu perlu dalam, dibaca berulang-ulang, merenung, memohon pencerahan dan iluminasi sampai pesannya tertangkap terang benderang. Jangan cepat mengambil kesimpulan, terlebih kesimpulan yang menghakimi dan merugikan pihak lain.
Pesan ketiga nas ini, yakni "nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah." Jadi, jangan sok tahu. Sukanya hanya saat debat. Kosong tak berbuah.
Nas ini menuju pasal berikutnya yang mengingatkan tantangan akan ajaran dan guru palsu sangat besar. Agresi agama tetangga kuat. Kita diminta siap dipanggil untuk membendung semua itu. Jangan sampai saudara kita seiman di Toba, NTT, Papua dan lainnya tersesat. Jika tidak mengambil bagian dalam berkarya dan bersaksi, maka, kita pun kelak tidak ikut dimuliakan, dan tidak mendengar sapaan Yesus: "Inilah anak yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan." Ikutlah melayani dan semua nubuatan bagi kita pun akan digenapi.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah Minggu 12 Februari 2023
Khotbah Minggu VI Setelah Epifani - 12 Februari 2023
ALLAH YANG MEMBERI PERTUMBUHAN (1Kor. 3:1-9)
Bacaan lainnya: Ul. 30:15-20; Mzm. 119:1-8; Mat. 5:21-37
Pendahuluan
Paulus menggunakan kata-kata pada nas ini dengan nada ironi, agar jemaat Korintus sadar akan adanya kerancuan dalam diri mereka: mereka rohani dan "matang" (ayat 2, 6; Yun. teleios, juga: "dewasa") karena telah menerima Roh dan hikmat Allah (ayat 2, 10-12), tetapi seperti bayi dan menjadi manusia duniawi karena hidup seperti manusia biasa yang belum menerima Roh (ayat 4). Sadar, bertobat, dan setia kepada jati diri, ini sebenarnya maksud Paulus bagi mereka. Dari perpecahan, iri hati, dan perselisihan yang terjadi di antara mereka (ayat 3), mereka justru tampak "belum dewasa" (ayat 1; Yun. nepios, juga: "bayi"). Paulus menyebut mereka seperti "manusia duniawi" (ayat 1; Yun. sarkinos); bahkan mereka adalah "manusia duniawi" (ayat 3; Yun. sarkikos). Dari perbedaan istilah yang digunakan, jelas bahwa jemaat Korintus tidak masuk kategori "manusia duniawi" yang tidak mengenal Allah.
Pertama: Jemaat pemula yang masih bertumbuh (ayat 1-2)
Seorang pribadi memiliki tubuh. Di lain pihak, sebuah jemaat sebagai kumpulan pribadi-pribadi juga adalah sebuah tubuh. Pertumbuhan jemaat seperti pertumbuhan tubuh fisik yang melalui tahapan bayi, anak-anak, remaja, pemuda dan dewasa. Pertumbuhan tubuh hanya dimungkinkan apabila menerima asupan makanan yang cukup dan bergizi. Latihan fisik akan membuat tubuh semakin sehat (1Pet. 2:2; 1Tim 4:8) sebab berhubungan dengan daya tahan. Bagi mereka yang masih bayi dan anak-anak, makanan yang baik bagi pertumbuhan tubuhnya adalah susu dan yamg lunak, tidak mungkin diberi makanan yang keras yang dapat merusak pencernaan tubuh mereka. Namun perlu juga kita lihat pada ayat lain pemakaian kata susu bahwa sikap seorang bayi yang rindu akan susu yang murni juga mencerminkan kehausan akan kebenaran (1Pet 2:2).
Demikian juga perkembangan jiwa dan rohani memerlukan tahapan yang sesuai dengan perkembangan tubuhnya agar setiap tahapan perkembangan jiwanya tidak terjadi ketimpangan (mismatch). Ujian dan pencobaan dalam perjalanan hidup adalah tempaan yang membuat jiwa dan rohani semakin dewasa sepanjang didukung oleh kesadaran dan penerimaan hikmat Allah. Ketertutupan dan penolakan bahwa ujian penderitaan dan pencobaan merupakan jalan untuk membuat kedewasaan rohani merupakan sikap arogansi dan keras kepala. Demikian juga sebuah jemaat yang belum dewasa secara rohani umumnya masih berpikir duniawi yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan sendiri, yang masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa (Rm, 7:5) sementara jemaat yang matang rohani adalah mereka yang seirama dengan kehendak Allah.
Paulus sebagai orang yang mengawali penginjilan di Korintus awalnya menyadari bahwa jemaat Korintus adalah jemaat muda dan masih bersikap manusia duniawi. Namun setelah beberapa waktu berlalu, mendengar laporan perkembangan jemaat, Paulus melontarkan kekecewaannya dan menyebutnya sebagai jemaat yang belum dewasa rohani dan belum sehat, dan mengatakan mereka belum siap untuk menerima makanan keras. Ini adalah ungkapan yang cukup keras darinya. Paulus memberi contoh, seperti mereka suka bertengkar bagaikan anak-anak serta mereka lebih senang terkelompok dan terpecah. Anak-anak yang berpikiran sederhana dan lemah dalam iman. Alkitab berkata, “Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil (Ibr. 5:13).” Kini pertanyaannya, seberapa besar keinginan hati kita mengendalikan hidup kita? Hidup yang dikendalikan oleh keinginan hati membuat pertumbuhan rohani kerdil (stunt).
Kedua: Iri hati dan perselisihan (ayat 3-5)
Berdasarkan Alkitab dalam hubungan dengan persektuan dengan Yesus dan Roh Kudus, ada berbagai tipe manusia. Tipe pertama adalah mereka yang belum bertobat, tidak mengakui Yesus adalah Anak Allah dan menolak Ia sebagai Juruselamat hidupnya (1Kor. 2:14). Mereka bahkan ada yang menolak keberadaan Allah dengan segala kuasa-Nya mencampuri kehidupan manusia, yang bagi mereka setiap pencapaian dirinya adalah hasil usaha sendiri semata. Allah berada di luar sistem proses itu. Ada juga di antara mereka yang berusaha mencari hikmat Allah dengan caranya sendiri. Tipe manusia kedua adalah mereka yang percaya Yesus tetapi belum sepenuhnya menyerahkan hidupnya bagi Dia. Mereka masih sering dikuasai oleh nafsu dunia dan kedagingan. Mereka ini yang bisa dianggap anak-anak dalam Kristus, mereka percaya tetapi tabiat kedagingannya masih dominan (Rm. 7:19,24-25). Jemaat Korintus bisa dikategorikan dalam tipe kedua ini. Tipe ketiga adalah mereka yang rohaninya sudah dewasa dan hidupnya berjalan bersama Roh Allah. Allah menginginkan kita hidup seperti ini.
Bagi mereka yang tipe pertama, adalah tugas kita untuk membawa mereka pada Kristus, terlebih mereka yang terus hidup di dalam kegelapan dan kejahatan. Bagi mereka yang tipe kedua, ini tugas yang lebih sulit, sebab mereka percaya Yesus akan tetapi hidupnya masih jauh dari kebenaran. Sikap hidup inilah yang masih terlihat menonjol pada jemaat Korintus, seperti menyenangi keunggulan akal pikiran (1Kor. 1:18-25), kesombongan (1Kor. 3:21; 4:7), percabulan (1Kor. 5:1), dan lainnya yang dalam nas minggu ini ditekankan soal iri hati dan pertengkaran (ayat 3). Bagi tipe pertama dan kedua kadang dibedakan lagi dalam sikap penerimaan untuk berubah yang sumbernya kecongkakan dan mendewakan diri sendiri. Mereka belum sanggup mencerna pengajaran yang diberikan oleh Paulus. Hal itu terjadi bukan karena mereka kurang pintar dalam pikiran, melainkan karena sifat kedagingan yang masih berkuasa membuat mereka bodoh (Yak. 1:25; 1Pet. 2:1-2; 2 Pet. 3:18)
Iri hati muncul dari sikap tidak menerima diri sendiri dan berserah, tidak merasa puas dan bersyukur, dan melihat berkat dan karunia pada orang lain lebih hebat sehingga merasa ada persaingan dan perselisihan. Ada perasaan kuat ingin atau lebih dari orang lain dengan alasan yang tidak jelas. Perasaan iri dan cemburu yang tidak terkendali memacu niat dan perbuatan untuk merusak, khususnya pihak yang dicemburui. Kalau upaya ini bisa berhasil maka yang muncul adalah sikap kesombongan, kepuasan diri yang palsu; dan kalau tidak berhasil maka yang muncul sebaliknya adalah kemunafikan, seolah-olah meninggikan diri, meski tidak sesuai keadaan. Ujung-ujungnya yang terjadi adalah perasaan kebencian, dendam, sehingga nas minggu ini mengingatkan kita bahwa iri hati itu yang membawa kepada perselisihan dan perpecahan. Apakah kita suka hal itu? Apa gunanya? Kita lihat hal yang terjadi akibat sikap iri hati Kain terhadap Habel atau Esau terhadap Yakub. Semua itu menjadi pemicu perpecahan dan kanker dalam tubuh jemaat dan jelas tidak berkenan bagi Tuhan.
Ketiga: Allah yang memberi pertumbuhan (ayat 6-8)
Pertumbuhan jemaat mengandung tiga dimensi, yakni: pertumbuhan kualitas, pertumbuhan kuantitas dan pertumbuhan kelembagaan. Pertumbuhan kualitas jemaat menyangkut kerohanian masing-masing anggota jemaat dan juga jemaat sebagai persekutuan orang percaya yang dapat diukur dengan pengetahuan Alkitab yang baik – bertambah dan diterapkan dalam kehidupan pribadi, rajin berdoa dan ibadah pribadi, aktif dalam kebaktian dan persekutuan, kesaksian, persembahan dan memberi, semangat misi, dan pelayanan lainnya. Pertumbuhan kuantitas jemaat menyangkut pertumbuhan internal yakni penambahan anggota gereja, pertumbuhan ekspansi dalam pengertian ke luar wilayah yang ada, pertumbuhan ekstensi (cabang) dan pertumbuhan penjembatanan (lintas budaya). Sebagaimana dikatakan tokoh pemikir pertumbuhan gereja George W. Peters, ada empat pilar dalam pertumbuhan kelembagaan. Pilar 1, gereja itu sehat sebagai komunitas yang berkualitas (Kis. 1:1 – 5: 42). Pilar 2, gereja itu memiliki bentuk/struktur yang melayani (Kis. 6: 1- 7). Pilar 3, gereja itu memiliki fungsi evangelisasi di komunitas lokal, inward maupun outward (Kis. 8: 1 – 12: 25); dan terakhir Pilar 4, gereja itu memiliki fokus dalam pelayanan dan evangelisasi global yang agresif (Kis. 13: 1- 28: 31). Dasar kita yang penting adalah memiliki prinsip jangan membiarkan gereja tidak bertumbuh yang dapat berarti mengatakan kepada banyak orang: biarkan mereka pergi ke neraka.
Alkitab menyatakan semua pertumbuhan itu perlu, baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitas, dan kelembagaan tadi. Untuk terjadinya pertumbuhan, setiap rasul termasuk Paulus ibarat menanam benih Injil dalam hati setiap pembaca atau pendengar. Mereka memberitakan sekaligus mengabarkan jalan keselamatan. Dalam nas minggu ini, Apollos, misalnya, disebut berperan menyirami benih itu agar setiap jemaat bertumbuh dengan baik dalam imannya. Dalam perumpamaan lain, Paulus ibarat membangun pondasi (bangunan) jemaat Korintus dan Apollos membangun di atas pondasi itu. Akan tetapi baik Paulus, Apolos, maupun para rasul dan nabi, penginjil dan termasuk hamba Tuhan saat ini seperti pendeta, majelis, pastur, gembala dan pengerja gereja lainnya, hanyalah hamba-hamba Tuhan yag melayani Allah, bukan melayani ambisi dan keinginan hati masing-masing.
Akan tetapi ironisnya, banyak anggota jemaat Korintus dan jemaat masa kini yang masih senang membuat kelompok-kelompok di antara mereka, membuat denominasi yang baru, lebih mengikuti pengajar-pengajar mereka (band. 1Kor. 1:11-13). Kita memang harus menghormati para pengajar/gembala, tetapi kita juga jangan mau terjebak terikut membuat atau membangun tembok-tembok pemisah di antara kita sendiri, yang mengakibatkan pelemahan dalam daya pekabaran Injil dan kesaksian. Dengan mengikut para pengajar/gembala dan membentuk denominasi baru, kita seolah-olah menempatkan mereka seperti Tuhan yang baru bagi kita. Kita harus menyadari, bagaimanapun, Allah-lah yang membentuk pengajar dan membuat pertumbuhan bagi iman kita. Yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah pemberi pertumbuhan. Semua akan memperoleh upah sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan buahnya, dapat berupa damai sejahtera atau malah pertentangan dan perpecahan.
Keempat: Kita adalah kawan sekerja Allah (ayat 9)
Tanaman yang baik umumnya dikembangkan dari bibit, media, dan pupuk yang baik. Bibit yang baik harus ditanam di media yang baik. Bila medianya tidak baik, bibit yang baik itu akan mati. Tidak hanya bibit dan media yang baik, para petani juga harus memberikan pupuk yang baik untuk memaksimalkan pembuahan dan hasil panennya. Yesus mengungkapkan bahwa ke dalam hati setiap pendengar-Nya telah ditaburkan bibit yang baik, yaitu Firman Allah. Layaknya seorang petani yang mengharapkan panen yang melimpah, Yesus pun berharap demikian. Namun, persoalannya adalah bahwa Yesus hanya menyediakan bibit yang baik, sementara penyediaan media dan pupuk dipercayakan sepenuhnya kepada para pendengar-Nya. Media tempat Firman Allah ditaburkan adalah hati setiap pendengar-Nya. Hati yang baik akan menjadi media yang subur. Sebaliknya hati yang buruk, resistan, dan abai terhadap Firman Allah menjadi media yang mematikan
Pekerjaan dalam perluasan kerajaan Allah melibatkan banyak orang dengan berbagai talenta dan karunia. Tidak ada superstar dalam tugas pelayanan ini, semua adalah anggota yang mempergunakan seluruh kemampuannya. Kita dapat menjadi anggota tim yang berguna hanya dengan menyampingkan keinginan hati dan keinginan duniawi dan menerima tugas itu dengan bertanggungjawab. Jangan mencari kebanggaan atau kehormatan yang dicari oleh mamusia dunia, semuanya itu tidak berharga; tetapi carilah hal yang menyenangkan hati Tuhan.
Gereja bertumbuh oleh kuasa Allah melalui usaha manusia yang terampil. Kita adalah kawan sekerja Allah (1Kor. 3: 6, 9); Menanam dan mengelola kebun Tuhan (1Kor. 3: 5-9); Membangun bangunan Tuhan (1Kor. 3: 10-13); Memanen ladang Tuhan (Mat. 9: 37-38): Mengembangkan tubuh Kristus (Rm. 12: 4-8; Ef. 4: 16). Rick Warren menekankan 5 dimensi pertumbuhan gereja yang berhubungan dengan kualitas, yakni: semakin akrab melalui persekutuan; semakin sungguh-sungguh melalui pemuridan; semakin kuat melalui ibadah; semakin besar melalui pelayanan; dan semakin luas melalui penginjilan.
Penutup
Seharusnya tujuan hidup kita membiarkan Allah bekerja sesuai dengan keinginan-Nya di dalam diri kita. Jangan kita berkata takut kepada Allah, tetapi dalam pemahaman kehidupan pribadi kita terlepas dari pimpinan dan campur tangan Allah. Kawan sekerja Allah berarti kita semua adalah sesama pekerja yang dimiliki oleh Allah. Kita dapat melihat pertumbuhan berhasil dan kita bermegah bersama hanya di dalam Tuhan, bukan bermegah dalam kekuatan para hamba. Sebab, yang terpenting dalam pertumbuhan jemaat hanyalah Allah sendiri. Jadilah diri Anda yang sebenarnya: yang rendah hati, taat, dan asih; yang dalam Roh-Nya sejati rohani tanpa keangkuhan. Tuhan Yesus memberkati.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 651 guests and no members online