2022
2022
Kabar dari Bukit Minggu 20 November 2022
Kabar dari Bukit
MENGHINDARI SESAT (Yer. 23:1-6)
Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri (Yer. 23:5)
Salam dalam kasih Kristus.
Firman Tuhan bagi kita di Minggu Kristus Raja hari ini, diambil dari kitab Yer. 23:1-6. Ini Janji tentang Tunas Daud yang adil. Memang ini minggu terakhir dalam kalender gereja yang mengikuti leksionari. Minggu depan kita memasuki masa Adven, sebelum merayakan hari kelahiran Tuhan Yesus di dunia.
Dalam PB dikatakan Yesus datang untuk memberitakan pertobatan “sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat. 4:17), dan menyampaikan kabar baik dan tahun rahmat, serta pembebasaan bagi orang miskin, tertawan dan tertindas, serta pemulihan orang buta (Luk. 4:18-19).
Nas minggu ini meneguhkan kedatangan Tuhan dengan alasan berbeda, tapi menguatkan. Yesus datang sebab para gembala umat Israel, dari raja, nabi, imam, guru dan lainnya telah gagal menggembalakan; domba-domba Israel hilang dan terserak. “Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya” (ay. 2).
Selanjutnya Yeremia menubuatkan, “Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku..., dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala..., sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekor pun, demikianlah firman TUHAN” (ay. 3-4). Tunas adil bagi Daud, yakni Yesus Kristus, akan turun ke dunia sebagai pemimpin baru (ay. 5-6).
Pada Kol. 1:12-14 nas paralel minggu ini, dinyatakan poin penting peran Tuhan Yesus, yakni melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; Di dalam Dia kita memiliki penebusan, yaitu pengampunan dosa. Dan untuk itulah kita mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa di sorga. Ya, puji syukur.
Kini, Yesus Raja Damai yang bijaksana telah memerintah dua ribu tahun. Selama itu pula ajaran-Nya terus diikuti oleh umat-Nya. Kita juga selama setahun kalender gereja kemarin, dari masa adven hingga hari ini, bahkan mungkin puluhan tahun sebelumnya, telah mendengarkan khotbah baik di mimbar gereja dan media lain, membaca Alkitab, renungan, dan lainnya. Semestinya itu cukup memberi modal kuat untuk kita terus bertumbuh dan berbuah, sebagaimana dijabarkan pada Kol. 1:9-11.
Pertama: kita memperoleh hikmat dan pengertian yang benar tentang kehendak Tuhan dalam hidup kita (ay. 9).
Kedua: semakin melayakkan hidup kita dihadapan-Nya dan Allah semakin berkenan kepada kita (ay. 10a).
Ketiga: kita terus memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik (ay. 10b).
Keempat: kita merasakan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar (ay. 11).
Allah telah kecewa melihat para pemimpin umat Yahudi pada masa dulu, karena gagal menggembalakan domba-domba Israel. “Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!” (ay. 1).
Maka kini renungannya kepada kita: para pemimpin gereja, pemimpin umat, pemimpin organisasi, keluarga, apakah kita sudah menggembalakan umat dan anggota dengan baik? Apakah kita membiarkan mereka dalam kesesatan? Janganlah ayat 2b terjadi pada kita: “Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman TUHAN.”
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah Minggu 20 November 2022
Minggu Kedua Puluh Empat Setelah Pentakosta
Minggu Kristus Raja 2022
IA MENUMBUHKAN TANDUK KESELAMATAN BAGI KITA (Luk. 1:68-79)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yer. 23:1-6; Mzm. 46; Kol. 1:11-20
Pengantar
Minggu depan kita akan memasuki Masa Adven. Minggu ini adalah Minggu Kristus Raja, sebuah pernyataan dan kesimpulan khotbah setahun kalender ini bahwa Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja dan sungguh benar dipermuliakan.
Zakharia, seorang imam Yahudi, menerima pesan akan kedatangan Allah ke bumi, sama seperti yang dialami oleh Maria dan Yusuf, orangtua duniawi Tuhan Yesus. Zakharia bersama istrinya Hana dikenal sebagai orang yang baik dan suci, sehingga mereka layak untuk menerima pesan penting itu. Namun, hingga di usia tuanya mereka tidak memiliki anak, dan bagi orang Yahudi ini merupakan sebuah aib sebab dianggap keluarga atau hamba Tuhan yang tidak diberkati. Akan tetapi Allah tidak pernah diam mendengar doa yang disayangi-Nya. Dari pengalaman Zakharia yang dipilih Tuhan untuk memperoleh berkat khusus itu, kita mendapatkan pelajaran hidup sebagai berikut.
Pertama: Nyanyian pujian sukacita Zakharia (ayat 68)
Zakharia dan Hana terus berdoa pada Tuhan agar diberikan anak, sehingga aib itu hilang. Mereka juga merindukan agar Mesias yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama itu datang ketika mereka masih hidup. Doanya itu didengar dan dijawab ketika suatu saat ia ditunjuk sebagai imam yang masuk ke dalam Ruang Maha Kudus, mempersembahkan pembakaran ukupan kepada Allah mewakili jemaah. Ia sangat terkejut ketika tiba-tiba muncul malaikat yang menyampaikan berita akan lahirnya Juruselamat yang akan didahului oleh kelahiran putranya.
Itu sungguh sesuatu yang sulit diterima pikirannya. Umurnya yang lanjut mengalahkan janji Allah yang membuat ia ragu. Akibatnya, Allah menghukumnya dengan membuat dia bisu hingga janji Allah itu menjadi kenyataan. Allah terus melakukan hal besar bagi setiap orang yang setia dan berkenan kepada-Nya. Kelemahan fisik tidak menjadi hambatan bagi Allah. Sama seperti Abraham dan Sarah (Kej. 17:17; 18:12), Musa (Kel. 3:10-15), yang pernah meragukan janji Allah akan kelahiran anak di usia tua. Akan tetapi Allah kadang dengan cara yang tidak terduga memenuhi janji-Nya. Keraguan pada rencana dan kebaikan Allah kadang membuat Allah dapat menghukum, namun hukuman itu adalah agar kita lebih taat dan percaya kepada-Nya.
Seperti halnya Zakharia, kita hamba-hamba dan anak-anak-Nya melewati pelayanan demi pelayanan. Zakaria dibentuk Allah menjadi teladan bagi kita yang mungkin meragukan Allah dan mulai tidak taat dan sepenuh hati. Kita mendapatkan pengharapan melalui kisah Zakaria. Doa dan pengharapan Zakharia ternyata dikabulkan. Nyanyian himne Zakharia ini adalah pujian sukacita darinya akan kenyataan berkat yang diterimanya dan setelah ia bebas dari kebisuannya. Nyanyian himne ini diperuntukkan bagi Tuhannya, bagi bangsa Israel dan bagi kita semua. Berita keselamatan itu diberikan kepada Zakharia imam yang taat dan setia. Mari kita tetap setia dan terus melayani Dia, sebab kuasa-Nya melebihi akal pikiran kita untuk menggenapi segala pengharapan dan pergumulan kita.
Kedua: tanduk keselamatan dari keturunan Daud (ayat 69-71)
Di tengah-tengah kegelutan hidup di bawah pemerintahan Romawi, ada dua pemikiran tentang kedatangan Mesias bagi umat Israel. Pertama, yang akan datang adalah nabi Elia kepada mereka menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat (Mal 4:5); dan kedua, merupakan pemenuhan janji Tuhan untuk pembebasan dan keselamatan yang diberikan melalui keturunan Daud. Tapi yang didengar oleh Zakharia melalui malaikat yakni Mesias yang akan datang itu merupakan tanduk keselamatan bagi bangsa Israel dari keturunan Daud, hamba-Nya itu, untuk melepaskan mereka dari kekuatan-kekuatan musuh dan dari dari orang-orang yang membenci mereka (silsilah Yesus sebagai keturunan Daud, lihat Mat. 1:1-17).
Malaikat menyampaikan pesan kepada Zakharia bahwa anaknya itu nanti akan menjadi pembuka jalan bagi Juruselamat yang akan datang. Maka ia mengalami dua sukacita di usia tuanya, yakni ia memperoleh anak yang didambakannya, dan Mesias yang ditunggu-tunggunya ketika ia masih hidup kini akan datang. Ini adalah jawaban doa panjangnya dan membuktikan Allah tidak pernah melupakan umat kesayangan-Nya. Kelahiran Yohanes menjadi pertanda awal, bahwa Allah akan menggenapi apa yang telah dijanjikan-Nya. Putra Zakharia yakni Yohanes nabi Allah yang Mahatinggi itu akan menjadi nabi Allah yang bertugas untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan yang akan menjadi manusia.
Memang kalau dilihat dari keberadaan manusia yang lemah dan terus berbuat dosa, rasanya hal yang mustahil Allah datang melawat untuk membebaskan dan menyelamatkan. Akan tetapi kasih-Nya melampaui semua dosa dan kesalahan manusia, dan karya penyelamatan-Nya menjadi nyata ketika keturunan Daud turun ke dunia melalui Tuhan Yesus. Zakharia memakai istilah tanduk keselamatan sebagai lambang kekuatan, sama seperti dituliskan dalam kitab Perjanjian Lama (Mzm. 18:13; 75:5; 89:18; 92:11; Ul. 33:17; Zak. 2:4). Maka dalam hal ini Allah tidak sekedar melawat umat Israel, melainkan memberikan Juruselamat yang kuat untuk membebaskan mereka dari kegentingan hidup. Mereka tidak terpikir bahwa kali ini Allah melawat untuk menghukum (band. Luk. 7:16; 1Pet. 2:12), melainkan lebih kepada pemenuhan janji kebebasan dan keselamatan. Inilah yang menjadi himne syukur Zakharia.
Ketiga: perjanjian-Nya yang kudus (ayat 72-75)
Alkitab menuliskan bahwa Allah memberikan janji-janji kepada manusia. Allah berjanji kepada Hawa bahwa keturunan perempuan itu yang akan meremukkan iblis, dan janji itu dipenuhi. Allah berjanji kepada nabi Nuh bahwa Allah tidak akan menghukum manusia dengan air bah, dan itu menjadi kenyataan hingga kini. Allah berjanji kepada Abraham menjadi berkat bagi banyak orang melalui dia (Kej 12:3) dan terbukti begitu besar keturunannya baik secara fisik maupun rohani. Allah juga berjanji kepada Musa untuk mengembalikan mereka ke tanah perjanjian tanah Kanaan, dan itu terwujud kemudian. Allah berjanji kepada Daud bahwa keturunannya yang akan menjadi penyelamat bangsa-bangsa, dan itulah yang diwujudkan-Nya saat ini.
Memang disini keterbatasan pemahaman Zakaria sebagai orang Yahudi. Ia juga masih berpikir dan berpengharapan bahwa Mesias yang datang itu adalah untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi. Mereka berpikir yang datang itu dari keturunan Daud agar kekuatan bangsa Yehuda sama seperti masa-masa jayanya Raja Daud. Akan tetapi karya penyelamatan Allah melalui keturunan Daud tidak dapat lagi dibatasi hanya kepada umat Israel. Keturunan Daud yang datang itu tidak berbicara pembebasan fisik dan berkat jasmani, melainkan kepada pembebasan jiwa. Mesias yang datang itu tidak untuk membangun kerajaan Yehuda dan Israel saja, melainkan kerajaan rohani yang melewati batasan-batasan suku-suku dan bangsa-bangsa.
Janji Allah adalah janji yang kudus. Bahkan demikian seriusnya janji Allah sehingga Ia menekankan kata sumpah dalam janji-nya (band. Ibr. 6:13). Kesetiaan Allah terhadap perjanjian membuat kita harus percaya kepada-Nya. Namun Ia juga meminta kita setia dengan perjanjian itu, sehingga apa yang ada dalam perjanjian kita sengan Allah akan menjadi kenyataan. Kini pertanyaannya, apa janji yang kita harapkan dari Allah secara spesifik dalam kehidupan kita, dalam pengharapan kita, dalam pergumulan kita? Allah senang kita berjanji untuk memperoleh yang kita harapkan. Tapi tetaplah setia sampai semua janji itu digenapkan-Nya.
Keempat: pengampunan dan surya di dalam kegelapan (ayat 76-79)
Seperti dikatakan di atas pada zaman itu ada banyak pemahaman tentang kedatangan Mesias berupa lawatan Allah. Orang Yahudi berpikir bahwa ketika Allah datang maka yang terjadi adalah penghakiman dan penghukuman. Bagi mereka Allah adalah hakim dan penuntut. Sementara bagi orang Yunani, Allah adalah Kuasa di tempat Mahatinggi, penuh dengan kemegahan, yang hanya mengawasi tindak tanduk manusia dan tidak berinteraksi langsung dengan mereka. Tapi ternyata Allah melalui Tuhan Yesus datang bukan seperti itu. Dia datang untuk memberi pengampunan.
Yohanes anak Zakharia sebagai pembuka jalan diminta memberikan pemberitaan pertobatan dari dosa-dosa mereka. Tugas Yohanes memberikan pemahaman akan kelepasan dari kegelapan melalui pertobatan dan pengampunan dosa. Pengampunan dalam hal ini bukan konsep pengurangan hukuman atau petunjuk baru untuk mendapatkan pengurangan hukuman itu, misalnya dengan perbuatan baik atau menambah persembahan hewan sebagaimana mereka fahami. Jalan pertobatan yang diberikan adalah jalan damai sejahtera sebagai pilihan. Jalan ini bukan menuju kepada jalan ke keselamatan, melainkan jalan keselamatan yang sudah pasti, dan kita dapat menikmatinya dalam proses kehidupan yang dijalani.
Zakharia menyebut Surya pagi, dimaksudkannya sebagai terang ibarat terbitnya matahari di ufuk timur dari tempat tinggi, yang akan menyinari mereka keluar dari kegelapan (band. Mal. 4:2). Surya pagi yang juga dimaksudkan sebagai Mesias (Mal. 3:18; Yes. 60:1) yang akan menuntun kehidupan mereka berdamai dan dekat dengan Allah, sehingga bebas dari belenggu ketakutan, termasuk ketakutan pada kematian. Terang yang akan datang membuka keterasingan manusia untuk menjadi bersahabat dengan Allah. Dia yang semula ditakuti karena penghukuman-Nya kini menjadi Allah yang penuh kasih dan sama dengan manusia. Lawatan Allah ini yang harus disambut dengan pertobatan sejati dan beribadah kepada-Nya tanpa rasa takut (1Yoh. 4:18). Itulah Surya pagi yang merupakan rahmat anugerah bagi kita yang sungguh-sungguh menyerahkan hidupnya bagi Allah, sama seperti Zakharia. Dan ini juga yang dikatakan oleh Maleakhi, "Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah" (Mal. 4:6).
Penutup
Nyanyian Zakaria adalah sanjungan atas perbuatan Allah bagi dirinya. Ia melihat betapa baiknya Allah di dalam kehidupannya, dengan mengabulkan dua doa besarnya. Allah telah memilih dia sebagai ayah seorang nabi pembuka jalan bagi Mesias yang akan datang. Semua itu karena kesetiaannya. Janji Allah itu juga digenapkan bahwa Mesias yang datang itu dari keturunan Daud, tanduk keselamatan yang kokoh seperti raja Daud. Namun jalan yang dibuka bukan kerajaan dunia berupa fisik, melainkan kerajaan rohani melalui pertobatan dan keselamatan sorgawi. Inilah Surya damai itu bagi kita semua, pengharapan Zakharia yang menjadi pengharapan kita semua. Tetaplah teguh dan setia seperti Zakharia dan kita akan menerima janji-janji-Nya yang kudus dalam kehidupan kita sehingga mampu membuat nyanyian sukacita seperti Zakharia.
Tuhan Yesus memberkati kita semuanya, amin
.
Pdt. (Em.) Ramles M. Silalahi
Khotbah Minggu 13 November 2022
Khotbah Minggu Kedua Puluh Tiga Setelah Pentakosta Tahun 2022
WASPADALAH, SAATNYA SUDAH DEKAT (Luk. 21:5-19)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes. 65:17-25 atau Yes. 12 atau Mal. 4:1-2a Mzm. 98 2Tes. 3:6-13; Luk. 21:5-19
Pengantar
Minggu ini kita diberikan nats yang menggambarkan Tuhan Yesus telah tiba di Jerusalem di akhir masa pelayanan-Nya. Setelah selesai melakukan percakapan dan perdebatan di dalam Bait Allah, Tuhan Yesus kemudian hendak meninggalkan tempat itu. Para murid yang umumnya berasal dari Galilea dan jarang berkunjung ke Jerusalem sangat mengagumi bangunan Bait Allah tersebut. Akan tetapi Tuhan Yesus mengatakan kepada mereka bahwa Bait Allah itu tidak lama lagi akan dirubuhkan. Ia juga memberikan nubuatan dan tanda-tanda akhir zaman yang sudah dekat. Kita kembali melihat nubuatan Tuhan Yesus selalu benar dan tepat. Dari apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus kita mendapatkan pelajaran sebagai berikut.
Pertama: nubuatan yang terjadi (ayat 5-6)
Bait Allah yang dimaksudkan dalam nats ini adalah tempat ibadah yang menjadi kebanggaan umat Yahudi. Bait Allah ini ada dalam suatu kompleks yang besar dengan luas sekitar 500 x 400 meter. Bait Allah ini pertama kali dibangun oleh Raja Salomo, kemudian diruntuhkan oleh pasukan Babilonia di abad ke-7 SM. Kompleks ini kemudian dibangun oleh Ezra setelah kembali dari pembuangan di abad ke-6 SM, namun dinodai oleh Seleucids di abad ke-2 SM dan tidak lama kemudian dilakukan proses pentahiran kembali oleh Makabe. Setelah itu Bait Allah ini diperluas oleh Herod selama 46 tahun. Banyak sekali benda-benda yang indah dan mahal ditempatkan di dalam bangunan maupun di luar sebagai pajangan, yang umumnya sebagai persembahan dari orang-orang kaya atau penguasa. Oleh karena itu bangunannya sangat indah dan penuh dengan nilai historis.
Para murid demikian kaget ketika Tuhan Yesus berkata bahwa Bait Allah itu akan diruntuhkan dan tidak ada satu batu pun yang akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Itu suatu nubuatan yang tidak diinginkan oleh mereka. Dengan pondasi yang begitu besar-besar dan kokoh (konon satu batu pondasi berukuran 20 x 5 x 4 meter) hal itu menjadi hal yang sulit dibayangkan. Keindahan Bait Allah yang dilapisi dengan marmer putih dan dihiasi dengan lempengan-lempengan emas memang sangat indah dan tidak percaya akan dirusak. Namun ternyata nubuatan ini terjadi, semuanya menjadi kenyataan ketika jenderal Titus dan pasukan Romawi di tahun 70 M mengepung dan membakar seluruh kota Jerusalem. Bait Allah itu ikut dihancurkan. Ini dapat dianggap sebagai hukuman kepada bangsa Israel karena menolak Tuhan Yesus. Ia telah melihat bagaimana para kaum Farisi dan orang Isreael selama dalam perjalanan menuju Jerusalem dan pertemuan serta percakapan di dalam Bait Allah mereka tidak menerima Dia dengan baik, meski dalam perdebatan Yesus selalu menang.
Ini merupakan suatu peringatan kepada kita. Ada beberapa aspek yang perlu kita lihat dan belajar dari peristiwa ini, yakni menghindari gereja-gereja kita membangun fasilitas fisik dengan penuh unsur kemewahan namun tidak ada manfaatnya bagi pertumbuhan rohani umat. Apa yang dihasilkan dari bangunan megah hanyalah kebanggaan yang kosong. Hal itu juga berkaitan dengan ketaatan gereja dalam mengikut Dia, yang tidak hanya melaksanakan ritual ibadah setiap minggu (koinonia) dan mempercantik bangunan, akan tetapi perlunya ketaatan dalam perintah Tuhan Yesus dalam kegiatan-kegiatan diakonia (berupa bakti pelayanan sosial) dan juga marturia (penginjilan dan penyebaran kabar baik) ke luar gedung gereja. Refleksi itu sangat mudah dilihat dari penggunaan anggaran masing-masing gereja, apakah pemakaian anggaran yang ada sudah cukup seimbang untuk ketiga kegiatan utama gereja tersebut. Bahaya yang tidak kelihatan ini dapat suatu saat menjadi bumerang bagi umat Kristen dan kemerosotan dalam misi dan keberadaannya di dunia.
Kedua: tanda- tanda akhir zaman (ayat 7-11)
Para murid langsung bertanya dengan dua pertanyaan: kapan itu akan terjadi? Apa tanda-tandanya? Tuhan Yesus tidak langsung menjawab pertanyaan para murid melainkan memberikan beberapa tanda-tanda dalam nats ini (tanda-tanda akhir zaman atau hari Tuhan dalam Alkitab ada di beberapa kitab dan ayat), yakni akan muncul mesias palsu, terjadinya peperangan dan pemberontakan antara bangsa melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, bencana alam berupa gempa bumi dahsyat, mewabahnya penyakit sampar dan kelaparan, dan tanda-tanda lainnya, serta yang terutama akan ada penangkapan dan penganiayaan terhadap para murid dan orang percaya dan dimasukkan oleh penguasa ke dalam penjara-penjara.
Di sini para murid melakukan kesalahan berpikir dengan menafsirkan bahwa keruntuhan Bait Allah berhubungan dengan akhir zaman dan berpikir bahwa kedua hal itu berhubungan secara langsung. Nubuatan berupa tanda-tanda akhir zaman tersebut tidak harus langsung ditafsirkan secara harafiah, meski dapat ditafsirkan bahwa hancurnya Bait Allah itu menjadi suatu lambang akan kedatangan-Nya kembali untuk menghakimi dunia. Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus yakni adanya hubungan antara penghukuman terhadap bangsa-bangsa melalui kehancuran sesuatu dan penghakimam pada akhir zaman. Soal waktunya, tidak harus bersamaan atau berurutan. Ada masa antara yang selalu bisa terjadi. Tuhan yang menetapkan segalanya.
Namun para murid mengira bahwa semua itu akan langsung terjadi ketika Yesus menggenapi kemesiasan-Nya. Padahal apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus bukan berarti bahwa kesudahan dunia ini sudah dekat, meski Bait Allah itu sendiri akan dihancurkan. Kesalahan ini tidak dapat dihindari sebab kecendrungan kita manusia hanya ingin memenuhi kepuasan sendiri akan sebuah informasi rinci dan justru tidak berminat pada nilai-nilai utama dan manfaat yang kita perlukan. Oleh karena itu Tuhan Yesus memberikan pandangan tentang apa yang mereka perlu lakukan dan memberikan peringatan agar mereka tidak mengikuti mesias palsu dan bersiap terhadap segala kemungkinan buruk yang akan terjadi di hari-hari mendatang. Ia senang memberi tanda-tanda dan manusia diberi hikmat untuk mencari dan mengetahui tanda-tanda yang diberikan (band. Ayat 29-30).
Ketiga: diperlengkapi dengan hikmat dan kata-kata (ayat 12-14)
Tuhan Yesus mengingatkan bahwa penderitaan yang para murid akan alami bisa datang dari pengkhianatan anggota keluarga dan teman-teman. Iman dan kesetiaan pada Yesus mungkin membuat keluarga atau teman memusuhi kita. Penggenapan penderitaan yang dinubuatkan Yesus memang terjadi sebagaimana Lukas mencatat banyak hal dalam kitab Kisah Para Rasul. Akan tetapi Yesus tidak membiarkan murid-murid-Nya tidak siap dengan hari-hari yang berat ke depan. Ia meyakinkan para murid bahwa Ia akan terus menyertai mereka, melindungi mereka dan membangun kebesaran kerajaan-Nya bersama dengan mereka. Oleh sebab itu pada akhir abad ke-2 bapak gereja Tertulian menuliskan, darah Yesus adalah benih, sebab para penentang membangun penyebaran kekristenan.
Dari catatan kuno yang ada disebutkan bahwa semua rasul mati syahid dengan melewati penganiayaan dan penyiksaan karena nama-Nya (kecuali Yohanes yang meninggal terasing di Patmos). Begitu pula orang percaya terus dikejar dan disiksa sebagaimana yang dilakukan oleh Paulus (Saulus) sebelum ia bertobat dipanggil Yesus. Tapi akhirnya Rasul Paulus menuliskan bagaimana ia bersukacita dengan penderitaan yang dialaminya karena itu membuat dia semakin mengenal Kristus dan Kristus membangun dan bekerja bagi gereja-Nya (Flp. 3:10; Kol. 1:24). Ia mengalami seperti apa yang dikatakan Yesus, menetapkan di dalam hatinya dan tidak memikirkan pembelaannya ketika berhadapan dengan musuhnya. Tuhan Yesus sendiri yang memberikan kata-kata hikmat, sehingga Rasul Paulus tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawannya.
Gereja mula-mula berkembang meskipun penuh dengan penderitaan. Penganiayaan dan penindasan fisik adalah jalan kesempatan bagi umat Tuhan untuk bersaksi untuk kebesaran Nama-Nya (Flp. 1:12). Kekristenan dalam setiap waktu harus bersiaga menghadapi kemungkinan seperti ini. Hal ini menjamin bahwa meskipun kita kadang merasa ditinggalkan, Roh Kudus akan beserta dengan kita. Ia akan menghibur, melindungi, dan memperlengkapi kita dengan Firman yang kita butuhkan. Segala penderitaan tetap ada dalam kuasa dan pengendalian-Nya. Jaminan ini memberi kita keberanian dan berpengharapan pada Kristus untuk berdiri teguh dalam situasi apapun yang akan kita hadapi. Dan Ia juga berjanji akan kembali dengan penuh kuasa dan kemuliaan untuk menyelamatkan kita. Apa yang Tuhan Yesus ingatkan dan janjikan kepada para murid juga sama dengan kepada kita untuk mengarahkan pandangan kita untuk kedatangan-Nya kembali.
Keempat: tetap bertahan untuk memperoleh hidup (ayat 15-19)
Tuhan Yesus secara jujur mengatakan bahwa kita tidak akan terhindar dari penderitaan bahkan dapat berupa kematian. Kita harus mengingat bahwa banyak para murid yang mati martir. Hal yang ditekankan Yesus adalah kita tidak akan menderita secara rohani apalagi kita akan mendapatkan kemuliaan kekekalan bersama-Nya. Setiap orang percaya harus melakukan tugas dan panggilannya untuk bersaksi bagi Kristus. Kita diminta memperlihatkan iman kita bagi perluasan kerajaan-Nya, melalui ketekunan dalam berdoa, beribadah dan bersekutu untuk saling menguatkan, melakukan perbuatan baik bagi sesama, kesediaan bersaksi tentang jaminan keselamatan yang kita miliki, dan yang terutama kesediaan berkorban termasuk dalam penderitaan.
Kita tidak perlu kuatir akan apa yang akan menerpa dalam tugas panggilan itu. Allah akan memelihara dengan jaminan penuh penyertaan-Nya dan bahkan sehelai rambut pun tidak akan hilang dari kepala kita. Kasih Allah tidak akan terpisahkan dari anak-anak-Nya yang setia. Jaminan yang diberikan oleh Tuhan Yesus adalah jaminan rohani, bukan jaminan jasmani. Dalam arti, walapun berkorban nyawa, kita tidak perlu takut. Di dunia ini semua orang akan mati, akan tetapi mereka yang percaya dan taat akan diselamatkan bagi kehidupan yang kekal. Orang percaya yang setia berjalan dengan Kristus dapat kehilangan nyawanya, tetapi tidak akan pernah kehilangan jiwanya.
Inilah tugas gereja yang ditekankan dalam nats ini. Jangan terlalu terpukau dalam pembangunan fisik dan bangunan yang indah mengagumkan banyak orang, tetapi tidak siap untuk berkorban dan menderita bagi yang lain. Orientasi gereja harus selalu berpikir akan hari Tuhan dan kedatangan-Nya. Pertanyaannya bukan soal waktu itu sudah “dekat” atau masih “jauh”. Bait Allah yang digambarkan melalui nats ini adalah sebuah bukti, bahwa penolakan akan kebenaran yang Allah tunjukkan dapat menjadikan keruntuhan dan penghukuman. Gereja-gereja harus bercermin dan terus memberikan yang terbaik bagi pembangunan rohani jemaatnya dan kesiapan bersaksi melalui organisasinya, hamba-hambanya dan terutama seluruh jemaatnya.
Penutup
Bait Allah yang demikian megah itu tidak berkenan kepada Tuhan dan akhirnya dibakar dan diruntuhkan. Tidak ada kemegahan yang abadi di dunia ini. Sebagai murid Tuhan Yesus, kita sebaliknya diminta untuk memiliki hati yang selalu terarah kepada-Nya, bukan kekaguman pada keindahan fisik duniawi. Akhir zaman akan selalu tiba dan tidak perlu mempersoalkan jauh dan dekatnya. Hikmat kita untuk mengerti tanda-tanda. Kita dipanggil untuk bersaksi setia dan menjadi berkat bagi sesama, melalui kehidupan pribadi, keluarga dan gereja. Adalah tugas gereja untuk terus mengingatkan pesan Tuhan Yesus, siapa yang tetap bertahan, akan memperoleh hidup (yang kekal).
Selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Kabar dari Bukit Minggu 13 November 2022
Kabar dari Bukit
BERSYUKUR DAN BERTANGGUNGJAWAB (Yes. 12:1-6)
Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku! (Yes. 12:2)
Salam dalam kasih Kristus.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini, diambil dari kitab Yes. 12 yang berisi enam ayat. Tema pokoknya: “Nyanyian syukur atas keselamatan”. Ini pujian bangsa Israel kepada Allah atas kesetiaan dan pemenuhan janji-Nya, meski kadang Allah murka dan menghukum; dan kita juga saat ini bersyukur telah diselamatkan melalui Tuhan Yesus, penggenapan semua janji-Nya.
Alkitab menegaskan bahwa setiap manusia dipanggil untuk dua hal. Pertama, dalam Rm. 8, kita dipanggil untuk masuk ke dalam keselamatan dan kebenaran di dalam Kristus. Kedua, pada Kej 1:28, sejak awal bumi dibentuk, manusia dpanggil menerima mandat budaya, mengelola bumi dan juga beranak cucu. Pada 1Kor. 12, dituliskan panggilan berkarya sesuai talenta dan karunia rohani yang diberikan.
Mungkin kita belum melakukan panggilan itu secara optimal, atau sering gagal, terlebih dengan godaan dunia dan iblis serta ego ingin ditinggikan. Kadang kita mengalami masa-masa sulit, seperti permasalahan keluarga, pekerjaan atau organisasi, atau bahkan sakit-penyakit atau dampak covid terhadap pekerjaan dan lainnya. Masalah selalu ada, pergumulan datang, tetapi Allah setia dan penuh kasih.
Kita datang kepada Yesus Kristus. Prinsip berserah dan memohon bimbingan Tuhan sangat diperlukan, Kita adalah orang lemah dan berdosa yang tidak layak menerima hadiah, tetapi atas anugerah-Nya kita diselamatkan sesuai dengan iman yang menyelamatkan (Ef. 2:8; Ibr. 11:1; Yak. 2:20).
Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya” (ay. 3-4a; band. 1Tes. 5:18), itulah prinsip mereka yang sudah diselamatkan. “Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion, sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu!" (ay. 6). Sukacita diselamatkan dan Allah hadir dalam hidup kita, maka Dialah damai sejahtera kita. “Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan. Ya ini yang disebut menangis gembira sebagai buah bersyukur.
Sebagai orang percaya kita wajib saling mendukung dan menasihati (1Tes. 5:11; Mat. 18:15-20). Pandangan manusia sempit dan sangat terbatas, yang sering dipakai iblis untuk membawa kita jatuh ke dalam dosa. “Beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!” (ay. 4b-5).
Mari kita jalani kehidupan ini sebagai Alkitab yang terbuka bagi orang lain, menjadi berkat dan teladan dengan tindakan dan perilaku sebagai orang percaya, manusia unggul dan berkualitas. Jalanilah kehidupan dengan mengikuti etika serta kepatutan, sesuai firman Tuhan dan tradisi yang bernilai tinggi. Itulah hakekat dan bukti bahwa kita telah diselamatkan dan memilki hati yang bersyukur.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Kabar dari Bukit Minggu 6 November 2022
Kabar dari Bukit
KUATKANLAH HATIMU (Hag. 1:15b-2:9)
Tetapi sekarang, kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel, demikianlah firman TUHAN; kuatkanlah hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar; kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri (Hag. 2:4)
Salam dalam kasih Kristus.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini, diambil dari kitab Hagai 1:15b-2:9. Renungan kita sesuai kalender gerejawi masih dari Perjanjian Lama leksionari tahun C, yang kini bersisa dua minggu lagi. Selanjutnya kita akan masuk ke Minggu Adven dan memulai leksionari tahun A.
Nabi Hagai adalah salah satu yang sempat menikmati Bait Allah yang dibangun Raja Salomo dengan megahnya. Bait ini kemudian dihancurkan Nebukadnezar setelah menduduki Israel, dan penduduknya dibuang ke Babel. Kekaisaran Babel kemudian ditaklukkan oleh kekaisaran Persia. Raja Koresh, penguasa baru, yang hatinya telah digerakkan oleh Tuhan, menyetujui pembangunan kembali bait Allah tersebut, dan meminta pulang ke Yerusalem sebagian kecil orang untuk membangunnya (Ez. 1:1). Namun orang Samaria dan bangsa lain sekitarnya, menentang pembangunan ini, yang membuat orang Israel menjadi lesu dan pembangunannya terhenti (Ez. 4:24).
Nabi Hagai kemudian dipanggil oleh Tuhan untuk menyampaikan pesan kepada gubernur Zerubabel, imam besar Yoshua, dan rakyat negeri, agar pembangunan bait Allah diteruskan. “Kuatkanlah hatimu,” sampai dinyatakan tiga kali, agar umat semangat dan tidak kendor hati. “Bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam” (ay. 4).
Mungkin di antara kita saat ini ada yang mengalami pergumulan hebat, dirundung masalah, yang membuat patah semangat, kehilangan gairah. Mungkin dari dampak badai covid, seperti kehilangan orang yang dikasihi, kehilangan pencaharian, dan lainnya. Firman Tuhan minggu ini sangatlah tepat untuk direnungkan, agar kita jangan mudah menyerah, jangan goyah, tetapi terus menguatkan hati.
Dari nas minggu ini kita belajar, meski Allah menghukum umat-Nya dengan penderitaan, kasih-Nya tidak pernah hilang. Ia tetap menyertai dan pergumulan yang terjadi semua dalam kendali-Nya, yang bertujuan agar umat-Nya lebih tangguh dan juga mendekatkan diri kepada-Nya. Hukuman merupakan prinsip keadilan dan juga untuk membangun kesadaran bahwa Tuhan berkuasa atas hidup manusia.
Pelajaran kedua, Allah Maha Kuasa, yang dapat menggunakan siapa saja, termasuk memakai Raja Koresh, musuh bangsa Israel, untuk mewujudkan rencana-Nya. Allah ingin bangsa Israel bangkit dari keterpurukan. agar umat-Nya jangan terjebak dalam masa lalu, menangisinya, melainkan fokus memandang ke depan, meminta pertolongan Tuhan Yesus untuk kebangkitan baru.
Pelajaran ketiga, Allah ingin kita tetap bersekutu dengan Dia. Melalui pembangunan bait Allah kembali, Allah ingin hadir ditengah-tengah kehidupan umat, menyatakan kuasa-Nya dan juga kebesaran-Nya. Kita tidak perlu bernostalgia akan masa lalu bait Allah dibangun megah semasa Raja Salomo; tidak perlu membandingkan sebab Ia adalah pemilik segalanya. “Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam. Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman TUHAN semesta alam” (ay. 8-9).
Tuhan selalu memberi kesempatan kepada orang-orang yang mengandalkan-Nya. Firman-Nya meneguhkan, “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Flp. 1:6). Dan terbukti, bait Allah selesai dibangun (Ez. 6:14-15). Maka jangan pernah ragu. Nasihat penting bagi orang percaya adalah, “Yakinlah dalam keyakinanmu, dan ragukan keraguanmu.” Tetaplah semangat, jangan mudah menyerah, IA adalah Allah kita yang hidup (Yoh. 1:4; Flp. 2:11).
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 651 guests and no members online