2020
2020
Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus
Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus
KEKUASAAN DAN KEMULIAAN KRISTUS
(Ef. 1:15-23)
Bacaan lainnya: Yeh. 34:11-16, 20-24; Mzm. 100 atau Mzm. 95:1-7a; Mat. 25:31-46
Nas Ef. 1:15-23 selengkapnya dengan judul: Doa untuk pengertian kemuliaan Kristus
1:15 Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, 1:16 aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, 1:17 dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. 1:18 Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, 1:19 dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, 1:20 yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, 1:21 jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. 1:22 Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. 1:23 Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.
-------------------------------
Pendahuluan
Peringatan kenaikan Tuhan Yesus ke sorga pada hari ini kita diberi gambaran tentang kekuasaan dan kemuliaan Kristus sebagaimana Rasul Paulus telah melihat karya nyata-Nya di dalam jemaat Efesus. Ini semua didahului oleh rasa syukur dan dukungan doa terus menerus bagi jemaat tersebut, dan adanya pengharapan pada setiap panggilan-Nya. Tuhan Yesus naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan semua telah diletakkan di bawah kaki-Nya.
Melalui bacaan nas ini kita diberi pengajaran sebagai berikut:
Pertama: Doa syukur atas pengenalan Allah yang benar (ayat 15-17)
Bagaimana kita mengetahui tentang orang lain? Apakah dengan membaca riwayat hidup atau keterangan lain tentang dia? Tentu itu akan membantu informasi tentang dia, akan tetapi kita tetap tidak mengenali orang tersebut dengan sesuangguhnya. Jika kita ingin mengetahui seseorang, kita harus menghabiskan waktu yang cukup dengan orang itu, sebab tidak ada jalan singkat. Kita orang percaya adalah sebuah buku yang terbuka yang dapat dilihat dan dibaca orang lain dengan mudah. Semua akan tercatat dan dapat dinilai orang lain (dan kelak oleh Kristus). Bagi mereka yang tidak suka akan isi buku itu meski dengan alasan yang tidak jelas, mereka tidak menarik manfaat dan malah menjelek-jelekkan. Ini cara pandang yang jelas salah. Tetapi bagi mereka yang menyukai hal yang terlihat dan tertulis di sana, akan bersikap bersyukur dan mengambil manfaat dari isi buku itu. Itulah pelajaran universal pada kehidupan.
Demikianlah halnya dengan Rasul Paulus. Ia tinggal di Efesus bersama jemaat selama tiga tahun dan kemudian saat ia berada di penjara ketika surat ini ditulis, ia mendapat laporan bahwa jemaat Efesus semakin bertumbuh iman mereka dengan baik, dan memberikan buah kasih yang nyata (band. Kol 1:4). Buah iman ini diwujudkan dalam dukungan mereka bagi orang-orang kudus, dalam hal ini mereka yang sudah percaya kepada Yesus tetapi membutuhkan dukungan materi dan juga pelayanan. Ini jelas pengenalan dan kepedulian Rasul Paulus terhadap jemaat binaannya. Sebab itu Rasul Paulus mengatakan ia bersyukur apa yang dilihatnya, bersyukur atas apa yang telah Allah lakukan untuk jemaat di Efesus tersebut. Demikian juga dengan dengan pengenalan kita akan Allah. Membaca Alkitab, belajar teologi yang bagus, atau membaca brosur-brosur yang mengesankan, semua itu tidak dapat menggantikan dengan pengenalan melalui berjalan dalam kehidupan bersama Pribadi Allah. Alkitab, buku teologi dan brosur atau informasi apapun juga, tidak bisa menggantikan Pribadi Allah yang perlu kita kenal lebih dalam, yakni dengan cara berinteraksi dengan-Nya.
Sikap bersyukur akan lebih baik bila didukung dengan berdoa bagi pertumbuhan yang lebih baik lagi bagi mereka. Doa syafaat Rasul Paulus dalam nas ini adalah untuk kesejahteraan rohani orang percaya agar mereka lebih mengenal Allah (band. Ef 3:16). Pengenalan pertama yang diharapkannya yakni Pribadi Allah tersebut dalam Yesus Kristus. Pengenalan Pribadi ini sangat penting untuk mengetahui hal lainnya yang terdapat dalam Pribadi tersebut. Kini pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita mengenal Pribadi Allah? Atau kita hanya mengetahui tentang Dia? Perbedaannya pengenalan ini terletak pada berapa banyak waktu yang kita berikan untuk bersekutu dengan Allah (band. Ayb 42:5. Belajar tentang Yesus melalui kehidupan-Nya sebagaimana dituliskan dalam Alkitab, tentang apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya selama tiga tahun di dunia ini sekitar 2000 tahun yang lalu, akan membuka jalan bagi kita untuk mengenal Pribadi Allah lebih dekat dan menerima berkat-berkat atau kekayaan ilahi dari-Nya. Lakukanlah pengenalan awal melalui doa saat ini juga. Pengenalan yang benar akan Yesus pasti merubah hidup kita selamanya.
Kedua: Pengharapan dalam panggilan-Nya (ayat 18-20a)
Doa Rasul Paulus yang kedua bagi jemaat Efesus adalah agar mereka mengenal panggilan Allah. Panggilan Allah dalam hal ini adalah pengharapan yang diberikan dalam sebuah panggilan untuk mengikut Kristus. Pengharapan yang kita miliki bukanlah suatu perasaan yang samar-samar bahwa masa depan kita adalah baik, melainkan itu suatu jaminan kemenangan pasti di dalam Allah yang hidup. Kepastian yang utuh datang pada kita melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hati kita. Oleh karena itu Rasul Paulus meminta agar Tuhan membuka mata hati mereka menjadi terang, yakni tempat pusat pengolahan perasaan batin, pikiran, dan kemauan yang terang pada setiap orang percaya. Mata hati yang gelap tidak akan mampu melihat karya Allah bagi dunia ini dan bagi setiap insan manusia melalui sejarah dan Tuhan Yesus (2Kor 4:6; Ibr 6:4). Pengharapan itu sangat penting sebab pengharapan yang memberikan dorongan kepada kita untuk hidup dengan penuh semangat dan daya juang (tentang pengharapan ini dapat dibaca juga pada Rm. 8:23; Ef. 4:4; Kol. 1:5; 1Tes. 1:3; 1Pet. 3:15).
Selanjutnya doa Rasul Paulus meminta agar jemaat mengenal kekayaan Allah yakni kekayaan kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus (Flp. 1:9; Kol. 1:9-10). Dalam mengenal kekayaan tersebut, yakni janji akan masa depan yang indah pada akhir zaman dan kekekalan. Janji tersebut bahkan sudah berwujud sejak kita mengaku Yesus adalah Juruselamat dengan pemberian Roh Kudus di dalam hati kita yang memiliki kuasa demikian besar, khususnya dalam damai sejahtera dan kekuatan serta penghiburan dalam menjalani kehidupan ini (Rm. 5:5; 2Kor. 1:22; Gal. 4:6). Kekayaan Allah berupa hikmat dan janji itu akan digenapkan nanti dalam kemuliaan yang sudah diterima oleh Tuhan Yesus dan juga menjadi bagian orang percaya. Gambaran kemuliaan ini tidak dapat terpikirkan oleh manusia, sebagaima dalam firmam-Nya: "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9).
Doa keempat atau yang terakhir untuk jemaat Efesus dari Rasul Paulus adalah agar mereka dapat mengenal kuasa Allah. Perihal kuasa ini kadang ada sebuah ironi. Dunia ini takut akan kekuatan bom atom, yang sebenarnya atom adalah milik dan ciptaan Allah yang merupakan bagian alam semesta. Sementara kuasa Allah tidak terbatas bahkan meliputi pengendalian alam raya semesta dan kuasa ini juga yang telah dikerjakan dalam membangkitkan Yesus dari kematian; kuasa kebangkitan-Nya itu juga akan diberikan pada kita sebagai ahli waris-Nya. Memang masih banyak orang takut akan kematian sebab masih berpikir itu sebagai misteri dan kegelapan, namun dengan kebangkitan yang dijanjikan dan telah terbukti, maka setiap orang percaya tidak perlu lagi takut akan hal itu sebab "kematian" itu bersifat sementara dan jalan menuju ke kehidupan kedua yakni dalam kekekalan tadi (band. 1Pet. 1:5). Kuasa Allah yang terbandingkan ini juga tersedia bagi orang percaya untuk menolong kita dalam menghadapi setiap kesulitan, sehingga tidak ada yang terlalu sulit bagi Dia.
Ketiga: Duduk di sebelah kanan Allah (ayat 20b-21)
Kuasa Allah yang kedua setelah membangkitkan Yesus adalah mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya (band. Mrk. 16:19). Pengertian duduk di sebelah kanan dalam hal ini ekspresi alegoris orang Yahudi sebagai simbol kekuasaan dan bukan dalam pengertian fisik orientasi seperti Allah Bapa bersebelahan di sebelah kiri Tuhan Yesus, sebab Allah adalah Roh dan mengatasi segala tempat. Pengertian duduk memiliki dua makna: Pertama, sebagai metafora "Kepercayaan" atau "Wakil" melaksanakan kuasa dan Pribadi Allah dalam menghadapi seluruh ciptaan Allah sekaligus ungkapan kemuliaan dan penghormatan. Istilah populernya Yesus sebagai “Tangan Kanan”. Pengertian duduk di sebelah kanan ini juga merupakan penguatan hal yang dinyatakan dalam kitab Perjanjian Lama, "Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mzm. 110:1). Dalam Mzm. 80:18, dituliskan "Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu". Dengan kedudukan di sebelah kanan itu maka Yesus sebagai Anak Allah menjadi Representasi Pribadi Allah yang Maha Tinggi untuk menjadi Penguasa dan Pemerintah atau Raja di dunia dan alam semesta ini.
Arti kedua duduk adalah tinggal atau bersemayam (band. Luk. 24:49 dan Ams. 20:8 yang memakai kata Yunani yang sama - kathizo). Pengertian ini berarti Tuhan Yesus tinggal secara kekal dalam kebahagiaan Allah Bapa (band. Mzm. 16:11). Dengan Yesus sudah merupakan Representasi dan sekaligus tinggal bersama Allah, kita tidak perlu takut pada seorang diktator atau sebuah bangsa, atau kematian dan bahkan setan itu sendiri. Kekuasaa Yesus tidak terbatas dan jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut. Kita tahu tentang penguasa dunia atau raja-raja seperti Nebukadnesar, Daud, Rhiza Pahlevi dan lainnya, bahkan presiden yang sangat berkuasa seperti Suharto, demikian juga dengan dinasti-dinasti di Tiongkok atau Jepang, namun semua itu tidak ada yang abadi, runtuh tidak berbekas. Kita sebuat semua nama, maka tiada yang abadi. Kerajaan dan kekuasaan mereka tidak kekal sebagaimana kerajaan Yesus yang bertahan dan terus meluas hingga saat ini (Flp. 2:9,10).
Kuasa Allah yang dinikmati oleh orang percaya di dunia ini tidak berhenti disini saja. Segala kuasa di sorga maupun di bumi telah dilimpahkan kepada Yesus (Mat. 28:18-20). Kekuasaan manusia sebagaimana disebutkan di atas pasti akan berakhir. Dunia baru dengan bumi dan langit baru memerlukan pemerintahan dan kuasa yang abadi dan tidak sama dengan dunia yang kita lihat dan diami saat ini. Ini sudah merupakan paket dalam perjanjian ketika kita menerima Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai Juruselamat dan Raja dalam hidup kita. Yesus yang dihakimi di dunia 2000 tahun lalu akan menjadi Hakim yang dipilih Allah untuk mengadili yang hidup dan yang mati dan kita akan menjadi orang yang dibenarkan sesuai dengan janji-Nya. Perjanjian ini telah dimeteraikan; kita hanya sesaat untuk menunggu penenuhannya. Rasul Paulus mengatakan, sebagaimana juga pada kitab Rm. 8:37-39, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dan kasih-Nya.
Keempat: Segalanya diletakkan di bawah kaki-Nya (ayat 22-23)
Musuh yang paling kuat bagi manusia adalah iblis dengan segala bentuk pengikutnya. Meski dikatakan tubuh dan daging juga disebut sebagai musuh, namun banyak orang telah berhasil mengalahkan keinginan daging dan tubuh dengan cara puasa, tapa atau selibat. Namun sejak awal dikisahkan bahwa manusia itu mudah mengalahkan keinginan daging, namun begitu menghadapi hati, manusia sangat lemah dan mudah jatuh. Kisah Hawa yang digoda iblis dalam bentuk ular dan kemudian Adam, Kain, dan ratusan kisah manusia terbukti dikalahkan oleh iblis sehingga akhirnya jauh dari Allah. Oleh karena itu satu-satunya kuasa yang dapat mengalahkan iblis hanyalah kuasa dari Allah. Apabila manusia menghadapi iblis dengan kekuatannya maka pasti takluk, akan tetapi apabila menghadapinya bersama dengan kuasa Allah, maka pasti menang (Kol. 2:10). Pengertian bersama dengan kuasa Allah ini bukan harus dalam bentuk tengkingan, melainkan sikap hidup sehari-hari dengan tunduk berserah dipimpin Roh Kudus dan menatap lurus ke depan tanpa tergoda ke kanan atau ke kiri (Yos. 1:7).
Dalam Mzm 110: 1 di atas juga disebutkan, "sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu", arti yang sama dengan “meletakkan semuanya di bawah tapak kaki-Nya.” Ungkapan ini berasal dari sikap seorang Raja atau pemenang yang menempatkan kakinya di atas leher atau kepala orang yang ditaklukkannya dalam sebuah perkelahian atau pertempuran. Dengan sikap ini, artinya, segala yang mengaku kuasa dan pemerintahan, harus tunduk bertekuk lutut di bawah kuasa dan pemerintahan Kristus (Mat. 22:44; 1Kor. 15:25-27; Ibr. 2:8). Yesus adalah Mesias; Ia Yang Diurapi. Dia adalah Allah yang ditunggu umat Israel, Allah yang membangun kembali dunia mereka yang sudah hancur. Sebagai orang Kristen, kita harus percaya bahwa Allah akan menang dalam peperangan akhir dan mengendalikan segalanya di bawah kuasa-Nya. Demikian pula dengan kuasa-kuasa kegelapan dalam bentuk tahyul, setan, sinkretisme, dan alat-alatnya semua pasti takluk dengan penguasa tertinggi di dunia ini.
Setelah dibangkitkan dari kematian, kuasa yang diberikan pada Kristus adalah sebagai Kepala Gereja. Yesus Kristus adalah Pendiri Gereja (Mat. 16:18) dan siapapun yang percaya adalah bagian dari tubuh-Nya. Gereja dalam hal ini bukanlah bangunan atau denominasi, melainkan setiap orang yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan hidupnya (Yoh. 3:16; 1Kor. 12:13). Dalam keseharian kumpulan orang ini yang disebut dengan jemaat atau gereja-gereja lokal dan kemudian menjadi sebuah gereja universal sedunia dengan Yesus sebagai Kepala. Kedudukan Kepala bukan sekedar gelar kemuliaan atau kehormatan umum tetapi mengandung arti penuh dalam kepemimpinan yang berhubungan dengan sistim, pemerintahan, dan kuasa-Nya dalam tubuh Gereja (1Kor. 11:3; Ef. 4:15; 5:23; Kol. 1:18; 2:10). Tubuh tidak akan berdaya tanpa kepala demikian pula Gereja tidak akan berdaya tanpa Kristus. Sebagai Kepala Kristus memenuhi jemaat dan kepenuhan ini mengacu pada pemberian karunia-karunia rohani dan berkat-berkat pada gereja (band. Yoh. 1:16; 1Kor. 12:11; Ef. 3:19; 4:10). Dengan pemberian itu yakni kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef. 3:19; 4:13), Kristus sungguh-sungguh memberdayakan dan mengarahkan gereja dan untuk itu pula gereja harus mengekspresikan sepenuhnya Kristus. Dengan demikian maka gereja menempatkan Kristus adalah Raja yang kita peringati dan teguhkan minggu ini.
Penutup
Doa sejati penuh dengan ucapan syukur sebab dapat melihat dengan mata hati yang terang tentang karya Tuhan Yesus dalam hidupnya atau hidup orang lain serta jemaat-Nya. Doa yang lebih dalam adalah kepedulian akan sesama orang percaya untuk terus diberikan jalan pengenalan Allah yang benar, sehingga mampu berkarya melalui kuasa Roh Kudus yang tersedia bagi setiap orang percaya. Roh kebenaran ini kemudian memberi hikmat untuk memahami rencana Allah dan menerapkannya demi pengharapan dalam panggilan-Nya. Yesus sebagai Raja dan pemegang otoritas memimpin dan memerintah sebab Ia duduk di sebelah kanan Allah, yakni tinggal dan berkuasa atas sorga dan bumi saat ini dan kekekalan yang akan datang. Dengan kedudukan dan kuasa itu maka segala kuasa yang ada baik yang ada di bumi dan di awan-awan dan angkasa telah diletakkan di bawah kaki Yesus yang telah menjadi Pemenang. Inilah yang menjadi doa dan pengharapan kita, agar kita sebagai anggota tubuh-Nya semakin mengenal melalui mata hati yang terang akan Allah yang benar dalam Kristus yang telah menjadi Raja, sehingga kekayaan Allah dalam hikmat dan berkat merupakan penggenapan janji nyata yang kita terima dalam pengalaman hidup sehari-hari.
Tuhan Yesus memberkati.
KABAR DARI BUKIT (17 Mei 2020)
KABAR DARI BUKIT (17 Mei 2020)
Penolong dan Penghibur
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini, Yoh. 14:15-21, menceritakan janji Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke sorga. Para murid masih dalam situasi kuatir pasca kematian dan kebangkitan-Nya, serta ucapan-Nya bahwa Ia akan pergi kembali kepada Bapa di sorga (ayat 19, 7:33; 8:21). Tetapi para murid dan kita orang percaya, tidak dibiarkan sebagai anak yatim piatu. Tuhan Yesus menjanjikan adanya seorang Penolong bagi kita semua (ayat 16). Dalam ayat 26 ditegaskan, bahwa Ia juga Penghibur yakni Roh Kudus, yang diutus Bapa dalam nama Yesus. Kasih Tuhan, sungguh tidak pernah hilang dan terputus bagi kita.
Pengertian Penolong dalam nas ini berasal dari kata Yunani parakletos yang berarti: Pembela. Istilah ini sering dipakai dalam pengadilan Romawi saat itu. Parakletos adalah pihak yang dapat mewakili seseorang di hadapan hakim. Alkitab KJV/NIV menerjemahkan parakletos sebagai Advocate dan versi RSV menerjemahkannya sebagai Counselor. Istilah Penolong dan Penghibur memang hanya ada pada kitab Yohannes (juga 1 ayat di 1Yoh.), tidak terdapat pada Injil lainnya dan surat-surat rasuli.
Ayat 16 nas ini menegaskan Roh itu seorang, Pribadi lain. Nah, urusan Tuhan Yesus dan Bapa adalah SATU belum selesai saat itu, kini muncul Pribadi lain. Tetapi bagi kita, kehadiran Tuhan Yesus dan Roh Kudus sebagai Tritunggal bersama Allah Bapa, SATU hakekat dalam tiga Pribadi, tiga peran, semakin meneguhkan dan melengkapi kasih Allah kepada kita umat-Nya. Oleh karenanya dituliskan, dunia tidak melihat dan mengenal-Nya, tetapi kita yang mengasihi-Nya, akan mengenal Dia. "Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu" (ayat 17a, 20). Ini menjelaskan ayat yang mengatakan, mengapa dunia tidak mengenal dan menerima-Nya.
Sukacita kita, Roh Kebenaran itu tinggal menyertai dan diam di dalam (hati) kita (ayat 17b). Para murid memang tidak lagi melihat Yesus dengan mata duniawi. Tetapi Roh mengajar mereka, melihat dengan mata rohani, Allah tetap hadir dan hidup di dalam diri mereka. Ini yang membuat mereka terus berkarya, melanjutkan pekerjaan Tuhan Yesus bersama Penolong yang menyertai. "Aku hidup dan kamupun akan hidup" (ayat 19b). Janji penyertaan-Nya itu terus berlangsung hingga kini. Ia Penolong, Pelindung, Penghibur, dan Pemberi kebenaran bagi kita semua.
Firman minggu ini menegaskan, Roh Penolong dan Penghibur hanya akan diberikan kepada kita yang mengasihi Dia. Ini tentu sangat wajar. Ketika kita mengasihi seseorang, maka biasanya yang datang menghibur kita adalah yang kita kasihi. "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.... Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku" (ayat 15, 21). Ada ketaatan. Ada kesetiaan untuk mengasihi Dia, dan pelaku Firman-Nya. Ia pun akan semakin menyatakan diri-Nya kepada kita (ayat 21).
Kasih-Nya tidak berubah, tetapi mewujudkan kasih kepada-Nya bisa berubah sesuai konteks situasinya. Saat ini kita tidak dapat berkunjung ke gereja, bersekutu di Bait-Nya. Tetapi mari kita tetap setia, ikut beribadah dari rumah, mengirim atau menyalurkan persembahan. Itulah yang diminta, dan Ia juga berkata: "Aku akan datang kembali kepadamu" (ayat 18b). Selamat hari Minggu dan selamat beribadah di rumah. Tuhan memberkati dan melindungi kita sekalian, amin.
Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu ini: Siap Sedialah Memberi Pertanggungan Jawab (Khotbah 1Pet. 3:13-22), silahkan mengklik website www.kabardaribukit.org.
KABAR DARI BUKIT (10 Mei 2020)
KABAR DARI BUKIT (10 Mei 2020)
Tersedia di Sorga
Firman Tuhan hari Minggu ini, Yoh. 14:1-14, berbicara tentang penegasan Tuhan Yesus bahwa Ia naik ke sorga untuk menyediakan tempat bagi kita yang percaya kepada-Nya. Untuk itu Ia berkata, kita tidak perlu gelisah dan kuatir, bila kesusahan dan kematian datang (ayat 1, lih. Yoh. 13 sebelumnya). Tuhan Yesus juga menegaskan, melalui Dia-lah kita akan berkumpul di rumah Bapa di sorga: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (ayat 6). Rumah Bapa, tempat Allah bertakhta (ayat 2; Yes. 6:1–2).
Kita pasti pernah melihat ketidak-adilan di dunia ini. Misalnya, sudah jelas orangnya jahat dalam arti sering menyusahkan orang/pihak lain, tetapi hidupnya sangat senang, matinya pun senang di rumah sakit bagus, acara penguburan yang mewah, dan lainnya. Atau, kita melihat orang baik yang tidak mau menyusahkan orang lain, tetapi hidupnya di dunia ini susah, matinya pun susah, sepi, tanpa kerabat banyak hadir. Atau kita sedang dikecewakan orang lain, merasa diperlakukan tidak adil. Tetapi, percayalah, kehidupan di dunia tidak akan berhenti begitu saja saat kita mati. Kehidupan bentuk lain akan berlanjut, sebagai bagian pertanggungjawaban semua manusia atas segala perbuatan yang dilakukannya selama hidup di dunia.
Ada beberapa alasan kuat kita percaya Tuhan Yesus kembali ke sorga menyediakan tempat bagi kita. Pertama, Ia berasal dari sorga. Benih-Nya benih sorgawi, bukan benih manusia seperti kita. Agama Kristen dan agama besar lain mengakuinya, sehingga benar Dia berasal dari sorga, dan tentu kembali ke sorga. Tubuh daging kita berasal dari tanah dan kembali ke tanah (Kej. 3:19). Nafas (nefesi, ruakh) yang berasal dari Allah dan milik-Nya, akan kembali kepada-Nya. Tubuh dan daging fana; Jiwa dan roh kekal, abadi. Ketika nafas dihembuskan oleh Allah, ada rencana dan tujuan-Nya dalam hidup manusia. Tuhan tidak iseng menciptakan kita.
Ia Allah Yang Mahaadil, Mahabenar. Meski kini tampak samar-samar, tapi semua nanti dinyatakan jelas. Ia akan datang kembali, membawa kita ke tempat-Nya, supaya kita selamanya bersama-Nya (ayat 3). Akan ada penghakiman, bagi yang baik dan jahat (2Kor 5: 10; Ibr. 10:30), orang hidup dan mati (1Pet. 4:5). Oleh karena itu, kita perlu jalan, pembimbing ke sorga, dan hanya yang datang dari sorga tahu jalan ke sorga, yakni Tuhan Yesus. Kita juga ditolong untuk percaya, karena pekerjaan-pekerjaan yang Tuhan Yesus telah lakukan di dunia (ayat 12b). Ia berkata: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” (Yoh. 11:25-26). Ia Allah yang hidup dan sumber hidup.
Pesan terakhir Tuhan Yesus melalui nas minggu ini, kita diminta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar (band. 1Pet. 2:9). Ia telah pergi kepada Bapa, tetapi janji-Nya, apa juga yang kita minta dalam nama-Nya, akan dikabulkan sepanjang bertujuan Bapa dipermuliakan di dalam Anak (ayat 12-13, band. Kis. 2:43). Tentu, ini bukan oleh kita orang-seorang, melainkan karya seluruh anak-anak-Nya. Tetaplah hidup di dalam Yesus, di jalan dan kebenaran. Jangan tidak peduli atau pura-pura tidak tahu, seperti Tomas dan Filipus (ayat 5, 8). Selamat hari Minggu dan selamat beribadah di rumah. Tuhan memberkati dan melindungi kita sekalian, amin.
Pdt. Em. Ramles M. Silalahi.
Khotbah Minggu 17 Mei 2020 - Minggu Paskah VI
Khotbah Minggu 17 Mei 2020 - Minggu Paskah VI
SIAP SEDIALAH MEMBERI PERTANGGUNGAN JAWAB
(Khotbah 1Pet 3:13-22)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 17:22-31; Mzm 66:8-20; Yoh 14:15-21
(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)
Nas 1Pet 3:13-22 selengkapnya: Menderita dengan sabar
3:13 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? 3:14 Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar. 3:15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, 3:16 dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. 3:17 Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat. 3:18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, 3:19 dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, 3:20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. 3:21 Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan -- maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah -- oleh kebangkitan Yesus Kristus, 3:22 yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya.
---------------------------
Pendahuluan
Rasul Petrus melalui nas minggu ini menekankan kembali kerelaan Kristus untuk menderita bagi kita yang berdosa, dan kemenangan-Nya menjadi dasar dan kekuatan bagi orang Kristen yang menderita bagi-Nya. Kita diselamatkan untuk menerima panggilan tugas dengan meninggalkan semua keinginan nafsu jahat dan melakukan perbuatan baik. Ada banyak dasar membuat manusia berdosa, akan tetapi penderitaan karena Kristus dan kebenaran-Nya sangat menyenangkan bagi Allah, terlebih melalui hati nurani yang murni. Melalui nas minggu ini kita juga diberikan pengajaran tentang kesiapan dalam memberi pertanggungjawaban baik kepada Allah maupun sesama manusia. Pokok pemikiran dan teladannya sebagai berikut.
Pertama: menderita karena kebenaran (ayat 12-15a)
Ada peribahasa Indonesia yang cukup dikenal mengatakan, “Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih.” Makna dari peribahasa ini adalah: nasib buruk tidak dapat dihindarkan, akan tetapi nasib baik juga tak dapat dicari-cari. Kehidupan yang ada di depan kita semua adalah rahasia Tuhan; kemalangan atau keuntungan bisa datang secara tidak terduga tanpa disangka-sangka. Istilah kemalangan dan penderitaan bisa sama, tetapi juga bisa berbeda, yakni kemalangan sering diasosiasikan dengan penderitaan yang tidak seharusnya dia tanggung. Kita tahu bahwa penderitaan dalam hal ini bisa berasal dari tiga sumber: Pertama, memang itu sudah menjadi bagian dari kemanusiaan kita (human nature), bahwa kita bisa lelah, ngantuk, lapar dan haus, sakit bahkan renta karena faktor usia. Kedua, penderitaan oleh karena perbuatan atau ulah kita sendiri. Seseorang yang boros, pengaturan keuangan lebih besar pasak dari tiang, maka suatu saat ia pasti menderita karena hutang. Seseorang yang tidak banyak beraktifitas fisik atau berolah-raga tetapi makan banyak dengan cara tidak sehat, maka janganlah heran suatu saat ia akan sakit jantung atau stroke. Semua itu ada sebab akibat, ada kausalitasnya, bahkan kadang muncul casus belli atau pemicu sehingga proses penderitaan itu terjadi lebih cepat.
Orang percaya diminta berbuat kebaikan dan hal itu jangan dianggap sebagai beban. Nas minggu ini mengatakan kalau kita berbuat baik maka sangat jauh kemungkinan ada yang mau berbuat jahat kepada kita. Kebaikan biasanya berbuah kebaikan. Pohon yang baik akan berbuah yang baik. Tetapi faktor ketiga yang menjadi kemungkinan lain dari dua hal di atas, bisa saja penderitaan itu datang karena niat baik yang dijalankan secara salah, sehingga timbul salah pengertian, akibatnya muncul pertentangan dan bahkan kekerasan yang berakhir dengan penderitaan. Dari tiga hal di atas, dapat dikatakan bahwa penyebab semua itu adalah manusia itu sendiri, bukan karena kehendak Allah. Adapun faktor keempat yang dinyatakan dalam nas ini adalah ketika kita menjalankan perintah Kristus dalam kehidupan kekristenan kita, dan ternyata datang penderitaan, maka itu adalah kehendak Allah (1Pet. 2:19, 20; 4:16). Hal yang demikian bisa datang ketika kita memberitakan Injil dengan cara yang bijak, atau mempertahankan iman dan prinsip kebenaran kita sehingga mendapat pengucilan karena tidak mau berkomplot berbuat kejahatan, atau adanya kejadian yang tidak terduga tanpa sebab-musabab yang jelas timbul penderitaan, maka itu semua terjadi adalah misteri dan hikmat Allah. Allah berkehendak. Firman dalam nas ini mengatakan, yang penting janganlah kita menjadi takut dan gentar, sebab semua dalam kendali Allah dan Ia tidak akan membiarkan kita menjalaninya sendirian dan berputus asa. Kita ingat saja perkataan Kristus, "Janganlah kamu khawatir akan apa yang harus kamu katakan, tetapi katakanlah apa yang dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga, sebab bukan kamu yang berkata-kata melainkan Roh Kudus" (Mrk. 13:11). Oleh karena itu, dalam menghadapi penderitaan itu, tetaplah bersandar pada-Nya.
Hal yang utama ditekankan adalah kita harus tetap menguduskan diri dalam pengertian berusaha hidup dalam kebenaran dan jauh dari niat dan perbuatan jahat. Pengudusan itu dimulai dari hati sebab dari hatilah semua bermula. Dengan hidup kudus maka kita memberi apresiasi dan sikap hormat pada Kristus Yesus sebagai Tuhan, “yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik” (Tit. 2:14). Kita memelihara kehadiran Roh Kudus dalam hati, menjaga hati tidak tercemar. Banyak orang Kristen berpendapat bahwa iman adalah hal personal dan merupakan urusan pribadi masing-masing. Kenyataannya tidak seperti itu. Kita dipanggil untuk memberitakan iman dan pengharapan kita dalam hidup ini. Pertanyaannya: apakah orang lain dapat melihat pengharapan kita dalam Kristus? Bagaimana kita memperlihatkan iman, kasih dan pengharapan itu? Apakah kita siap dalam menceritakan
yang dilakukan oleh Kristus dalam kehidupan kita? Kita adalah saksi nyata bagi Kristus dan yang menuntun orang lain kepada-Nya. Orang lain menaruh pengharapan pada kita, melihat diri kita sebagai cermin atau Alkitab yang terbuka bagi mereka.
Kedua: Karya dan teladan Kristus (ayat 15b-18a)
Sebagai duta Kristus dan buku yang terbuka, kita harus siap sedia pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kita tentang pengharapan pada Kristus. Semua itu dalam sikap atas anugerah yang telah diberikan dan panggilan yang dipercayakan pada kita untuk memberitakan Injil dan memuliakan nama-Nya (2Ti. 4:17). Memang benar bahwa dalam membagikan iman dan kasih, kita tidak perlu secara heboh bombastis pencitraan atau ingin dipuji, atau bahkan dengan cara menjengkelkan, atau bersikap sombong. Akan tetapi, kita harus selalu siap dalam memberi jawaban dengan lembut dan penuh kasih, ketika orang lain melihat dan bertanya tentang iman kita, pengharapan dan kehidupan kita, atau visi kehidupan kristiani kita. Jadi, pertanggungjawaban dalam hal ini bukan hanya kepada Allah saja, tetapi juga kepada sesama kita di dunia, sehingga jangan sampai hal yang kita imani dan katakan ternyata tidak sama dengan sikap dan perbuatan kita (band. Kol. 4:6). Artinya, kita NATO (No Action Talk Only), tidak memiliki integritas, yakni satunya perkataan dan perbuatan. Oleh karena itu yang harus kita perlihatkan adalah sikap hormat dengan hati yang tulus murni. Sikap itu membuat orang lebih mudah percaya pada Kristus. Jangan sampai orang mencemoh apalagi membenci kita yang seharusnya menjadi teladan bagi mereka.
Tentu, dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin tidak dapat menghindari ketika orang lain memfitnah diri kita. Akan tetapi setidaknya kita dapat menghentikan memberi orang lain kesempatan dan amunisi-amunisi peluru untuk menyerang diri kita, melalui tindakan kita yang konyol dan tidak layak. Kita harus memegang prinsip, sepanjang kita melakukan hal dan cara yang benar, tuduhan-tuduhan mereka akan kosong tidak berguna. Kita ingat ketika Tuhan Yesus melalui hidupnya yang saleh, tetap mendapatkan penderitaan. Akan tetapi semua itu akhirnya mempermalukan diri mereka sendiri sebagaimana nas minggu ini menjelaskan. Oleh karena itulah, jauhkan diri kita dari sikap yang mengundang dikritik atau dicela. Kalau pun kita menderita karena Kristus dan kebenaran, penderitaan itu pasti atas seizin Allah untuk maksud dan rencana yang baik, dan itu lebih baik, sebab bukan karena buah perbuatan jahat atau tindakan yang memalukan Kristus dalam hidup kita.
Dengan mengikut teladan Kristus, menjadikan Dia sebagai idola (role model), maka kita memberi kita jalan masuk orang lain kepada Allah Bapa. Kita nyatakan dengan perbuatan bahwa Ia telah menebus kita dengan tersalib di Golgota dan itu menjadi pengganti diri kita yang layak mati karena dosa dan kejahatan kita. Kita juga dapat memperlihatkan Kristus yang memperoleh anugerah Allah Bapa dengan dibangkitkan. Allah Bapa menjanjikan kemenangan pada Kristus sama seperti janji-Nya kepada kita yang ikut menang kalau setia mengikut Dia. Kita lihat teladan Stafanus yang mati dilempari batu oleh orang-orang yang membenci Kristus, tetapi ketika ia hendak mati, rohnya melihat Yesus Kristus berdiri di sebelah kanan Allah Bapa, menyambutnya. Sungguh merupakan kebanggan bagi kita orang percaya agar bisa sama dengan Stefanus (Kis. 7:54-60). Stefanus membuat Tuhan Yesus sebagai teladan dan sumber kekuatannya. Ia sadar dan ingat Yesus telah menderita baginya. Dalam kerangka itulah, penderitaan yang demikian bukanlah hukuman dari Allah, melainkan sebuah kesempatan pengorbanan yang diperkenankan oleh Allah untuk memurnikan iman umat yang dikasihi-Nya (band. 1Pet. 1:7-9; Kis. 23:1).
Ketiga: Pemberitaan Injil ke dunia orang mati (ayat 18b-20)
Kita tahu bahwa Yesus mati dibunuh dan dibangkitkan pada hari yang ketiga. Akan tetapi ayat 19 pada nas ini yang menyebutkan, Yesus "di dalam Roh Ia memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara." Ini kalimat yang susah dipahami. Ahli-ahli teologi sendiri memiliki pendapat yang beragam tentang hal ini. Penafsiran tradisional mengatakan pemberitaan Injil itu dilakukan Yesus sesudah mati disalibkan, yakni masa antara tiga hari sebelum kebangkitan-Nya, Ia turun ke dunia orang mati dan memberitakan kasih karunia kepada roh-roh yang dipenjara di dunia orang mati itu. Hal ini dimungkinkan sebab meski tubuh-Nya mati, Roh Kristus itu tetap hidup dan berkuasa dalam melakukan pemberitaan penebusan bagi mereka yang terlebih dahulu mati (band. Mat. 27:52, Ibr. 11:39 dst.; Ib.r 12:23). Ini sejalan juga dengan 1Pet. 4:6 yang menyatakan Injil diberitakan kepada orang-orang mati. Memang dalam hal ini ada beberapa pertanyaan: kepada siapa Kristus memberitakan keselamatan di dunia orang mati itu? Apakah mereka yang belum selamat dan mendapatkan kasih anugerah Allah? Atau kepada mereka yang setia pada Allah yang mati pada zaman Perjanjian Lama, yakni orang-orang benar yang menanti-nantikan keselamatan melalui Mesias yaitu Yesus sendiri.
Penafsiran lain khususnya ayat 20 mengatakan bahwa Roh Yesus khusus pergi memberitakan kepada mereka yang tertawan dalam dosa (atau ada di neraka) pada zaman Nuh, yakni yang pada saat itu diselamatkan hanya delapan orang saja (Kej. 8:1-dab), dan untuk itu Allah tetap menanti dengan sabar. Tafsiran lainnya ialah bahwa Kristus oleh Roh Kudus memberitakan suatu peringatan melalui mulut Nuh (band. 2Pet. 2:5) kepada angkatan Nuh yang tidak taat, dan kini berada di Hades menantikan penghakiman terakhir. Penafsiran ini lebih sesuai dengan pernyataan Rasul Petrus bahwa Roh Kristus berbicara di masa lalu melalui para nabi termasuk Nuh (2Pet. 1:20-21). Sementara yang lain mengatakan bahwa Kristus pergi ke dunia alam maut (Hades) untuk menyatakan kemenangan-Nya sebagai sebuah proklamasi secara umum, pemberitaan dan pengumuman, dan menyatakan penghukuman final kepada para malaikat-malaikat yang jatuh yang dihukum sejak masa Nuh (2Pet. 2:4). Jadi bisa dikatakan semua pemberitaan itu merupakan kesempatan kedua yang belum sempat mendengar penebusan Kristus sebagai anugerah khusus Allah, yang sekaligus Yesus memberitakan kepada mereka kemenangan-Nya atas kematian dan Iblis (ayat 1Pet. 3:22). Namun, beberapa penafsir mengatakan bahwa nas ini lebih baik ditafsirkan sesuai dengan konteks kebenaran yang ada pada seluruh Alkitab saja.
Mengingat rumitnya penafsiran itu dan sesuai anjuran terakhir, ada baiknya nas ini ditafsirkan sebagai bukti yang memperlihatkan bahwa Kabar Baik keselamatan dan kemenangan Kristus itu tidak terbatas. Kabar baik itu melampaui dunia orang hidup dan dunia orang mati. Melalui nas ini kita menemukan poin penting, yakni:
(1) Allah berbicara. Kita tidak perlu berteka-teki atas apa, di mana, dan bagaimana, namun kita dapat melihat bahwa Allah berbicara kepada dunia orang hidup dan dunia orang mati (band. 1Pet. 4:6).
(2) Allah menang. Kemenangan Kristus diwartakan, memperlihatkan kuasa-Nya, pengendalian-Nya, dan penguasaan-Nya atas seluruh ciptaan.
(3) Allah menyelamatkan. Allah berusaha untuk menyelamatkan mereka yang berharap kepada-Nya.
Misteri firman ini menceritakan kepada kita, dan itu lebih dari cukup sebagai bagian dari keyakinan (syahadat) iman, yang menjadi isi pengakuan iman Rasuli dengan kalimat, "yang turun ke dalam kerajaan maut", dan saat ini duduk di sebelah kanan Allah Bapa (1Pet. 3:22) untuk menantikan penghakiman bagi orang yang hidup dan yang mati ( 1Pet. 4:5; Ibr. 9:27).
Keempat: Diselamatkan oleh hati nurani yang baik (ayat 21-22)
Rasul Petrus menuliskan Nuh diselamatkan oleh air (bah) adalah simbol baptisan. Maka bagi kita orang percaya, pengertiannya melalui baptisan air kita ungkapan pertobatan dan komitmen hidup baru, sekaligus iman kita bersandar kepada Kristus yang kita jadikan sebagai Juruselamat dan gembala hidup kita. Baptisan sebagai kiasan atau simbol, di dalamnya kita mengidentifikasi Yesus Kristus yang menarik kita dari kondisi sesat dan terhilang dan memberi kita hidup dan hubungan baru. Kesaksian iman pada saat kita dibaptis itulah yang mendatangkan keselamatan dari Kristus, jadi bukan ritualnya atau airnya yang menyelamatkan. Kehadiran air sesungguhnya hanya simbol dari iman kita bahwa Kristus telah mati dan bangkit dan ritualnya sama: dicelupkan dan diangkat. Dengan demikian, baptisan adalah sebagai simbol pembersihan hati orang-orang percaya dan jelas bukan pembersihan tubuh jasmani (Rm. 6:3-5; Gal. 3:27; Kol. 2:12).
Melalui pengakuan dan baptisan, kita juga memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah, yang secara pribadi kita sudah ditahirkan oleh kebangkitan Yesus Kristus (zaman dahulu baptisan sering dilayankan pada masa Paskah), untuk menyerahkan hidup kita seluruhnya dalam kendali-Nya. Penyerahan diri dalam hal ini adalah kerjasama ikhlas sukarela satu sama lain: pertama, kasih dan rasa hormat bagi Allah; dan kedua, kasih dan rasa hormat kepada sesama. Penyerahan diri atau rasa takluk dalam hal ini memiliki empat dimensi: (1). Bersifat fungsional, yakni membedakan peran dan panggilan tugas. (2). Bersifat hubungan, yakni pengakuan kasih terhadap yang lain sebagai pribadi (3). Bersifat timbal balik, yakni memperlihatkan saling menguntungkan dan kerjasama dengan kerendahan hati satu sama lain. (4). Bersifat universal, yakni pengakuan oleh gereja atas ketuhanan dari Yesus Kristus. Inilah hal utama yang membawa orang percaya kepada Kristus, dan karena itu pula penyerahan diri bagi orang yang tidak percaya menjadi hal yang sulit.
Dalam hal penyerahan diri kita tidak dipanggil untuk mengkompromikan hubungan dengan orang yang tidak percaya, yang membuat kita berkompromi atas hubungan kita dengan Kristus. Melalui kebangkitan-Nya yang saat ini duduk bertakhta di sebelah kanan Allah Bapa, setelah Tuhan Yesus naik ke sorga dan segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan-Nya (Mat. 28:18; Mrk. 16:19). Ia melewati kemenangan atas penderitaan dan kematian, dan itu merupakan sumber kekuatan bagi keselamatan kita, sekaligus menjadi teladan yang harus kita ikuti. Oleh karena itu, kita perlu membuka segala kesempatan untuk melayani-Nya dengan rendah hati atas pertolongan kuasa Roh Kudus. Kerelaan berkorban bagi orang-orang yang tidak benar, meski harus menerima penderitaan, itu adalah sikap yang menyenangkan Allah. Kesediaan berkorban dan menderita adalah ciri dan karakteristik orang percaya. Kita tidak perlu takut sebab tidak ada yang bisa merubah kemenangan dan memisahkan kita dari Kristus (Rm. 8:38-39). Dengan mengidentifikasikan diri kita dengan Kristus (termasuk melalui baptisan), ini menjaga diri kita dari pencobaan untuk meninggalkan iman, dan kita yang menerima firman Allah melalui surat Rasul Petrus, semakin dikuatkan dan tidak murtad meski dalam tekanan penderitaan. Inilah tujuan yang semuanya berdasar hati nurani yang baik.
Penutup
Melalui bacaan minggu ini kembali kita sebagai orang percaya ditegaskan bahwa ada kalanya kita menderita karena kebenaran Kristus, meski kita juga harus waspada atas penderitaan yang disebabkan oleh kebodohan kita sendiri. Prinsip utamanya, berkelakuan baik akan berbuah baik dan jangan menganggap itu sebagai beban. Untuk itu kita harus melihat dan bersandar pada karya dan teladan Kristus yang bersedia mati untuk membela orang-orang yang tidak benar. Penderitaan demi kebenaran Kristus adalah jalan kemenangan. Yesus dengan segala kuasa-Nya terbukti mengasihi semua orang, baik yang hidup dan yang mati. Pada saat kematian-Nya, Ia turun ke dalam kerajaan maut untuk memberitaan Injil ke dunia orang mati agar tidak seorang pun yang binasa. Inilah gunanya kita memandang kepada Kristus. Dengan baptisan sebagai peneguhan dan komitmen, kita diselamatkan oleh hati nurani yang baik dari Yesus Kristus melalui Roh Kudus, untuk siap setiap saat mempertanggungjawabkan iman kita kepada-Nya. Tuhan Yesus memberkati.
Khotbah Minggu 10 Mei 2020 - Minggu Paskah V
Khotbah Minggu 10 Mei 2020 - Minggu Paskah V
BANGSA TERPILIH IMAMAT RAJANI (1Pet. 2:2-10)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis. 7:55-60; Mzm. 31:1-5, 15-16; Yoh. 14:1-14
Nas 1Pet. 2:2-10 selengkapnya dengan judul: Yesus Kristus batu penjuru
2:2 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, 2:3 jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan. 2:4 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. 2:5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. 2:6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." 2:7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan." 2:8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan. 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: 2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.”
Pendahuluan
Gereja bukanlah sekedar bangunan atau susunan batu-batu. Kata church dalam bahasa Inggris (yang berarti gereja atau jemaat dalam bahasa Indonesia) berasal dari kata kuriakon dari bahasa Yunani yang berarti: milik Allah. Alkitab menggunakan banyak metafora untuk kata gereja atau jemaat, yakni:
“Tubuh Kristus” (Ef. 1:22-23; Rm. 12:5; 1Kor. 12:12; 1Pet. 4:10).
“Kawanan” (Mzm. 23; Luk. 15:3-7; Yoh. 10:1-18; 1Pet. 5:1-2).
“Ranting Pohon Anggur” (Mat. 13:1-43; Yoh. 15:1-17; Rm. 11:16-24),
“Keluarga Allah” (Luk. 1:29-33; Gal. 3:28; 2Kor. 6:16-18; Ibr. 2:10-18; 3:1-6); dan
“Mempelai Kristus” (Hos 3:1-3; Mat 9:14-15; 25:1-13; 2Kor 11:2-4; Ef 5:21-33; Why 19:7-9; 22:12-21).
Seluruh metafora itu dalam nas minggu ini menggambarkan gereja sebagai persekutuan hidup orang percaya yang akan menjadi bangsa terpilih dan imamat rajani. Untuk dapat mewujudkan hal itu, melalui nas minggu kita diberi petunjuk dan pelajaran sebagai berikut.
Pertama: Jadilah seperti bayi yang rindu susu murni (ayat 2-3)
Dalam pasal sebelumnya telah dijelaskan bahwa kita telah dilahirkan kembali di dalam kehidupan yang baru bersama Tuhan Yesus dan Roh Kudus yang diberikan oleh Bapa dalam menyelamatkan dan memelihara umat-Nya (1Pet. 1:23; band. 1Kor. 6:19; Gal. 4:6). Semua hal itu adalah bukti kasih dan kebaikan Allah pada kita manusia sehingga kita tidak menjadi orang sesat dan budak dosa dan masuk ke dalam penghukuman Allah. Semua kebaikan pemberian Allah itu telah kita kecap dan rasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari (band. Mzm. 34:9; Ibr. 6:5). Sebagai manusia yang diberi akal pikiran dan hikmat, maka kita tentu bertanya: bagaimana agar kelahiran atau hidup baru itu tetap dalam kehidupan pribadi kita dan kita tetap selamat? Keberadaan Roh Kudus memang merupakan meterai dan jaminan yang diberikan bagi kita, tetapi hal itu memerlukan respon positip sebagai bukti komitmen kita akan hidup baru tersebut. Pada ayat 1 sebelum nas ini dikatakan respon positip dimulai dengan membuang segala bentuk kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah yang tidak berkenan kepada Tuhan.
Setelah itu nas minggu ini menekankan sikap kita lainnya yakni harus seperti bayi yang baru lahir yang selalu dahaga akan susu murni semisal air susu ibu (ASI). Kita tahu bahwa bayi sangat memerlukan ASI dan setiap bayi umumnya memperlihatkan ekspresi “ingin” yang besar dengan minum yang lahap dan tidak sabar. Kelaparan atau kekurangan susu sebentar saja langsung diungkapkan dengan menangis. Kebutuhan minum susu merupakan insting alamiah bayi, dan itu merupakan tanda yang membawa kepada pertumbuhan yang sehat. Sikap kehausan demikianlah yang diminta dari kita berupa kehausan makanan rohani, dalam bentuk kehausan hubungan yang erat dengan Tuhan Yesus, seperti hubungan antara anak bayi dan ibu, anak dengan bapak. Semua itu diwujudkan melalui doa dan ibadah, ketergantungan yang tinggi yang diwujudkan melalui sikap berserah dan bersyukur, hikmat yang semakin besar yang diwujudkan dalam sikap sabar dan bijaksana. Keinginan yang besar akan makanan rohani berupa “susu” juga memperlihatkan sikap kerendahan hati bahwa kita bukan memerlukan makanan yang keras apalagi seolah-olah ingin menguji Tuhan (band. “Doa Bapa Kami” Mat 6:9-13; Luk 11:2-4;1Kor 3:2).
Kehidupan rohani perlu makanan rohani agar bisa bertumbuh. Pertumbuhan sangat penting sebab tantangan hidup semakin besar dan bervariasi. Pertumbuhan ekonomi dan informasi membuat setiap orang semakin rentan jatuh ke dalam dosa, sebab godaan kedagingan juga semakin besar, yang kemudian dimanfaatkan oleh iblis yang jahat. Makanan rohani yang utama dalam nas ini dikatakan adalah firman Allah sebagaimana dinyatakan pada ayat sebelumnya (1Pet. 1:23-25), yang dapat memberi kekuatan seperti halnya susu murni. Ketika lahir baru maka kita menjadi bayi yang baru lahir secara rohani. Jika kita cukup sehat maka kita merindukan pertumbuhan. Asupan firman Allah akan menghasilkan tanda pertumbuhan rohani yang sehat, seperti tampak dalam buah-buah rohani lainnya. Kehausan dan kerinduan makanan rohani diminta dan oleh kuasa firman kita dapat bertumbuh dan beroleh keselamatan (band. Ef. 4:14-17). Sungguh alangkah menyedihkan apabila sesorang tidak bisa bertumbuh, baik badani maupun rohani. Kita harus berjaga-jaga agar kehausan firman Allah itu tidak hilang karena kesibukan dan pergumulan hidup keseharian yang terjadi. Sejatinya, tatkala kita merasakan kebutuhan firman Tuhan dan hubungan dengan Kristus semakin besar, maka nafsu makanan rohani kita juga semakin bertambah dan itu bukti kita menjadi dewasa secara rohani. Kini, seberapa kuat keinginan kita terhadap firman Tuhan sebagai makanan rohani setiap hari?
Kedua: Dipergunakan sebagai batu hidup (ayat 4-5)
Penggunaan kata batu dalam nas ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal yang mungkin berbeda tapi berkaitan. Pertama, kata “batu” dari ingatan Rasul Petrus terhadap perkataan Tuhan Yesus kepadanya bahwa ia adalah batu karang. Tidak ada keraguan bahwa Petrus sering memikirkan kata-kata Yesus kepadanya, ketika dia mengaku bahwa, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Untuk itu Yesus berkata kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya (Mat 16:16-18). Hal kedua, kata “batu” dilatarbelakangi oleh gunung batu tempat Allah bersemayam di dalam Perjanjian Lama, yakni gunung Sinai tempat umat Israel berdiri berkeliling sebagai batas bagi bangsa itu untuk tidak boleh mendaki atau mengenai pada kaki, sebab di atas gunung itu Dia bersemayam, dan apabila kena kaki orang pada gunung itu pastilah ia dihukum mati (Kel. 19:1-12).
Hal ketiga, kata “batu” dalam kalimat itu merupakan kutipan dari Mzm. 118:22 yang berkata, “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.” Dalam Yes. 28:16 juga dikatakan, “sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: "Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!" Memang dari kitab Mazmur dan Yesaya, yang dimaksudkan dengan batu adalah Israel (Kel. 19:6; Ul. 7:6), akan tetapi oleh Rasul Petrus kini gambaran “batu” itu sebagai Yesus Kristus. Rasul Petrus mengulangi yang dikatakan Yesus sendiri pada Mat. 21:42, yakni menarik istilah “batu” di Perjanjian Lama menjadi “gereja” sebagai bangunan rohani Allah, memotret gereja sebagai batu yang hidup dengan Kristus sebagai dasar dan batu penjuru (1 Kor. 3:11). Dalam hal ini ada kesejajaran dalam penggunaan kata batu bagi Yesus Kristus dan juga batu bagi setiap orang percaya, dan jemaat adalah kumpulan batu-batu yang hidup. Hal yang sama juga digambarkan oleh Rasul Paulus yakni gereja sebagai tubuh dengan Kristus sebagai kepala dan setiap orang percaya adalah anggota-anggota tubuh (Ef. 4:15-16; band. Yoh. 2:21). Hal yang penting adalah kedua gambaran itu menekankan umat percaya sebagai komunitas dalam kebersamaan membangun gereja. Kristus dalam hal ini menjadi batu penjuru dasar persekutuan, menjadi pengikat orang percaya menjadi satu. Sebuah batu bukanlah sebuah dinding apalagi sebuah gereja; bagian anggota tubuh jelas tidak berguna tanpa adanya keutuhan bagian tubuh yang lain. Allah Mahatahu susunan batu orang percaya dan semua diletakkan dalam rencana-Nya sesuai dengan tugas dan talenta masing-masing.
Kini pertanyaannya: kita sebagai batu-batu yang hidup membangun gereja, apa yang kita tawarkan sebagai "persembahan rohani" kepada Allah? Ketika umat Yahudi mempersembahkan korban hewan sesuai dengan hukum Musa, maka imam akan membunuh dan memotong hewan itu, dan menempatkannya di altar. Persembahan memang perlu, tetapi di dalam Perjanjian Lama dinyatakan sangat jelas: ketaatan hati jauh lebih penting (band. 1Sam. 15:22; Mzm. 40:6; Am. 5:21-24). Allah menginginkan kita, menyerahkan diri kita sebagai persembahan batu yang hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus - menjauhkan keinginan nafsu dan kejahatan, setia mengikut Dia, menggunakan seluruh energi dan kemampuan bagi Dia, dan percaya Dia yang membimbing kita setiap hari. Di dalam kehidupan sosial modern yang individualistik saat ini, tidak dapat dipungkiri sangat mudah melupakan ketergantungan kita pada sesama umat Kristen lainnya, seolah semua bisa kita lakukan sendiri. Tetapi jangan dilupakan, ketika Allah memanggil kita untuk sebuah tugas dan dipergunakan sebagai batu hidup, Dia juga memanggil yang lain dalam mendukung tugas kita itu sebagai anggota keluarga Allah (Ef. 2:19-22). Bersama pribadi-pribadi yang lain itulah usaha kita menjadi sinergi yang berlipat ganda. Oleh karena itu, lihat dan carilah orang-orang seperti ini, dan bergabunglah dengan jemaat untuk memberikan persembahan rohani yang indah bagi Allah.
Ketiga: Menjadi batu penjuru yang mahal (ayat 6-8)
Apa kira-kira batu yang diperhitungkan dalam "bangunan" gereja? Tidak lain tidak bukan adalah batu penjuru, yang dipakai sebagai dasar, ukuran, benchmark, paramater dalam menempatkan batu-batu yang lain. Batu penjuru yakni Kristus sendiri menjadi bagian utama dari bangunan Allah yakni gereja-Nya. Yesus Kristus yang telah dibuang oleh umat Yahudi, tukang-tukang bangunan yakni kaum Sanhedrin (Kis. 4:11), telah menjadi batu penjuru yang mahal. Kini pertanyaannya, apa yang menjadi karakteristik sehingga Kristus sebagai batu penjuru yang mahal, dan bukan lagi Israel sebagaimana digambarkan oleh kitab Mazmur dan Yesaya? Katakteristik Kristus sebagai batu penjuru dapat dilihat dari riwayatnya, yakni: (1) Yesus sebagai Batu Penjuru yang hidup sesungguhnya dapat dipercaya; (2) Yesus sangat berharga bagi orang percaya karena penebusan-Nya. Batu penjuru itu kini telah diletakkan di Sion, tempat bersemayam Allah. Dengan demikian, tidak salah perintah nas minggu ini agar kita datang kepada batu yang hidup itu, yaitu Yesus Kristus.
Kematian Tuhan Yesus merupakan pengganti korban penebusan dosa dan penghapus kesalahan dalam imamat Yahudi. Oleh karena itu bagi kita yang percaya, Ia sangat berharga dan mahal sebab melalui kematian-Nya kita bebas dari segala dosa dan konsekuensi dosa. Kita orang percaya pun tidak akan dipemalukannya, meski kita diejek dan dihina sebagai orang-orang atau batu-batu yang terbuang, atau diejek sebagai orang yang tidak masuk akal dengan percaya Allah menjadi manusia, itu tidak perlu kita kuatirkan atau pikirkan. Yesus Kristus adalah Allah Pembela yang setia (Rm. 9:32-33; 10:11). Ia yang tidak dihargai dan dibuang oleh manusia (duniawi), namun kita yakini dipilih dan dihormati dalam kerajaan sorga. Sekali kita percaya bahwa Allah adalah Allah Maha Pengampun, dosa-dosa kita telah kita akui dan ditebus oleh kematian Yesus, dan Dia kita jadikan sebagai Juruselamat hidup kita, dan menerima Roh Kudus sebagai Allah yang memimpin hidup kita sehari-hari, maka kita tidak akan dipermalukan.
Akan tetapi diingatkan dalam nas ini bahwa batu penjuru itu dapat menjadi batu sandungan, dalam arti menjadi batu yang mengganjal hidup seseorang sehingga terjatuh dan terjerembab. Hal ini juga diingatkan dalam Yes. 8:14 yang mengatakan, “Ia akan menjadi tempat kudus, tetapi juga menjadi batu sentuhan dan batu sandungan bagi kedua kaum Israel itu, serta menjadi jerat dan perangkap bagi penduduk Yerusalem." Bagi mereka yang tidak percaya Yesus ini menjadi batu sandungan sebab mereka menolak Dia dan tidak mau percaya tentang apa yang dikatakan-Nya. Mereka melakukan kesalahan besar dalam hidupnya, tersandung oleh Pribadi Agung yang dapat menyelamatkan dan memberi arti dalam hidup mereka, tapi karena pikiran buta dan penolakan akhirnya jatuh tersandung masuk ke dalam tangan penghukuman Allah. Penolakan kasih karunia Allah kini dapat membawa kepada penghukuman yang telah disediakan (band. Mat. 21:42-44; Rm. 9:22). Akan tetapi diingatkan nas minggu ini bahwa batu sandungan juga akan muncul bukan karena penolakan saja, tetapi juga ketika mereka yang percaya tidak taat pada Firman (Yoh. 12:48). Percaya saja tidak cukup tetapi juga taat dan setia; kita tidak hanya menjadi pendengar tetapi hendaklah juga pelaku firman (Yak. 1:22).
Keempat: Bangsa yang terpilih, imamat yang rajani (ayat 9-10)
Orang Kristen perlu memahami tentang keimaman orang percaya. Pada masa Perjanjian Lama, umat Yahudi memiliki para imam yang berasal dari suku Lewi, salah satu dari dua belas suku keturunan Yakub. Mereka inilah yang ditunjuk sebagai imam yang mengurus Bait Allah, dan tidak bekerja mencari makan melainkan memperoleh persembahan persepuluhan dari umat. Sebagai pihak yang mengurus Bait Allah adalah tugas imam untuk mewakili umat dalam memberi persembahan kepada Allah, dan umat sendiri dilarang langsung menghampiri Allah, sebab mereka adalah umat yang berdosa (Kel. 28:1; 2Taw. 29:11). Ketika Kristus menang di kayu salib, Ia terbukti menang sebagai Raja dan pola hubungan berubah. Keimaman suku Lewi dibatalkan dengan kemenangan Kristus (Ibr. 7:11-17) dan orang percaya menjadi imam yang sebenarnya di hadapan Allah (Yoh. 14:6; 16:23-27; Ef. 2:18; 1Pet 3:18). Kini kita dapat langsung ke hadirat-Nya tanpa rasa takut (Ibr. 4:16), dalam arti posisi setiap orang percaya adalah imam bagi dirinya sendiri dan juga bagi sesama orang percaya (Why. 1:6; 5:10; 20:6). Inilah yang dimaksud dalam nas ini bahwa kita melalui Kristus telah menjadi imamat yang rajani, sebab Dia adalah Raja kita.
Kedudukan keimaman orang percaya tersebut juga membawa konsekuensi berkewajiban untuk hidup kudus (Tit. 2:14; 1Pet. 2:5, 9; 1:14-17). Sebagai umat yang kudus dalam pengertian dipilih dan dipisahkan dari orang lain yang belum/tidak percaya, berarti kita menjadi kepunyaan Allah sendiri sepenuhnya (Tit. 2:14; band. Kis. 20:28), jauh dari segala kehidupan kejahatan, dan kita dipanggil untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar sebagai persembahan rohani kepada-Nya. Kita telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib dan terang itu kita sebarkan melalui pemberitaan firman-Nya (Kis. 4:31; 1Kor. 14:26; 2Tes. 3:1; 1Pet. 2:9; 3:15). Kita ditugaskan untuk membawa orang lain kepada-Nya (2Kor. 5:18-21), mendoakan agar semua orang saling mendukung dan dapat diselamatkan (Kol. 4:12; 1Tim. 2:1; Why. 8:3). Maka ketika kita menjadi satu dengan Kristus sebagai bagian dari tubuh-Nya, maka kita telah bergabung dengan pekerjaan keimaman-Nya sebagai wujud rekonsiliasi Allah dengan manusia.
Manusia sering sekali mendasarkan konsep dirinya sesuai dengan pencapaiannya. Akan tetapi hubungan pribadi kita dengan Kristus jauh lebih penting dari semua keberhasilan kita, pekerjaan, kekayaan, dan bahkan pengetahuan dan kedudukan kita. Kristus telah membuka jalan ke tempat Yang Maha Kudus bagi kita semua orang percaya, dan kita telah dipilih oleh Allah menurut kehendak-Nya, dan kita juga dipanggil untuk menjadi utusan-Nya bagi orang lain. Ingatlah bahwa nilai diri kita datang dari posisi kita sebagai anak-anak Allah, dan itu bukan hal yang kita capai. Kita berharga oleh karena Allah membuat demikian, bukan karena atas hal yang kita lakukan. Dengan demikian, kita yang dahulu bukan umat Allah, tetapi sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan (band Hos. 1:6, 9; 2:23). Inilah semua yang membawa kita kepada bangsa yang terpilih, imamat yang rajani.
Penutup
Melalui bacaan minggu ini kita diminta membuang segala kejahatan dan bersikap seperti bayi yang rindu akan susu yang murni dan tidak tercemar. Sikap hasrat ingin itu harus diungkapkan dalam kerinduan untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan sebagai makanan/susu rohani keseharian kita. Semua itu bertujuan agar hidup kita terus dikuduskan dan dipergunakan sebagai batu yang hidup oleh Allah, baik sebagai pribadi maupun sebagai persekutuan jemaat, agar semua dapat memberikan persembahan rohani yang berkenan kepada-Nya. Allag Bapa telah membuat Yesus sebagai batu penjuru yang mahal dengan menyelamatkan kita dari dosa-dosa dan kematian, tetapi sekaligus Yesus juga dapat menjadi batu sandungan bagi mereka yang menolak dan tidak taat pada firman-Nya. Ketaatan itu penting dalam membangun bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, yakni kita jemaat-Nya. Pembangunan suatu rumah rohani bagi Allah hanya dapat dibangun oleh jemaat kudus, secara pribadi maupun sebagai komunitas. Untuk itu kita perlu saling mengingatkan gereja-Nya untuk selalu setia pada tugas panggilan pelayanan yang telah diberikan, sebab gereja adalah pelayanan sekaligus sebagai alat pelayanan. Tuhan Yesus memberkati.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 462 guests and no members online