Thursday, November 21, 2024

Khotbah Minggu 5 Februari 2023

 Khotbah Minggu V Setelah Epifani – 5 Februari 2023

 HIKMAT YANG BENAR (1Kor. 2:1-12, 13-16)

 Bacaan lainnya: Yes 58:1-9a, 9b-12; Mzm 112:1-9,10; Mat 5:13-20

 

Pendahuluan

Nas minggu ini kembali menekankan hikmat Allah yang sangat berharga dibanding dengan hikmat manusia. Tuhan Yesus memberi perumpamaan tentang hal yang berharga, seperti jangan berikan mutiara kepada babi (Mat. 7:6). Seekor babi jantan tidak akan semakin tertarik kepada babi betina apabila ia berkalungkan mutiara. Babi jantan tidak akan pernah bisa menghargai mutiara itu yang bagi manusia sangat berharga. Perumpamaan ini yang terjadi pada jemaat Korintus yang tidak menghargai hikmat Allah.  Namun Paulus mengasihi mereka agar iman mereka semakin bertumbuh dan berhasil sebagai orang-orang yang dipanggil dan dikuduskan. Melalui nas minggu ini, kita diberi pengajaran sebagai berikut.

 

Pertama: Iman yang tergantung pada kekuatan Allah (ayat 1-5)

Allah mengaruniakan akal pikiran dan intelektualitas di dalam diri manusia untuk dipakai memahami dunia ini beserta isinya, serta dipergunakan untuk mengelola sebagaimana mandat budaya yang telah diberikan oleh Allah kepada kita (Kej. 1:28). Akan tetapi kita juga harus menyadari bahwa kemampuan kita dalam memahami dan mengelola ciptaan Allah itu tetap terbatas, seperti misalnya pertanyaan sederhana: mengapa beberapa jenis binatang yang sama-sama hanya makan rumput, tetapi menghasilkan bentuk kotoran yang berbeda? Kekeliruan dalam penggunaan akal pikiran dan keterbatasan manusia dalam memahami makna "dunia" membuat akal pikiran bisa menjadi melenceng dari kehendak Allah, seturut dengan tipu daya dan godaan iblis yang memang berkuasa atas dunia ini.

 

Akal pikiran dan intelektualitas manusia juga sangat terbatas dalam memahami Pribadi Allah dengan segala hikmat dan keberadaan-Nya. Keberadaan Allah dalam penciptaan manusia beserta semua warna dan nuansa mozaik kehidupannya, tidaklah mudah dipahami dengan akal pikiran saja. Teori-teori psikologi dan psikologi analisis hanya dapat membantu untuk mencoba memahaminya, dan itupun banyak dengan generalisasi dan pengecualian. Kesaksian Allah atau penyataan Allah inilah yang menjadi titik utama yang Rasul Paulus tekankan, tentang pemahaman jemaat Korintus yang salah, yakni dengan akal pikiran mereka saja. Rasul Paulus tidak ingin berdebat dan diskusi intelektual dengan para jemaat yang dikasihinya itu. Ia sadar bila menggunakan filsafat dan perdebatan, akan gagal (Band. Kis. 17:32-34). Ia juga tidak mau menonjolkan keintelektualannya atau kepintarannya dalam menulis atau berpidato, tetapi ia lebih menekankan pesan Injil dari Kristus yang disampaikan dan mengatakan: biarlah Roh Kudus yang bekerja dengan pesan firman itu.

 

Hal ini merupakan teladan yang kita ambil dalam melakukan penginjilan atau memberi kesaksian, yakni sampaikan saja firman dari Kristus secara sederhana, dan biarlah Roh Kudus yang bekerja di dalam hati setiap pendengar. Rasul Paulus lebih menekankan pengalamannya dan pengenalannya bahwa Roh Kudus yang menolong dan membantunya dalam penyampaian firman itu. Ia juga tidak mau memperpanjang perbedaan di antara mereka, tapi fokus pada pesan Kristus. Kesaksian Allah adalah pewartaan Kristus. Ia sangat sadar akan keterbatasan dan kelemahan manusia dan juga pribadinya, serta adanya rasa takut dan hormat pada Kristus (Ef. 6:5; Flp. 2:12). Ia tidak bersandar pada dirinya, melainkan pada pimpinan Roh, sebagaimana firman Tuhan berkata, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah. Penting juga dilihat, Paulus bukan berarti menihilkan pentingnya belajar atau studi pendalaman sebagaimana ia juga pernah belajar tentang Injil setelah pertobatannya. Karunia pikiran manusia ada baiknya sepanjang dipakai dengan benar. Semua persiapan dan keindahan pesan penyampaian firman adalah baik dan efektif. Akan tetapi Roh Kudus yang akan memberi pimpinan dan kuasa pada firman itu sehingga bekerja dan bisa mengubah diri seseorang dan akhirnya nama Tuhan dimuliakan.

 

Kedua: Hikmat yang benar (ayat 6-9)

Mereka yang merendahkan hatinya dan merasa tidak mampu menghadapi kehidupan ini hanya dengan kekuatan akal pikiran, mereka inilah yang dewasa rohani. Mereka inilah yang dikatakan Rasul Paulus orang-orang yang berpikir matang. Mereka tidak mengambil hikmat dunia sebagai pijakan utama, yang cenderung mendewakan materi, kenikmatan badani dan kekuasaan. Mereka juga tidak seperti penguasa-penguasa dunia, pemerintah yang sudah dikuasai iblis yang melihat kepentingan jangka pendek, merasa bahwa semua hal dan persoalan diselesaikan demi kepentingan dan kelanggengan pribadi, yang oleh Rasul Paulus dikatakan akan binasa dan berakhir. Cara berpikir itulah yang juga membuat Yesus tidak dapat dimengerti oleh mereka yang dianggap orang-orang berhikmat di dunia, seperti ahli Taurat, para Imam, Pilatus, Raja Herod dan lainnya, sehingga mereka menghukum Yesus mati dengan cara disalibkan. Bagi mereka, dengan Yesus mati, maka semua persoalan mereka selesai.

 

Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Rahasia hikmat yang tersembunyi itu seperti misteri, yang sudah sejak lama menjadi ketakutan bagi manusia yang belum matang tadi. Misteri itu adalah bahwa manusia tidak dapat mengalahkan kematian. Manusia seolah-olah takut dan menyerah pada kematian, dan tidak tahu hal di balik kematian, yang bagi mereka bagaikan tembok maut gelap yang menakutkan. Akan tetapi, melalui hikmat Allah, rahasia kematian itu dibuka dan dibuktikan bahwa kematian dapat dikalahkan melalui iman percaya kepada Yesus yang telah bangkit dari kematian-Nya dan kemudian naik ke sorga. Yesus terbukti bangkit mengalahkan kematian dan Ia dapat melakukan itu sebab Ia tidak berdosa, maka kita juga harus tidak berdosa agar memiliki kesempatan yang sama untuk dapat mengalahkan kematian. Oleh karena sementara ini kita berdosa, maka dosa kita harus ditebus, dibayar lunas, dan Yesus bersedia menerima penebusan itu dengan mati di kayu salib. Itulah rahasia yang sudah diungkapkan kepada orang percaya (band. Rm. 16:25-27; 1Pet. 1:10-12).

 

Kita tidak bisa membayangkan bahwa Yesus yang bangkit itu telah menyediakan sebuah tempat sorga bagi kita, di dunia ini dan di akhirat nanti. Ia akan menciptakan bumi yang baru dan langit baru dan kita akan hidup bersama-Nya selamanya (Yes. 65:17; Why. 21:1). Inilah yang dikatakan ayat 9 sebagai "hal yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Selama dalam proses itu Roh Kudus akan terus menyertai dan menguatkan kita dalam menjalani kehidupan ini. Pengharapan yang indah itu memberi kita keberanian dalam menjalani hidup, meski tidak harus diartikan kita dengan sengaja masuk ke dalam pencobaan. Dunia ini bukanlah yang sebenarnya kita harapkan. Yang terbaik akan tiba saatnya bagi kita. Rahasia ini tetap tersembunyi bagi mereka yang menutup hatinya atau bagi mereka yang belum pernah mendengar kabar baik itu.

 

Ketiga: Mengenal Roh Allah dan roh manusia (ayat 10-12)

Hikmat Allah beserta sifat-sifat Allah adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat dan diukur oleh manusia. Demikian juga rencana Allah dalam setiap orang percaya kadang tidak terjangkau akal pikiran kita, meski kita tahu itu adalah rencana yang indah dari-Nya. Semua rencana itu sebenarnya dikerjakan oleh Roh Allah yang bekerja sama dengan roh orang percaya, sehingga tercipta suatu sinergi dalam melaksanakan tujuan Allah, dan nama Allah lebih ditinggikan. Terjadinya sinergi itu hanyalah mungkin apabila manusia memahami hikmat Allah yang disebutkan di atas, proses pencerahan oleh Roh yang diberikan terus menerus yang berpusat pada penebusan dan keselamatan bagi setiap orang. Kesatuan Roh Allah dan roh manusia itu sekaligus dapat mengalahkan roh iblis yang berusaha membelokkan rencana Allah dengan memanfaatkan kelemahan manusia.

 

Kematian Yesus, kebangkitan dan kenaikan ke sorga diberikan sebagai jalan keselamatan bagi yang percaya pada penebusan-Nya. Mereka yang percaya akan menerimanya. Mereka yang tidak percaya akan terus berjuang dengan akal pikiran dan perbuatan baiknya, dengan hikmat manusia, akan tetapi keselamatan kekal itu sulit diperolehnya. Kadang-kadang kita mungkin berpikir biarlah mereka terus berjuang dengan cara itu, dan kita yang sudah diselamatkan melalui percaya kepada Yesus menikmati secara penuh sukacita yang diberikan. Akan tetapi harus tetap ingat bahwa kita diselamatkan karena kita dipanggil untuk menjadi saksi-Nya. Kita dipanggil untuk bersaksi dan memberitakan kabar baik melalui Injil, yang semua itu berasal dari Allah bagi penyelamatan dan perdamaian dengan manusia.

 

Semua orang pada dasarnya harus bijak dan berhikmat. Akan tetapi berhikmat menurut akal pikiran manusia itu tidak akan sebaik dengan berhikmat dengan pimpinan Roh Kudus. Iblis dengan kuasanya yang jahat sangat mudah untuk menggoda dan menipu, sehingga kita mengikut hikmat manusia dan bukan memakai hikmat Allah. Kearifan rohani melalui pimpinan Roh Kudus akan membimbing kita dalam mengambil kesimpulan dan jalan yang benar pada pilihan atau situasi yang sulit. Hikmat itu didapatkan dengan memakai firman dan menyerahkan pada pencerahan Roh Kudus, sehingga kita bisa tahu jalan yang terbaik dan kekal. Semakin besar keinginan kita untuk mengetahui hikmat Allah, maka Roh Kudus semakin membukakan rahasia hikmat itu (Yoh. 16:13; Ef. 1:17). Setiap orang percaya teruslah meminta hikmat ini agar dalam setiap langkah yang akan diambil, hikmat-Nya yang bekerja dalam kehidupan sehari-hari.

 

Keempat: Memiliki pikiran Kristus (ayat 13-16)

Pertanyaan yang paling utama, sejauh mana manusia mengenal Allahnya? Sejauh mana kita bisa memahami pikiran Allah? Kesaksian tentang Allah dan penyataan-Nya tetap memiliki keterbatasan. Injil Yohanes mengatakan kalau pikiran Allah yang dikerjakan oleh Yesus semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis (Yoh. 21:25). Alkitab mengatakan, tidak seorang pun (orang Yahudi dan yang tidak percaya) mengenal Allah dengan benar (Rm. 11:34). Namun mereka yang percaya dan menerima Yesus akan mengenal Allah dengan benar dan menangkap bagaimana Roh Allah sebenarnya diam dan bekerja di dalam hati seseorang. Sebaliknya, mereka yang tidak mengenal Yesus tidak akan mengenal Allah yang utuh dan benar, Allah yang penuh kasih dan bersedia berkorban bagi anak-anak-Nya. Oleh karena itu, sering kita orang percaya tidak dimengerti oleh orang lain dengan kita membuat Yesus sebagai Tuhan. Itu merupakan hal yang bodoh bagi mereka. Tapi pikiran hikmat dunia itu sama seperti seorang yang tuli nada: tidak akan mengerti dan menghayati musik. Seseorang yang menolak Yesus tidak akan memahami keindahan pesan-pesan-Nya. Dengan komunikasi yang sudah terputus, seseorang tidak mungkin mampu mendengar apa kata Tuhan kepada mereka.

 

Dengan pimpinan Roh Kudus, melalui firman yang sudah dinyatakan dalam Alkitab, orang percaya dapat melihat pikiran, rencana dan tindakan Allah, yang semuanya ini adalah pikiran Kristus. Melalui Roh Kudus, kita dapat mulai mengenal pikiran Allah, berbicara dengan Allah, dan berharap mendapatkan jawaban atas doa yang kita panjatkan. Memang untuk itu kita perlu menghabiskan cukup waktu untuk mengenal pikiran Kristus yakni di dalam Injil, sebagaimana Rasul Paulus alami dalam hidupnya. Hubungan yang intim dengan Kristus hanya terjalin bila kita cukup menghabiskan waktu dengan-Nya dan dengan firman-Nya. Mereka yang bersedia memberi waktunya inilah disebut sebagai manusia rohani. Manusia rohani tidak mengejar kepuasan duniawi dan tidak membuat ukuran dan nilai keberhasilan berdasarkan ukuran-ukuran duniawi. Akan tetapi ukurannya adalah agar kita dapat menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus (Flp 2:5).

 

Kita juga tidak baik berdiam diri membiarkan kelemahan orang lain sebagai alasan untuk pasif. Kita tetap merupakan saluran komunikasi yang dipilih Allah bagi mereka yang belum mengenal Yesus. Memang kita perlu cerdas dalam menggunakan setiap kesempatan untuk dapat menceritakan dan memberi kesaksian atas rahasia itu, rahasia hikmat yang merupakan pikiran Kristus sebagaimana tertulis dalam Alkitab. Seseorang yang ragu atau bertanya-tanya mungkin adalah tahapan Roh Kudus bekerja di dalam hatinya, untuk mengenal Allah yang benar dan mengambil keputusan untuk mengikut Kristus. Sejatinya, kuncinya terlebih dahulu adalah: bagaimana kita merespon ketika seseorang bertanya tentang imanmu, apakah kira-kira kita dapat menjelaskan dengan benar dan baik?

 

Penutup

Nas minggu ini menginginkan kita orang percaya menjadi manusia rohani yang penuh. Manusia rohani adalah mereka yang memahami rahasia hikmat Allah yakni kematian dan kebangkitan Yesus untuk penebusan dan bersedia mengikuti-Nya. Manusia rohani juga menerapkan hikmat Allah itu dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam perkataan maupun perbuatan yang dasarnya adalah kasih dan pengorbanan. Ia bekerja sama dengan Roh Allah dalam menjalankan hikmat Allah itu. Imannya tergantung pada hal itu dan bukan pada akal pikirannya. Ia tidak mengikuti manusia duniawi, melainkan memakai ukuran-ukuran rohani yang terdapat dalam pikiran Kristus. Itulah rahasia yang diungkapkan dalam nas minggu ini, sehingga melalui kehidupan kita, kita semakin baik menjalani kehidupan ini dan semakin banyak orang yang mengenal dan mengetahui hilmat itu, dan tidak lagi menjadi misteri bagi mereka.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 738 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7415174
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
58289
61324
167940
7204198
450036
1386923
7415174

IP Anda: 162.158.189.139
2024-11-21 23:58

Login Form