2019
KABAR DARI BUKIT (Edisi 2 Juni 2019)
KABAR DARI BUKIT (Edisi 2 Juni 2019)
Kuasa dan Penginjilan
Firman Tuhan di Minggu Paskah VII hari ini, Kis 16:16-34, bercerita tentang kuasa dan penyertaan Tuhan dalam pelayanan Rasul Paulus, masih di Makedonia. Penduduk masih banyak yang percaya dan mengandalkan roh tenung sebagai penolong dalam kehidupan sehari-hari, terutama ramalan sia-sia akan masa depan. Biasanya mereka ini perempuan. Dengan tenungan-tenungannya, juragan tuan-tuannya mendapat penghasilan besar.
Mereka juga menawarkan kepada Rasul Paulus dan terus mengganggunya, padahal sudah dijelaskan mereka hamba Allah penjunjuk jalan keselamatan yang benar. Paulus kemudian memperlihatkan kuasa dari Tuhan yang lebih dahsyat dengan hardikan, mengusir roh jahat yang masuk ke tubuh hamba perempuan itu: "Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini." Seketika itu juga keluarlah roh itu (ayat 18) dan bahkan bertobat. Tuan-tuannya marah kehilangan penghasilan. Mereka menangkap Rasul Paulus dan Silas, lantas bersaksi palsu dengan tuduhan mengajarkan adat istiadat yang asing (ayat 20–21). Sesuatu yang dilarang kekuasaan Romawi saat itu. Keduanya pun ditangkap, didera, kaki dibelenggu dan dimasukkan ke penjara.
Pekerjaan baik tidak selamanya seketika berbuah baik. Tanggapan buruk kadang dapat terjadi jika sekeliling memiliki nilai-nilai yang berbeda dan bahkan jahat. Tetapi menghadapi kesulitan itu Rasul Paulus dan Silas tidak kecewa dan putus asa. Mereka terus berdoa dan menyanyi sukacita di dalam penjara dan menjadi kesaksian bagi tahanan lain. Sikap itu sejatinya cermin mental pemenang. Tuhan tidak diam membiarkan itu terjadi. Tangan Tuhan tidak diam. Kuasa-Nya bekerja menolong orang-orang yang setia dan mengasihi-Nya. Gempa bumi hebat pun datang dan mukjizat terjadi. Sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua (ayat 26).
Sebenarnya Paulus dan Silas punya kesempatan lari, tetapi mereka tidak melakukannya. Kepala penjara yang terjaga, ketakutan melihat pintu-pintu penjara terbuka. Ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, menyangka orang-orang hukuman itu telah melarikan diri. Tetapi Rasul Paulus berseru: "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!" Sikap Kristiani sejati yang spesial, perlu diteladani. Kasihilah musuhmu (Mat. 5:44). Kepala penjara pun gemetar, tersungkur di hadapan Paulus. Ia telah melihat kuasa nyata selain dari negara dan dewa-dewi mereka, dan bertanya: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?"
Kejahatan jangan dibalas kejahatan (Rm 12:17). Itu berbuah pahit. Balaslah kejahatan dengan kebaikan. Lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! "Hal yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka" (Luk 6:31). Itu akan berbuah manis. Roh Kudus bekerja dan kepala penjara melihat kasih itu. Ia pun bertobat dan seluruh keluarganya menjadi percaya dan dibaptis. Perbuatan kasih Kristus mengikuti pemberitaan firman akan lebih dahsyat. Akhir yang indah. Buah penginjilan Paulus: Lidia penjual kain ungu dari Asia, perempuan roh penenung orang Yunani, dan kepala penjara orang Romawi kemudian menjadi perintis gereja di Filipi. Terpujilah Tuhan. Selamat hari Minggu. Selamat beribadah. Tuhan memberkati kita semua, amin.
(Untuk melihat khotbah lainnya hari Minggu ini dan sesuai leksionari, Supaya Semua Menjadi Satu (Yoh 17:20-26) silahkan klik link www.kabardaribukit.org).
Pdt. Em. Ramles M Silalahi, Ketua Majelis Pertimbangan Sinode GKSI dan Wakil Ketua Dewan Penasihat Alumni ITB Gaja Toba
Khotbah Minggu 2 Juni 2019 (Minggu Ketujuh Paskah)
Khotbah Minggu 2 Juni 2019
(Minggu Ketujuh Paskah)
SUPAYA SEMUA MENJADI SATU
(Yoh 17:20-26)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 16:16-34; Mzm 97; Why 22:12-14, 16-17, 20-21
Pendahuluan
Ini adalah doa Tuhan Yesus sebelum penyaliban-Nya. Yesus berdoa bagi murid-murid-Nya dan juga bagi dunia. Tuhan Yesus pada masa akhir pelayanan-Nya berdoa bagi kesatuan umat percaya dan gereja-gereja, menandakan betapa hal ini merupakan pokok yang penting bagi kita semua. Kita memang kadang kala melihat orang percaya terpisah, saling membenci dan gereja sering terpecah karena alasan yang sepele atau bahkan karena perebutan aset atau harta duniawi. Ini jelas mendukakan Allah kita. Tuhan Yesus juga berdoa bagi kesatuan orang percaya dan gereja karena Roh Kudus siap bekerja untuk mempersatukan kita. Dari nats minggu ini kita diberikan pencerahan sebagai berikut.
Pertama: Yesus berdoa bagi kita semua (ayat 20)
Tuhan Yesus berdoa karena berada dalam pergumulan yang berat. Kalimat yang panjang dari Tuhan Yesus dalam doa-Nya mengungkapkan makna yang dalam. Ada perasaan galau dan sedih sebab Tuhan Yesus telah melihat kecendrungan murid-murid dan pengikut untuk berselisih dan terpecah-pecah. Egoisme dalam diri manusia membuat kasih bisa dikesampingkan, malah memicu pertikaian yang membawa kepada dosa. Hal itu sudah terlihat sejak percakapan tentang siapa yang lebih besar di antara murid-murid. Pasa masa para rasul juga keadaan itu tampak, ketika Paulus "berselisih" dengan Barnabas tentang Markus (Kis 15:35-41). Ada juga perselisihan antara Paulus dengan Petrus dan kawan-kawannya (Gal 2:7-14).
Perselisihan dan pertentangan juga terjadi pada sejarah gereja. Sejak awal terbentuknya gereja bahkan sebelum dikanonkannya Alkitab, perselisihan itu sudah mulai tampak, seperti dalam hal pemahaman ke-Allah-an Yesus dan juga soal baptisan. Saat itu bahkan sudah ada hukuman “kutuk” bahkan hukuman mati apabila terjadi perbedaan pendapat. Demikian juga setelah dikanonkannya Alkitab, perselisihan besar dimulai antara gereja Barat (Khatolik) dengan gereja Timur (Orthodox). Perpecahan besar (schism, skisma) terjadi lagi ketika protestanisme dideklarasikan yang diawali oleh protes Martin Luther, yang menjadikan umat Katholik dan Protestan menjadi terbagi dua. Hal ini terus berlanjut ke masa kini ketika umat protestan dipicu lagi oleh pemikiran dan aliran pentakosta dan pentakosta baru dan berpisah dari pemikiran main stream. Kita belum tahu bagaimana arah ke depannya dan semoga tidak sering terjadi dan tidak bertambah buruk.
Memang ada hal yang positip dari perselisihan dan perpecahan tersebut. Pada waktu masa rasul, mereka dengan berpikir positip mengambil jalan masing-masing. Sebagaimana Paulus dan Barnabas serta Petrus, mereka mengambil jalan penginjilan yang berbeda targetnya. Mareka semakin dewasa dan tetap saling menghormati (1Kor 9:6; 2Tim 4:11). Hal ini juga terjadi pada tubuh gereja, yakni dengan semakin banyak denominasi maka semangat untuk melayani dan menginjili dunia juga semakin besar. Kita harus bisa mengambil sisi positip dari perbedaan dan perselisihan, sepanjang itu bukan untuk kepentingan pribadi, kelompok dan meninggikan dan membesarkan nama manusia. Alkitab berkata, "biarlah saya menjadi kecil dan Engkau yang menjadi besar". Untuk itulah Yesus berdoa bagi para murid dan juga bagi kita supaya kita hidup dalam kasih, bersatu dengan Dia dan bersatu dengan sesama.
Kedua: Yesus menginginkan kita menjadi satu (ayat 21-22)
Yesus berdoa untuk kesatuan hati, pikiran, dan kehendak agar kita dapat secara bersama-sama mengabdi sungguh-sungguh kepada-Nya. Kesatuan yang diminta Tuhan Yesus bukan dalam pengertian segi administrasi dan organisasi, akan tetapi yang lebih utama adalah dalam kesatuan kasih, kesatuan rohani yang berlandaskan Kristus (Yoh 17:23), dan kesatuan satu misi bagi dunia. Sebuah analisis mengatakan pengertian menjadi "satu" (dalam terjemahan bahasa Indonesia), dimaksudkan adalah "satu adanya", yang dalam bahasa Yunani lebih menekankan tindakan yang berkesinambungan, terus-menerus, dan kesatuan yang berlandaskan kesamaan dalam hubungan.
Allah menciptakan perbedaan, keragaman dan pluralisme (Kis 10:34-35). Perbedaan membentuk mosaik yang artistik. Warna-warna adalah keindahan. Tetapi perbedaan yang indah adalah perbedaan yang diikat oleh kasih, disatukan oleh tujuan untuk kasih kepada Allah dan sesama, serta bertujuan meninggikan dan memuliakan Allah. Perbedaan dan keragaman dibuat oleh Allah bukan untuk pemicu konflik atau pertentangan yang menjurus kepada cacian dan kekerasan. Perbedaan haruslah sebagai proses pembauran tesis dan antitesis yang menghasilkan sintesis.
Namun pada dasarnya Allah tidak menginginkan perpecahan di dalam gereja (1Kor 11:2-16). Umat percaya dan gereja harus berusaha tetap dalam satu visi, satu misi, satu baptisan dan satu tujuan. Allah apabila perlu dapat melihat waktu dan cara terjadinya perbedaan, bukan dengan jalan pikiran manusia sendiri. Ini mungkin yang terjadi pada zaman Perjanjian Lama, bahwa Allah menciptakan perbedaan yang baik untuk manusia (Kel 34:28-35). Apa yang terjadi dalam sejarah gereja itu pasti ada dalam kehendak Allah, seperti perpisahan umat protestan dan umat khatolik, sebab saat itu gereja Khatolik memang telah menyimpang dari ajaran gereja yang benar. Akhirnya semua diluruskan dan kita melihat buah positipnya. Oleh karena itu jangan dengan mudah mencari justifikasi atau pembenaran bahwa perbedaan dan perpecahan adalah baik adanya, melainkan Allah tetap menginginkan kita bersatu.
Ketiga: Yesus di dalam kita untuk membuat kita sempurna (ayat 23-24)
Inilah yang menjadi tantangan kita saat ini. Sebab jika melihat kenyataan yang ada di sekitar kita, baik pada tingkat lokal, kelompok, suku, bangsa, dan bahkan gereja, perselisihan dan perpecahan mudah terjadi. Amuk massa bahkan kini menjadi tontonan rutin di TV. Kita agak miris melihat semua itu. Kesatuan hati dan tujuan seolah-olah menjadi sesuatu yang sulit dicapai dan perbedaan tidak dilihat sebagai bunga-bunga kehidupan. Orang Kristen dan gereja harus menjadi teladan dalam situasi yang demikian itu. Jangan menjadi contoh yang buruk, atau bahkan menjadi provokator yang membuat damai sejahtera dan kedamaian tidak tercipta.
Luk 6:13-16 menceritakan para murid mampu bekerja sama walau mereka berbeda-beda dan inilah yang diinginkan Yesus bagi kita. Falsafah bangsa kita Bhineka Tunggal Ika juga bisa dijadikan pegangan; berbeda-beda tetapi tetap satu dalam ikatan negara kesatuan RI. Ut Omnes Unum Sint, supaya semua menjadi satu. Umat percaya dan gereja-gereja berbeda sekaligus bersatu dalam semangat saling mengasihi dan mengasihi dunia, mengasihi mereka yang belum mengenal Dia. Allah mempercayai Yesus melalui pencobaan di gurun dan Yesus percaya kepada Allah, dan Dia juga percaya kepada manusia untuk memberikan yang terbaik bagi kesatuan dan persatuan, sepanjang ada kemauan. Itu telah diperlihatkan para murid.
Di dalam kesatuan gereja misalnya, kita tidak perlu beribadat dengan cara dan pola yang sama. Kita tidak perlu mempertentangkan liturgi, cara berdoa, pengakuan iman mana yang terbaik, urutan lagu, dan sebagainya. Kalau kita melihat gereja mula-mula juga demikian. Mereka menemukan jalan bagaimana mereka menyelesaikan perbedaan yang terjadi (Kis 15:31). Harus ada pemikiran dan prinsip bahwa yang lebih utama adalah kesatuan kita dan itu menjadi buku yang terbuka dan mudah dibaca oleh banyak orang. Kita dilihat orang lain diikat oleh satu iman, satu baptisan, satu pengharapan dan satu kasih. Adanya perbedaan tidak perlu membuat kita kecewa dan menimbulkan rasa sakit (Rm 14:1-2; 1Kor 1:10-11). Mari kita anggap itu sebagai hal yang wajar. Jadi yang lebih diutamakan adalah bagaimana memperlihatkan Tuhan Yesus telah bekerja dalam diri kita dan membuktikan bahwa Yesus juga bekerja dalam tubuh gereja dan menjadikan kita sempurna.
Keempat: Mengenal Bapa melalui kasih-Nya (ayat 25-26)
Yesus mendapat kemuliaan dari Bapa dan Ia ingin memberikan kemuliaan itu kepada kita orang percaya. Kemuliaan yang diberikan oleh Bapa kepada Yesus melalui salib, maka kemuliaan bagi kita hanyalah apabila kita juga memikul salib yang diberikan kepada kita dan menerimanya dengan rendah hati (Flp 2:2-11). Tetapi itu semua dilakukan oleh Allah Bapa karena kasih-Nya kepada Yesus dan kasih-Nya kepada kita. Melalui jalan penderitaan dan pengorbanan itu kemuliaan diberikan-Nya.
Hal itu juga sama dengan kita orang percaya. Kemuliaan yang bisa kita dapatkan jika orang dapat melihat dan persaksikan apa yang kita lakukan, yakni kita bersedia berkorban dan menderita demi persatuan dan kesatuan itu. Berusaha untuk selalu menang dan mendapatkan keuntungan dari setiap situasi pasti menyulitkan untuk terjadinya kesatuan. Dan orang juga bisa melihat bahwa kita melakukannya bukan karena kehebatan diri kita, tetapi semata-mata karena kasih Allah kepada kita yang kemudian kita wujudkan bagi orang lain. Kerendahan hati, penyangkalan diri, dan kesediaan untuk menderita bagi Tuhan Yesus menjadikan persatuan orang percaya dan gereja serta akan membawa kepada kemuliaan sejati bagi gereja dan Tuhan kita.
Disini perlu ada kepatuhan kepada Bapa. Perlu ada penyerahan diri bahwa melalui jalan yang kita tempuh Allah bekerja untuk menjadikannya lebih baik dan itulah yang diminta dari kita. Allah akan meminta seberapa besar kita sudah memberi andil dalam kesatuan kasih itu; baik melalui doa, menghindari hujatan dan gosip, menghindari kubu-kubuan, mendukung gerakan oikoumene dan kebersamaan, dan meninggikan Kristus sebagai Kepala Gereja. Itulah harusnya menjadi sukacita kita dan sukacita kita saat ini hanya pembuka sukacita yang lebih besar kelak di sorga.
Mari kita nyanyikan PKJ 118, “Agar Semua Orang Percaya” ayat 1 yang berlirik demikian: “Agar semua orang percaya, menjadi satu di dalam Bapa, seperti Yesus di dalam Bapa, seperti Bapa di dalam Yesus; Itulah doa Tuhanku Yesus, agar bahagia orang percaya, Itulah doa yang sangat tulus, agar bahagia orang percaya”.
Kesimpulan
Minggu ini kita dingatkan tentang pentingnya kesatuan dan persatuan dalam kehidupan orang percaya dan juga di dalam tubuh gereja. Yesus telah berdoa bagi kita dan Roh Kudus siap untuk berkarya bagi kita untuk kemuliaan Yesus dan Allah Bapa. Kita harus memperlihatkan bahwa Yesus ada dalam hidup kita dan mampu membuat kita menjadi sempurna. Kasih Bapa telah dinyatakan-Nya melalui Yesus dan melalui jalan penderitaan dan kasih Bapa itulah yang kita perlihatkan pada dunia, dengan kerelaan kita berkorban untuk mewujudkan kita memang mampu bersatu dan Ut Omnes Unum Sint, supaya semua menjadi satu.
Tuhan Yesus memberkati.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 747 guests and no members online