2019
KABAR DARI BUKIT (Edisi 21 Juli 2019)
KABAR DARI BUKIT (Edisi 21 Juli 2019)
Keutamaan Kristus
Firman Tuhan hari Minggu ini, Minggu VI setelah Pentakosta, Kol. 1:15-28, berbicara tentang Keutamaan Kristus (ayat 15-23) dan dikaitkan dengan pelayanan dan penderitaan Paulus (ayat 24-28). Melalui Kristus, Allah yang sebelumnya tidak kelihatan menjadi tampak nyata bagi manusia; menjadi manusia dan berbicara langsung dengan manusia (ayat 15). Hampir 400 tahun Allah tidak berbicara kepada manusia melalui nabi-nabi dan yang terakhir nabi Maleakhi, maka keputusan Allah menjadi manusia menjadi sangat tepat.
Yesus Kristus, Gambar Allah, yang satu dengan Bapa (Yoh.10:30) meneguhkan bahwa dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia (ayat 16-17). Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia (ayat 19), dan itu sangat diperlukan oleh kita umat percaya.
Tuhan Yesus adalah kepala jemaat dan memang Ia yang mendirikannya (Mat 16:18) dan menumbuhkannya (1Kor. 3:6). Umat Yahudi yang semula pilihan Allah untuk menjadi teladan dan model umatNya, telah gagal. Tetapi Allah tidak bisa lepas mengasihi manusia ciptaanNya, kasih yang tidak terbatas (Yoh. 3:16). Maka menjadi alur yang logis jika Allah ingin menyelamatkan manusia dan membangun umat baru yang kudus dan pembawa damai bagi dunia. Dan dosa manusia yang menjadi penghalang hubungan yang erat manusia dengan Allah, harus dihilangkan, dihapus dan dipulihkan.
Yesus menjadi manusia untuk kepentingan manusia, memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus (ayat 20). Dengan perdamaian tersebut, mereka yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatan yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya (ayat 21-22a). Semua itu sebagai penebusan untuk menempatkan kita menjadi umat yang kudus, tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya (ayat 22b). Allah pun dapat diam di dalam diri kita yang telah dikuduskan. Buahnya, kita pun semakin diteguhkan, iman kita semakin dikuatkan, dan seluruh pengharapan sorgawi kita tidak goyang dan bergeser. Kini, Kristus telah ada di tengah-tengah kita, dan menjadi pengharapan akan kemuliaan! (ayat 27b).
Rasul Paulus memberi kita teladan dengan ikut menderita sebagaimana Kristus menderita. Ia memberikan hidupnya menjadi pelayan untuk memberitakan dan meneruskan firman-Nya, yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada kita orang percaya (ayat 26-27). Terpujilah Tuhan. Melalui penderitaan itu ia bersukacita karena ikut melayani berkontribusi. Sikap dan semangat itulah mestinya yang ada dalam setiap hati kita orang percaya, bersukacita karena ikut berkontribusi memberitakan Kristus, memperluas kerajaannya, dan kita tidak hanya bersukacita ketika memperoleh berkat-berkat dunia. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah bagi kita semua. Tuhan memberkati, amin.
(Untuk melihat khotbah lainnya hari Minggu ini dan sesuai leksionari, JANGAN MENYUSAHKAN DIRI DENGAN BANYAK PERKARA (Luk. 10:38-42) silahkan klik web www.kabardaribukit.org).
Pdt. Em. Ramles M Silalahi, Ketua Majelis Pertimbangan Sinode GKSI dan Wakil Ketua Dewan Penasihat Alumni ITB Gaja Toba
Khotbah Minggu 21 Juli 2019 - Minggu VI Setelah Pentakosta
Khotbah Minggu 21 Juli 2019 - Minggu VI Setelah Pentakosta
JANGAN MENYUSAHKAN DIRI DENGAN BANYAK PERKARA
(Khotbah Luk 10:38-42)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Am 8:1-12 atau Kej 18:1-10a; Mzm 52 atau Mzm 15; Kol 1:15-28 (http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)
Pendahuluan
Nats minggu ini berbicara tentang dua wanita kakak-beradik Marta dan Maria, yang rumahnya disinggahi oleh Tuhan Yesus dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem. Ketika Yesus masuk ke rumah mereka, Marta langsung sibuk dengan keramah-tamahan, sementara Maria langsung duduk bersimpuh mendengarkan kabar baik dari Tuhan Yesus. Hal ini menjadi persoalan bagi Marta. Maria dan Marta bersaudara dengan Lazarus yang dibangkitkan oleh Tuhan Yesus dari kematian. Dari nats yang singkat minggu ini, kita diberi pelajaran hidup sebagai berikut.
Pertama: pentingnya keramah-tamahan (ayat 38-39)
Marta merupakan kakak tertua dari Maria dan Lazarus. Memang kebiasaan dalam rumah tangga, kakak tertua yang mengambil kendali dan tanggungjawab. Oleh karena itu, ia langsung berperan sebagai orang yang sibuk atas urusan kunjungan Tuhan Yesus ke rumah mereka. Terlebih, keramah-tamahan merupakan kebutuhan sosial dalam budaya Yahudi, sama seperti bagi masyarakat Timur lainnya. Keramah-tamahan dianggap adat-istiadat dan sangat perlu diperhatikan. Tidak jarang, bagi masyarakat tertentu, tuduhan tidak beradat atau tidak tahu tata krama dianggap lebih kejam dari pada tuduhan tidak beragama atau tidak bertuhan.
Akan tetapi jelas ini cara pandang yang salah, sebab adat bukanlah yang utama atau dasar kita dalam berperilaku, melainkan kasih dari Tuhan (dapat dibaca melalui agama) adalah dasar kita. Kita tidak perlu melakukan sesuatu dalam adat atau keramah-tamahan – apapun itu – demi untuk mendapatkan pujian orang, sebab pelayanan demi mencari pujian adalah sesuatu yang salah. Memang ada orang yang bersedia bekerja keras dengan harapan dipuji orang lain, atau mendapatkan imbalan tertentu lainnya. Akan tetapi ketika tidak dipuji atau tidak diberikan oleh orang lain, maka ia akan marah-marah, mengeluh atau menggerutu seperti Marta. Bahkan, kadang kala persiapan atau pelayanan yang tidak sempurna saja, bisa menimbulkan menyalahkan orang lain yang berakibat keributan.
Perbedaan juga dapat terjadi antara pribadi yang suka sibuk dan ramai dengan yang menyukai ketenangan. Dalam hal kisah ini, tuan rumah Marta harus memahami tamu, apa yang menjadi keinginannya, bukan memaksakan pola yang dikehendakinya. Memang ini bukan masalah salah atau benar, akan tetapi bisa menjadi pemaksaan sesuai dengan selera dan keinginan kita. Tujuan tuan rumah adalah menyenangkan tamu, sehingga keinginan tamu yang mesti diikuti. Contoh kecil, misalnya, perlunya menanyakan apakah minuman yang dikehendaki: kopi, teh manis, air putih dingin atau lainnya? Tidak asal sajikan. Demikian juga dengan makanan, alangkah bijaknya kalau waktunya jam makan, maka makan bersama harus ditawarkan, tidak perlu dipersoalkan yang dihidangkan itu indomie atau pesan dari restauran. Kita tidak pelu mengabaikan keramah-tamahan tersebut, sepanjang pada tempat dan sikap yang wajar serta menyenangkan semua pihak.
Kedua: menempatkan prioritas (ayat 40)
Yesus dalam perjalanan ini sedang dalam pergumulan menuju ke penderitaan bahkan kematian-Nya, sehingga Ia memerlukan ketenangan. Kadang ketenangan memang mahal harganya. Ini tidak mudah dan memerlukan hikmat yang besar. Sementara Marta berpikir bahwa Tuhan Yesus memerlukan banyak hal untuk menyenangkan hati-Nya, sehingga ia sekuat tenaga berusaha untuk menyediakan hal yang banyak itu. Meski menyediakan banyak hal itu membuat kekuatiran sehingga timbullah keluhan.
Hal itulah yang terjadi pada Marta, sehingga ia memperlihatkan “kekesalannya” pada Tuhan Yesus dengan perkataan, "tidakkah Engkau peduli?". Marta berpikiran seolah-olah Yesus membiarkan Maria hanya duduk tenang mendengarkan kisah dan pengajaran dari-Nya. Marta juga mungkin merasa perhatian Yesus terhadap apa yang dilakukannya tidak seimbang, menganggap tidak ada empati dan antusias terhadap pelayanan yang diberikannya. Namun Tuhan Yesus menyambut kekesalan Marta tersebut dengan bijak, bukan Ia tidak peduli pada Marta yang bersusah payah menjadi tuan rumah yang baik, akan tetapi, Ia tidak membutuhkan banyak hal, melainkan ketenangan dan kesempatan untuk Ia dapat memberikan pengajaran kepada mereka yang rindu mendengar-Nya. Kehadiran Marta lebih berarti bagi Tuhan Yesus dibandingkan dengan segala makanan dan minuman yang disajikan Marta.
Inilah pesan kedua dari nats minggu ini. Jangan pelayanan kita bagi Tuhan sebenarnya adalah untuk menyenangkan diri sendiri dan bukan untuk Dia. Melakukan yang baik menurut kita tidak selamanya yang terbaik bagi Tuhan. Doing good is not always the best. Ia rindu agar kita memiliki waktu yang cukup untuk mendengar-Nya melalui firman dan renungan, agar kita lebih mengetahui maksud Tuhan dalam hidup kita. Itu juga sebabnya kata yang dipakai (ēkouen - Yun) berarti terus-menerus mendengarkan Tuhan Yesus. Kesibukan dalam pelayanan (fisik) di gereja atau tempat pelayanan lainnya jangan sampai membuat kita kehilangan saat-saat penyembahan, doa dan persekutuan dengan-Nya, melainkan mengambil waktu yang cukup agar jiwa dan rohani kita semakin bersih dan berkenan kepada-Nya.
Ketiga: jangan menyusahkan diri dengan banyak perkara (ayat 41)
Sebenarnya Maria dan Marta mencintai Yesus. Keduanya melayani -Nya. Tetapi Marta berpikir bahwa cara Maria melayani Tuhan Yesus itu salah dan membuat Yesus tidak senang. Namun yang terjadi sebenarnya adalah, Marta tidak menyadari bahwa ia justru mengabaikan Yesus, sementara Maria memberikan perhatian yang penuh. Atau mungkin Marta bisa juga cemburu dengan apa yang dilakukan oleh Maria dalam melayani Yesus tersebut, yang hanya duduk saja mendengar apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus.
Yesus tidak menyalahkan Marta karena dia mengurusi pelayanan rumah tangga berikut keribetannya itu. Akan tetapi, Yesus melihat bahwa Maria yang duduk di kaki-Nya yang menyambut Dia dengan tepat, dan Maria mengetahui yang utama dalam kunjungan itu. Yang utama adalah perlu prioritas, bagaimana caranya dan kapan kita perlu sibuk dengan banyak perkara (ribet tetek-bengek) itu. Saat bertemu Yesus adalah saat yang paling utama, sama seperti misalnya, hari minggu kita lebih mengutamakan apa? Apakah pergi beribadah atau urusan social lain hingga beribadah terlupakan?
Apakah kita demikian sibuknya sehingga tidak punya waktu lagi untuk bersama Yesus dan mendengarkan Dia? Jangan sampai kita ditegur oleh Yesus seperti Marta karena kuatir dan menyusahkan diri dengan hal-hal yang tidak hakiki, sehingga tidak mempunyai banyak waktu lagi untuk bertemu dengan-Nya. Melayani Allah dapat membuat kehilangan hakekat dengan menyibukkan diri sendiri yang sebenarnya tidak lagi sebagai pelayanan penuh bagi-Nya. Hal yang lebih fatal lagi, apabila kita berpikir bahwa cara yang benar melayani Yesus adalah hanya melalui perbuatan kasih, sehingga tidak perlu memperdengarkan kabar baik penginjilan. Itulah pesan ketiga minggu ini.
Keempat: memilih yang terbaik (ayat 42)
Melayani dan mengasihi Tuhan memang banyak pilihan. Akan tetapi jangan sampai kita melakukan kesalahan dalam memilih sehingga focus lebih pada diri sendiri. Perlu hikmat sehingga pemilihan waktu dan kegiatan benar-benar untuk menyenangkan hati-Nya. Memang di era modern kesibukan seperti saat ini, kecendrungan melayani Allah dengan berbagai kegiatan menjadi pilihan yang menyenangkan, terlebih bila melibatkan banyak orang dan masuk dalam liputan media gereja atau lainnya. Ini bisa berbahaya dan menjebak.
Tuhan Yesus menekankan sebaliknya. Ia lebih memuji Maria yang mengetahui yang terbaik. Duduk bersama Yesus berarti menyenangkan hati-Nya dan banyak sajian yang kita nikmati secara rohani. Mengutamakan Allah itulah kasih yang terbesar. Kita tahu apa yang menyenangkan hati Tuhan hanya apabila kita selalu memberi telinga bagi suara-Nya. Kesibukan kegiatan pelayanan di luar rumah juga dapat mengurangi intensitas dalam merenungkan firman Tuhan bersama-sama keluarga. Penting mengutamakan mendengar Firman Allah daripada mengerjakan berbagai hal yang bukan terbaik.
Apakah sikap sebagai orang percaya sudah sama dengan sikap Maria? Menjadi murid bukan berarti menyibukkan diri pada hiruk piruk pelayanan, melainkan membuat keseimbangan khususnya belajar dan mendengar firman-Nya. Apa yang dilakukan oleh Marta dan Maria keduanya baik, sepanjang kita mengetahui dengan tepat saat dan waktu yang tepat. Kesibukan melayani Tuhan bukanlah alasan untuk tidak punya waktu merenungkan firman Tuhan dan mendapatkan yang terbaik. Terlebih, sebagaimana dikatakan oleh Tuhan Yesus, Maria mendapatkan sesuatu yang tidak akan diambil dari padanya.
Kesimpulan
Apa yang ingin disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada kita melalui bacaan minggu ini adalah agar kita dengan tepat dapat memahami makna keramah-tamahan dengan sepatutnya dan sesuai dengan keinginan tamu. Jangan sampai kita terlalu mengurusi banyak perkara yang bahkan membuat tamu tidak nyaman, apalagi membuat kita kuatir dan penuh kekesalan, keluhan bahkan hujatan kepada orang lain. Justru yang terutama dan terpenting adalah mendapatkan prioritas dalam hidup dan memilih yang terbaik, yang orang lain tidak akan dapat mengambilnya dari hidup kita, yakni lebih banyak dalam penyembahan, doa dan persekutuan dengan Dia. Haleluya, terpujilah Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 1 Desember 2024 - Minggu Adven IKhotbah Minggu 1 Desember 2024 – Minggu Adven I KERAJAAN...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 1 Desember 2024 - Minggu Adven IKhotbah (2) Minggu 1 Desember 2024 – Minggu Adven IRead More...
BERTAMBAH... -
Kabar dari Bukit, Minggu 24 November 2024Kabar dari Bukit ADA, SUDAH ADA DAN AKAN DATANG (Why. 1:4-8) ”Berbahagialah...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 9 guests and no members online