Friday, November 22, 2024

Khotbah Minggu 26 Mei 2019

Khotbah Minggu 26 Mei 2019

Minggu VI Paskah

 

KETAATAN PADA FIRMAN DAN DAMAI SUKACITA

(Yoh 14:23-29)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 16:9-15; Mzm 67; Why 21:10, 22-22:5

Berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php

(Sebagian ayat-ayat dalam nats leksionari ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah dan petunjuk hidup baru)

 

Ayat selengkapnya Yoh 14:23-29: (23) Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. (24) Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. (25) Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; (26) tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. (27) Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. (28) Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. (29) Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. 

---------------------------------------------------------------------

 

Pendahuluan

Minggu ke-VI Paskah ini memberikan gambaran Tuhan Yesus akan segera meninggalkan murid-murid-Nya untuk naik ke sorga. Oleh karena itu, Ia banyak memberikan petunjuk bagi para murid tentang bagaimana mereka akan bertindak dan berperilaku dalam mengemban misi yang diberikan-Nya. Para murid belum bisa membayangkan bagaimana sebenarnya Yesus akan meninggalkan mereka, waktu dan caranya, dan belum memahami makna ucapan bahwa Ia akan kembali ke Bapa-Nya. Tuhan Yesus juga menyatakan para murid tidak perlu kuatir, sebab dengan kepergian-Nya maka pengganti-Nya akan datang yakni Penghibur, Penolong, Roh Kebenaran yang sama kuasa-Nya dengan Dia. Pedoman yang diberikan Tuhan Yesus dalam percakapan di ruang atas itu memberikan pelajaran kepada kita minggu ini sebagai berikut.

 

Pertama: Mengasihi berarti menuruti firman dari Bapa (ayat 23-24)

Bagi orang Kristen, kasih adalah yang hal yang pertama dan sekaligus terutama. Kasih adalah dasar dan sekaligus selubung penutup. Kehadiran Tuhan Yesus telah memperlihatkan Allah mengasihi dunia, sekaligus membuktikan Allah mengasihi Yesus. Yesus juga memperlihatkan Ia mengasihi manusia dan manusia akhirnya mengasihi Yesus, sekaligus mengasihi Allah. Oleh karena Yesus mengasihi manusia, maka manusia harus mengasihi sesama dan lingkungannya. Pola hubungan kasih inilah menjadi dasar sekaligus terutama.

 

Manusia memahami kasih bisa dari penglihatan yakni dari contoh keteladanan yang diberikan. Murid-murid melihat dan merasakan bagaimana Yesus mengasihi mereka dan sesama, kemudian keteladanan itu mereka tuliskan (bekerjasama dengan Roh Kudus) dalam kitab-kitab. Tuhan Yesus memberikan pengajaran, hikmat dan kata-kata yang dalam dan indah, kemudian para murid menuliskan sebagian dari yang mereka ingat dan dapatkan (band. Yoh 21:25). Manusia bisa lupa dan lalai, maka tulisan firman Tuhan itu dimaksudkan untuk menyegarkan kita bahwa kasih itu memang nyata dan harus menjadi pola hidup orang percaya. Untuk bisa menjadi pola hidup maka haruslah ada pemahaman dan ketaatan pada firman itu, kepatuhan, serta keinginan untuk menjaga dalam rel perjalanan hidup sehari-hari. Sebagaimana dikatakan-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku” (Yoh 8:31).

 

Keseluruhan metode itu, baik dari penglihatan, pembacaan dan pendengaran yang berdasarkan indra manusiawi, termasuk perenungannya, menjadikan firman itu merasuk ke dalam pikiran membentuk nilai dasar (basic value), inti (core), budaya (custom), sekaligus menjadi visi dalam diri kita. Nilai dasar dan visi ini kemudian yang harus berubah menjadi aksi konkrit (turning value and vision into action) dalam keseharian kita. Hal itu akan menjadi lebih cepat dan efektip apabila kita menyadari bahwa ketaatan dan kepatuhan itu membawa jalan kepada tujuan hidup, yakni kedamaian dan keselamatan abadi. Ini menambahkan bahwa kita juga digerakkan oleh tujuan disamping oleh nilai dan visi tadi. Proses ini akan menjadi lebih nikmat dan menarik, apabila kita juga menyadari bahwa dalam proses "merasuk dan menjiwai" itu, ada proses belajar dan peningkatan diri, ada keinginan bahwa semakin hari kita semakin berhikmat dan lebih baik.

 

Semua itu terjadi hanya kalau kita mencintai firman Ilahi itu, yang kata Yesus adalah dari Bapa, dan kita senang dan rajin membaca dan merenungkannya, mendengar khotbah dan renungan, kemudian menjadikan diri kita sebagai pelaku (Yak 1:22). Keinginan Tuhan Yesus dalam nats ini bahwa kita mengasihi karena firman akan menjadi sempurna wujudnya, terlebih adanya janji Tuhan kepada kita sebagaimana dikatakan-Nya, yakni: “Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” Sungguh indah.

 

Kedua: Roh Kudus yang mengajar dan mengingatkan (ayat 25-26)

Dalam proses melihat, membaca, dan mendengar itu ada keterbatasan indra manusia dalam mencerna. Terlebih kita yang secara alami sudah berdosa dan cenderung melakukan dosa, maka pemahaman firman itu bisa menjadi lebih sulit. Iblis juga bekerja ketika kita membaca dan mendengar firman. Perhatian kita akan dialihkan dan otak kita seolah dibuntukan. Hati kita ditutupi. Oleh karena itu Tuhan Yesus mengatakan, bahwa Penghibur yang akan datang itu, yakni Roh Kudus akan mengajar kita untuk lebih memahami maksud dan tujuan firman itu. Alkitab berkata, bahwa “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim 3:16).

 

Keterbatasan akal pikiran manusia menjadikan pemahaman firman itu tidak sempurna. Tetapi berkat kuasa Roh Kudus yang kita undang untuk menolong dalam memahami firman, akan memberikan iluminasi (penerangan) yang lebih baik lagi di luar kemampuan akal pikiran kita. Dengan iluminasi, peran Roh Kudus tidak mengambil keberadaan kita sebagai individu yang merdeka, melainkan Roh Kudus menolong membuka tabir kegelapan pemahaman dan menanamkan kebenaran firman itu kedalam hati dan pikiran kita. Selubung mata rohani kita terbuka. Roh Kudus adalah Guru penafsir Alkitab kita yang maha pandai (1Kor 2:10). Bahkan, melalui pemahaman firman secara khusus Roh Kudus menjelaskan apa kehendak Allah dalam hidup kita sehingga tidak menyimpang dari firman yang dituliskan. Dalam hal inilah peran Roh Kudus mengembangkan kemampuan kita untuk memahami maksud firman itu. Ada ciri khas ketika kita belajar firman dan kemudian Roh Kudus bekerja, yakni adanya sukacita dan damai sejahtera saat kita selesai belajar firman itu. Seolah-olah ada kuasa baru, pemahaman baru, dan buahnya kita semakin mengasihi Yesus dan ingin berbuat sesuatu bagi Dia.

 

Tetapi manusia sering lupa dan lalai. Tubuh kita lemah meski roh kita kadang kuat. Terlebih ketika ada godaan dari si jahat, maka rohani kita akan tertutup dan membuat apa yang sudah kita pelajari dan sukai dari firman sering menjadi hilang. Tetapi Tuhan Yesus mengatakan bahwa Roh Kudus akan mengingatkan apabila kita dalam kesulitan. Meski iblis membuat seolah-olah firman itu tidak bisa maksimal berperan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi Roh Kudus terus bekerja dan berkata-kata dalam hati kita sepanjang kita berseru memanggil-Nya (1Yoh 2:20).

 

Dalam kerangka inilah apa yang dimaksudkan Tuhan Yesus, bahwa Penghibur kita yakni Roh Kebenaran itu akan mengajar dan mengingatkan kita. Kesadaran akan peran Roh Kudus membuat justifikasi akan kebenaran firman itu sendiri.

 

Ketiga: Menerima damai sejahtera dari Yesus (ayat 27)

Tuhan Yesus berkata, Ia meninggalkan dan memberikan damai sejahtera kepada kita, dan tidak sama dengan damai sejahtera yang diberikan dunia. Damai sejahtera dari-Nya memiliki ciri yakni memberi ketenangan hati yang permanen, menghasilkan buah kebaikan ke dalam dan keluar. Damai sejahtera yang diberikan Tuhan Yesus adalah kesiapan menerima datangnya masa depan, dalam bentuk apa pun, baik segala sukacita dan penderitaan atau dukacita. Dosa, ketakutan, ketidakpastian, keraguan, dan berbagai kuasa jahat merupakan perang yang terus menerus dalam diri kita. Akan tetapi damai sejahtera dari Allah akan menyingkirkan semua itu dari hati dan pikiran kita, sepanjang kita memberi tempat damai sejahtera itu dalam hati kita, menjadikan ia berkuasa dalam hidup sehari-hari (Flp 4:6-7). Inilah model damai sejahtera dari Allah.

 

Damai sejahtera yang diberikan Yesus tidak sama dengan yang diberikan oleh dunia, dalam arti damai sejahtera yang diberikan dunia tidak permanen, pasang surut, dan bersyarat (conditional). Damai di dunia adalah rasa aman yang mungkin karena adanya polisi, tentara atau senjata, atau mungkin hanya ditafsirkan sebagai tidak adanya konflik. Damai sejahtera dunia adalah kecukupan makanan dan materi, kesenangan jasmaniah. Seolah-olah semua itu adalah damai sejahtera yang tampak dari luar.

Damai sejahtera dari Tuhan Yesus berbeda karena lebih terlihat di dalam, di hati dan di wajah sebagai jendela hati. Damai sejahtera Yesus memiliki kuasa, yakni mampu mengalahkan godaan dan kejahatan. Damai dari Yesus adalah damai yang mengasihi, damai yang memberi dan siap berkorban, sebab kita sadar menerima dari Dia yang telah berkorban bagi kita. Sikap pandang ini penting, sebab apabila kita sudah dalam tahap damai sejahtera dengan tahapan seperti itu, maka seyogianya membuat kita dalam ketentraman dan ketenangan bathin tanpa ada ketakutan dan kekuatiran. Inilah yang disebut bisa mengalahkan itu baik godaan dari siapa pun.

 

Keempat: Sukacita karena semua digenapi (ayat 28-29)

Ada puisi ditulis Ramadhan KH yang sangat bagus, bahwa kebahagiaan yang paling nikmat adalah selesai kerja. Selesai dalam pengertian waktu tugas sudah tiba dan kerja yang dihasilkan juga memuaskan. Apalagi kalau kerja itu benar selesai dalam pengertian tuntas, bukan selesai dari satu bagian, meski itu juga memiliki kebahagiaan tersendiri. Itu bisa kita rasakan setiap sore hari, atau setiap hari Jumat sore. Oleh karena itu ada istilah “TGIF, Thanks God It's Friday”, dalam arti sudah akhir masa kerja mingguan dan masuk dalam akhir pekan yang biasanya diisi dengan santai atau liburan. Memang ada yang bilang, itu tidak baik, lebih bagus kalau “TGIM, Thanks God It's Monday”, artinya itu mulai kerja lagi. Tapi itu boleh juga dalam pengertian karya baru dimulai lagi. Akhir pekan tetap kegembiaraan yang dinantikan.

 

Itulah yang terjadi pada Tuhan Yesus. Misi-Nya selesai dan Ia akan pergi kembali ke Bapa yang mengutus-Nya. Ini juga ciri khas yang lazim dalam kehidupan, yakni selalu adanya sebuah awal dan perhentian, sebuah pola yakni ada awal dan ada akhir. Yesus berbicara kepada para murid tentang tujuan-Nya Ia pergi, yakni membawa pesan dan kesan bahwa murid-murid-Nya mengasihi Dia dan Bapa, serta mereka siap untuk meneruskan misi-Nya.

 

Tuhan Yesus mengatakan bahwa apa yang dikatakan-Nya pasti akan terjadi. Itu betul, sebab Yesus memang pergi dengan cara yang tidak terbayangkan oleh murid-Nya, yakni terangkat naik ke sorga. Inilah yang dikatakan Yesus, bahwa kalau itu terjadi maka murid-murid-Nya akan percaya. Mereka pun percaya dan karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak percaya. Tetapi apa yang lebih penting adalah, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia akan kembali. Ini penting sebab kemenangan yang Tuhan Yesus sudah alami dan buktikan melewati penderitaan dan kematian, akan Dia perlihatkan juga kepada kita bagaimana kita melewati kematian itu kelak. Hal ini juga memberi pelajaran kepada kita agar tidak takut pada kematian, sebab kematian adalah pintu berkat kebahagiaan. Rinciannya kebahagiaan itu tidak perlu, tetapi intinya adalah: Kita akan menang dan kita adalah pemenang!! Sebagai orang menang maka kita haruslah bersukacita.

 

Itulah yang Tuhan Yesus maksudkan, betapa kita bersukacita atas semua kejadian itu. Kita bersukacita Tuhan Yesus kembali ke Bapa dan Ia akan kembali menjemput kita orang percaya dan itu semua akan digenapi.

 

Selengkapnya puisi Ramadhan KH itu sebagai berikut:

 

Mega mega yang disentuh pudar

Karena keagungan kerja

Badai-badai yang ditentang nyisih

Karena keagungan jiwa

Tiadalah kebahagiaan sebesar

Kebahagiaan selesai kerja

Tiadalah kelapangan sebesar

Kelapangan kemenangan jiwa

Dan semua pengabdian

Untukkan bagi keagungan bangsa

Dan semua kelelahan

Diuntukkan bagi kemuliaan manusia

 

Kesimpulan

Minggu ini kita diberi firman Tuhan tentang bagaimana pentingnya ketaatan dan patuh pada firman yang dari Allah Bapa itu. Walaupun Yesus telah kembali, tetapi Roh Kudus beserta kita dalam mengajar, memahami, dan mengingatkan kita agar selalu menjadi pelaku firman. Buah dari ketaatan itu adalah menerima pemberian damai sejahtera dari Tuhan Yesus yang bersifat kekal. Damai sejahtera itu berbeda dengan damai sejahtera dunia, sebab damai sejahtera itu juga akan diakhiri dengan penggenapan janji-janji Tuhan kepada kita orang percaya. Karena itu, tetaplah taat dan patuh pada firman, maka sukacita akan menanti.

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Pdt. Em. Ramles M Silalahi, Ketua Majelis Pertimbangan Sinode GKSI dan Penasihat Perkumpulan Alumni ITB Gaja Toba)

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 1114 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7490680
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
9732
65706
243446
7204198
525542
1386923
7490680

IP Anda: 172.69.165.42
2024-11-23 02:25

Login Form