Wednesday, October 16, 2024

2024

Kabar dari Bukit Minggu 28 April 2024

Kabar dari Bukit Minggu 29 April 2024

 

 

KASIH DAN KETAKUTAN (1Yoh. 4:7-21)

 

 ”Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan" (1Yoh. 4:18a)

 

 

 

Setiap orang memiliki rasa takut, ada yang sebentar lalu hilang, tapi ada juga yang berkepanjangan bahkan menjadi beban sepanjang hidup. Tentu semua ada penyebabnya, namun ada keyakinan iman bahwa semua persoalan dapat diselesaikan. Tidak ada masalah yang abadi.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Yoh. 4:7-21. Perikop ini menjelaskan kembali pentingnya saling mengasihi. Dan ada dasarnya. Pertama, Allah adalah kasih, kita lahir dan berasal dari Allah, dan menjadi anak-anak Allah (ay. 2, 7). Kedua, kita sadar Allah mengasihi terlebih dahulu sehingga kita layak untuk mengasihi orang lain (ay. 10, 19).

 

 

 

Ketiga, jika tidak mengasihi berarti kita tidak mengenal Allah (ay. 8). Hanya mereka yang mengasihi dan tetap dalam kasih, membuktikan bahwa ia berada di dalam Allah, Allah di dalam dia, dan itu buah dari iman pengakuan Yesus adalah Anak Allah (ay. 13-16).

 

 

 

Hal keempat, tentunya kita banyak berinteraksi dengan orang lain. Selain hal yang membuat hati senang, kadang muncul sikap dan perbuatan orang lain yang kurang layak, membuat hati kita dapat galau, sedih dan bahkan kesal. Tapi dampaknya tergantung kita, sebab respon kitalah yang menentukan dampaknya, menyimpannya di hati seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan (Kis. 8:23), atau mengambil hikmat untuk kebaikan diri.

 

 

 

Respon yang terbaik adalah memaafkan dan melupakannya. Anggaplah bahwa setiap manusia bisa berbuat lalai, khilaf, atau ada faktor latar penyebab yang tersembunyi. Sebaliknya jika kita malah sakit hati, kecewa berat berkepanjangan, dendam, bahkan ingin membalas kejahatan dengan kejahatan, maka itu kesalahan besar. Kita bukanlah hakim, kita tidak berhak, sebab penilaian kita bisa salah.

 

 

 

Firman-Nya minggu ini mengingatkan konsekuensi jika kita tidak berespon mengasihi. Kita telah diminta hidup seperti Kristus dan kelak harus dipertanggungjawabkan (ay. 9). Kesadaran ini perlu, tidak ada tindakan kita di dunia yang lolos dari pengamatan Tuhan.

 

 

 

Dengan tidak mengasihi, kita membangun sendiri ketakutan, baik kepada Tuhan maupun kepada manusia. Kita akan memanggul beban yang tidak perlu, yang semakin berat dan menjauhkan kita dari Tuhan. Kita tidak lagi mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, sebab kasih Allah tidak sempurna dalam diri kita (ay. 17). “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” (ay. 18).

 

 

 

Tidak seorang pun kita yang pernah melihat Allah. Kita mengenal hati dan pikiran-Nya, harapan dan kehendak-Nya, Pribadi-Nya di dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu, pesan penting lainnya dalam perikop minggu ini, “Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (ay. 20).

 

 

 

Mari kita jalani hidup ini bebas dari rasa takut, kecuali takut akan Allah yang membuang rasa takut lainnya. Buanglah kebencian, sakit hati, dendam, ingin membalas, dan perasaan senang jika orang lain susah. Biarlah Roh yang memimpin dan berkuasa, bukan hati dan emosi. Sebaliknya, berserah dan mengucap syukurlah, Allah Mahatahu dan Mahaadil, yang bekerja dalam segala cara agar kita semakin serupa dengan Dia (Rm. 8:28-29). Teruslah mengasihi; hidup dalam kasih sebuah bukti hidup bersama Allah (ay. 13, 15).

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu V Paskah – 28 April 2024

Khotbah Minggu V Paskah – 28 April 2024

 

RANTING YANG DIPOTONG (Yoh. 15:1-8)

 

 "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku" (ayat 8).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini Yoh. 15:1-8 berbicara tentang pernyataan Yesus adalah (satu-satunya) pokok anggur yang benar, dan kita adalah ranting-rantingnya. Nas ini sangat populer. Yesus menyamakan diri-Nya sebagai pokok anggur karena murid-murid tahu bangat; mereka hidup di daerah yang banyak ditumbuhi oleh pokok anggur dan penduduk sebagai petani anggur. Dalam PL, Israel disebut juga sebagai kebun anggur milik Allah (Yes. 5:1-7). Sayangnya, Israel pohon anggur yang gagal berbuah (Yer. 2:21; Hos 1:10)

 

 

 

Kita adalah ranting-rantingnya, dalam arti kita hidup menyatu dengan Dia. Ini tidak sekedar menyantol mengambil kehidupan dari pokok pohon, tetapi ada tanggung jawab, yaitu berbuah (banyak). Bila buah anggurnya asem, maka yang memakannya pun akan nyengir dan tidak membawa sukacita. Apalagi, bila ranting itu tidak berbuah banyak dan lebat, maka pemilik kebun akan meringis, sedih, bahkan bisa kesal bila sama sekali tidak berbuah. Kadang pemilik sabar dengan membersihkan ranting, berharap buahnya keluar. Tetapi bila tetap tidak berbuah, pengusaha kebun pun memotongnya. Ini tujuannya agar ranting-ranting yang berbuah tidak terganggu dan menjadi "parasit" bagi yang lain. Akhirnya ranting menjadi kering dan dicampakkanlah ke dalam api dibakar. Ngeri. Sebuah peringatan keras.

 

 

 

Nas minggu ini mengingatkan secara prinsip kita sudah "bersih", tetapi itu tidak cukup, harus tetap berbuah. Dijelaskan caranya, yakni tinggal di dalam Dia dan firman-Nya tinggal di dalam hati kita. Dan, Ia juga menjamin, "mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.”

 

 

 

Tinggal di dalam Dia berarti sepenuhnya mengandalkan-Nya. Memiliki hubungan istimewa dan tidak sekedar lewat ibadah ritual rutin. Saat teduh adalah menu utama. Menyanyikan pujian bagi-Nya, ekspresi spontan. Kegiatan keseharian pun memiliki tujuan yang jelas, yakni mengisinya dengan hal yang baik. Fokus tetap ingin berkarya dan berbuah bagi sesama. Dengan demikianlah hidup kita berkenan kepada-Nya.

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 21 April 2024

Kabar dari Bukit

 

 KEPEKAAN SOSIAL KRISTIANI (1Yoh. 3:16-24)

 

 ”Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah" (1Yoh. 3:19)

 

 

 

Allah adalah kasih, dan mengasihi adalah sifat-Nya (1Yoh. 4:7-8). Oleh karena itu kekristenan mengutamakan ajaran kasih, dan sama sekali tidak menolerir perbuatan jahat apalagi tindakan kekerasan main hakim sendiri. Allah adalah hakimnya dan yang berhak atas pembalasan (Ul. 32:35; Rm. 12:19).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Yoh. 3:16-24; masih lanjutan nas minggu lalu ayat 1-7 tentang status kita sebagai anak-anak Allah. Konsekuensi Allah adalah kasih maka kita pun anak-anak-Nya haruslah dikenal karena kasih yang diperlihatkan. Penjelasan kasih pada 1Kor. 13 menunjukkan bahwa kasih itu bukan soal perasaan semata, tetapi tampak dalam sikap dan perbuatan, seperti sabar, murah hati dan tidak sombong.

 

 

 

Kata mengasihi yang dipakai dalam nas minggu ini bentuknya kata kerja. Artinya, berbuat kasih perlu konkrit. Contoh yang diberikan pun gampang, "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (ay. 17-18).

 

 

 

Kasih lawannya benci. Jadi, jangan sampai hati kita malah dipenuhi rasa benci. Ayat 15 sebelum nas minggu ini menegaskan, “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia.” Kebencian sangat serius dalam mematikan jiwa, mendorong perbuatan dosa, dan memutus hubungan dengan Tuhan. Oleh karena itu juga, seseorang yang sedang dalam kebencian, tidak diperbolehkan mengikuti perjamuan kudus; ada pemeriksaan moral, censura morum.

 

 

 

Nas minggu ini juga menjelaskan tentang pemeriksaan diri, jangan sampai hati kita menuduh. Ada kebenaran yang perlu dilihat dan diuji. Perbuatan kasih kita, apakah dengan motivasi yang benar? Jika kita mudah beralih, mudah dingin dan tawar, atau sikap mengasihi menjadi pembenci, maka itu jelas bukan kebenaran dari Allah. Tuduhan hati seperti itu membuat kita menjauh, oh dan tidak lagi mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah (ay. 21).

 

 

 

Perintah-Nya sangat jelas. Jika kita percaya pada Yesus dan menjadikan-Nya sebagai Juruselamat pribadi, maka kita harus saling mengasihi (ay. 23). Mengasihi karena ada timbal balik atau hubungan romantis, itu biasa. Tantangan mengasihi pada kita orang Kristen adalah ketika menerima perbuatan yang tidak menyenangkan, mendapatkan sikap yang merugikan atau mencelakan, kita masih bisa mengasihi.

 

 

 

Sangat mudah membandingkan bentuk kasih yang diminta dari kita. Lihatlah Tuhan Yesus yang tersalib. Itulah kehidupan kristiani. “Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita” (ay. 16). Artinya, seberapa besar kita rela dan mau berkorban, sebagaimana Yesus menderita dan mati akibat dosa-dosa kita, meski Ia tidak berdosa. 

 

 

 

Dalam hal ini perlu ada kepekaan kasih. Kepekaan artinya cepat merasa atau sensitif melihat orang yang menderita dan memerlukan. Kepekaan sosial memerlukan latihan, pengulangan dan menjadikannya ketaatan. Dengan demikian, kasih terbentuk menjadi dasar dan motivasi dalam menjalani kehidupan ini; kebencian tidak mempunyai tempat dalam kekristenan, yang hidup dalam kegelapan.

 

 

 

Jika kita ingin tahu, apakah ada Allah dalam diri atau di hati kita, maka periksa saja: masihkah ada rasa benci terhadap seseorang saat ini? “Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (ay. 24a). Mari kita tunjukkan, sebagai anak-anak Allah, kita peka dan hidup dalam kasih.

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu V Paskah – 28 April 2024

Khotbah (2) Minggu V Paskah – 28 April 2024

 

 

 

KEYAKINAN IMAN (Mzm. 22:26-32)

 

 Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya! (Mzm. 22:27)

 

 

Firman Tuhan di Minggu V Paskah hari ini diambil dari Mzm. 22:26-32. Ayat-ayat sebelumnya dari nas ini menggambarkan pergumulan pemazmur Daud tentang penderitaan yang dialaminya (ayat 13-17). Tetapi ia tidak goyah. Justru ia bernazar, membuat janji iman dengan pengharapan Tuhan akan mengabulkannya. Dan terpujilah Tuhan, dengan keyakinan iman yang dimikili  Daud dan atas kasih setia Tuhan, doanya dikabulkan dan penderitaannya diangkat.

 

 

 

Ayat 26-32 nas minggu ini merupakan ekspresi sukacita pemazmur atas terkabulnya doa. Ia pun bersaksi dalam jemaat yang besar, membayar nazarnya, dan akan selalu hidup dalam persekutuan dengan Tuhan. “Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia” (ayat 27). Ya, Tuhan tidak akan mengecewakan anak-anak-Nya.

 

 

 

Apa saat ini yang menjadi pergumulan dan penderitaan kita? Mazmur ini mengajarkan agar kita jangan berhenti berdoa. Bila perlu bernazar (band. 1Sam. 1:21-28). Doa membuat kita terhubung dengan kuasa-Nya yang sering di luar batas pikiran manusia. Tuhan senang bila kita berdoa. Itu membuat Dia ada di dekat kita. “Sebab Ia ... tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya” (ayat 25). Jadi jangan ragu, menyerah, apalagi putus asa.

 

 

 

Keyakinan inilah merupakan dasar terkabulnya doa, baik yang seketika, nanti, atau kelak di sorga. “Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup” (ayat 29-30).

 

 

 

Ketika Tuhan memberkati kita, secara otomatis juga berkat-berkat akan turun kepada anak-cucu kita. Oleh karena itu sering kita melihat keluarga yang terus diberkati turun temurun. Bila tidak diberkati, tentu ada dasar yang perlu dicari. Atau itu merupakan misteri Allah yang dibukakan-Nya kelak. Tetapi lihatlah keyakinan pemazmur atas janji Tuhan: “Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang” (ayat 31).

 

 

 

Hidup mesti dijalani dengan terlebih dahulu melihat kebaikan Tuhan. Periksalah daftar berkat dan doa yang sudah dikabulkan. Mulailah dengan hidup itu sendiri yang sungguh ajaib, dan seterusnya. Jika fokus pada masalah yang ada, biasanya kita lupa untuk bersyukur dan memuji Tuhan. Dan kita orang Kristen harus percaya kepada kemenangan. Apapun persoalan dan derita bahkan pintu maut sekalipun, kita akan menang menghadapinya. Hanya jangan lupa, kita diberkati untuk menjadi berkat bagi sesama. Janji pemazmur dalam nas ini, ia “akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya” (ayat 32).

 

 

 

Rangkaian firman di Minggu I Paskah sampai V hari ini, semua menekankan tentang keyakinan iman. Kebangkitan Tuhan Yesus memberi keyakinan kuat Allah hadir dan hidup di antara para murid dan dengan semangat penuh mereka mulai menabur benih-benih yang terus berbuah lebat. Semoga kita demikian juga halnya. Tidak menjadi ranting yang akan dipotong. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (1) Minggu IV Paskah – 21 April 2024

KHOTBAH (1) MINGGU IV PASKAH – 21 April 2024

 

 GADA DAN TONGKAT (Mzm. 23)

 

 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku (Mzm. 23:4)

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu IV Paskah hari ini diambil dari Mzm. 23. Nas ini sangat populer bagi orang Kristen, selain Yoh. 3:16 dari PB. “TUHAN, gembalaku yang baik,” itulah judul perikopnya.

 

 

 

Mazmur ini mengungkapkan keteguhan iman dalam menjalani kehidupan. “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku,” sebutnya (ayat 1). Bahasa yang sederhana, tetapi memiliki makna yang dalam. Dengan iman seperti itu tidak ada lagi keraguan, tanda-tanya, atau kebingungan yang menguasai hati pikiran. Benar kata firman, iman membuat Tuhan berkenan (Ibr. 11:6; Hab. 2:4). Keteguhan iman selalu berbuahkan perasaan damai sejahtera, sukacita, puas dan kepenuhan. Bayangan ketenangan pun menguasai pikiran,

 

 

 

“Tuhan membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku” (ayat 2-3a). Bagi seorang yang menggembalakan domba di padang-padang tandus di Israel, gambaran ini sangat indah dan sungguh menyejukkan.

 

 

 

Tuhan tentu tidak menjanjikan perjalanan hidup semuanya indah, tanpa gelombang. Kadang ada badai, melewati lembah kekelaman dalam istilah nas ini atau dalam tafsiran lain disebut sebagai lembah bayang-bayang maut termasuk menghadapi kematian. Tetapi ada keyakinan pemazmur bahwa Tuhan menuntun, berjalan bersama kita di jalan yang benar sehingga kita pun tidak takut bahaya (ayat 4a).

 

 

 

Gelombang kehidupan adalah kasih sayang Tuhan untuk mendisiplinkan kita sebagai kepunyaan-Nya dengan memakai gada dan tongkat, yang dilihat pemazmur sebagai alat pertolongan dan menghibur (ayat 4b). Gada adalah pemukul pendek yang dipakai gembala sebagai alat pertahanan dan pendisiplinan domba. Tongkat adalah simbol pertolongan yang melengkung di ujungnya, untuk menarik leher domba ke jalan yang benar. Gada dan tongkat sekaligus simbol kuasa dan kekuasaan Tuhan (Kej. 49:10; Ayub 9:34). Hal yang menarik, gada terlebih dahulu disebut, baru tongkat. Oleh karena itu untuk memperoleh pertolongan Tuhan, kita perlu disiplin dan taat dalam kuasa serta penggembalaan-Nya.

 

 

 

Alkitab menjelaskan bahwa kekelaman atau bayang-bayang maut terjadi ketika kita jatuh, dalam pergumulan berupa sakit yang berat, kondisi ekonomi yang sulit, anak/keluarga yang bermasalah serius, cekcok dengan orang lain, dan bentuk lainnya. Situasi ini sering mendorong iblis untuk membujuk kita agar kecewa terhadap Tuhan. Tetapi pemazmur mengatakan, ia tidak pernah ditinggalkan dan berkekurangan. ”Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah” (ayat 5). Sebuah penegasan kembali, sebab Tuhan berkenan dan memenuhi semua kebutuhan (bukan keinginan), ketika kita dalam lembah kelam termasuk menghadapi musuh. Piala dalam nas ini menggambarkan batu besar yang berlubang, tempat minum domba-domba. Gembala yang baik memang menyediakan segala keperluan dombanya.

 

 

 

Puncak kerinduan setiap orang percaya adalah hidupnya selamat, di dunia ini dengan penuh berkat hikmat dan keperluan tubuh dan jiwa; selamat juga kelak di akhirat bertemu Tuhan dan orang-orang yang dikasihi. Membayangkan hal itulah pemazmur mengungkapkan di ayat terakhir, “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.”

 

 

 

Adakah sukacita hidup yang melebihi semua itu? Saya kira, tidak ada. Ya, ayo jalani hidup kita ini tidak hanya mengandalkan pikiran, tetapi mengikuti Penuntun yang hidup, Gembala yang Baik. Itulah Yesus Tuhan yang berkata: “Akulah Gembala yang baik....” (Yoh. 10:14).

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 491 guests and no members online

Statistik Pengunjung

6322126
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
37861
91037
307402
0
743911
384422
6322126

IP Anda: 162.158.162.53
2024-10-16 17:38

Login Form