Saturday, November 23, 2024

Khotbah Minggu 21 April 2019

Khotbah Minggu 21 April 2019

HARI RAYA PASKAH – Kebangkitan Tuhan Yesus

KEBANGKITAN YESUS MENEGUHKAN IMAN KITA

(Yoh 20:1-18)

Bacaan leksionari lainnya: Kis 10:34-43 atau Yes 65:17-25;  Mzm 118:1-2, 14-24; 1Kor 15:19-26 atau Kis 10:34-43; Luk 24:1-12

Ayat selengkapnya

Yohanes: 20:1 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. 20:2 Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." 20:3 Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. 20:4 Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. 20:5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. 20:6 Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, 20:7 sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. 20:8 Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. 20:9 Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. 20:10 Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah. 20:11 Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, 20:12 dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. 20:13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." 20:14 Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 20:15 Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." 20:16 Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. 20:17 Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." 20:18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

----------------------------------------------

Pendahuluan

Minggu ini kita memperingati dengan sukacita kebangkitan Tuhan Yesus. Kisah penderitaan dan kematian Tuhan Yesus sebagai manusia yang tidak berdosa namun harus menerima disalibkan, membuat sekilas hati kita sedih tetapi sekaligus bangga dan bersyukur akan keputusan-Nya untuk bersedia mati dalam usia-Nya yang muda. Ia rela menerima kehinaan dengan cara mati yang dipandang kutukan oleh orang Yahudi, bahkan disandingkan dengan penjahat di kanan-kiri-Nya. Lambung-Nya ditusuk untuk memastikan Ia telah mati. Tetapi orang- orang yang mengasihi-Nya menurunkan-Nya dari salib dan menguburkannya di makam yang layak.

Adalah kebiasaan orang Yahudi untuk pergi ke makam tiga hari setelah kematian seseorang. Hal ini didasari pemahaman bahwa roh orang mati masih melayang-layang di sekitar makam dan tubuh kaku itu, kemudian setelah tubuh itu rusak dan tidak dikenali lagi, barulah rohnya pergi. Maria datang ke kubur Yesus di hari pertama setelah sabat dan disitulah Maria melihat dan menyadari tubuh Yesus telah tiada. Ia lantas panik dan rangkaian kisah inilah bacaan kita mingggu ini yang memberi kita beberapa hikmat dalam mengikuti Dia.

 

Pertama: Hati yang Terus Mengasihi Yesus (ayat 1-4,11)

Maria Magdalena datang pagi-pagi sekali dalam kesunyian kubur untuk meminyaki Yesus (Mrk 16:1). Maria memperlihatkan kasih kepada Yesus karena ia telah menerima kebaikan dari Yesus. Roh jahat telah diusir dari dirinya dan dosanya yang besar itu telah diampuni Yesus dan Yesus menerimanya dengan penuh kasih. Setelah tiba di depan kubur, ia melihat batu penutupnya telah terbuka! Dalam kitab Matius disebutkan batu penutup itu sudah disegel oleh petugas kerajaan Romawi (Mat 27:66). Ia sungguh kaget dan berpikir tubuh itu mungkin dicuri oleh penjahat atau diambil oleh petugas kerajaan Romawi untuk kepentingan politik mereka. Maria tidak mengerti karena itu ia langsung berlari kembali ke desa menemui Petrus, Yohanes dan lainnya, meneriakkan hilangnya tubuh Yesus.

Yesus menyatakan pertama kali kebangkitan-Nya kepada Maria dan bukan kepada para pembesar Romawi atau para Imam, bahkan tidak kepada murid-murid-Nya. Di sini tampak hati Yesus selalu lebih dahulu kepada mereka yang "hina" dan dalam kesusahan, tetapi tetap rela memelihara kasih kepada Tuhan Yesus. Maria merupakan model kesetiaan yang berbuahkan berkat dan kehormatan karena mengasihi Yesus. Maria memberikan kasihnya dan upahnya adalah sebagai orang yang pertama ditemui Yesus setelah bangkit. Sungguh ini menjadi pelajaran bagi kita, ketika kita menyadari Yesus telah mengasihi kita (atas anugerah keselamatan dan berkat yang kita terima) maka kita wajib untuk mengungkapkan kasih kita kepada-Nya. Akhir dari ungkapan kasih kita itu, seperti Maria Magdalena, niscaya akan berbuahkan yang manis dan indah dari Tuhan Yesus.

Ini juga yang dilaukan para murid-murid. Meski memerlukan waktu beberapa hari setelah kenaikan-Nya ke sorga, para murid mulai memberikan hidup dan nyawanya bagi kebenaran dan kuasa yang diajarkan oleh Yesus. Mereka melakukan perjalanan dan beberapa menulis riwayat kebersamaan mereka dengan Yesus dan saat ini menjadi referensi hidup kita yakni Alkitab. Mereka merasakan kasih Yesus dalam kebersamaan tiga tahun. Dan ketika menyadari bahwa Yesus bangkit, maka mereka kembali semangat dan mengabdikan diri bagi pelayanan kepada-Nya.

 

Kedua: Janji yang Digenapi (ayat 5-10)

Ketika mendengar teriakan Maria, murid-murid langsung berlari menuju makam. Yohanes yang paling muda tiba di makam duluan. Ia melongok ke dalam makam, mungkin karena rasa hormat ia tidak masuk, dan melihat kain kafan tergeletak dan susunannya tidak berubah sebagaimana kain itu membungkus tubuh Yesus sebelumnya, seolah-olah tubuh dalam bungkusan kain kafan itu menguap. Ia berpikir cepat dan menyadari bahwa Yesus telah bangkit! Yohanes yang sangat dekat dengan Tuhan Yesus kini orang kedua yang mendapat karunia yang pertama percaya dan menyadari bahwa janji Tuhan telah digenapi dan Yesus benar-benar bangkit. Sungguh indah selalu yang kita terima dari Tuhan Yesus.

Alkitab dengan jelas memperlihatkan bukti-bukti bahwa Ia bangkit. Di samping kubur yang kosong, Yesus juga memperlihatkan “tubuh-Nya” sebagai manusia biasa dan bertemu serta bercakap-cakap dengan orang lain, merasa lapar dan haus dan bahkan dapat disentuh ketika Thomas tidak mempercayai kebangkitan-Nya. Tetapi tubuh Yesus juga tidak sembarang tubuh, sebab kadang tubuh-Nya tidak terlihat oleh mata dan bahkan dapat menembus tembok dinding. Tubuh itu selama kebangkitan kadang berubah menjadi Roh yang tidak terlihat tapi ada di tengah-tengah mereka.

Kalau Maria merespon dengan rasa kaget dan setengah ketakutan, Yohanes meresponnya dengan cepat kebangkitan Tuhan-Nya. Iman dan kepercayaan Yohanes akan kebangkitan Yesus tentu lahir dari pengenalannya secara pribadi dengan Yesus. Yohanes selalu memberikan hatinya kepada Yesus dan Yesus juga kita tahu sangat mengasihi Yohanes. Interaksi seperti ini jelas memberikan teladan kepada kita, bahwa pengenalan dan kedekatan secara pribadi dengan Tuhan Yesus akan melahirkan iman dan percaya yang kuat kepada-Nya. William Barclay menyebut hal ini sebagai hukum kehidupan yang besar, yakni di dalam setiap interaksi dan hubungan antar pribadi, kita tidak bisa sungguh-sungguh membaca dan memahami pikiran orang lain bila kita tidak menaruh simpati kepadanya. Yohanes memberi simpatinya, memberi hatinya kepada Yesus, itulah sebabnya ia mudah memahami situasi yang terjadi pada Yesus: Yesus telah bangkit!

Petrus yang datang belakangan dan selalu responsif masuk ke dalam kubur, tidak hanya melongok, untuk memastikan bahwa tubuh itu tidak ada lagi disitu. Setelah yakin, akhirnya mereka kembali dengan pikiran masing-masing, namun Maria yang kembali ke makam itu masih menangisi Tuhan Yesus. Ia memiliki sifat kewanitaan yang wajar dan simpati atas hilangnya tubuh yang dikasihinya itu.

 

Ketiga: Kuasa Kebangkitan (ayat 12-17)

Ketika Maria menangis, ia tidak menyadari bahwa Yesus telah ada di belakangnya. Yesus kemudian menyapanya, tapi Maria menganggap bahwa Dia adalah petugas makam atau yang mengambil tubuh Yesus itu. Pikiran Maria terus pada Yesus sehingga dalam linangan air mata, ia secara otomatis menanyakan: apakah orang itu mengambil tubuh Yesus?

Maria dalam konteks ini tidak bisa mengenali karena matanya penuh air mata, dan kedua arah pandangannya masih ke makam. Ini memberi kita pelajaran penting bahwa air mata dapat menutupi cara kita melihat dan menutupi sukacita kita. Ketika kita fokus pada diri kita akan kesedihan, permasalahan, penderitaan, dan airmata, maka kita akan kehilangan kesempatan melihat hadirnya Yesus dalam hidup kita. Kehadiran Yesus telah memberikan begitu besar nilai kehidupan kita ini, baik yang sekarang maupun untuk kekekalan kelak. Oleh karena itu janganlah kita larut dan mata kita tertutup kesedihan dan melupakan berkat yang besar dalam hidup kita ini. Demikian juga mata Maria terus terpaku pada kuburan kosong sehingga ia tidak melihat Yesus yang ada di belakangnya. Ini juga memberikan pelajaran kepada kita, jangan kita memandang kuburan, kematian, gundukan tanah itu, marilah kita memandang Yesus, memandang ke sorga di atas tempat Yesus yang bertakhta dan siap menyertai hidup kita dalam sukacita panggilan yang diberikan kepada kita.

Kebangkitan Kristus penting bagi kita yang percaya kepada-Nya, sebab kebangkitan-Nya memberikan bukti sebagai berikut:

  1. Bahwa Dia adalah Anak Allah (Rm 1:4).
  2. Bahwa Alkitab adalah benar dan dapat dipercaya (Luk 24:44-47).
  3. Bahwa Yesus mampu mengalahkan kematian berarti mampu membawa kita dalam kehidupan yang kekal (Rm 5:101Kor 15:45) dan memastikan warisan orang percaya kelak di sorga (1Pet 1:3-4).
  4. Bahwa Kristus hadir dengan kuasa-Nya dalam pengalaman hidup kita sehari-hari (Gal 2:20Ef 1:18-20).
  5. Bahwa ada penghakiman bagi orang yang tidak percaya dan fasik di masa depan (Kis 17:30-31).

Kebangkitan Yesus adalah salah satu kebenaran yang paling utama dalam Alkitab (1Kor 15:1-8). Kebangkitan itu merupakan landasan iman dan sangat penting bagi keselamatan kita kelak. Yesus telah dinyatakan sebagai Anak Allah melalui kebangkitan-Nya (Rm 1:4). Kita bisa merasakan kebangkitan dan kehadiran Yesus dengan iman dan melihat hasil dan bukti bahwa kuasa kebangkitan itu adalah nyata dalam pengalaman hidup orang percaya.

 

Keempat: Tugas untuk Memberitakan (ayat 18)

Mungkin muncul pertanyaan mengapa Yesus mengatakan kepada Maria agar tidak memegangnya? Ayat ini harus ditafsirkan bahwa Yesus menekankan kepada Maria untuk berhenti menangis dan jangan lagi berpegang pada tubuh-Nya. Memegang tubuh Yesus bukan hal yang utama, itu hanya penting bagi orang-orang yang bebal seperti Thomas yang harus memegang tangan Yesus bekas luka paku itu. Ayat ini lebih bisa diartikan, jangan bergantung pada terus pada tubuh-Nya. Jangan tergantung terus pada mata dan penglihatan kita.

Apa yang dikatakan Tuhan Yesus adalah “pergilah kepada saudara-saudara-Ku, katakanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku”. Dalam hal ini Yesus lebih menekankan kepada Maria lebih baik ia pergi menceritakan kebangkitan itu kepada banyak orang. Jangan lagi ada perasaan takut (band. Mat 28:10; Mrk 16:8) atau tidak percaya. Yesus mempunyai tugas untuk Maria dan tugas itu diberikan juga kepada kita untuk menyampaikan kebangkitan dan kenaikan-Nya kembali ke Bapa.

Inilah tanggungjawab pengutusan kepada kita. Sebagaimana Maria akhirnya bersukacita dan meneriakkan “aku telah melihat Tuhan”, maka kita pun dipanggil untuk melakukan hal yang sama dengan Maria dalam kehidupan kita. Kita melihat Tuhan berarti mengakui perbuatan-Nya berupa penebusan kepada kita dan pemberian-Nya berupa penyertaan setiap saat dan hidup kekal selamanya. Kemenangan Yesus atas maut, itulah kemenangan itu dan yang kita rayakan pada hari ini. Kita tidak lagi merayakan sabat dalam pengertian lama, tetapi sabat kita adalah hari kebangkitan, hari kemenangan, yakni hari Minggu.

Kesimpulan

Minggu ini kita diteguhkan kembali tentang status Yesus adalah Anak Allah dan Ia datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa kita dengan cara menderita dan mati di kayu salib. Tetapi kita diteguhkan kembali akan kuasa-Nya mengalahkan maut dan kematian dan menang melalui kebangkitan. Kuasa kebangkitan itu kini menjadi andalan kita untuk terus meyakini akan penyertaan dan tugas panggilan dalam hidup kita sehari-hari untuk menceritakan kebangkitan-Nya itu, meneriakkan bahwa kita telah melihat (kebangkitan) Tuhan. Dunia saat ini masih banyak tidak menerima dan mengakui-Nya oleh karena itu kita diminta untuk terus menerus mengabarkan kebangkitan-Nya melalui kesaksian-kesaksian nyata.

Tuhan Yesus memberkati.

(Pdt. Em. Ramles M Silalahi, Ketua Umum Alumni ITB Gaja Toba dan Ketua Majelis Pertimbangan Sinode GKSI)

 

=======================================

 

Alternatif Khotbah Minggu 21 April 2019

Minggu Hari Raya Paskah

YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN DARI SEMUA ORANG

(Kis 10:34-43)

(Bacaan leksionari lainnya:  Yes 65:17-25;  Mzm 118:1-2, 14-24; 1Kor 15:19-26 atau Kis 10:34-43; Yoh 20:1-18 atau Luk 24:1-12

berdasarkan  http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)



Ayat Kis 10:34-43 selengkapnya:

  

(10-34) Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. (36) Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang. (37) Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes, (38) yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia. (39) Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuat-Nya di tanah Yudea maupun di Yerusalem; dan mereka telah membunuh Dia dan menggantung Dia pada kayu salib. (40) Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, (41) bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati. (42) Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. (43) Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya."

------------------------------------------

Pendahuluan

Kisah yang ditulis Lukas ini menceritakan permulaan perluasan gereja ke wilayah Yudea dan Samaria, yang pemicunya oleh penganiayaan yang muncul termasuk Stefanus dibunuh. Perluasan ini terjadi bukan karena visi dan rencana gereja, tetapi karena pengaturan Allah dalam memperluas orang-orang percaya. Nats minggu ini berupa pelayanan Petrus dalam bersaksi tentang Tuhan Yesus. Ia berkhotbah kepada orang-orang percaya yang tersebar termasuk hal pertama tentang pemberitaan Injil kepada orang bukan Yahudi. Khotbah Petrus merupakan respon atas pertanyaan Kornelius, seorang kafir yang merasa perlu menjadi orang Yahudi untuk memperoleh keselamatan, padahal keselamatan ada di dalam Yesus Kristus. Melalui bacaan minggu ini kita diberikan pengajaran sebagai berikut.

 

 

Pertama: Allah tidak membedakan orang (ayat 34-35)

Hal yang paling menyulitkan pada masa awal gereja untuk pekabaran Iniil adalah adanya konflik antara orang Yahudi dengan orang non Yahudi. Pengikut awal Yesus umumnya orang Yahudi yang dalam pemikiran mereka kabar baik itu hanyalah bagi orang Yahudi saja. Bagi mereka, hal yang mengecilkan bilamana mengajak bangsa-bangsa lain menerima kabar baik itu. Bagi mereka, bangsa lain adalah najis di hadapan Allah. Mereka tetap berpikir bangsa Yahudi memiliki hak istimewa dan hanya mereka saja umat pilihan Allah. Oleh karena itu, para murid dan rasul tidak menunjukkan tanda-tanda adanya maksud untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia sebagaimana perintah Agung sebelum Yesus naik ke sorga (Mat 28:19-20; Kis 1:8), sehingga mereka lebih tetap tinggal di Yerusalem sambil bersaksi kepada orang-orang Yahudi saja. Meski dikisahkan dalam Alkitab bahwa Allah menunjuk Petrus untuk mengabarkan kepada orang Romawi, namun akhirnya ia juga berpikir ulang tentang hal ini (band. Gal 2:11-14). Petrus melakukan penginjilan, tapi perasaannya lebih kepada Yahudi saja.

 

Namun Allah menetapkan bahwa kabar baik itu bagi seluruh bangsa. Allah menciptakan semua suku bangsa sebagai manusia yang setara dan tidak membedakan status dan warna kulit, kelahiran, atau status (band. Yak 2:1). Semua manusia telah berdosa sehingga semua harus diselamatkan. Kita harus menghilangkan seluruh hambatan yang mungkin terjadi, seperti bahasa, budaya, wilayah geografis, tingkat pendidikan dan kekayaan, hambatan fisik dan lainnya untuk maksud Tuhan itu. Diskriminasi ras adalah dosa yang jahat, dosa yang menghina gambaran Allah, dosa yang menegakkan kesombongan dan meninggikan diri sendiri. Pandangan atau tradisi yang bertentangan dengan prinsip Allah haruslah dihapuskan dan diganti dengan kebenaran firman Tuhan. Kita telah melihat kejahatan perbudakan, perlakuan rasis terhadap umat Yahudi di zaman Hitler, bahkan kita sudah merasakan kejahatan apartheid di Afrika. Perjuangan Mandela adalah perjuangan Tuhan Yesus. Allah tidak membedakan kasih-Nya kepada siapa pun bagi seluruh umat ciptaan-Nya.

Kita tidak dapat menghakimi mereka yang mempercayai sesuatu yang berbeda. Akan tetapi jelas kita tidak percaya pada penyembahan berhala (1Pet 4:3), baik dalam bentuk tradisional maupun bentuk yang modern, seperti berhala pada pikiran manusia, berhala pada energi, harta kekayaan dan pendidikan, dan lainnya. Allah adalah Pengatur segala ciptaan dan berkenan kepada mereka yang rindu mencari-Nya dan bertobat, berbalik dari jalan yang jahat dan takut kepada-Nya dan berusaha hidup dengan benar di hadapan Allah (band. Rm 2:6-11; Yoh 15:10). Setiap bangsa yang rindu dan mencari Allah yang beanr pada dasarnya siap menerima kabar baik tentang Yesus. Untuk itu perlu seseorang melakukan hal itu, sebab mencari Tuhan tidaklah cukup, tapi harus menemukannya. Bagaimana mungkin seseorang menemukan Tuhan kalau tidak ada yang menunjukkan jalannya? Allah meminta kita semua untuk menunjukkan jalan itu kepada mereka (Rm 10:14-15). Untuk itulah kita dipanggil-Nya menjadi umat-Nya.

 

 

Kedua: Damai sejahtera dan berkeliling berbuat baik (ayat 36-38)

Apa yang disampaikan Petrus dalam nats ini merupakan khotbah yang penuh kuasa dan mengandung pernyataan yang jelas tentang Injil. Kehidupan yang sempurna dari Yesus dan pelayanan-Nya, kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya, yang seluruhnya itu disaksikan secara pribadi oleh Petrus. Petrus mengkhotbahkan perbuatan kasih-Nya, tindakan damai sejahtera-Nya. Ia melihat Yesus menyembuhkan penyakit, mengusir setan, dan membangkitkan orang dari kematian. Yesus baginya adalah penggenapan Taurat. Ia menyadari kuasa yang mengutus Yesus adalah kuasa dari Allah yang demikian besar. Kuasa itu tidak akan mengalahkan segala halangan, ancaman, penderitaan dan bahkan kematian sekalipun. Yesus melakukan penyembuhan bagi penyakit sebab tujuannya adalah menghilangkan rasa sakit dan penderitaan dari dunia ini. Yesus bertindak nyata dengan mengamalkan kebenaran yang dikatakan-Nya.

Adalah salah kalau kita berpikir Allah kita adalah Allah yang pemarah atau pendendam. Itu cara pandang umat Yahudi yang ketika datang kepada Allah harus dengan perantara dan penuh perasaan takut, dan mencoba "menebus" kesalahannya dengan berbagai hewan atau korban persembahan lainnya. Ia adalah Allah yang Mahakasih. Allah berkenan kepada semua orang ciptaan-Nya yang mengamalkan kebenaran. Kasih Allah telah dinyatakan melalui Yesus yang sudah menjadi manusia. Yesus telah menyampaikan seluruh pesan dari Allah dan pesan itu dalam firman yang memberitakan damai sejahtera di dalam Tuhan Yesus, Tuhan dari semua orang. Meski firman itu disampaikan kepada orang-orang Israel terlebih dahulu, akan tetapi firman itu adalah untuk semua, sebab Yesus datang untuk semua orang.

Manusia memang selalu lebih mudah merasakan pada akibat yang terjadi, akan tetapi agak sulit mencerna sebab-sebabnya. Manusia dengan cepat merasakan sakit ketika terjatuh kecelakaan, tanpa mau berpikir susah tentang mengapa ia terjatuh dan apa yang harus dilakukannya setelah terjatuh sehingga tidak masuk lobang kedua kalinya. Mengetahui sebab-sebabnya akan membantu kita memahami apa yang terjadi dan makna dari semua kejadian yang kita alami. Demikian juga dengan Allah menjadi manusia. Kita mendengar kisah Yesus dan apa yang dilakukan-Nya. Yesus harus disalibkan padahal Ia tidak bersalah dan tidak layak untuk itu. Tapi itulah kekejaman manusia. Hanya dengan memahami mengapa Allah menjadi manusia dan harus mati tersalib, maka kita dapat memahami bagaimana kita dapat ditebus oleh-Nya. Dengan mengakui kasih-Nya, damai sejahtera-Nya, maka kita juga perlu untuk berbagi kasih dan damai sejahtera itu kepada semua orang, yakni dengan berbuat kebaikan.

 

 

Ketiga: Menjadi saksi dan kesaksian (ayat 39-41)

Agama Kristen adalah agama yang berdasarkan sejarah yang jelas. Injil dan Kitab Suci bukan dongeng atau mistik, dan bukan pula dimaksudkan sebagai Yesus Sejarah dalam arti demithologisasi (menghilangkan hal-hal yang tidak rasional seperti mukjizat). Injil berisikan fakta-fakta tentang perjalanan hidup Yesus, kematian dan kebangkitannya. Para murid yang merupakan orang-orang pilihan Allah mengalami berbagai peristiwa nyata selama empat puluh hari bersama Yesus setelah kebangkitan-Nya, makan dan minum bersama, dan melihat dengan mata bagaimana Ia naik ke sorga. Injil memberitakan karya Kristus, yang bukan pemikiran manusia, bukan gagasan-gagasan filosofis, meskipun hal yang diucapkan Yesus juga pemikiran filosofis.

Allah menetapkan para murid dan rasul melihat peristiwa kebangkitan-Nya dan Allah juga melalui Roh Kudus menetapkan mereka dapat bersaksi dengan menulis Injil dan surat-surat, agar kita menjadi percaya. Kesaksian dan khotbah Petrus dalam nats minggu ini menguatkan para pendengarnya dan inilah yang dituliskan oleh Lukas melalui Kisah Para Rasul ini. Kita pun yang membacanya, merenungkannya, merasakannya, dan mengalami pertemuan pribadi dengan Yesus melalui pertolongan Roh Kudus, akan mendapatkan inspirasi dari kisah itu, menghayati, dan kemudian percaya, menjadikan kita saksi yang bisa dipercaya. Semua itu akan menguatkan iman orang-orang yang mendengar dari kita. Kita yang dipanggil untuk menjadi saksi bagi-Nya adalah yang sudah menerima kasih karunia itu dan merasakannya dalam kehidupan sehari-hari. Yesus bukan hanya seorang tokoh fiksi bagi kita, tokoh sebuah dongeng atau cerita. Bagi kita yang dipanggil, Yesus adalah Tokoh yang selalu hidup, guru, teladan, dan Pribadi yang terus menyertai. Para pendeta, pengkhotbah dan guru-guru sekolah minggu adalah mereka yang sudah merasakan itu dan mengalami perjumpaan hati dengan-Nya. Mereka yang bersaksi adalah yang dapat membayangkan penderitaan Yesus, dan mengakui bahwa Yesus mati untuk dia, dan telah memberi jalan hidup yang baru. Oleh karena itu, kita perlu untuk bersaksi sebagaimana murid-murid sudah bersaksi dan menuliskan kisah-Nya.

Iman timbul dari pendengaran (Rm 10:14, 17) maupun dari penglihatan (Yoh 20:27-29; band. 1Pet 1:8). Iman yang sama yang dimiliki oleh para murid dan para rasul diharapkan dari kita, sehingga kita dapat bersaksi sama seperti mereka, dan semua itu hanya melalui pembacaan dan perenungan Injil dan perjumpaan hati kita dengan Yesus. Kita menjadi saksi melalui para rasul apa yang Tuhan Yesus alami di bukit Golgota. Kita akan menjadi saksi tentang kebangkitan-Nya. Memang kita tidak menyaksikan Ia bangkit dan makan minum bersama para murid, akan tetapi melalui kesaksian mereka itu dan kuasa Roh Kudus, kita dapat menyatakan yang sama dengan kesaksian mereka. Mereka telah dipilih Allah untuk bersaksi dan kita juga dipilih Allah untuk bersaksi bagi-Nya. Allah telah mengutus Yesus untuk menebus dosa semua orang yang hidup dan mati dan semua rasul menyatakannya demikian. Maka kita pun hendaklah mengatakan yang sama, bahwa mereka yang percaya pada-Nya akan menerima pengampunan.

 

 

Keempat: Hakim atas segala bangsa dan mendapat pengampunan (ayat 42-43)

Semua orang akan dihakimi dengan adil oleh Allah yang Mahakasih, tidak ada pengecualian. Pengadilan itu akan dilakukan dengan Yesus sebagai Hakim, sebab Ia telah menerima kuasa dari Allah Bapa (Yoh 5:22). Agama lain juga mengakui peran sentral Yesus dalam penghakiman akhir zaman. Semua kecongkakan dan kesombongan akan dimusnahkan. Pada penghakiman, sebagian orang akan dihukum dan sebagian orang akan diberi upah, mereka yang ada dalam Kristus dan taat serta berkarya bagi-Nya. Penghakiman itu nyata dan pasti mendebarkan, sebab itu gambaran pengadilan dalam Why 6:14-17 cukup mengerikan. Melalui kebangkitan-Nya, Yesus Kristus ditinggikan dan sebagaimana disebutkan dalam ayat 36, Yesus adalah Tuhan dari semua orang. Ia berkuasa atas orang percaya dan orang yang tidak percaya atau tidak pernah mendengar akan Dia.

 

Injil berisi pemberitaan tentang penghakiman pada masa mendatang atas orang yang hidup dan yang mati. Pada akhir zaman pasti ada orang yang masih hidup dan banyak yang sudah mati. Alkitab berkata yang mati akan dibangkitkan untuk sama-sama menerima penghakiman (1Tes 4:13-14). Akan tetapi oleh Yesus yang telah bangkit, pengampunan dosa diberikan kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. Ia adalah Mesias atau Yang Diurapi yang sebenarnya dinantikan bangsa Israel, dan yang menjadi pembuka tabir bagi semua keselamatan bagi bangsa-bangsa. Dari Alkitab kita tahu bahwa Ia dapat mengalahkan iblis oleh karena itu Ia adalah Tuhan, Kurios atau Yehova. Manusia tidak dapat mengalahkan iblis dan tidak dapat pula menghapus dosa-dosanya, baik melalui usaha kebaikan atau persembahan. Nyawa Yesus itu mulia sehingga kita tidak menghargai kematian-Nya dan kuasa kebangkitan-Nya dengan perbuatan baik, melainkan ketaatan dan menyerahkan seluruh hidup kita bagi-Nya.

Penyerahan seluruh hidup inilah yang membangun hubungan spesial antara orang percaya dengan Yesus dan melahirkan sebuah persahabatan. Hubungan special ini jelas menjadi dasar pemulihan atas segala kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh seorang sahabat. Dalam kehidupan manusia, seorang sahabat pasti membela sahabatnya, apalagi Yesus adalah Sahabat Sejati. Ia juga Penasehat Ajaib sehingga mampu untuk membebaskan kita dari segala tuduhan. Ia tidak akan mempermalukan kita. Ini yang menjadi dasar dari pengampunan dan pembebasan kita dari segala penghukuman.

 

 

Penutup

Khotbah Petrus yang menjadi nats kita minggu ini merupakan undangan bagi semua orang untuk percaya kepada Yesus agar memperoleh pengampunan dosa. Allah tidak membeda-bedakan dan mengasihi semua orang dan yang takut kepada-Nya dan melakukan hal yang benar. Mereka yang percaya kepada-Nya akan dipanggil untuk membawa damai sejahtera dari-Nya dan berkeliling membagikan kebaikan sebagaimana dilakukan Yesus. Dalam melakukan kebaikan itu kita juga bersaksi bahwa Ia adalah Juruselamat bagi semua orang. Kesaksian para rasul sama kuatnya dengan kesaksian kita, dan semua itu dimampukan karena pertolongan Roh Kudus yang menyertai kesaksian kita. Maka persoalannya kembali kepada kita, bagaimana kita meresponnya? Semoga kita siap dan ketika akhirnya tiba waktunya, semua orang akan dihakimi-Nya dan kita adalah umat yang dibebaskan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati.

(Pdt. Em. Ramles M Silalahi, Ketua Umum Alumni ITB Gaja Toba dan Ketua Majelis Pertimbangan Sinode GKSI)

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 1043 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7505479
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
24531
65706
258245
7204198
540341
1386923
7505479

IP Anda: 162.158.162.252
2024-11-23 07:22

Login Form