Sunday, November 24, 2024

Khotbah Minggu II Paskah 24 April 2022

 

Khotbah Minggu Kedua Paskah

 

 

MEYAKINKAN SANG PERAGU (Yoh. 20:24-29)

 

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis. 5:27-32; Mzm. 118:14-29; Why. 1:4-8

 

 

Pendahuluan

 

Minggu ini kisah pelayanan Tuhan Yesus dimulai pasca kebangkitan-Nya. Setelah bertemu dengan Maria Magdalena, Yesus kemudian mendatangi tempat murid-murid-Nya yang sedang berkumpul. Yesus masuk menembus pintu dengan tubuh kemuliaan-Nya yang membuat murid-murid semakin percaya akan ke-Allah-an Yesus. Dalam pertemuan itu, Yesus memperlihatkan bekas luka-Nya dan mengembusi mereka dengan Roh Kudus untuk tugas pengutusan. Sayangnya, Tomas tidak berada di tempat itu, sehingga ketika murid-murid menceritakan bertemu dengan Tuhan Yesus yang bangkit, ia tidak percaya.

 

 

Kisah keraguan dan ketidakpercayaan Tomas merupakan Nats minggu ini dan kita mendapatkan beberapa pengalaman hidup sebagai berikut.

 

 

Pertama: sisi buruk Tomas

 

Gambaran Tomas di Alkitab tidak banyak. Kita bisa menarik kesimpulan yang salah jika hanya memandang satu sisi saja. Sebagaimana kita umumnya, Tomas memiliki sisi buruk tetapi juga memiliki sisi baik. Kita lihat sisi buruknya lebih dahulu dari kisah yang dituliskan di Alkitab.

 

 

Kekurangan pertama pada diri Tomas, ia tidak tampak pada saat-saat terakhir Tuhan Yesus ditangkap dan diadili. Ada dugaan dia dan murid-murid lain menghindar menyembunyikan diri, mungkin alasan takut ditangkap atau mungkin alasan strategis. Kekurangan kedua, Tomas juga belum muncul pada saat murid-murid sudah berkumpul lagi setelah bangkitnya Yesus. Alkitab tidak memberi penjelasan mengapa hanya Tomas yang tidak hadir, dan ini menjadi dugaan Tomas telah sibuk dengan urusan dirinya, atau mengurung diri, hingga melupakan persekutuan dengan murid-murid lainnya.

 

 

Tomas ragu karena punya alasan untuk belum percaya. Ia dengan jelas telah melihat - walau mungkin dari jauh, bagaimana Yesus telah dipukuli, disiksa, disalibkan, mati dan dikuburkan. Jadi dalam pikirannya, bagaimana mungkin Yesus yang telah dikuburkan itu dikatakan hidup lagi?! Oleh karena itu ia meminta bukti, ia ingin melihat dan menjamah langsung. Tapi disinilah sisi kekurangan lainnya dari Tomas, karena sebenarnya Tomas sudah harus memahami apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus sebelumnya, bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga (Mat. 16:21; 17:22-23; 20:18-19; 26:2; band. Yoh. 2:18-22). Tomas juga sudah melihat kuasa dan ke-Allah-an Yesus dengan berbagai mukjizat yang dilakukan-Nya, sehingga ia seharusnya sudah bisa memahami bahwa Yesus akan menggenapi janji-Nya bahwa Dia pasti bangkit. Dalam hal ini Tomas tidak bisa melihat dengan hatinya, kurang mengenal pribadi Yesus sebagaimana Yohanes, yakni ketika melihat ke kubur langsung percaya bahwa Yesus telah bangkit. Kedekatan hubungan pribadi antara Yohanes dengan Yesus berbeda dengan hubungan pribadi Tomas dengan Tuhannya.

 

 

Keraguan dan ketidakpercayaan Tomas juga tidak perlu, sebab ia pasti tahu dalam Perjanjian Lama banyak kisah kebangkitan orang mati (1Raj. 17:17-24; 2Raj. 4:18-37). Ia juga sudah melihat bagaimana Tuhan Yesus beberapa kali membangkitkan orang mati (Mrk. 5:21-43; Luk. 7:11-17; Yoh. 11:11-44). Bahkan Alkitab pun menceritakan, pada saat Yesus bangkit banyak orang kudus yang bangkit dari kubur (Mat. 27:52-53).

 

 

 

Kedua: sisi baik Tomas

 

Di antara kekurangan yang disebutkan di atas, Tomas bukanlah seseorang yang pengecut atau munafik! Dia juga bukan seorang yang bodoh. Dalam peristiwa  membangkitkan Lazarus, ketika orang lain menjadi ragu saat Tuhan Yesus "terancam", Tomas dengan tegas dan bersemangat mengatakan kepada murid-murid yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia" (Yoh. 11:16). Artinya, iman dan keyakinan Tomas kepada Yesus sangat kuat.

 

 

Sebagai salah satu murid Yesus, kekuatan Tomas adalah bersikap teguh, meski kadang ragu. Tapi ia jujur terhadap situasi yang dihadapinya. Dia peragu, tapi dengan tujuan yakni mengetahui dan memastikan kebenaran. Tidak ada kepentingan pribadi atau maksud yang terselubung. Tomas juga tidak kaku dengan keraguannya, pikirannya tetap terbuka untuk fakta dan bukti kebenaran. Keraguan Tomas mungkin hanya cara untuk merespons suatu fakta dan bukan merupakan cara pandang permanen pribadinya.

 

 

Mungkin Tomas adalah seorang skeptis yang tidak mudah percaya. Tapi ia bukan seorang yang pesimis dalam arti tak berpengharapan. Ia sama dengan murid yang lain yang perlu melihat langsung ketika Maria Magdalena di pagi buta mengatakan bahwa ia telah melihat Yesus. Imannya terhadap Yesus tetap kuat, pengharapannya masih ada. Tomas dalam hal itu kita berikan respek atas iman dan pengharapannya. 

 

 

Sebagaimana Tomas, kita boleh ragu atas sesuatu informasi, tetapi hendaklah itu jangan menjadi cara pandang atau cara kita melihat masalah. Kita jangan menjadi orang yang pesimis. Kalau kita ragu, sebaiknya itu hanya mendorong kita untuk berfikir ulang, atau mencari kebenaran yang lebih hakiki, untuk kemudian mengambil kesimpulan dan tindakan. Keraguan haruslah merupakan penajaman pikiran bukan untuk merubah sesuatu keyakinan yang sudah bagus. Keraguan dalam hal ini hanya menjadi alat untuk pemahaman dan pengenalan yang lebih dalam.

 

 

Ketiga: belajar dari pribadi Tomas

 

Itulah yang dilakukan Tomas sehingga ketika Tuhan Yesus menjawab kerinduannya akan kebenaran, Yesus datang kepadanya dan menawarkan tangan-Nya disentuh. Tomas langsung percaya meski Alkitab tidak menceritakan bahwa Tomas perlu untuk menyentuh bekas lobang paku itu. Maka ketika kita dalam keraguan, belajarlah dari Tomas. Jangan diam dan pasif, melainkan nyatakan keinginan, sehingga Yesus mendengar dan kemudian memberi jawaban seperti Yesus memberi jawaban kepada Tomas. Jangan mandeg, tetapi berusahalah. Hal ini dapat dilakukan dengan menemui orang-orang yang sudah mengalami, membaca Alkitab dan buku-buku, sebab Tuhan Yesus selalu siap hadir untuk memberi jawaban atas keraguan kita, sepanjang kita juga rindu untuk mengenal dan mengetahui kebenaran-Nya. Keraguan yang didiamkan tidak akan membawa hasil apa-apa.

 

 

Pada saat iman kita terhadap Yesus mungkin jatuh atau turun, maka kerinduan untuk memulihkannya jangan hilang. Iman adalah sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1). Artinya iman itu memang bisa turun naik, mengecil dan membesar. Allah bisa membesarkan iman kita itu, membangun iman kita, sepanjang kita tidak menidurkannya sehingga tidak bekerja. Yohanes Calvin menyebutkan, dalam peristiwa Tomas, Allah membangunkan imannya.

 

 

Setan terus bekerja setiap saat untuk mengikis iman kita. Kadang kita digoda untuk meragukan yang berhubungan dengan kuasa dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan keseharian kita. Tapi di lain pihak, setan justru menuntun kita untuk mudah mempercayai hal-hal mistik, bahkan gosip yang membawa kita ke dalam dosa. Di sinilah kita perlu waspada dan tetap menempatkan keraguan sebagai dasar untuk mencari kebenaran, tanpa melepaskan hubungan kita dengan Allah.

 

 

 

Keempat: belajar dari situasi yang dihadapi Tomas

 

Tomas tidak hadir pada persekutuan para murid yang menyebabkan ia tidak menerima sukacita yang diterima oleh murid-murid lain, saat Tuhan Yesus menyapa mereka. Oleh karena itu, Alkitab berkata, jangan menjauhkan diri dari ibadah dan persekutuan (Ibr. 10:25), sebab selalu ada berkat dan mukjizat yang menanti. Peristiwa Tomas menjadi pelajaran penting bagi kita.

 

 

 

Pelajaran lainnya yang dapat kita ambil hikmatnya adalah, Tuhan Yesus tidak membenci keraguan, sepanjang itu dengan niat jujur dan bertujuan untuk menguatkan keyakinan. Dalam bahasa lain, lebih baik keraguan yang diungkapkan dari pada ketidakpercayaan yang didiamkan. Pengalaman Thomas mungkin pengalaman kita semua. Kita mungkin pernah dirundung masalah yang berat dan kemudian bertanya tentang keberadaan Tuhan atau meragukan kasih dan kuasa-Nya. Maka ungkapkanlah kepada Yesus.

 

 

 

Atau, kita masih kurang percaya dengan kebangkitan dan kuasa-Nya, sehingga kita terus menunggu untuk bertemu, menyentuh dan mendengar suara Yesus langsung agar kita percaya kepada-Nya? Jangan lagi berpikiran seperti itu. Allah memiliki rencana yang  indah dengan tidak mengutamakan kehadiran fisik, Dia tidak lagi membatasi diri-Nya dengan kedagingan dan tubuh. Justru Allah menginginkan kita bisa selalu bersama-Nya sepanjang waktu, melalui Roh Kudus yang disediakan bagi kita orang percaya. Kita bisa berbicara dengan Yesus, berbicara dengan Roh Kudus melalui doa, mendengar sapaan-Nya melalui firmam dalam Alkitab atau khotbah di gereja. Allah menjadi nyata dalam semua wujud itu. Kita tidak perlu berpura-pura percaya padahal masih ragu. Allah membenci ketidakjujuran, tetapi menyukai ketulusan dan kerinduan mencari kebenaran. Kita bisa juga dapatkan keteguhan iman melalui teman-teman seiman yang sudah merasakan hadirnya Allah dalam hidup mereka. Kita yang ragu akan diteguhkan. Melalui persekutuan dengan mereka, iman kita semakin dikuatkan, sehingga kita dapat berkata sama seperti yang Tomas katakana kepada Yesus: "Ya Tuhanku dan Allahku".

 

 

 

Kesimpulan

 

Apa yang terjadi pada Tomas memberi kita pelajaran berharga, yakni pentingnya untuk memelihara keaktifan dalam persekutuan dengan teman-teman seiman. Banyak berkat yang akan diperoleh. Terlebih lagi pada saat iman kita sedang digoyang oleh iblis, maka kejujuran dan ketulusan kepada Tuhan diperlukan, sehingga Tuhan akan memberi jawaban. Belajar dari masalah Tomas, Allah tidak membenci keraguan. Persoalannya,  maukah kita percaya sekalipun tidak melihat? Firman Tuhan berkata: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 19 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7550293
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
3403
65942
3403
7247234
585155
1386923
7550293

IP Anda: 172.69.165.58
2024-11-24 09:09

Login Form