Wednesday, November 06, 2024

2024

Khotbah Minggu 10 November 2024 - Minggu XXV Setelah Pentakosta

Khotbah Minggu 10 November 2024 - Minggu XXV Setelah Pentakosta

 

 SUKSES PLUS (Mzm. 127)

 

 Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur (Mzm. 127:2)

 

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah dari Mzm. 127. Ada lima ayat, judul perikopnya: Berkat Tuhan pangkal selamat. Ayat 1 dibuka pernyataan, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.”

 

 

 

Ilmu manajemen mengajarkan bahwa membangun atau melakukan sesuatu, sangat baik dengan perencanaan. Alkitab menegaskan yang sama, agar semua diperhitungkan sehingga pada ujungnya, tidak timbul rasa malu karena gagal (Luk. 14:28-32). Maka ada pemeo yang tepat, “bila tidak direncanakan, maka yang terjadi Anda merencanakan kegagalan.”

 

 

 

Selain perlunya perencanaan, ada banyak faktor yang ikut menentukan. Rencana yang baik hanyalah setengah keberhasilan. Hal lainnya yang sangat penting, yakni nilai-nilai dan prinsip dasar dalam menjalankan rencana. Walau perencanaan sangat baik, ketika nilai-nilai dan prinsip dasar tidak baik dan benar, maka pelaksanaan dan hasilnya pasti akan buruk. Ini meliputi integritas, tanggung jawab, disiplin, optimisme, kejujuran, kerjasama yang mendukung, serta mengasihi sesama. Dan, dan tentu saja yang paling utama, adanya sikap takut dan mengandalkan Tuhan dalam kegiatan yang dilakukan.

 

 

 

Kesuksesan memiliki banyak dimensi, yakni rohani, keluarga, kesehatan, keuangan, karir, pendidikan, pelayanan, sosial, dan lainnya. Tidak semua dimensi tersebut dapat kita ketahui dan kendalikan. Ada faktor di luar kemampuan manusia yang kerap menjadi misteri, pertanyaan, kejutan, kekayaan, berkat dan sukacita yang tidak terkirakan. Ada yang menyebut ini mestakung (semesta mendukung). Tetapi kita orang percaya berpegang, ada ROH Tuhan yang hidup ikut bekerja. Semua itu tentu iman dan percaya. Tidak perlu bertaruh pada yang tidak perlu.

 

 

 

Oleh karena itu pada ayat 2 seperti di atas, ditekankan berulang bahwa bisa sia-sia semua upaya kerja keras yang dilakukan. Sebab apabila Tuhan tidak memberkati, maka sebagai pemegang kuasa kehidupan, akan ada hambatan dari iblis atau kelemahan manusia yang timbul; dan Tuhan tidak memberi pertolongan. Tapi jangan salah, Tuhan tidak ingin menggagalkan upaya manusia. Itu adalah buah dari iblis dan manusia itu sendiri. Kita membutuhkan ROH Tuhan, sebab hidup sering berhadapan dengan ketidakpastian (Yak. 4:13-14).

 

 

 

Menjalani kehidupan ini perlu dengan prinsip, yakinlah dalam keyakinanmu, dan ragukan keraguanmu. "Jadilah kepadamu menurut imanmu," kata Tuhan Yesus (Mat. 9:29). Sumber kekuatan dan keberanian kita berasal dari Tuhan yang Maha Kuasa. Semakin positif nilai-nilai (core values), semakin positif tindakan kita. Bangunlah itu. Sukses bukanlah sebuah kebetulan. Keberhasilan dan kebahagiaan dinikmati sebagai sebuah perjalanan rohani dan ketekunan. Itulah sukses plus.

 

 

 

Semua berkat yang Tuhan telah berikan (ayat 3-4), mari kita gunakan untuk mempersiapkan masa depan dengan tabung panah yang penuh (ayat 5). Semua agar siap berlari kencang. Namun pengalaman membuktikan, tidak ada gunanya berlari kencang di jalur yang salah. Oleh karena itu, petunjuk arah dan kehidupan perlu ada, dan semuanya lengkap sempurna dalam Alkitab kita. Kehidupan adalah suatu nubuatan yang dipenuhi sendiri. Kita biasanya mendapatkan tidak lebih dari apa yang kita harapkan. Tetapi di dalam Tuhan, selalu tersedia mukjizat dan berkat yang melimpah. Ia memulai yang baik akan mengakhirinya dengan baik (Flp. 1: 6). Haleluya!

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah (2) Minggu 10 November 2024 - Minggu XXV Setelah Pentakosta

Khotbah (2) Minggu 10 November 2024 - Minggu XXV Setelah Pentakosta

 

 MOTIVASI DAN PERSEMBAHAN (Mrk. 12:38-44)

 

 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan" (Mrk. 12:43).

 

 

 

Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 12:38-44, bercerita tentang dua hal tetapi berkaitan tentang motivasi dan persembahan. Pada bagian pertama ayat 38-40 Tuhan Yesus mencela dan mengingatkan agar berhati-hati terhadap ahli Taurat, sebab mereka suka menerima penghormatan dengan jubah panjangnya. Motivasi mereka adalah mejeng, pujian, berdoa panjang-panjang, dan bahkan untuk mencari keuntungan dengan menguras kesempatan dari mereka yang lemah.

 

 

 

Bagian pertama ini dikontraskan dengan ayat 41-44, yakni kisah tentang orang kaya memberi jumlah besar; sementara seorang janda miskin datang memasukkan dua peser atau sekitar Rp. 2000 saat ini. Tetapi Yesus lebih menghargai pemberian janda miskin, sebab ia memberi dari kekurangannya tetapi orang kaya memberi dari kelebihannya.

 

 

 

Sejarah persembahan dan khususnya persepuluhan, jika mengacu kepada PL, awalnya untuk para hamba Tuhan, kaum Lewi, agar mereka fokus mengurus bait Allah dan ibadah. Kemudian perintah pentingnya mengurus kaum miskin (yatim piatu dan janda), dan melebar kepada kepedulian terhadap orang asing pendatang (Ul. 14:22-29). Peduli terhadap orang asing, bertujuan kasih dan keteladanan, sebab doktrin Yahudi tidak mengenal pekabaran agama.

 

 

 

Berbeda dengan PB, perintahnya lebih jelas untuk peduli sosial dan Injil yang harus disebarkan. Tuhan sendiri tidak membutuhkan persembahan uang kita. Tetapi persembahan terbaik dituntut dari kita semua, baik menyangkut waktu, tenaga dan pikiran melalui keterlibatan dalam pelayanan. Nas pertama menjadi peringatan bagi para pendeta, penatua, dan kita yang aktif di gereja dan pelayanan. Motivasi dan panggilan yang ada terus diuji.

 

 

 

Para pendeta dan penatua perlu berhikmat dalam mengartikan dan menjalankan misi gereja dan tujuan persembahan. Gereja menerima persembahan uang. Pengelolaan uang tidak hanya diperuntukkan ke dalam, melihat “keperluan” jemaat sendiri semata. Gereja mesti lebih berdampak keluar, menjadi sebuah kesaksian pekabaran Injil.

 

 

 

Bagi yang memberi persembahan uang, nas kedua memberi teladan tentang makna mengasihi Tuhan dan sesama. Memberi uang tidak hanya sekedarnya. Hukum persepuluhan sebuah parameter, sangat baik, meski tidak dilihat kaku, mati. Lebih atau kurang dari sepersepuluh penghasilan kita menjadi refleksi kasih kita terhadap Tuhan dan sesama. Ada dasar, motivasi yang jelas dan kuat. Semua itu refleksi ucapan syukur atas penebusan nyawa kita dan kehidupan kekal, serta tanggungjawab sebagai pengikut Kristus. Teruslah memberi dengan hati yang penuh sukacita. Yang terbaik kita berikan, sudahkah?

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah Minggu 3 November 2024 - Minggu XXIV Setelah Pentakosta

 Khotbah Minggu 3 November 2024 - Minggu XXIV Setelah Pentakosta

 

 TUHAN DAN SESAMA (Mrk. 12:28-34)

 

 “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Mrk. 12:30-31).

 

 

 

Tidak terasa dalam empat minggu ke depan, kita sudah masuk ke Minggu Adven, awal kalender gerejawi. Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 12:28-34, bertema dua hukum utama Kristiani di atas. Dalam Luk 10:25-37 nas ini diberi contoh tentang orang Samaria yang murah hati yang bersedia menolong korban perampokan di jalan, sementara orang Lewi yang lewat, hanya melihat dari jauh. Kasih yang tidak nyata dan tidak dalam kebenaran (1Yoh. 3:18).

 

 

 

Hukum utama pertama dikutip Yesus dari PL, tetapi Dia menambahkan satu poin, yakni: "dengan segenap akal budimu" yang tidak terdapat pada Ul. 6:5. Poin ini menjadi penting, mengasihi tidak semata oleh hati dan jiwa, tetapi juga oleh pemahaman akal budi. Sebuah totalitas. Penekanan aspek "dengan segenap akal budi" membuat kasih itu tidak sekedar emosional dari hati, tetapi didasari pemahaman yang kuat jelas dan tanggung jawab. Poin ini meneguhkan kasih dalam Kekistenan, yakni kita mengasihi sesama dengan hati dan perbuatan, tindakan nyata, tidak omong doang, karena didasari kasih kepada Allah. Ini juga membedakan kita dengan agama lain, yang lebih menekankan mencari "imbal jasa" atau dengan dalih kemanusiaan semata.

 

 

 

Hukum utama: dua menjadi satu, saling melengkapi. Sepuluh hukum Taurat yang diterima Musa mengkristal yakni kewajiban manusia kepada Allah penciptanya dan tanggung jawab kepada sesama yakni saudaranya. Semua relasi dasarnya kasih. Perbedaan dan pertentangan diarahkan berakhir dengan pemulihan dan iman yang bertumbuh, bukan sakit hati, dendam dan menjadi jauh dari Allah. "Allah itu Esa" kata Yesus, dan diamini ahli Taurat yang hadir.

 

 

 

Jawaban Yesus ini diapresiasi oleh seorang ahli Taurat dengan menambahkan, mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan (ayat 33). Ini firman yang mengacu pada Hos. 6:6. Respon ini membuat Yesus sangat berkesan dan melihat orang bijaksana, lantas Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus (ayat 34).

 

 

 

Pesan nas minggu ini menjadi jelas, membawa kita berintrospeksi: sudah sedalam apa kita mengasihi Allah dengan mencintai firman-Nya dan mengikuti perintah-Nya? Berapa banyak waktu yang kita berikan untuk bisa bersama-Nya? Sudah sejauh mana kita mengasihi sesama dengan memberi hati dan pengorbanan kita kepada mereka? Adakah saudara di sekeliling kita yang terabaikan, dari keluarga, tetangga dan lingkungan? Jawabannya hanya pada kita sendiri.

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Kabar dari Bukit, Minggu 3 November 2024

Kabar dari Bukit

 

 MENGAPA HARUS ADA DARAH? (Ibr. 9:11-14)

 

 ”Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri” (Ibr. 9:12a)

 

 

 

Saat menonton film IRIS di Netflix yang ceritanya tentang organisasi kelompok penentang penyatuan Korea Utara dan Selatan, ada sebuah dialog yang menarik. Seorang ahli nuklir dari Korea Utara yang percaya Tuhan dan ingin mendapatkan suaka, menasihati agen dari Korea Selatan yang tidak percaya adanya Tuhan: “Anggap saja Tuhan itu ada. Sebab bila dia ada, maka engkau memperoleh kesempatan berkat yang melimpah, dan walaupun dia tidak ada, maka kamu tidak rugi apa-apa.”

 

 

 

Percaya Tuhan berarti  percaya kuasa-Nya. Bagi kita orang percaya, Allah itu hidup di dalam Roh Kudus, diam di hati, dan terus berinteraksi  sepanjang hidup.  Tetapi bagi yang tidak percaya atau perbuatannya jauh dari kehendak-Nya, maka Ia sebetulnya terus memanggil untuk kembali, ingin ada pertobatan, penebusan, pengampunan, dan menjadikan mereka sebagai anak-anak-Nya yang siap dipakai dan diberkati.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Ibr. 9:11-14. Nas ini berbicara tentang penebusan dosa. Dalam PL, penebusan dosa dilakukan oleh umat Israel dengan membawa hewan hidup sebagai pengganti, disembelih di Bait Allah, kemudian darahnya dipercik-percikkan ke empat penjuru oleh imam.

 

 

 

Konsep pengganti dengan hewan ini memiliki dua dasar: pertama, adanya hukum pembalasan yakni mata ganti mata, nyawa ganti nyawa (Im. 24:19-21; Ul. 19:21). Seseorang yang dijatuhi hukuman mati hanya dapat ditebus dengan penggantian nyawa, yang mestinya nyawanya sendiri tapi kemudian digantikan hewan hidup. Kedua, dalam Imamat 17:11 dituliskan, “Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa.”

 

 

 

Hal ini juga dituliskan dalam Ibrani 9:22: “Sebab hampir segala sesuatu disucikan oleh darah menurut hukum Taurat, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa.” Namun pada ayat lain disebutkan bahwa tidak mungkin darah lembu jantan atau darah jomba jantan menghapuskan dosa (Ibr. 10:4; ay. 13). Kita tidak memerlukan lagi imam untuk melakukan prosesi pemercikan darah, sebab Yesus Kristus yang darah-Nya tercurah, kini sebagai Imam Besar dan Pengantara kita; membuat kita berani datang ke takhta Allah (Ibr. 4:16; ay. 12).

 

 

 

Oleh karena itu penting kita pahami, dosa-dosa kita yang upahnya maut (Rm. 6:23), hanya dapat ditebus dengan mengaku dan beriman bahwa Yesus Kristus yang darah-Nya tercurah di salib, adalah tebusan pengganti diri kita. Oleh kematian-Nya kita hidup. Oleh kebangkitan-Nya kita menang atas kematian tubuh di dunia ini, sebab kita pun akan dibangkitkan (1Kor. 15:52-57; ay. 11).

 

 

 

Mengakui Yesus mati tersalib pengganti diri dan tebusan atas dosa-dosa kita, menjadikan-Nya sebagai Juruselamat. “Dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa” (1Yoh. 1:7b). Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus" (Ibr. 10:10; ay. 14). Dengan mengaku Yesus adalah Juruselamat, maka Dia akan menyelamatkan kita dari kematian kekal. Alkitab juga dengan tegas mengatakan bahwa bila kita orang percaya murtad, maka kita sebenarnya kembali menyalibkan Yesus dan menghina-Nya (Ibr. 6:6). Alangkah jahatnya.

 

Selamat hari Minggu.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah (2) Minggu 3 November 2024 - Minggu XXIV Setelah Pentakosta

Khotbah (2) Minggu 3 November 2024 - Minggu XXIV Setelah Pentakosta

 

 PENOLONG SESAMA (Mzm. 146:1-10)

 

 Dia... yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung (Mzm. 146:7)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah dari Mzm.146. Ada 10 ayat dengan judul perikop: Hanya Allah satu-satunya penolong. 

 

 

 

Sungguh indah rangkaian mazmur yang disajikan bagi kita menjelang memasuki masa adven. Empat minggu lalu, kita membaca Mzm. 124 yang berpesan, pujilah Allah kita Tuhan Yesus, satu-satunya Penolong. Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, maka kita akan terjerat, binasa menjadi mangsa (Mzm. 124:1, 6-7). Ini ditegaskan kembali pada ayat 5 nas minggu ini, yakni: "Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya."

 

 

 

Minggu berikutnya, kita dibekali dengan Mzm. 90:12-17, berbicara tentang hidup ini singkat. Oleh karena itu, perlu diisi dengan hal bermakna. Jangan menjalani hidup dengan sia-sia, sebab ujungnya adalah kebinasaan. Dan dua minggu lalu, kita diingatkan lewat Mzm. 124, untuk bersyukur atas iman yang diberikan, sehingga kita tidak berjalan terombang-ambing, salah arah. Alkitab diberikan-Nya untuk mengajar dan menuntun kita. Minggu lalu, kita diingatkan melalui Mzm. 34:2-9, agar tak kuatir dan gentar mati, sebab kita selalu dalam perlindungan TUHAN, hidup dan mati.

 

 

 

Nas Mazmur minggu ini merangkum semua itu, yakni Tuhan kita baik dan berkuasa, Tuhan kita adalah Penolong bagi semua, terutama bagi yang lemah. Ia Penolong "yang tetap setia untuk selama-lamanya, yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung, TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk,

 

 

 

TUHAN mengasihi orang-orang benar. TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya" (ay. 7-9).

 

 

 

Kita telah dituntun dari dua arah. Sikap bersyukur atas kebaikan Tuhan: dan kedua, Tuhan mengingatkan, Dia adalah penolong bagi orang-orang yang membutuhkan. Lantas, pertanyaannya: siapa yang melakukannya? Tuhan senang bila kitalah yang melakukannya. Mari kita menjadi penolong sesama, memenuhi hari-hari kita dengan berbuah. Jadilah utusan untuk melakukan pekerjaan dan misi Tuhan. Jangan berpikir itu pekerjaan orang lain; Melempar tanggung jawab. Ekspresikan rasa syukur kita dengan tindakan, melakukan perbuatan baik bagi orang lain. "Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya."

 

 

 

Sebagaimana ayat paralel leksionari minggu ini, dari Mrk. 12 yang berkata, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Mrk. 12:30-31).

 

 

 

Mari kita melihat, sudah sedalam apa rasa syukur dan kasih kita kepada Allah dengan wujud penolong sesama, memberi kasih dan pengorbanan kepada mereka yang membutuhkan? Atau, kita hanya fokus beribadah Minggu saja? 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 12 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7195190
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
337
5943
101723
6812310
230052
1386923
7195190

IP Anda: 162.158.162.21
2024-11-07 06:48

Login Form