Tuesday, December 03, 2024

2023

Khotbah 1 Minggu III Pra Paskah Tahun 2023

Khotbah 1 Minggu III Pra-Paskah Tahun 2023

 

KETEKUNAN, TAHAN UJI DAN PENGHARAPAN (Rm. 5:1-11)

 

Bacaan lainnya: Kel. 17:1-7; Mzm. 95; Yoh. 4:5-42

 

 

Pendahuluan

Minggu ini kita kembali diberikan peneguhan bahwa melalui iman kepada Tuhan Yesus kita banyak menerima berkat. Berkat anugerah itu tidak hanya kita dibenarkan, tetapi juga berbagai berkat yang disediakan Allah bagi kita yang setia dan mengasihi-Nya. Selain kita diberi keselamatan, kita juga dibebaskan dari murka Allah masa kini maupun masa mendatang, dan terutama Roh Kudus dicurahkan untuk menolong kita dalam mengarungi kehidupan ini. Melalui nas yang kita baca minggu ini kita diberikan pengajaran sebagai berikut.

Pertama: Perdamaian sebagai buah pembenaran (ayat 1-2)

Nas ini kembali menegaskan bahwa melalui iman kita dibenarkan dan karena kita dibenarkan ternyata berkat-berkat anugerah tidak berhenti di situ saja; dengan dibenarkan kita juga diperdamaikan dengan Allah dan itu merupakan jalan masuk dan jaminan keselamatan yang diberikan. Dengan dibenarkan dan diperdamaikan, kita akan masuk ke dalam kasih karunia Allah yang semakin sempurna dengan menikmati damai sejahtera dengan Dia. Kalau selama ini tidak ada yang dapat menghampiri Allah, melalui pendamaian manusia tidak lagi memerlukan perantara imam untuk datang kepada Allah, sehingga terjalin persekutuan langsung manusia dengan-Nya (band. Ef. 3:12). Dengan dibenarkan dan diperdamaikan, kita juga memiliki penyertaan Roh Kudus, bebas dari hukuman murka Allah, dan pengharapan akan kemuliaan-Nya. Kita berdamai dengan Allah bukan dalam pengertian rasa damai biasa di hati seperti keteduhan dan ketenangan. Damai dengan Allah berarti terjadi rekonsiliasi dengan Pencipta kita, Tuan dan sekaligus Tuhan kita. Tidak ada lagi permusuhan antara kita dengan Dia, tidak ada lagi dosa yang membentengi hubungan kita dengan-Nya. Damai dengan Allah itu terjadi hanya karena Yesus telah membayar lunas dan menebus dosa-dosa kita di atas kayu salib.

Pembenaran dan perdamaian dengan Allah ini memuat konsep yang penting dan mengantarkan kita pada dua jenis kehidupan orang Kristen. Di satu sisi kita sepenuhnya berada di dalam Kristus, yang berarti penerimaan kita pada-Nya dijamin, dan di sisi lain kita juga bertumbuh di dalam Kristus dengan pengertian yang semakin hari harus semakin sama dengan Dia. Kita juga diberikan dua status sekaligus, yakni menjadi anak-anak Raja tetapi juga sebagai hamba kerajaan. Dalam hal ini kita merasakan dua hal yang bersamaan setiap saat: kehadiran Kristus yang memberi rasa damai dan tekanan kedagingan dari iblis untuk keinginan berbuat dosa. Kita bisa merasakan damai sejahtera dari Allah karena kita sudah diterima-Nya, tetapi kita juga masih hidup di dunia ini dengan permasalahan dan pergumulan sehari-hari. Padahal, semestinya permasalahan dan pergumulan itu menjadi cara dan jalan bagi kita untuk bertumbuh menjadi sama dengan Dia, namun ada juga di antara kita yang jatuh menuruti kehendak iblis dan daging sehingga membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Apabila kita memahami dua sisi kehidupan orang Kristen ini dalam keseharian kita, maka sebenarnya kita tidak mudah berputus asa dalam setiap pergumulan dan permasalahan yang datang, melainkan kita belajar untuk berserah dan bergantung pada kekuatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus, yaitu Roh Kudus yang diam dalam hati kita.

 

Nas firman Tuhan ini juga menyatakan bahwa sebagai orang percaya, kita berdiri di tempat yang tinggi dan diistemewakan. Kita diperdamaikan dan sekaligus mengambil bagian dalam kemuliaan Allah. Ini terjadi bukan hanya karena kita sudah dinyatakan tidak bersalah, tetapi juga karena Tuhan menarik dan merangkul kita lebih dekat kepada-Nya. Kita tidak lagi menjadi seteru-Nya tetapi menjadi sahabat-Nya dan bahkan menjadi anak-anak-Nya (Yoh. 15:15; Gal. 4:5). Hubungan yang sudah terputus dan tertutup karena dosa kini dipulihkan melalui jalan yang dibuka Yesus Kristus dengan kematian-Nya. Dia yang betakhta Raja kini membuka diri-Nya, dan kita tadinya sebagai seteru kini sebagai sekutu. Inilah jalan masuk ke dalam kasih karunia yang begitu besar sebagai buah kita dibenarkan karena iman dan kebenaran itu menuntun kita kepada iman yang berbuah untuk menjadi berkat bagi orang lain.

 

Kedua: Kesengsaraan membawa ketekunan dan tahan uji (ayat 3-4)

Bagian terakhir dari berkat-berkat anugerah yang disediakan dari hasil pembenaran itu memampukan kita bermegah dalam kesengsaraan. Ini mungkin sesuatu yang aneh, sesuatu yang dianggap salah; bagaimana kita bisa bermegah dalam kesengsaraan? Rasul Paulus mengatakan bahwa kita bermegah dan bersukacita di dalam penderitaan, bukan karena kita menyukai penderitaan itu atau menolak pandangan bahwa bagaimanapun penderitaan adalah sebuah tragedi. Akan tetapi, kita berani bermegah karena tahu bahwa Allah yang baik itu menggunakan penderitaan yang kita alami (dan/atau setan yang menyerang) bertujuan membangun karakter kita. Permasalahan dan pergumulan yang kita harus hadapi dan menangkan akan membangun ketekunan dan tahan uji, yang sekaligus menguatkan karakter kita, mempertebal iman percaya kepada Allah dan memberi kita keyakinan akan pengharapan masa depan. Kita pasti dihadapkan dengan persoalan ini setiap hari dalam tingkatan yang kecil sampai besar, maka berterimakasihlah kepada Allah untuk kesempatan bertumbuh, dan bekerjasama dengan-Nya dalam mengatasi persoalan itu sampai menang (band. 1Pet. 1:6-7).

Dalam abad-abad awal masehi kehidupan kekristenan penuh dengan penderitaan. Semua rasul dibunuh atau mati dengan cara-cara yang kejam dan menyedihkan. Orang-orang percaya harus melarikan diri dari kejaran pembenci pengikut Yesus. Kisah-kisah menyedihkan orang Kristen seperti tubuhnya dibakar untuk dijadikan obor penerang sudah pernah kita dengar. Oleh karena itu, penderitaan bagaikan sebuah hal yang umum dan bukan sebuah pengecualian. Tapi melalui firman Tuhan ini kita diajar bahwa untuk kita "menjadi" berhasil di masa mendatang itu kita harus "jadi" (to become we must overcome). Artinya, kita harus menjalani pengalaman-pengalaman yang sulit untuk lebih bertumbuh, pengalaman penderitaan dan ujian dalam bentuk kesusahan, seperti penyakit tubuh, keuangan, penindasan dan ketidakadilan bahkan kesepian dan kesendirian. Semua ini menantang kita untuk bertekun, bukan berputus asa atau mengeluh, apalagi menghujat pihak lain (Yak. 1:2-4, 12). Yang penting dari semua itu adalah kita mengimani kalau kesengsaraan yang datang adalah sepengetahuan Allah.

Paulus menyatakan dalam 1Kor. 13:13 bahwa iman, pengharapan dan kasih adalah inti dari kehidupan Kristiani. Hubungan kita dengan Allah didasari oleh iman, yang menolong dan menyadarkan kita bahwa hidup kita harus siap dengan segala rencana Tuhan, baik dipakai melalui sukacita dan ujian. Ketekunan di sini melebihi kesabaran, sama dengan semangat tidak mau menyerah dan daya juang yang tinggi, dan melalui ketekunan itulah kita mendapatkan tahan uji, dalam arti kita mampu melewati ujian yang diberikan dengan kemenangan. Tahan uji berarti bebas dari kotoran yang mengganggu dan handal terpercaya dalam setiap situasi, tidak berputus asa, dan hal seperti inilah yang kemudian menimbulkan pengharapan akan hari esok yang lebih baik dan cemerlang. Jadi, dalam hal ini ada hubungan segaris antara penderitaan – ketekunan – tahan uji – dan pengharapan. Pengharapan itu hadir dan bertumbuh sebab melalui penderitaan kita mempelajari semua yang telah direncanakan oleh Tuhan bagi kita; itu memberi kita janji yang penuh keyakinan akan masa depan. Kasih yang Allah berikan untuk mengisi hidup kita akan memberi kita kemampuan untuk membaginya dengan orang lain.

 

Ketiga: Kasih Allah tercurah di hati kita (ayat 5-8)

Firman Tuhan mengatakan "ketika kita masih orang berdosa" Yesus mati bagi kita, ini jelas sebuah kalimat yang indah dan bukti konkret tentang kasih yang besar. Kalau seseorang berkorban bahkan mati untuk membela orang benar, itu sesuatu yang biasa dan lumrah. Tetapi Yesus mati bagi kita yang durhaka dan orang tidak benar, jelas itu perbuatan yang tidak terkira, karena kita tidak layak menerimanya. Bahkan semua kematian dan penebusan Yesus itu terjadi bukan karena kehebatan perbuatan kita, tetapi hanya karena Allah mengasihi kita. Atau, apakah mungkin kita ragu? Maka apabila kita merasa goyang atau tidak yakin bahwa Allah mengasihi kita sedemikian besar, ingatlah bahwa Allah sebenarnya mengasihi kita sebelum kita bertobat. Jika Allah mengasihi kita pada saat kita masih durhaka, maka kita kini diyakinkan akan kasih-Nya, dan kita cukup membalasnya dengan kasih kepada-Nya.

Kita mungkin merasa lemah dan putus asa karena kita tidak melakukan sesuai dengan petunjuk yang diberikan dan apa yang kita terima untuk menolong diri kita sendiri. Kita mungkin hanya mengeluh, menyesali, menyalahkan atau bahkan kemudian tidak percaya ada Allah melalui Roh Kudus yang sedia membantu. "Sesuatu" perlu datang untuk menolong dan menyelamatkan kita yang lemah. Pengertian lemah di sini mengacu pada moral dan rohani, meski kadang dalam pengertian tubuh dan jiwa. Kristus terbukti datang memberi pertolongan pada saat yang tepat sesuai sejarah 2000 tahun yang lalu, tetapi Ia juga datang tepat pada saatnya sesuai dengan waktu terbaik dari Tuhan. Memang kadang kita tidak sabar atau ingin lari mencari pertolongan lain, tetapi tetaplah sabar dan bertekunlah hingga waktu terbaik dari Tuhan itu dinyatakan. Allah mengendalikan waktu dan sejarah, mengontrol setiap cara, gerak dan metode yang pas bagi kita untuk keluar dari persoalan yang ada.

Allah Tritunggal terlibat dalam peristiwa keselamatan. Allah Bapa begitu mengasihi kita sehingga mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal untuk menjembatani hubungan kita yang berdosa dengan Dia (Yoh. 3:16). Kasih Allah memang sungguh luar biasa, bahkan kasih itu tidak berhenti sampai di situ. Untuk memperlihatkan kasih-Nya tidak sesaat melainkan selamanya, Allah Bapa dan Allah Anak mengirimkan dan mencurahkan Roh Kudus mengisi hati kita dengan penuh kuasa dan memampukan kita hidup dengan kuasa-Nya (Kis. 1:8). Kata dicurahkan dalam nas ini berarti keadaan yang berlangsung terus menerus tanpa henti. Dengan demikian, Roh Kudus yang tercurah hadir untuk menghibur kita dalam setiap pencobaan dan mendukung dalam setiap keadaan, sehingga segala persoalan dapat kita tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan (Flp. 4:13). Dengan semua kasih yang besar tercurah dari Allah, bagaimana kita tidak mau melayani Dia dengan sepenuh hati sebagai balasan kasih-Nya?

 

Keempat: Kasih Allah menyelamatkan kita dari murka-Nya (ayat 9-11)

Kasih yang menyebabkan kematian Yesus sama dengan kasih yang Allah berikan melalui Roh Kudus yang hidup di dalam hati kita dan siap memimpin dan menyertai kita dalam hidup ini. Kuasa yang membangkitkan Kristus dari kematian adalah sama dengan kuasa yang menyelamatkan hidup kita dari dosa-dosa, dan sama dengan kuasa yang memimpin keseharian kita. Dengan memulai hidup dengan Kristus, kita akan memiliki kuasa dan kasih besar yang siaga saat menghadapi pergumulan hidup setiap hari. Melalui iman kepada penebusan Kristus, kita menjadi dekat dan berkonsiliasi dengan Allah, bukan lagi menjadi musuh atau menjadi orang yang terbuang.

 

Allah itu kudus dan tidak berinteraksi dengan dosa. Semua manusia telah berdosa dan terpisah dari Allah dan ini membuat kita melanggar kekudusan Allah. Dosa juga membawa penghukuman berupa murka Allah, bukan saja saat ini, tapi juga pada masa penghakiman kelak. Dan sebagai orang berdosa, sudah sepatutnya kita dihukum melalui kematian dan penderitaan selama-lamanya dengan ditempatkan di neraka. Namun Kristus telah mengambil semua ini dengan mengalami kematian dan penderitaan di atas kayu salib. Dengan penebusan itu kita diluputkan dari murka-Nya dan bahkan terbebas dari belenggu dosa yang selalu menjerat. Kita dimampukan melalui kekuatan Roh Kudus untuk melawan iblis sehingga kita terbebas dari kuk dosa yang jahat. Roh Kudus dicurahkan dalam hati kita agar hidup kita bebas dari kuasa dosa, belenggu hukum Taurat, murka, dan dari kuasa maut. Kita juga akan bebas dari “hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan kemuliaan kekuatan-Nya” (2Tes. 1:9). Oleh karena itulah kita bersukacita d idalam Kristus.

Bagian terakhir dalam nas ini menyatakan bahwa kita diselamatkan oleh hidup-Nya. Yesus yang telah mati dan bangkit kembali hidup, itu adalah bukti kekuasaan Allah ada pada-Nya dan kemenangan atas kematian (1Kor. 15:55). Dengan Yesus hidup bangkit dari kematian, maka kita menjadi selamat dan hidup selamanya. Dengan dasar itulah kita layak bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus. Kita bermegah diselamatkan bukan karena kehebatan kita, bukan karena kekuatan atau prestasi dan perbuatan kita, melainkan hanya karena kasih-Nya. Kita juga bermegah karena kita memperoleh pengharapan kemuliaan bersama-Nya kelak, ketika Yesus Tuhan kita akan datang kembali untuk menyatakan kuasa-Nya (Kol. 3:4). Pengharapan ini tidak mengecewakan sebab dasarnya adalah kasih Allah. Ini hal yang paling prinsip dalam memahami keselamatan, bahwa penyelamatan itu menyeluruh. Dengan demikian, sungguh Allah itu kasih, dan kita dipanggil untuk terus beriman dan berdoa agar kuasa dan kasih itu tetap hidup dan merajai hidup kita setiap saat.

 

Penutup

Melalui nas minggu ini kita diteguhkan bahwa dengan iman kepada Yesus Kristus, manusia ditempatkan secara istimewa di pintu masuk gerbang anugerah, mulai dari pembenaran, perdamaian dan berkat-berkat lainnya. Berkat ini jangan dilihat hanya dalam bentuk sukacita dan berkat jasmani, tetapi juga dalam wujud beban kesengsaraan dan kesusahan. Semua yang terjadi setelah kita menerima dan mengakui Yesus sebagai penebus kita harus dilihat sebagai rencana Allah dalam mendewasakan karakter kita untuk dapat melewati dengan ketekunan, membuat kita tahan uji dan berpengharapan untuk ikut serta dalam kemuliaan Allah ketika nanti Yesus kembali. Kita sudah terbebas dari segala murka akibat dosa dan kuk perhambaan. Kita bermegah karena kasih Allah dan bukan karena kehebatan dan prestasi kita. Selayaknyalah kita membalas kebaikan Allah itu dengan membagikannya kepada orang lain yang belum mengenal dan merasakannya.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin

 

Pdt. Ramles M. Silalahi

Khotbah Minggu 12 Maret 2023

KHOTBAH 2 - MINGGU III PRA PASKAH Tahun 2023

 LADANG YANG MENGUNING (Yoh. 4:5-42)

 

 Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu III Pra Paskah sebuah nas yang panjang, Yoh. 4:5-42. Ini kisah perempuan Samarai yang bertemu Tuhan Yesus saat beristirahat dalam perjalanan-Nya dari Yudea ke Galilea (ayat 4-5). Jelas sebuah terobosan kasih, mengingat orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria (ayat 9); ada permusuhan lama. Teladan Tuhan Yesus ini kita perlu ikuti, perbedaan tidak harus membekukan hubungan dan percakapan.

 

Tuhan Yesus kelelahan dan duduk di tepi sumur. Seorang perempuan Samaria datang di siang bolong. Tidak lazim, pasti ada yang disembunyikan. Benar, ia perempuan tidak baik, bersuami lebih dari lima, sehingga selalu datang ke sumur tatkala sepi. Terjadilah percakapan. Tuhan Yesus meminta air untuk diminum kepada perempuan itu. Perempuan itu menolak, karena Yesus orang Yahudi. Lalu Tuhan Yesus berkata: "Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup” (ayat 10).

 

Tuhan Yesus melanjutkan, “Barangsiapa minum air (dari sumur) ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya (ayat 13-14). Maksud Yesus adalah diri-Nya dan Roh Kudus sebagai sumber air hidup. Bila orang menerima-Nya, niscaya akan menjadi mata air "yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Perempuan itupun penasaran, dan mulai mengetahui Yesus bukan sembarang orang, dan menyebut Yesus sebagai Nabi (ayat 19).

 

Tuhan Yesus kemudian menjelaskan tentang diri-Nya: "Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (ayat 24). Jawab perempuan itu kepada-Nya: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami" (ayat 25). Kata Yesus kepadanya: “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau” (ayat 26).

 

Ketika para murid kembali datang menemui-Nya dan menawarkan makan, Yesus pun berkata: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.... Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai" (ayat 34-35). Perempuan itu pun berlari pulang, melupakan timbanya, menceritakan kepada penduduk Samaria tentang Yesus sebagai air hidup. Mereka pun merespon, meminta Ia tinggal, sehingga lebih banyak lagi orang Samaria yang menjadi percaya kepada-Nya.

 

Tuhan Yesus telah mengutus kita, menuai dari pekerjaan menabur orang lain (ayat 38). Orang percaya perlu saling mendukung dalam membawa jiwa-jiwa baru kepada Kristus. Mari kita meneladani-Nya dengan perbuatan baik dan percakapan kecil, memberitakan-Nya, sehingga semakin banyak orang melihat kasih Yesus, percaya dan mengaku bahwa Dia-lah benar-benar Juruselamat dunia, Mesias, dan Sumber Air Hidup. Semua berperan, yang seorang menabur dan yang lain menuai, dan kita menjadi mata air yang terus memancar. Penabur dan penuai pun sama-sama bersukacita, terutama Tuhan kita. Terpujilah Dia.

Selamat melayani dan beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu 5 Maret 2023

KHOTBAH MINGGU II PRA PASKAH 2023

 NYANYIAN ZIARAH (Mzm. 121)

 

Firman Tuhan bagi kita di Minggu II Pra Paskah merupakan nyanyian ziarah, Mzm. 121, satu dari seri 15 mazmur ziarah 120-134. Penamaan nyanyian ziarah karena dari tradisi, mazmur-mazmur ini dinyanyikan saat umat Israel datang dari berbagai tempat, berziarah dan beribadah mendaki ke Bukit Sion Yerusalem, tiga kali dalam setahun (Ul. 16:16). Mereka mendaki membawa persembahan hasil panen dan ternak. Berat dan tidak mudah. Bagaikan barisan tentara, nyanyian akan menambah semangat pendakian.

 

Ayat 1 bertanya tentang sumber pertolongan. Bukit atau gunung-gunung sering dianggap sebagai tempat bersemayam para roh-roh atau dewa dan berhala. Ada manusia yang mencoba menatap dan datang, tetapi itu semua adalah tipu daya (Yer. 3:23). Jawabannya tetap dan pasti, pertolongan kita hanya datang dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi (ayat 2).

 

Umat datang ke bait-Nya dengan pergumulan dan pengharapan, taat dan membawa persembahan, sebuah keyakinan untuk membuat hati Tuhan senang. Pergumulan hidup dan beratnya jalan berbatu ke bukit, semua dikalahkan oleh pengharapan pada Pencipta langit dan bumi. Tentu, tiada lagi yang lebih berkuasa tempat menaikkan pengharapan selain Dia yang menciptakan bumi dan alam semesta ini.

 

Mazmur 121 ini juga menegaskan Allah kita adalah ROH yang hidup, Allah yang setia penuh kasih, terus terjaga yang tidak terlelap dan tertidur, menjadi pelindung bagi kita, naungan di sebelah kanan dalam perjalanan hidup (ayat 3-5). Oleh karena itu, dalam tradisi Yahudi, Mzm. 121 ini sering disalin dan ditempel di kamar bersalin, kereta dan kamar bayi, untuk pengajaran dan meminta berkat serta perlindungan Tuhan dalam kehidupannya kelak.

 

Beratnya perjalanan ke Bukit Sion dan juga hidup keseharian membuat kadang kita terjatuh, tetapi tidak akan tergeletak (Mzm. 37:24). Ia takkan membiarkan kaki kita goyah (ayat 3), atau membuat terik matahari menyakiti kita, bahkan jauh dari segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawa kita, menjaga keluar masuk, dari sekarang sampai selama-lamanya (ayat 7-8). Sungguh, terpujilah Tuhan Yesus yang layak ditinggikan dan diagungkan, tempat kita menaikkan pujian dan segala pengharapan. Hanya, tetaplah taat dan percaya dan membuat hati-Nya berduka.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 5 Maret 2023

Kabar dari Bukit

 KETIDAKPASTIAN DAN BERKAT (Kej. 12:1-4a)

 

 ”Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat” (Kej. 12:2)

 

Salam dalam kasih Kristus.

 

Firman Tuhan di hari Minggu berbahagia ini adalah Kej. 12:1-4a. Judul perikopnya: Abram dipanggil Allah. Abram yang kemudian oleh Tuhan diganti namanya menjadi Abraham, akan dijadikan bapa sejumlah besar bangsa (ay. 2; Kej. 17:5). Abram berarti “bapa yang terpuji” menjadi Abraham yang berarti “bapa banyak orang”.

 

Allah memilih Abraham tentu dengan pertimbangan, setelah melihat hubungan pribadi dan karakternya. Ia diminta pergi dari Ur-Kasdim ke tanah Kanaan, dan berhenti beberapa waktu di Haran (Kis. 7:2; Kej. 11:31). Meski dalam iman kita tahu Abraham adalah pilihan mutlak Allah, namun sifat dan karakternya memang layak dipilih dan perlu kita teladani, yakni:

 

1.                   Memiliki hubungan dekat dengan Allah sehingga Allah berbicara langsung dengannya (ay. 1). Ia juga membangun mezbah (ay. 7);

2.                  Memiliki iman yang kuat, tampak ketika Allah memintanya pergi meski tujuannya belum jelas dan pasti (ay. 1; Gal. 3:6,9);

3.                  Taat dan setia (ay. 4), tatkala ia diminta mempersembahkan Ishak, anaknya sendiri (Kej. 22:2);

4.                  Rendah hati, ketika ia mengalah kepada keponakannya Lot dalam memilih lokasi penggembalaan (Kej. 13:8-9).

 

Maka pesan pertama nas ini bagi kita adalah agar selalu bersiap untuk dipakai, dipanggil, dan diberkati-Nya. Meski di Alkitab adakalanya justru pribadi yang membenci Allah dipanggil seperti Rasul Paulus, tetapi secara mental, rohani dan fisik haruslah bersiap diri; sebab hanya orang tangguh dan siap yang dipakai oleh Tuhan.

 

Pesan kedua, percaya dan gantungkan sepenuhnya hidup kita kepada Allah. Ya, jalan yang ditempuh kadang tidak mudah, tersembunyi tidak jelas, bahkan melewati rasa sakit dan penderitaan. Tetapi percayalah, itu semua terjadinya sepengetahuan Allah. Tetaplah teguh seperti pujian KJ 416: “Tersembunyi ujung jalan, hampir atau masih jauh, ‘ku dibimbing tangan Tuhan, ke neg'ri yang tak 'ku tahu.”

 

Pesan ketiga agar kita berani mengambil resiko menjalani kehidupan, namun resiko yang diperhitungkan; bukan yang membabi-buta. Ketidakpastian adalah peluang. Hanya orang yang berani keluar dari situasi yang dianggap nyaman (comfort zone), yang akan mendapatkan kehidupan lebih baik. Hidup mendaki penuh dengan tantangan dan peluang, tetapi perlu diambil jika ingin sesuatu yang baru dan lebih indah, dengan tetap berjalan mengandalkan Tuhan. Abraham mengambil resiko tersebut dengan meninggalkan sahabat dan lingkungannya, meski ia memiliki banyak ternak.

 

Pesan keempat, percayalah kepada janji Allah (ay. 2; Gal. 3:29; Rm. 4:13). Ia pasti menjaga anak-anaknya termasuk dari perbuatan jahat orang lain, dan bahkan akan menghukum orang-orang yang mengutuk dan berbuat jahat kepada anak-anak pilihan-Nya (ay. 3). Allah akan memberkati orang yang siap menjadi berkat (ay. 2).

 

Pesan terakhir, agar kita tidak melupakan keluarga dan saling mendukung. Sara istri Abraham, meski mandul dan sudah tua, tetap dibawa dalam perjalanan beserta Lot keponakannya. Ini cermin dari sebuah keluarga yang saling mengasihi dan mendukung. Memang dalam keluarga kadang ada titik mesti memilih, sama halnya ketika Abraham menetapkan berpisah dengan Lot yang kemudian kurang diberkati (Kej. 19:1-38; Luk. 17:28-32).

 

Berjalan dalam iman bersama Tuhan kadang dalam ketidakpastian, tetapi semua akan menjadi pasti dan sukacita, sebab Tuhan menjadikannya sebagai jalan berkat. Iman yang kuat memberi keberanian untuk patuh dan setia, meski jalannya sulit. Yang diperlukan dari kita hanyalah keberanian, ketekunan, daya tahan dan kesabaran.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 26 Februari 2023

Kabar dari Bukit

 JATUH DAN BANGKIT (Kej. 2:15-17; 3:1-7)

 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat (Kej.3:7)

Salam dalam kasih Kristus.

 

"Aku percaya tidak semua hal jahat dilakukan oleh orang jahat; dan ada juga orang baik melakukan hal yang sangat buruk." Itulah disampaikan Richard Gere yang bermain sebagai pengacara dalam film Primal Fear yang cukup bagus. Dan itu ada benarnya.

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini adalah Kej. 2:15-17; 3:1-7. Bagian pertama nas bercerita tentang Allah menempatkan manusia dalam Taman Eden, dengan aturan tidak boleh memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat; dan nas kedua pasal 3 tentang jatuhnya manusia ke dalam dosa, atas ulah ular yang paling cerdik dari segala binatang di darat (3:1).

 

Kisah ini tentunya sudah sering kita dengar, yakni ular kemudian menipu Hawa dan Hawa mengajak Adam. Sesuai 1Yoh. 2:16, ada tiga hal yang mendorong manusia jatuh ke dalam dosa, yakni keinginan daging, keinginan mata/dunia, dan godaan iblis. Setan penguasa iblis atau berbagai sebutan lainnya adalah malaikat yang jatuh (Yeh. 28; Yes. 14; Why. 12:4), memiliki kuasa meski terbatas yang membuatnya mampu menggoda dan menipu manusia.

 

Akibat perbuatan dosa tersebut, manusia diusir dari Taman Eden. Perseteruan dengan iblis pun berlangsung terus menerus. "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" Kej. 3:15). Jelas ini merupakan adu kuat antara roh manusia dengan kelemahannya melawan roh iblis dengan kecerdikannya.

 

Oleh karena itu meski kita punya iman dan tekad, merasa kuat, kadang bisa jatuh. Rasul Paulus menuliskan hal ini: "Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat" (Rm. 7:15). Selanjutnya ayat 19 mengatakan, "Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat." Di bagian lain disebutkan ada benih atau tabiat dosa dari peristiwa Taman Eden tersebut.

 

Jadi sebagaimana dikatakan oleh Richard Gere di atas, pertarungan abadi iblis dengan manusia inilah yang membawa kita rentan jatuh. Oleh karena itu janganlah mudah mencela seseorang yang menurut kita telah berdosa. Jangan menghakimi apalagi menghukum secara sosial atau fisik, sebab barangkali kejadiannya seperti dikatakan Richard Gere dan Rasul Paulus tadi. Cari tahu penyebabnya dan bila perlu beri pertolongan dan nasihat (Ibr. 3:13; 1Pet. 2:11; 1Tes. 5:11).

 

Demikian pula kita sendiri yang merasa sering jatuh atau terjerat ke dalam dosa, solusinya adalah perkuatlah pertahanan, rajinlah bersekutu dengan Tuhan dan latihlah. Jangan mudah putus asa. Allah kita adalah Mahatahu dan Mahapengampun. Datang kepada Yesus dan menyesalinya, mohon pengampunan serta kekuatan baru. Ia datang memanggil orang berdosa (Luk. 5:27-32), Allah yang Mahabaik dan siap mengangkat kita bangkit kembali. Tetaplah semangat dan terus berjaga.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 742 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8029327
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
1385
80866
180612
7546890
180612
883577
8029327

IP Anda: 172.70.92.201
2024-12-04 00:29

Login Form