Tuesday, October 15, 2024

2024

Khotbah Minggu 20 Oktober 2024 - Minggu XXII Setelah Pentakosta

Khotbah Minggu 20 Oktober 2024 - Minggu XXII Setelah Pentakosta

 

 SALIB DAN KEMULIAAN (Mrk. 10:35-45)

 

 ".... dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya" (Mrk. 10:44).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 10:35-45, berbicara tentang hamba (dan anak-anak Tuhan) yang melayani; menjadi pemimpin yang bukan memerintah, apalagi dengan tangan besi dan kuasa yang keras. Sebelumnya, di ayat 32-34 Tuhan Yesus menjelaskan kepada murid-murid-Nya yang sudah cemas dan ketakutan, saat mereka menuju Yerusalem dan kata-Nya: "Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati" (ayat 33a).

 

 

 

Ditengah rasa cemas itu, malah Yakobus dan Yohanes meminta keistemewaan buat mereka, yakni duduk dalam kemuliaan kelak, saat kerajaan-Nya berdiri: seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang lagi di sebelah kiri-Nya (ayat 37). Mereka salah, berpikir kerajaan Yesus mesianik di dunia. Permintaan yang juga manusiawi, sebab orang cenderung dan suka mencari kehormatan dan kemuliaan di dunia. Apalagi, mereka mungkin sudah " merasa berjasa" mengikut Yesus, menjadi murid yang dikasihi. Tetapi jawaban Yesus membalikkan logika dan menjadi paradigma Kristiani: "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya" (ayat 43-44). Haleluya.

 

 

 

Yesus menjelaskan, untuk mendapatkan kemuliaan, para murid harus berani menderita, meminum cawan yang harus Dia minum, dan dibaptis dengan baptisan yang harus Dia terima (ayat 38). Meminum cawan berarti melewati penderitaan jalan salib sebagai terhukum, dihina, diludahi dan disiksa. Dibaptis berarti berubah menjadi manusia baru, menjalani hidup yang sepenuhnya berserah kepada Allah Bapa.

 

 

 

Mendapatkan keistimewaan perlu meneladani hidup yang dijalani Yesus, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (ayat 45). Yesus memberi teladan, tugas misi-Nya diselesaikan dengan baik dahulu, dan Ia tidak pernah berpikir mendapatkan kemuliaan itu nantinya.

 

 

 

Ia pun berujar: "tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan" (ayat 40). Maka kita pun yang sudah berpikir berhak atas sorga, perlu introspeksi: seberapa besar cawan yang kita minum, seberapa besar dan dalam kita menyerahkan hidup kepada-Nya? Nyanyian Kidung Baru (NKB) 199 berkata: "Berapa yang terhilang telah ‘ku cari; dan ‘ku lepaskan yang terbelenggu? Sudahkah yang terbaik ‘ku berikan, kepada Yesus Tuhanku?"

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah (2) Minggu 20 Oktober 2024 - Minggu XXII Setelah Pentakosta

Khotbah (2) Minggu 20 Oktober 2024 - Minggu XXII Setelah Pentakosta

 

 MENSYUKURI IMAN (Mzm. 104:1-9, 24, 35a)

 

 Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu (Mzm. 104:24)

 

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah dari Mzm. 104:1-9, 24, 35a. Judul perikopnya: Kebesaran Tuhan dalam segala ciptaan-Nya. Ayat 24-34 telah kita baca renungannya saat perayaan Pentakosta yang lalu, saat lahirnya gereja (lihat link di bawah). Kita bersyukur Allah memberi kita tempat bersekutu, dan bersama-sama umat percaya lain bersaksi melalui kegiatan sosial dan penginjilan. Diberkatilah kita yang sudah melakukannya. Amin.

 

 

 

Ayat 1-9 (hingga ayat 23) berbicara tentang pujian syukur dan kekaguman manusia terhadap kebesaran Tuhan: IA berpakaian keagungan dan semarak berselimutkan terang; bumi diciptakan-Nya dengan tumpuan yang kokoh, samudera raya diselubungi, langit bagaikan tenda, awan, angin, api, dan air, semua patuh kepada perintah-Nya. “Betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu” (ayat 24).

 

 

 

Nas minggu ini didasari tiga pokok penerimaan, yakni: Tuhan itu ADA, Tuhan itu PENCIPTA dan PEMELIHARA seluruh alam semesta, serta Tuhan itu BAIK. Penerimaan itu hanya terjadi dengan iman. Oleh karena itu, kita harus bersyukur telah dianugerahkan iman; itu bukan hasil kepintaran manusia, bukan hasil usaha manusia. Iman adalah karunia pemberian Roh Allah (1Kor. 12:9; band. Flp. 1:29; Ef. 2:8). Jadi percaya bahwa Tuhan itu ada, bukan soal pintar atau tidak pintar. Tetapi, apakah Tuhan menganugerahkannya kepada seseorang atau tidak? Bagi yang atheis atau agnostik, kita mengasihaninya, sebab Tuhan belum/tidak menganugerahkan iman kepada mereka. Dasarnya bisa saja karena kesombongan, hukuman, contoh bagi yang lain, atau hal tersembunyi lainnya.

 

 

 

Kehidupan sering kita jalani di luar jangkauan pikiran dan kemampuan kita; tidak tahu hari esok, dan masa depan (Yak. 4:13-14). Demikian juga tidak semua masalah bisa kita selesaikan, bahkan oleh ilmu dan pengetahuan manusia. Maka sesuai dengan doa kita, Roh Allah bekerja, kemudian kita sebut sebagai mukjizat, kejutan, kebaikan Tuhan. Semuanya di luar hukum-hukum alam dan hukum yang dikenal manusia. Tetapi Allah yang mengetahui dan mengendalikan, kita terima di dalam iman. Maka, semua menjadi indah dan menenangkan, dengan iman kita mampu melihat yang tidak kelihatan.

 

 

 

Ada empat dasar yang membuat manusia memerlukan Tuhan dan layak memujinya. Pertama, manusia diciptakan Allah dalam dua komponen: roh dan tubuh. Kadang jiwa disebut, tetapi dapat ditafsirkan sebagai roh juga. Kedua, manusia adalah makhluk rohani, makhluk spiritual, yang dapat bersyukur dan berterima kasih serta beribadah. Ketiga, manusia adalah makhluk paling sempurna ciptaan Allah di bumi. Keempat, manusia diberi amanat untuk mengelola bumi, dan memimpin segala makhluk. Untuk itulah tanggung jawabnya ada sama kita semua, sekaligus menikmatinya.

 

 

 

Hal menarik, nas minggu ini ditutup ayat 35a yang berbunyi: “Biarlah habis orang-orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang-orang fasik tidak ada lagi!” Ya ampun, janganlah kita menjadi orang-orang berdosa dan orang fasik, sehingga ikut dilenyapkan dari kekekalan. Takutlah akan Tuhan dan setialah beribadah kepada-Nya (1Sam. 12:24; Ams. 1:7). Apapun badai persoalan yang seolah memisahkan kita dengan Allah, jauhkanlah itu. Biarlah kita terus memuji dan memuliakan Tuhan selagi diberi kesempatan hidup, kesehatan dan berkat-berkat lainnya, serta terus berbuah sebagai ungkapan syukur atas iman yang diberikan untuk kebesaran dan kemuliaan-Nya.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah Minggu 13 Oktober 2024 - Minggu XXI Setelah Pentakosta

Khotbah Minggu 13 Oktober 2024 - Minggu XXI Setelah Pentakosta

 

 BERKORBAN (Mrk. 10:17-31)

 

 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah" (Mrk 10:27).

 

 

Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 10:17-31, berkisah dua hal: pertama, tentang orang kaya yang sukar masuk Kerajaan Allah. Ceritanya ada orang kaya yang taat sejak masa mudanya pada hukum Taurat, bertanya kepada Tuhan Yesus tentang jalan untuk memperoleh kehidupan kekal. Yesus pun menjawab: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku" (ayat 21).

 

 

 

Ia terpana. Kecewa. Tentu keputusan yang sulit. Tetapi Yesus mengetahui hatinya sehingga keluar pernyataan kedua-Nya tentang sukarnya orang yang memiliki banyak uang masuk ke dalam Kerajaan Allah. "Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah", ujar-Nya (ayar 23, 25). Meski ada tafsiran ayat ini simbolik, tentu itu sesuatu yang mustahil. Yesus pun menjelaskan lanjutannya dengan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah" (ayat 27). Itulah anugerah. Belas kasihan Allah.

 

 

 

Kisah kedua dijadikan satu bagian dalam leksionari minggu ini, tentu karena inti pesannya sama. Petrus bertanya tentang upah mengikut Dia, dan dijawab-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (ayat 29-30). Dahsyat.

 

 

 

Maka menjadi jelas dari dua nas itu pentingnya berkorban dalam mengikut Yesus. Berkorban tidak diukur dengan ketaatan legalistik semata; tapi diukur dengan hati, kerelaan dan keyakinan “memberi yang terbaik”, hingga ada "rasa sakit" dalam memberi. Berusaha taat, tetapi tidak mau berkorban banyak padahal mampu, tentu Tuhan melihat itu sekadarnya saja.

 

 

 

Abraham menjadi teladan, berkorban dengan mengabaikan akalnya pergi menuju tanah Kanaan. Ia juga berkorban perasaan, ketika Lot keponakannya diberi prioritas memilih wilayah lebih dahulu (Kej. 13:8-9). Abraham berkorban rela memberi anaknya Ishak yang dikasihinya. Maka pesan nas minggu ini: kita pun, teruslah berkorban, memberi yang terbaik, hati, pikiran, waktu, tenaga, harta, bahkan nyawa, serta percaya sepenuhnya kepada-Nya. Jangan sampai, seperti dikatakan di ayat 31, “orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Kabar dari Bukit Minggu 13 Oktober 2024

Kabar dari Bukit

 

 

RAHASIA PERHENTIAN KEHIDUPAN (Ibr. 4:12-16)

 

 ”Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita” (Ibr. 4:15)

 

 Salah satu keistimewaan ajaran Kristiani yakni Allah adalah Roh; Allah juga adalah Pribadi yang digambarkan dan diinkarnasikan dalam diri Yesus Kristus. Melalui riwayat dan perjalanan hidup Yesus, terutama perihal Dia bukan keturunan dari benih laki-laki dan kuasa mukjizat-Nya, maka manusia khususnya kita orang percaya lebih mudah mengenal dan memahami Allah melalui Yesus Kristus.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Ibr. 4:12-16. Ini lanjutan pasal 3:11 -4:11 tentang perhentian akhir, yakni ketika kita mati dan/atau dunia berakhir. Ada dua hal diberikan agar kita berhasil masuk ke kehidupan sorga perhentian akhir tersebut, yakni adanya kekuatan firman Allah dan Yesus adalah Imam Besar pengantara kita (bdk. 1Yoh. 2:1).

 

 

 

Di dalam buku saya “Mengenal Alkitab Kita” (2019), dituliskan bahwa Alkitab dapat dipercaya dan merupakan pegangan iman yang kuat, dengan dasar:

 

 

 

1.       Penulisan, pengujian, dan pengkanonan telah dilakukan selama berabad-abad dipimpin Roh Kudus (1Tim. 3:16; 2Pet. 3:15-16);

 

2.      PB merupakan penggenapan ratusan nubuat-nubuat di dalam PL (Ibr. 1:2; Gal. 1:8-9; Why. 22:18);

 

3.      Alkitab adalah penuntun yang sempurna dalam menjawab segala persoalan hidup dan menyegarkan jiwa kita (Mzm. 19:8);

 

4.      Alkitab secara keseluruhan belum bisa dibuktikan kesalahannya;

 

5.      Adanya hubungan yang erat antara Alkitab dengan Kristus yakni Firman Allah yang hidup. Mereka yang menolak Alkitab berarti menolak Kristus (Yoh. 1:1, 14; 12:47-48; 1Tes. 2:13. Ibr. 4: 12. Rm. 2:16).

 

 

 

Dalam nas minggu ini ditulis lebih khusus tiga hal, yakni firman Allah itu hidup dan kuat; kedua, lebih tajam dari pedang bermata dua manapun; ketiga, penuh hikmat, sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibr. 4:12). Bagi kita yang sudah percaya dan setia, tentu sudah merasakan betapa kuatnya kuasa firman Allah tersebut dalam menuntun perjalanan hidup.

 

 

 

Juga dalam perjalanan sejarah manusia, bangsa-bangsa yang menerima Alkitab dan memegangnya sebagai standar moral kehidupan bersama, secara umum mempunyai peradaban terbaik. Alkitab terus dibaca umat manusia secara lebih luas dan tidak berpengaruh terhadap tuduhan dan serangan yang dilakukan oleh mereka yang tidak menyukainya, bertahan dan dipercaya sampai akhir zaman.

 

 

 

Allah Mahatahu dan Mahaadil sehingga tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya; sesuatu yang logis dan hukum sebab akibat, setiap orang harus memberikan pertanggungan jawab atas segala perbuatan yang dilakukan semasa hidupnya (ay. 13). Sesuatu yang tersembunyi di dunia, terasa tidak adil, kelak akan dibukakan dan semua orang layak mendapat upahnya (Why. 22:12; bdk. Kol. 3:24-25).

 

 

 

Bagian kedua nas ini menjelaskan keutamaan Yesus sebagai Pribadi dan menjadi manusia, yakni Ia dapat merasakan kelemahan-kelemahan kita. Ia telah dicobai, dan Ia tidak berbuat dosa (ay. 15). Kita mungkin sesekali jatuh, sesat, namun Ia Pribadi yang tahu dan merasakan kelemahan kita, maka kita diminta datang penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia-Nya, supaya kita menerima rahmat dan.... mendapat pertolongan kita pada waktunya (ay. 16).

 

 

 

Semua ini tentunya hanya terjadi jika kita berpegang pada pengakuan iman kita: Yesus Anak Allah, Imam Besar kita (ay. 14). Maka, sudahkah kita menjadikan firman Allah sebagai penuntun hidup dan dengan teguh berusaha menjalankannya? Semoga demikian hingga kita kelak tiba di perhentian akhir.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah (2) Minggu 13 Oktober 2024 - Minggu XXI Setelah Pentakosta

Khotbah (2) Minggu 13 Oktober 2024 - Minggu XXI Setelah Pentakosta

SINGKAT BERMAKNA (Mzm. 90:12-17)

 

 Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mzm. 90:12)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah dari Mzm. 90:12-17. Judul perikopnya: Allah, tempat perlindungan yang kekal. Mazmur yang ditulis Musa ini cukup kita kenal, karena di ayat 10 dituliskan: “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.”

 

 

 

Pada bagian awal mazmur dinyatakan bahwa hidup manusia hanyalah debu (ayat 3), singkat seperti suatu giliran jaga di waktu malam, hanyut berlalu bagaikan rumput yang pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu (ayat 5). Dan, akhirnya, Tuhan memanggil pulang. “Kembalilah hai anak-anak manusia!” Hidup manusia singkat, tetapi Allah kekal, dan seribu tahun sama seperti hari kemarin bagi-Nya (ayat 3-4a).

 

 

 

Itulah dasarnya pemazmur memohon hikmat dari Tuhan. “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (ayat 12). Sebab, meski dikatakan umur manusia 70 tahun, tetapi tidak ada yang dapat memastikan semua melewatinya. Demikian juga bila mencapai usia 80 tahun, akan banyak masalah yang muncul. “Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan” (Ams. 3:16)

 

 

 

Sayangnya, seringkali dalam hidup yang singkat itu, manusia masih tetap saja suka berbuat dosa. Dan bagi Tuhan tiada yang tersembunyi, semua kesalahan akan menghasilkan murka Tuhan, yang membuat manusia terkejut atas amarah-Nya (ayat 4b-9). Manusia berdosa karena kekurangan hikmat, tergoda oleh keinginan tubuh, ego dan iblis; maka Allah pun menjauh meninggalkannya. Oleh karena itu, pemazmur memohon dalam doa pertamanya dalam nas ini: “Kembalilah, ya TUHAN – berapa lama lagi? – dan sayangilah hamba-hamba-Mu” (ayat 13).

 

 

 

Doa kedua, Musa memohon agar Tuhan kiranya bertindak adil penuh kasih, mengampuni segala kesalahan yang telah dilakukannya, dan diberi secara seimbang antara sukacita dengan hari-hari Tuhan menghukum (ayat 15). Menghitung hari yang dilalui tujuannya untuk mendapatkan hikmat, agar lebih takut kepada Tuhan, tidak mengabaikan-Nya, melainkan lebih sering bergaul dengan membaca firman-Nya, pujian dan doa. Hidup yang benar memang tidak sekedar dijalani, tetapi juga diisi dan bertumbuh.

 

 

 

Melalui doa ketiga, pemazmur mengingatkan kita agar hidup yang singkat itu diisi dengan hal yang baik berguna dan memuliakan Tuhan (1Kor. 15:58; Mat. 25:14-30). "Biarlah kelihatan kepada hamba-hamba-Mu perbuatan-Mu, dan semarak-Mu kepada anak-anak mereka. ... teguhkanlah perbuatan tangan kami..." (ayat 16-17).

 

 

 

Mari kita sadari, hidup ini sementara, sebuah kesempatan, sebentar lisut dan layu menjadi debu. Janganlah menyia-nyiakan waktu yang Tuhan beri (Ef. 5:15-16). Kita tidak tahu berapa lama Tuhan akan memanggil pulang. Waktu bukanlah milik kita, tetapi milik Tuhan. Tinggal pilihan di kita: Ingin binasa atau bermakna?

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 454 guests and no members online

Statistik Pengunjung

6307785
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
23520
91037
293061
5733006
729570
384422
6307785

IP Anda: 162.158.162.186
2024-10-16 05:31

Login Form