Thursday, November 21, 2024

2024

Kabar dari Bukit Minggu 23 Juni 2024

Kabar dari Bukit

 

 

KESEMPATAN ATAU BATU SANDUNGAN (2Kor. 6:1-13)

 

 ”Kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima” (2Kor. 6:1)

 

 

 

Ada dikotomi atau pembelahan dua bagian orang percaya, yakni hamba dan murid. Hamba lebih dimaksudkan bagi pelayan dengan jabatan gerejawi atau lembaga Kristiani, sementara murid merupakan sebutan umum bagi siapa saja yang percaya dan mengikut Tuhan Yesus. Namun satu hal yang sama, hamba atau murid adalah duta atau utusan Kristus di dunia ini (2Kor. 5:20). Sebagai duta, seperti duta besar, ada yang kebagian tugas untuk negara kecil dan ada untuk negara besar. Namun tugas utamanya sama, menjaga dan meninggikan harkat negara/pengutusnya.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah 2Kor. 6:1-13. Nas ini ada dua bagian: pertama tentang Paulus dalam pelayanannya (ay. 1-10); kedua tentang permintaan agar tidak ada noda kekafiran pada orang percaya (ay. 11-13).

 

 

 

Sebagai duta-duta Kristus, setiap momen perlu dikreasikan menjadi kesempatan untuk berkarya dan membuat kita lebih didengar-Nya. Allah telah memberi talenta dan kasih karunia kepada kita semua. Ia tidak pernah menjadikan manusia bersisi buruk semua, pasti ada sisi baiknya. Itulah pola talenta. Maka sebuah ironi, jika itu tidak digunakan dan sia-sia. Oleh karena itu, poin pertama pesan nas ini, tantangan dan penderitaan apapun merupakan kesempatan yang bagus untuk memperlihatkan jati diri kita sebagai duta agar berkenan bagi-Nya dan diselamatkan (ay. 1-2).

 

 

 

Pesan kedua, seseorang perlu diuji untuk mempelihatkan integritas dan kesetiannya. Dan itu akan lebih nampak saat ada beban dan penderitaan. "Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu" (1Kor. 3:12-13). Sebagai duta Kristus, kita diminta agar menjadi emas dan perak, tidak mudah hancur dan menjadi batu sandungan (ay. 3).

 

 

 

Pesan ketiga nas minggu ini, agar kekristenan kita tidak bermuka ganda. Sebagai duta Kristus, tetaplah memperlihatkan kesabaran ketika datang kesesakan dan kesukaran, deraan, atau kesusahan lainnya (ay. 4-5). Semua dihadapi dengan kemurnian dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; semangat memberitakan dan membela kebenaran dan kekuasaan Allah dengan menggunakan senjata-senjata keadilan (ay. 4-7; 2Kor. 10:4; Ef. 6:11-18a). Kita percaya, Tuhan punya alasan dan maksud dalam semua peristiwa.

 

 

 

Beberapa ahli teologia mengatakan, nas ini sangat indah. Rasul Paulus menggunakan bahasa yang kontra makna, yakni dua istilah berlawanan dipakai untuk penegasan maksud. Kita kutip ayatnya: “ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu” (ay. 8-10). Maka dalam segala situasi, kita harus siap, baik atas rencana Tuhan maupun akibat perbuatan (dosa) sendiri.

 

 

 

Pesan terakhir, agar terus membuka lebar hati kita. Terus biarkan suara Tuhan masuk. Jangan membiarkan hati kita beku dan menyempit, termasuk kepada sesama, meski mereka tidak menyukai kita. Lihat kesempatan dan jangan menjadi batu sandungan. Itulah ciri orang Kristen sejati.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu V Setelah Pentakosta – 23 Juni 2024

Khotbah Minggu V Setelah Pentakosta – 23 Juni 2024

 

 MELEWATI BADAI (Mzm. 107:1-3, 23-32)

 

 Mereka melihat pekerjaan-pekerjaan TUHAN, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib.... (Mzm. 107:24)

 

 Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita adalah dari Mzm. 107:1-3, 23-32. Judul perikopnya: Nyanyian syukur dari orang-orang yang ditebus TUHAN. Kata “ditebus”, menggambarkan kondisi paling ekstrem saat adanya perbudakan, tetapi setelah ditebus menjadi bebas berharga. Situasi serupa adalah ketika kita orang yang penuh dosa dan layak dihukum, tetapi atas anugerah Tuhan Yesus ditebus dengan darah-Nya, kita merdeka dan berharga di mata Tuhan.

 

 

 

Hidup adalah perjalanan; berangkat dari satu titik dan berakhir di titik yang lain. Dalam perjalanan itu banyak hal terjadi. Kadang melewati hal indah pernuh warna-warni, dan kadang gelap kelam dengan rasa sakit. Terjadinya pun sering tidak terduga, bahkan tidak kita pahami. Pertanyaannya, mengapa? Itu cukup melepas sesak, tapi sering tidak memuaskan hati.

 

 

 

Mazmur 107 berkisah tentang perjalanan hidup. Ada yang menjalani dengan rasa lapar dan haus (ayat 4-9). Ada yang menjalani dalam kungkungan penjara, tergelincir, penuh cemas (ayat 10-16). Ada yang jatuh sakit karena berbuat dosa atau kesalahan lain (ayat 17-22). Tetapi, pemazmur mengatakan, ketika semua berseru-seru kepada Tuhan, semua dilepaskan dari pergumulan mereka: yang lapar dikenyangkan dan yang haus dipuaskan; Yang terbelenggu persoalan hidup dilepaskan, keluar dari kegelapan. Mereka yang sakit bahkan hampir mati, disembuhkan dan dipulihkan. Perbuatan Tuhan sungguh ajaib, semua menang. “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya (ayat 1-3).

 

 

 

Nas minggu ini ayat 23-32 menggambarkan situasi yang berbeda, yakni hidup manusia ibarat mengarungi laut dengan kapal; dari satu pulau yang fana, menuju pulau lain di seberang yang tidak fana. Tetapi, badai dan gelombang laut kadang datang menerjang. Beberapa lagu rohani dengan gambaran laut ini, seperti “Di Tengah Ombak dan Arus” dan lagu Batak ”Nang Gumalunsang” sangatlah poluler.

 

 

 

Virus Corona kini di sekitar kita. Menakutkan. Tidak terduga, meluluhlantakkan semua rencana dan pengharapan. Ada yang menjadi lebih lapar dan haus akibat kondisi ekonomi yang memburuk. Ada yang terjerat hutang atau terbelenggu merasa terbuang dan tidak bisa bebas bergerak. Tentu, banyak yang sakit, terpapar, dan tidak sedikit yang terkasih dihantarkan ke liang kubur. Semuanya itu membuat jiwa kita hancur, pusing terhuyung-huyung seperti orang mabuk, dan kehilangan akal (ayat 26-27).

 

 

 

Melalui pemazmur hari ini, kita bersyukur diajarkan beberapa hal. Pertama, semua yang terjadi saat ini adalah atas sepengetahuan dan kendali-Nya (ayat 25). Ia adalah Tuhan alam semesta. Kedua, dalam badai pergumulan ini, marilah kita berseru-seru kepada Tuhan, memohon dibebaskan dari rasa sakit yang ada (ayat 6, 13, 19). Dengan meratap, kita memohon dikeluarkan dari kecemasan dan sengsara oleh rasa takut (ayat 28). Ketiga, marilah kita lebih mendekatkan diri dengan mencintai firman-Nya, dan jauh dari keinginan untuk memberontak terhadap Dia (ayat 20).

 

 

 

Dan terakhir, untuk kita dapat dituntun-Nya ke pelabuhan surga kesukaan kita, menang melewati badai ini, menang atas pergumulan dan rasa sakit, berjanjilah dengan tangisan untuk selalu bersyukur kepada Tuhan atas kasih setia-Nya, oleh karena perbuatan-perbuatan-Nya ajaib. Berjanjilah untuk lebih setia (ayat 11) dan menjadi saksi bagi kemuliaan-Nya, melalui umat dan majelis gereja-Nya (ayat 32). Semoga kita semua sehat-sehat dan juga orang-orang yang kita kasihi.  

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

Kabar dari Bukit Minggu 16 Juni 2024

Kabar dari Bukit

 

 TAKHTA PENGADILAN KRISTUS (2Kor. 5:6-10)

 

 ”Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat” (2Kor. 5:9-10; bdk. Rm. 14:12)

 

 

 

Salah satu alasan orang percaya adanya Tuhan adalah mutlaknya manusia mempertanggungjawabkan semua perbuatannya selama hidup. Rasanya tidak logis dan adil setelah manusia mati, semua perbuatannya di dunia tentang hal baik dan terutama yang jahat, selesai begitu saja. Semua agama pun meyakini demikian, hanya berbeda bentuk penghakimannya dan hasil hukuman serta upah/pahala yang dijanjikan.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 2Kor. 5:6-10. Nas ini lanjutan minggu lalu tentang perlunya kesiapan orang percaya menghadapi penderitaan dan kematian. Kita diminta senantiasa tabah, menjalani hidup karena percaya, bukan karena melihat. Ada kerinduan iman, hidup bersama Tuhan sungguh indah (ay. 6-8). Untuk itulah terus berusaha agar berkenan kepada-Nya (ay. 9).

 

 

 

Hal pertama dari nas kita, pengadilan akhirat perlu sebab hidup di dunia bisa saja menderita dan tidak adil. Kebenaran dan keadilan hanya terjadi di pengadilan akhirat, sebagai pertanggungjawaban manusia atas seluruh perbuatannya baik ataupun jahat (ay. 10; 1Pet. 4:5). Tujuan penghakiman ini untuk menyatakan kedaulatan dan keadilan Allah, sesuai Pribadinya yang Maha Kuasa dan Mahaadil. Dan tidak ada hal tersembunyi bagi Tuhan (Ibr. 4:13), yang di dunia dapat ditutupi dan dimanipulasi.

 

 

 

Hal kedua, siapa hakimnya? Alkitab banyak menuliskan, Allah adalah Hakimnya (Kej. 18:25; 1Sam. 2:10; Mzm. 96:13; 98:9; Rm. 2:16; Ibr. 12:23, Why. 20:12, dll.). Namun Allah telah menyerahkan penghakiman itu kepada Anak (Yoh. 5:22). “Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati” (Kis. 10:42). Penetapan Yesus sebagai Hakim memiliki dasar yang kuat, sebab Ia pernah menjadi manusia dan tentunya lebih memahami watak manusia.

 

 

 

Hal ketiga, kapan pengadilan dilakukan? Alkitab memiliki dua tafsiran tentang hal ini. Kisah Abraham dan orang kaya memberi pesan bahwa setelah manusia mati, langsung masuk penghakiman, hasilnya bisa masuk sorga seperti Abraham, tetapi orang kaya tersebut langsung merasakan kesakitan dari panasnya api neraka (Luk. 16:19-31). Namun di sisi lain, Alkitab juga berkata bahwa setelah mati yakni tubuh dan roh/jiwa terpisah, roh manusia masih "tidur". Semua akan dibangkitkan kemudian ketika sangkakala berbunyi (Mat. 24:31; 1Tes. 4:16). Setelah itu, ada pengadilan Kristus untuk menetapkan mereka yang masuk ke kekekalan, atau masuk neraka sesuai hukuman yang diberikan. Kita percaya, kedua pilihan ini merupakan otoritas Allah pemegang kedaulatan, termasuk penghukuman saat hidup di dunia.

 

 

 

Hal keempat, yang dipakai sebagai saksi di pengadilan Kristus adalah ingatan, hati nurani, dan watak pribadi. Dalam pengadilan tersebut tidak ada bantah-membantah, manusia tidak bisa berdalih. Ada penjelasan bahwa para malaikat dan orang kudus akan ikut sebagai saksi (Mat. 13:41-42; 25:31; 1Kor. 6:2; Why. 20:4a). Buku kehidupan telah terekam dengan baik. Oleh karena itu Alkitab menjelaskan, pengadilan terhadap orang percaya berbeda dengan pengadilan bagi orang tidak percaya (Rm. 2:5-11), orang fasik (Why. 20:11-15), iblis (Mat. 25:41; Why. 20:9-10), dan pengadilan lainnya.

 

 

 

Hidup di dunia ini bagaikan tanda koma dalam sebuah kalimat; belum titik, sebab ada pertanggungjawaban. Hasil pengadilan bisa tanda tanya atau tanda seru. Tapi bagi kita orang percaya, bersyukur, sebab selain menjadi Hakim, Yesus juga adalah Pembela kita (Rm. 8:33-35). Maka akhir segalanya bukanlah tanda tanya, tetapi sebuah tanda seru: kita diselamatkan, sukacita masuk sorga. Firman-Nya, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus” (Rm. 8:1). Terpujilah Dia.

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu V Setelah Pentakosta – 23 Juni 2024

Khotbah (2) Minggu V Setelah Pentakosta – 23 Juni 2024

 

 BENIH KERAJAAN (Mrk. 4:26-34)

 

 Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu” (Mrk. 4:26-27).

 

 

 

 

Firman Tuhan hari Minggu ini - sesuai leksionari - Mrk. 4:26-34 bercerita tentang perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus perihal Kerajaan Allah. Pada ayat 21-22 sebelumnya disebut juga perumpamaan lain: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian." Artinya, Kerajaan Allah itu harus dinyatakan dan dapat dilihat serta memberi dampak yang baik.

 

 

 

Pada nas minggu ini dikatakan, Kerajaan Allah itu seperti benih dan biji sesawi. Kita dapat mengartikan hal itu dalam empat hal. Pertama, Kerajaan Allah itu dimulai dengan benih yang ditabur. Yesus mengawalinya, dan benih itu terus ditabur yaitu firman. Firman hanya (dapat) ditabur bila ada penabur dan ladang yang luas yakni sekeliling kita. Ayat 1-20 memberi hikmat agar benih ditabur di tanah yang bisa hidup dengan subur dan tidak banyak ilalang semak duri, agar bertumbuh dan berbuah banyak.

 

 

 

Kedua, terwujudnya Kerajaan Allah itu sebuah proses panjang dan dalam proses itu Allah ikut bekerja (ayat 26-28); biji sesawi yang kecil bertumbuh menjadi pohon besar. Proses itu terjadi di dalam diri seseorang maupun dalam kehidupan komunitas atau universal, dan akan tampak wujudnya bila hidup (kita dan sesama) telah sampai pada tahapan damai sejahtera, penuh rasa syukur dan sukacita, lebih besar keinginan memberi dari meminta, tidak mudah menyerah dan putus asa.

 

 

 

Ketiga, Kerajaan Allah itu benih yang tumbuh bila lingkungannya sehat. Gereja atau persekutuan terus menyemai dengan mendorong bersaksi, siraman khotbah dan renungan yang menyegarkan dan menginsipirasi, pemimpin dengan keteladanan sebagai pupuk, serta adanya wujud program nyata menabur firman ke luar. Hal lainnya, kita juga tetap menjadi pembawa damai di lingkungan, penangkal intoleransi, tidak membalas yang jahat dengan kejahatan (band. nas minggu lalu, tidak mungkin iblis melawan iblis). Maka kehadiran kita pun mempunyai dampak dan berkat. Roh Allah hidup berkuasa dengan semangat yang berkobar.

 

 

 

Keempat, ada saat menuai. Benih yang kita tabur akan kita tuai, yakni "apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba" (ayat 29). Semakin banyak kita tabur maka tuaian pun semakin banyak.

 

 

 

Mari kita periksa, sebesar apa kita telah berperan ikut menabur benih-benih Kerajaan Allah. Membangun Kerajaan Allah berarti ikut menabur benih Kerajaan itu. "Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" (ayat 9 dan 23). Hindari waktu kita berlalu sia-sia dan tidak peduli. Waspadalah dan bertindaklah dengan mulai membungkuk ikut menabur.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah (2) Minggu IV Setelah Pentakosta – 16 Juni 2024

Khotbah (2) Minggu IV Setelah Pentakosta – 16 Juni 2024

 

 MENANG DAN BERSYUKUR (Mzm. 92:2-5, 13-16)

 

 Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon (Mzm. 92:13)

 

 

 

 

Sebuah pemeo  mengatakan, ketika hidup memberi alasan untuk menangis, ada puluhan alasan lainnya untuk kita tersenyum dan bersyukur. Betul, kadang jalan kehidupan membuat kita merasa tidak diperlakukan adil, disengsarakan dan dihancurkan; kita marah terhadap situasi yang ada, bahkan marah kepada Tuhan.

 

 

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini diambil dari Mzm. 92:2-5, 13-16. Judul perikopnya: Tuhan, Hakim yang adil. Dalam situasi seperti di atas, tetaplah waras dan terkendali, berusaha sebaik mungkin agar tidak jatuh ke dalam dosa. Rendah hatilah mengakui, ada hal yang tidak kita mengerti, ada hal tersembunyi yang masih jauh dari jangkauan pikiran kita. Tariklah nafas dengan teratur. Berdiam. Kesunyian dan ketenangan akan membantu kita lebih fokus.

 

 

 

Mazmur 92 ini biasanya dinyanyikan pada hari Sabat, hari perhentian, hari untuk bersyukur. Saya dan teman-teman minggu lalu mendaki ke puncak Gunung Gede (2.958Mdpl), dan merasakan setiap perhentian sungguh tempat yang menyenangkan. Setiap shelter tempat kita berhenti, menjadi tempat bersyukur setelah tantangan yang dilewati. Ya, kadang timbul perasaan, mengapa harus begini? Tetapi bayangan melihat keindahan alam ciptaan Tuhan yang luar biasa, membuat semangat tetap menyala.

 

 

 

Demikian juga kehidupan. Ketika kita merasa penat dari keadaan yang berat menyesakan, yang membuat dada berdegup lebih kencang, ingatlah untuk rehat, berhenti. Kita mungkin melihat, sepertinya orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan, orang-orang melakukan kejahatan. Tetapi orang bodoh dan bebal tidak akan mengetahui hal itu (ayat 7-8). Itu adalah sementara. Jangan mau ditipu dunia.

 

 

 

Kita mungkin diperlakukan tidak adil meski merasa benar. Tidak perlu sakit hati dan merasa iri. Tuhan di tempat yang Mahatinggi mempunyai rancangan yang dalam. Tuhan, Hakim yang adil. Kejahatan adalah musuh yang akan dibinasakan Tuhan. Mereka akan diceraiberaikan dan dipunahkan selama-lamanya (ayat 6, 9-12). “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, lakukanlah apa yang baik bagi semua orang.... Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan” (Rm. 12:17, 21). Berilah tempat kepada murka Allah dan itu adalah Hak Allah (Rm. 12:19; Ul. 32:35).

 

 

 

Di tengah pergumulan, pasti ada alasan untuk membuat kita bisa tersenyum, bersyukur dan bersukacita. Mengucap syukurlah dalam segala hal (1Tes. 5:18). Naikkan syukur kepada TUHAN, bermazmur bagi-Nya dengan iringan kecapi, gambus dan bunyi harpa sepuluh tali. Jadikan itu sebagai sebuah kesaksian kasih setia Tuhan bagi orang lain, dari pagi hingga petang, untuk menabur benih kerajaan-Nya, memperlihatkan Tuhan telah melakukan banyak kebaikan (ayat 2-5).

 

 

 

Alkitab, sejarah dan kehidupan sehari-hari memperlihatkan kepada kita, orang benar selalu disayang Tuhan. Pemenuhan janji sudah penuh bukti. “Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar” (ayat 13-15). Oh, alangkah indah dan sukacitanya. Itulah kerinduan kita di masa tua.

 

 

 

Dan itulah kemenangan kita. Sama halnya ketika melihat mentari pagi dan hamparan hijau keindahan di puncak Gunung Gede, sungguh layak untuk memberitakan, “bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku” (ayat 16). 

 

 

Selamat melayani dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 662 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7401596
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
44711
61324
154362
7204198
436458
1386923
7401596

IP Anda: 172.71.152.59
2024-11-21 18:35

Login Form