Thursday, November 21, 2024

Kabar dari Bukit Minggu 30 Oktober 2022

Kabar dari Bukit

 

IMAN DAN DUA CARA BERSERAH (Hab. 1:1-4; 2:1-4)

 

Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya (Hab. 2:4)

 

Salam dalam kasih Kristus.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini dari Hab. 1:1-4; 2:1-4. Nas ini dari dua pasal: pertama, berbicara tentang keluhan nabi karena ketidaksetiaan; dan pasal kedua tentang orang yang benar akan hidup oleh karena percayanya. Perikop terakhir ini sama dengan kitab PB yang menuliskan, “Orang benar akan hidup oleh iman” (Rm. 1:17; Gal. 3:11; Ibr. 10:38).

 

Saya tertarik pada sebuah postingan di grup WA yang menuliskan, "aku menyerahkan pergumulanku kepada Tuhan." Saya tidak tahu persis masalah dan pergumulannya, tetapi saya perlu sampaikan bahwa pernyataan itu bisa benar dan bisa salah. Kenapa? Karena iman yang salah akan menghasilkan sikap dan perbuatan yang salah.

 

Ketika dihadapkan pada masalah atau pergumulan, ada dua cara untuk kita berserah kepada Tuhan; keduanya tetap dalam bingkai iman yakni kita percaya Tuhan ada dan mampu menolong kita. Cara pertama berserah, melalui pikiran atau kecerdasan intelektual. Melalui pikiran kita dapat bertanya: mengapa hal itu terjadi? Apa yang dapat kita lakukan untuk menyelesaikannya? Contoh sederhana. Jika sakit batuk, minumlah obat batuk, tentu diiringi doa. Tidak elok kita meminta Tuhan langsung membereskan semua masalah, padahal kita mampu melakukan sesuatu. Jangan juga cepat berkeluh seperti nas minggu ini: “Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, .... Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan?” (ay. 2-3).

 

Kendala berserah kepada Allah melalui pikiran dan kecerdasan adalah ego dan kejujuran. Misalnya, kita berprasangka ada orang yang jahat, kita musuhi, padahal penyebab persoalannya bisa saja dari diri kita. Seringkali kita tidak jujur dan tidak mau merendahkan diri, yang membuat masalah tidak terselesaikan. Padahal, Tuhan mengaruniakan pikiran dan kecerdasan kepada kita, oleh karenanya selalu ada pilihan.

 

Ada kisah orang Farisi yang menganggap diri mereka benar dan menilai negatif orang lain (Luk. 18:9-14). Tapi firman-Nya akhirnya berkata: “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (ay. 14). Jadi jujurlah dan selesaikanlah, dan Tuhan akan menolong. Jadilah seperti pemungut cukai yang rendah hati dalam cerita nas itu.

 

Selain pikiran, Allah juga menganugerahkan kepada kita perasaan, hati, emosi. Maka cara kedua berserah kepada Allah adalah melalui perasaan, melalui hati. Cara kedua ini lebih dipakai bila cara pertama sudah mentok, buntu. Seorang yang sakit parah dan sudah berobat ke berbagai dokter, berdoa, kemudian dokternya angkat tangan, maka berserahlah kepada Allah melalui totalitas hati dan perasaan. Bila melalui kecerdasan manusia telah buntu, kita tetap memohon mukjizatnya. Jika sudah mentok karena ketidaktahuan dan keterbatasan, kita kembali seperti anak kecil, berserah, menggantungkan kepada ayah-ibunya dengan sepenuh hati.

 

Kedua cara berserah ini berkenan kepada Allah. Hati memang tidak perlu dibenturkan dengan pikiran dan kecerdasan. Derek Prince berkata dalam bukunya Faith to live by, iman itu dasarnya di hati, selalu dinamis, berubah dan bertumbuh. Pengharapan, dasarnya di pikiran. Jika ingin keluar dari masalah, melalui iman kita tidak akan pernah kecewa karena Tuhan pasti memberi yang terbaik. Tetapi jika pengharapan yang dasarnya pikiran semata, seringnya berbuntut rasa kecewa. Itulah pilihannya.

 

Alkitab berkata, "Jadilah kepadamu menurut imanmu" (Matius 9:29). Maka sangatlah baik berserah kepada Tuhan untuk memperlihatkan iman kita teguh. Tetapi jangan itu hanya sebagai kedok untuk membusungkan dada, bersembunyi dari kebenaran dan tidak lurus hatinya (band. ay. 4). Orang benar yang hidup oleh percayanya perlu didasari kebenaran, siap merendahkan diri, dan berusaha yang terbaik untuk mengasihi sesama dan Tuhannya. "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih" (1Kor. 13:13).

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 501 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7406657
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
49772
61324
159423
7204198
441519
1386923
7406657

IP Anda: 108.162.226.221
2024-11-21 20:26

Login Form