2019
Khotbah Minggu 5 Mei 2019
Khotbah Minggu 5 Mei 2019
Minggu III Paskah
GEMBALAKANLAH DOMBA-DOMBAKU
(Yoh 21:15-19)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 9:1-6, (7-20); Mzm 30; Why 5:11-14
Berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php
(Sebagian ayat-ayat dalam nats ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah dan petunjuk hidup baru)
Yoh 21:15-19 selengkapnya: 21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." 21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. 21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." 21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."
---------------------------------------------------------------------------
Pendahuluan
Nats minggu ini merupakan pasal terakhir dari kitab Yohanes yang menceritakan pelayanan Tuhan Yesus sebelum naik ke sorga (band. Mat 28:9). Tuhan Yesus sendiri telah memperlihatkan diri-Nya sebanyak sepuluh kali, mulai dari Maria dan wanita lainnya hingga kepada banyak orang ketika Ia naik ke sorga.
Bacaan kita minggu ini tentang percakapan terakhir Yesus dengan Petrus ketika murid-murid sedang mencari ikan di pantai. Petrus memperlihatkan sikap hormat dan kasihnya kepada Yesus, ketika melihat Yesus datang menemuinya, ia lari tergopoh-gopoh sambil mengenakan bajunya untuk menemui Yesus. Dari bacaan ini, kita diberi hikmat dan pelajaran sebagai berikut.
Pertama: pertanyaan pertama kepada Petrus (ayat 15)
Petrus dan murid-murid lainnya kembali menangkap ikan bukan berarti mereka telah melupakan komitmen untuk mengikuti Dia. Kita harus memahami situasi psikologis para murid pada saat itu, sebab mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah Yesus bangkit, dan Yesus sendiri sering hadir dengan tubuh kemuliaan-Nya. Kemungkinan besar para murid belum mendapat petunjuk langkah lanjut dan karena itulah mereka pergi mencari ikan sebagaimana profesi sebelumnya, mereka kembali harus mencari nafkah untuk diri mereka dan keluarga.
Setelah Petrus menemui-Nya dan sarapan bersama, Yesus bertanya kepadanya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Pengertian "mereka" dalam pertanyaan Yesus ini dapat mengacu kepada dua hal: Pertama, "mereka" dalam arti "perahu dan ikan hasil tangkapan" yang banyak itu. Dalam hal ini Tuhan Yesus ingin menguji, apakah Petrus lebih mengasihi pekerjaan dengan hasilnya dan harta benda perahu tersebut, dibanding kebersamaan dengan Tuhan Yesus selama tiga tahun lebih? Kedua, pengertian "mereka" adalah "murid- murid lainnya", yakni apakah Petrus lebih mengasihi teman-teman murid lainnya dibanding dengan Yesus, karena Petrus sudah langsung pergi bersama mereka untuk mencari ikan, sementara Petrus telah meninggalkan itu semua kala bertemu Tuhan Yesus pertama kalinya.
Kalau disimak inti pertanyaan Tuhan Yesus, maka sebenarnya itu adalah pertanyaan untuk kita semua orang percaya: apakah kita mengasihi-Nya? Bagaimana wujud kasih kita itu kepada-Nya? Tidak dapat disangkal, kita sudah menerima anugerah-Nya berupa kehidupan, berkat dan pengampunan, maka sewajarnya kita mengasihi Yesus, dan kasih itu hanya dapat dilihat dari semangat dan wujud pengabdian kepada-Nya (Yoh 14:15; 16:27; Mat 10:37; 1Kor 16:22; Gal 5:6; Ef 6:24; 1Pet 1:8). Mendengar jawaban Petrus bahwa ia mengasihi Yesus, maka Yesus berkata: gembalakanlah domba-domba-Ku.
Kedua: pertanyaan kedua kepada Petrus (ayat 16)
Tuhan Yesus bertanya kedua kali, apakah Petrus mengasihi Yesus? Tampaknya Yesus tidak sekedar ingin adanya kasih yang dimiliki oleh Petrus kepada-Nya, melainkan kualitas dan kedalaman dari kasih itu sendiri. Pada pertanyaan pertama dan kedua ini kepada Petrus, Tuhan Yesus menggunakan kata kasih dengan agape. Di sini lebih ditekankan mengenai dasar dari kasih, pengabdian dalam pengertian kehendak dan kesediaan untuk berkorban. Dalam pertanyaan kedua ini, Tuhan Yesus bertanya tentang kasih yang bermuara pada diri Petrus, yakni motivasi apakah untuk kepentingan dan penonjolan pada diri sendiri, sebab ada kasih yang mengharapkan imbalan dan rawan terhadap godaan.
Tuhan Yesus mengetahui isi "kepala" rasul Petrus, sebab pengalaman Yesus, Petrus pernah melontarkan kesombongannya dengan mengatakan, "Biarpun mereka (maksudnya murid-murid lain) semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak" (Mat 26:33). Artinya, Petrus ingin menyombongkan diri dan "mencari pujian" dari Yesus bahwa ia adalah yang terhebat (band. Yoh 13:8 dan Yoh 18:10-11). Padahal, kenyataan tidak lama setelah itu, Petrus malah menyangkal bahwa ia mengenal dan pengikut Tuhan Yesus.
Dengan demikian, Yesus tidak ingin motivasi seperti itu ada pada Petrus. Kasih yang dimaksudkan oleh Yesus adalah kasih yang siap berkorban, tidak hanya dalam pengertian "melayani", tetapi pengorbanan yang lebih kuat, serta tidak menyangkal dan lari dari tanggungjawab. Dalam hal ini Yesus menekankan kualitas atau tingkatan dari kasih yang lebih dalam, yakni melayani dan berkorban. Kesiapan untuk berkorban dan menghapus kepentingan diri sendiri, merupakan bukti dari kasih yang dimaksud Tuhan Yesus dalam pertanyaan kedua ini. Tuhan Yesus melalui pertanyaannya ingin mengingatkan Petrus, dalam tugas penggembalaan yang dimaksudkan, Petrus harus menempatkan domba-domba sebagai hal yang utama, dan untuk itu Petrus tidak boleh mengandalkan kemampuan diri sendiri, melainkan kuasa dan perintah dari Dia.
Keutamaan dari pelayanan bukanlah pada diri kita dan kehebatannya, melainkan pada domba-domba atau umat percaya yang harus kita gembalakan. Mereka membutuhkan perhatian, perlindungan, pemeliharaan, dan pemberian makanan rohani untuk kepentingan umat gembalaan tadi. Gembala harus siap berkorban bagi domba-domba gembalaannya, sebagaimana Gembala Agung kita Tuhan Yesus, telah berkorban hingga memberikan nyawa-Nya bagi kita domba-domba-Nya. Inilah yang diminta dari Petrus, sehingga Tuhan Yesus kembali mengatakan, "Gembalakanlah domba-domba-Ku". Puji Tuhan, jawaban Petrus juga meyakinkan, "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Ketiga: pertanyaan ketiga kalinya kepada Petrus (ayat 17)
Ternyata, Tuhan Yesus masih bertanya sekali lagi kepada Petrus dengan pertanyaan yang sama. Kemungkinan besar Tuhan Yesus bertanya tiga kali ada hubungannya dengan penyangkalan Petrus tiga kali, meski hal itu tidak pasti. Hanya kali ini dalam pertanyaannya, Tuhan Yesus mengganti kata mengasihi yang dalam bahasa Yunani lebih "personal", yakni phileo, bukan agape. Phileo lebih berarti kepada kasih sayang dan perhatian dalam persaudaraan. Melalui kata phileo ini Yesus ingin mengetahui bahwa kasih Petrus jangan hanya dari pikiran, kesediaan berkorban, tetapi juga dari hati, kasih yang timbul dari hubungan pribadi. Dalam perkataan lain, pertanyaan Tuhan Yesus sebetulnya menjadi: apakah kamu memang sahabat-Ku?
Tuhan Yesus bertanya tiga kali baik juga kita lihat karena Yesus sudah memiliki misi yang sangat khusus kepada Petrus. Hal ini dimungkinkan karena Tuhan Yesus pernah berkata kepada Petrus, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Mat 16:18). Ahli teologi sendiri memang belum sepakat tentang pengertian "batu karang" dalam kalimat Yesus, apakah yang dimaksud dengan batu karang atau kekohohan sebagai batu bangunan, atau batu karang dalam pengertian pribadi Petrus? Hal ini membuka penafsiran bahwa kerasulan Petrus lebih ditekankan pada pembangunan jemaat, sementara kerasulan Paulus lebih kepada pemberitaan Injil. Memang kita tidak perlu menekankan siapa mereka yang terbesar, apakah Petrus atau Paulus, atau Yohanes yang sering disebut murid yang (paling) dikasihi-Nya.
Mengasihi Tuhan berarti mengikuti rencana dam kehendak Tuhan dalam hidup kita. Petrus telah mengalami perubahan mendasar dalam dirinya, yakni dari seorang pencari ikan menjadi penginjil, seorang yang tidak sabaran menjadi seorang yang kokoh bagai karang teguh, dan seorang yang berdosa menyangkali Tuhan-Nya ternyata diampuni. Ia semakin menyadari makna kebangkitan Yesus bagi dirinya. Inilah juga yang diharapkan dari kita, bagaimana Tuhan Yesus telah merubah hidup kita dan kebangkitan Kristus itu semakin menyadari bahwa Tuhan telah memberikan yang terbaik bagi hidup kita. Jawaban Petrus yang ketiga mestinya menjadi jawaban kita semua kepada Dia.
Keempat: cara mati yang sudah ditentukan (Yoh 21:18-19)
Ayat 18 ini menunjuk kepada cara Petrus akan menemui ajalnya. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa ketika Petrus (dan kita) masih muda, kita memiliki kekuatan dan kebebasan untuk menentukan langkah tujuan kita. Tetapi ketika usia tua sudah menjelang, maka pilihan itu menjadi terbatas bahkan bisa harus mendapat pertolongan orang lain. Tetapi ada juga yang mencoba menafsirkan ayat tersebut, bahwa Tuhan Yesus hendak menyatakan "cara mati" Petrus, yakni melalui diikat dan disiksa yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Tradisi menyatakan bahwa cara mati rasul Petrus adalah disalibkan di Roma atas perintah kaisar, meski atas permintaan Petrus, dia disalibkan terbalik karena menilai dirinya tidak layak untuk disalibkan seperti Tuhan Yesus. Penafsiran inilah yang membuka peluang bahwa cara mati seseorang secara umum telah ditetapkan dari awalnya, apakah melalui sakit yang panjang, tidak melalui sakit, dan sebagainya sebagaimana Petrus telah ditetapkan, tetapi penafsiran ayat itu dapat juga hanya specific untuk Petrus saja dan tidak berlaku umum. Oleh karena itu, penafsiran demikian masih merupakan perdebatan para ahli teologia.
Tetapi apa yang ditekankan oleh Tuhan Yesus kepada Petrus adalah, dia akan mengalami masa yang sulit sebagai konsekuensi dari jawabannya itu. Petrus akan melalui ujian yang berat, kuk salib akan dipasang dipundaknya, tetapi meskipun Yesus mengatakan demikian, Petrus tetap mengikut Dia dan menerima konsekuensi itu. Petrus kehilangan rasa takut sebab ia sudah menyadari Tuhan Yesus yang memberi perintah dan akan mengendalikan hidupnya. Dan memang begitulah, kalau sudah Tuhan yang mengendalikan, maka kita tidak perlu takut untuk mengikuti-Nya. Tetapi godaan iblis akan kemanusiaan kita, juga tetap ada pada Petrus, yang mencoba bertanya tentang bagaimana halnya dengan murid-murid lain? Tetapi Yesus menjawab: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku" (Yoh 21:22). Kita cenderung ingin membandingkan diri kita dengan yang lain, pelayanan kita dengan yang lain, mencoba merasionalkan apa yang sudah dan akan lakukan untuk Tuhan, seolah-olah mencari keadilan, tapi Yesus berkata, jangan urus hal itu. Uruslah dirimu, bagaimana dengan kamu saja, mau ikut atau tidak?
Kesimpulan
Pertanyaan Tuhan Yesus kepada rasul Petrus sebanyak tiga kali dengan penekanan yang berbeda, menjadi pertanyaan untuk kita: apakah kita mengasihi Tuhan Yesus? Apakah kita benar-benar sahabat Yesus? Apakah kita siap dengan konsekuensi yang akan diberikan oleh-Nya untuk kemuliaan-Nya? Bagaimana jawaban kita?
Tuhan Yesus memberkati.
(Pdt. Em. Ramles M Silalahi, Ketua Umum Alumni ITB Gaja Toba dan Ketua Majelis Pertimbangan Sinode GKSI)
KABAR DARI BUKIT (Edisi 28 April 2019)
KABAR DARI BUKIT (Edisi 28 April 2019)
Saksi Kristus
Firman Tuhan hari Minggu I setelah paskah diambil dari Kis 5:27-32 yang menceritakan betapa dahsyatnya kuasa pemberitaan Injil yang dilakukan para murid setelah kebangkitan Tuhan Yesus. Mereka semakin berani menghadapi tantangan bahkan tidak memperlihatkan rasa takut ketika dihadapkan pada Mahkamah Agama. Mereka diciduk dari Bait Allah dan saat ditanyai Imam Besar Yahudi, jawaban Petrus dan rasul-rasul itu tegas: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia (ayat 29b, 4:19).
Keberanian mendorong energi menjadi besar. Yang terpendam tidak kelihatan tiba-tiba keluar tak terbendung. Itulah yang terjadi pada para murid saat mereka mengetahui Yesus ternyata bangkit dari kubur (dan kemudian naik ke sorga). Mereka berani memberitakanNya dan siap menanggung resiko meski ditangkap dan diadili.
Para murid juga berani menyerang para pemimpin Yahudi, menuduh mereka bertanggungjawab atas kematian Yesus, yang membunuhNya dengan menggantungNya di kayu salib (ayat 30). Tetapi Allah Bapa dan Allah Abraham, Ishak dan Yakub telah membangkitkanNya untuk membuktikan, Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa."
Sebaliknya dengan para pemimpin Yahudi. Mereka ketakutan sebab pemberitaan Yesus memberikan dampak luar biasa. Para murid pun terus memperlihatkan kuasa mukjizat seperti Tuhan Yesus semasa hidupNya. Mereka ketakutan karena ketika diberi pilihan oleh Pontius Pilatus, mereka menantang, "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" (Mat 27:25). Itu yang membuat para murid terus dilarang mengajarkan Nama Yesus kepada semua orang. Ketakutan para Imam pun tidak beralasan, sebab Yesus tidak mencari kekuasaan politik, tetapi perubahan rohani.
Kita pengikut Kristus pun harus berani untuk memberitakanNya. Membiarkan seseorang dalam kesalahan dan dosa sama dengan membiarkannya masuk neraka. Kita tidak mesti menghakimi tetapi menyatakan pilihan dan kebenaran yang lebih baik. Tugas kita menyampaikan dan Roh Kudus yang bekerja. Kita telah melakukan panggilan menjadi duta Kristus, dan pengampunan berlaku bagi semua orang bagi yang mau bertobat. Lakukan sesuatu untuk bisa menjadi saksi bagi kebangkitanNya. Larangan beribadah di komplek rumah, membangun rumah ibadah sesuatu yang perlu dilawan. Tidak perlu terlalu takut terhadap resiko penderitaan, sebab Tuhan Yesus yang hidup akan terus menjaga kita. Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia akan setia memberkati kita sama seperti memberkati para rasulNya. Haleluya. Selamat hari Minggu. Selamat beribadah. Tuhan memberkati kita semua, amin.*
(Untuk melihat khotbah lainnya, Yoh 20:24-29 silahkan klik link www.kabardaribukit.org)
Pdt. Em. Ramles M Silalahi, Ketua Umum Alumni ITB Gaja Toba dan Ketua Majelis Pertimbangan Sinode GKSI
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 807 guests and no members online