Khotbah Minggu 20 Juli 2014
Khotbah Minggu 20 Juli 2014
Minggu VI Setelah Pentakosta
MENJADI ANAK-ANAK ALLAH
(Mengharapkan Apa yang Tidak Kita Lihat)
(Rm 8:12-25)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kej 28:10-19a; atau Yes 44:6-8; Mzm 139:1-12, 23-24 atau Mzm 86:11-17; Mat 13:24-30, 36-43
(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)
Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> klik: Pembinaan -> Teologi
Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.
Nas Rm 8:12-25 selengkapnya: Pengharapan anak-anak Allah
8:12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. 8:13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. 8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. 8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" 8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. 8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. 8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. 8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. 8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, 8:21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. 8:22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. 8:23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. 8:24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? 8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.
-------------------------
Pendahuluan
Kita tahu bahwa banyak orang Kristen yang belum memahami arti sebagai pengikut Kristus. Pola kehidupannya sering kali belum mencerminkan apa yang sebenarnya maksud dan kehendak Tuhan Yesus dalam hidupnya sebagai anak-anak Allah, sehingga masih banyak yang hidup dengan pola manusia lama. Hal itu bisa tampak dari hal sederhana, misalnya, masih hidup dalam ketakutan: takut pada kegelapan, takut akan hari esok dan lainnya, sampai yang paling “berat” yakni kehidupan yang wajib peduli terhadap orang lain, seperti kata firman-Nya: Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa (Yak 4:17). Hal itu mungkin didasari mereka belum memahami akan janji-janji pasti yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada kita. Melalui nas minggu ini kita diberi pengajaran tentang hidup sebagai anak-anak Allah dan sekaligus pewaris kerajaan Allah sejak saat ini hingga di kekekalan nanti.
Pertama: Kita adalah orang berhutang (ayat 12-13)
Kita tahu banyak orang yang merokok. Adanya keharusan oleh pemerintah pencantuman gambar-gambar yang menyeramkan di bungkus rokok dan tulisan "Merokok Membunuhmu" dengan tujuan untuk memberi kesadaran dan rasa takut kepada pembeli, tampaknya tidak efektip. Kenaikan pita cukai juga tidak terlalu menolong, meski dianggap terlalu kecil sehingga harga jual rokok masih murah dibanding di luar negeri. Oleh karena itu jumlah perokok di Indonesia terus semakin bertambah dan bahkan sudah masuk ke dalam dunia remaja. Industri rokok pun semakin jaya dengan keuntungan semakin besar. Adapun alasan orang tetap menjadi perokok jelas, yakni susah menghentikan sebab telah adanya racun di dalam tubuh (darahnya) berupa zat adiktif nikotin yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah yang menyebabkan kecanduan. Setiap saat racun ini meminta kembali nikotin sehingga memaksa perokok untuk kembali mengepulkan asap rokok demi untuk memenuhi kebutuhan racun tadi. Dengan demikian dapat dikatakan, seolah-olah seorang perokok merasa berhutang bagi tubuhnya, bagi dagingnya, sehingga ia harus "membayar" pada saat yang dibutuhkan. Kecanduan memenuhi keinginan tubuh dan daging bukan hanya merokok, hal lainnya bisa kita lihat pada kecanduan narkoba, alkoholisme, kecanduan seksual, makan berlebih yang berakibat menjadi mudah lapar, termasuk kecanduan yang bukan tubuh seperti judi, menonton film porno, dan lainnya.
Anehnya, semua orang tahu bahwa merokok itu tidak baik, minum alkohol (berlebih) itu tidak baik, narkoba itu tidak baik. Namun tetap saja orang memulai dan akhirnya terjerat dalam hutang ketergantungan kepada daging. Mereka mungkin melupakan awalnya, bahwa memulai itu berarti membuat hutang pada tubuh. Betul ada jalan pemulihan, seorang perokok dapat menghentikan kebiasaannya dengan komitmen penuh. Kalau ada yang mengatakan tidak bisa, maka sebenarnya karena ia belum memiliki komitmen kuat. Lain lagi, memulihkan seseorang yang terjerat alkoholisme memerlukan biaya yang besar. Ini sama dengan narkoba, biasanya harus masuk panti khusus pemulihan yang membutuhkan biaya besar dan menjalani proses "siksaan" pada tubuh untuk menetralisir tubuh yang sudah terkontaminasi racun-racun yang ada di dalam darah. Untuk masuk dalam proses pemulihan itu pun memang perlu ada "kesadaran" sehingga proses pemulihan akan menjadi mudah dan tidak merasa terlalu berat. Seseorang harus proaktif dalam memenangkan peperangan yang dipakai iblis melalui kedagingan kita. Dalam hal ini pemulihan adalah sebuah "kerjasama" antara tubuh dengan roh (kesadaran) untuk bekerjasama dalam proses pemulihan itu.
Namun banyak yang membuktikan, kesadaran dan kekuatan dari roh (kecil) kita saja tidak cukup untuk dapat melawan mematikan racun-racun tubuh itu. Seorang perokok atau pecandu narkoba biasanya bisa berhenti sebentar namun kumat lagi. Orang yang merokok kalau tidak sadar akan tujuan hidupnya maka akan kembali kecanduan. Demikian juga dengan kecanduan lainnya, sehingga apa yang dilakukan dalam pemulihan sering tidak efektip. Oleh karena itu, panti pemulihan alkohol dan narkoba yang dilengkapi dukungan kerohanian dengan memperkenalkan Tuhan Yesus biasanya lebih efektip. Seseorang yang mengenal Tuhan Yesus akan memahami bahwa mengikuti keinginan dengan membayar hutang kepada tubuh dan daging adalah sesuatu yang sia-sia dan membawa kita pada kematian. Juga bayangkan, berapa nilai rokok yang kita bayar, harga narkoba dan alkohol yang kita harus beli, semua hanya membentuk hutang kepada tubuh, yang kita harus membayarnya setiap saat sebelum kita dipulihkan, ditambah kerusakan tubuh. Dalam hal ini bukan saja kematian fisik yang terjadi, tetapi juga kematian secara rohani sebab kita melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan (Gal 5:16-18; Ef 6:12; 1Pet 2:11). Oleh karena itu, Roh Allah yang bekerja dalam kesadaran dan komitmen (roh kita) yang dapat menghentikan semua kecanduan itu, sebagaimana nas minggu ini menuliskan, "jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmi, kamu akan hidup." Roh itulah yang menghidupkan seseorang pecandu dari penyakit yang menanti dan sekaligus memahami arti kehidupan ini untuk tidak dijalani dengan sia-sia, memuaskan diri sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain. Kalau demikian, kita tidak berhutang kepada daging, tapi kita berhutang pada Roh. Itulah kehendak Allah di dalam diri kita untuk berada di dunia ini.
Kedua: Kita tidak dipimpin roh perbudakan (ayat 14-17a)
Rasul Paulus menggunakan kata adopsi sebagai ilustrasi hubungan baru orang percaya dengan Tuhan. Ia menggunakan kata Yunani hiuos yang berarti "anak yang sudah diangkat secara sah." Di dalam budaya Romawi, seseorang yang diadopsi oleh keluarga lain, maka hak-haknya pada keluarga lama akan hilang, namun ia mendapatkan hak-hak dari keluarga yang baru. Dengan demikian ayat yang dipakai dalam nas ini adalah untuk menggambarkan posisi orang percaya, ketika menjadi orang Kristen dan lahir baru kita diangkat menjadi anak-anak Allah (Yoh 1:12; 3:4-5), maka kita pun memiliki hak penuh dan istimewa sebagai anak (Gal 3:26; 4:5; Ef 1:5). Salah satu keistimewaan menjadi anak-anak Allah adalah hubungan kita menjadi begitu dekat. Kita dapat memanggil Allah Bapa dengan panggilan akrab, yakni: Abba, yang berarti Bapa. Kata Abba berasal dari bahasa Aram yang sering digunakan pada saat kehidupan sehari-hari Tuhan Yesus. Penulisan "ya Abba, ya Bapa" juga merupakan sebutan Tuhan Yesus tatkala Ia berdoa di bukit di Getsemani (Mar 14:36; Gal 4:3-9).
Dengan hubungan yang dekat dan mesra antara kita anak-anak-Nya dengan Allah, kita tidak lagi menjadi budak-budak yang was-was dan takut (2Tim 1:7); melainkan kita adalah anak-anak "Tuan Besar". Sungguh alangkah menyenangkan, roh perbudakan itu telah lenyap. Roh perbudakan pada dasarnya adalah akibat hukum Taurat yang membangkitkan rasa takut dan mencoba menyenangkan Allah dengan cara-cara yang sia-sia. Allah telah memberikan kita hadiah kasih karunia terbesar dalam hidup kita, yakni: Yesus Kristus, pengampunan, dan kemerdekaan. Dengan menerima Yesus, kita masuk ke jalan kemenangan dan kehidupan kita dipimpin oleh Roh Kudus (Gal 4:5-6), dengan kita dimampukan mematikan perbuatan-perbuatan tubuh dan menganggap kecendrungan dan kuasa dosa di dalam tubuh sudah mati dan tidak memiliki kekuatan lagi (band. Rm 6:11; Gal 5:24). Kita menjadi tahu akan makna dan hakekat kehidupan ini yang sebenarnya, yakni kasih karunia. Kita memiliki tujuan hidup yang sekaligus menjalankan misi Allah sambil mengucap syukur, sambil terus mematikan keinginan daging sebagai bagian ketaatan kita pada-Nya (Rm 1:5). Nilai sebuah kemenangan akan sangat tinggi sesuai dengan perjuangan yang kita korbankan. Konsekuensi positip lainnya, secara sadar kita dapat mengabaikan pencobaan daging yang sering dimanfaatkan iblis apabila datang kepada kita (Gal 6:8).
Keistimewaan lainnya sebagai anak yang sah, kita menjadi pewaris dari keluarga kerajaan Allah. Kita mendapatkan hak penuh sebagai pewaris dari keluarga sorgawi (Gal 4:7; Ef 3:6). Oleh karena kita adalah anak-anak Allah, kita memperoleh bagian dari kekayaan sorga bersama orang percaya lainnya. Kita adalah orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerima bersama-sama dengan Kristus. Kasih Bapa kepada kita sebagai anak anak-Nya sama dengan kasih bagi Anak-Nya yang tunggal yakni Yesus Kristus (Yoh 14:21,23; 17:23). Mungkin kadang kala kita tidak merasa bahwa kita adalah anak-anak Allah, iblis akan mengganggu dan menggoyang iman kita, namun Roh Kudus adalah saksi tentang sikap dan keberadaan kita. Kehadiran-Nya di dalam hati mengingatkan (kembali) siapa kita dan menguatkan diri kita dengan kasih Allah Bapa (Rm 5:5; Tit 2:11-12). Ia menjamin kehidupan yang kekal, dan meneguhkan kita akan setiap permintaan kebutuhan kita sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.
Ketiga: Kita masih mengeluh dan menderita (ayat 17b-23)
Ada harga yang harus dibayar untuk menjadi pengikut Yesus. Sebagai ahli waris kerajaan Allah, cobaan dan penderitaan tidak otomatis lepas dari kehidupannya. Orang percaya harus menghadapinya dengan kemungkinan berbagai jenis penderitaan yang mungkin terjadi. Kadang pencobaan datang tidak terduga dan terselami seperti apa yang dialami Ayub. Pada awal abad pertama, orang Kristen menghadapi pencobaan berupa pengucilan dan penyiksaan yang berdampak dalam kehidupan sosial ekonomi, bahkan termasuk resiko kematian. Demikian juga kita saat ini harus siap menghadapi apa yang akan datang, dan siap membayar harga untuk itu. Di beberapa belahan dunia ini, ada tekanan-tekanan yang harus diterima oleh orang Kristen, dalam kegiatan dan karir di pemerintahan termasuk dalam pekabaran Injil. Kita di Indonesia yang mengaku sebagai negara yang memiliki toleransi tinggi, juga mengalaminya di beberapa daerah. Kekristenan tidak otomatis menjadi mulus dan langsung memuaskan. Namun itu tidak boleh menghentikan hidup sebagai orang Kristen haruslah melayani sesama, membela ketidakadilan, membela nilai-nilai hakiki yang universal, yang selalu mempunyai harga. Namun betapa pun beratnya, perlu kita ingat itu tidak melebihi apa yang ditanggung oleh Yesus pada masa pelayanan-Nya untuk dapat membela dan menebus kita dari dosa dan penderitaan kekal.
Betul. Allah telah menciptakan dunia dan alam semesta ini dalam keadaan amat baik (Kej 1:31). Kejatuhan Adam ke dalam dosa merusakkan semua konsep dan ciptaan itu. Dosa menyebabkan seluruh ciptaan menjadi jatuh ke dalam nilai-nilai hakiki dari saat awal Tuhan menciptakan. Manusia hanya makan dari buah-buahan pohon dan dedaunan di Taman Eden (Kej 2:9, 16), kemudian harus makan daging hewan setelah peristiwa penyelamatan Nuh dengan air bah (Kej 9:3-4) sebagai konsekuensi keserakahan. Pengertian makhluk dalam nas ini mengacu kepada ciptaan yang bernyawa. Semua telah mengalami kerusakan nilai-nilai hakikinya akibat dosa Adam hingga peristiwa Nuh. Alam semesta juga semakin menanggung berbagai kerusakan akibat bencana alam, seperti gempa, tsunami, ledakan gunung, kekeringan, banjir, dan kerusakan lingkungan hidup lainnya. Jelas semua itu merupakan dalam kendali kehendak-Nya akibat ketidaktaatan manusia. Semua makhluk mengeluh dalam pengertian ketidak puasan, namun harus menyadari keluhan sebagaimana orang bersalin pasti menghasilkan hidup baru dan kelegaan. Alam dan manusia mengharapkan pelangi baru sebagai tanda kasih Allah. Dunia mengalami kefrustasian dan terbelenggu dalam kelemahannya sehingga tidak dapat memulihkan hakekat nilai asli sesuai dengan tujuan Tuhan.
Orang Kristen melihat dunia ini kadang apa adanya, dunia yang semakin melorot dan secara rohani dosa telah merasuk. Alkitab yang kita imani mengatakan suatu saat Tuhan pasti memulihkan semua ciptaan-Nya itu terbebas dan ditransformasikan. Bersamaan dengan masa yang datang itu, semua berharap adanya pemulihan anak-anak Allah dibangkitkan. Namun kita orang percaya tidak perlu pesimis, sebab ada pengharapan kemenangan di masa depan. Sementara itu, orang Kristen di dunia ini terus bersaksi dan berbuah dengan menyembuhkan penyakit masyarakat, baik fisik, ekonomi, sosial maupun jiwa-jiwa yang masih haus akan kedamaian dan sukacita yang telah dirusak oleh iblis. Kita juga akan dibangkitkan dengan tubuh kemuliaan sebagaimana tubuh Yesus setelah kebangkitan-Nya yang saat tinggal di sorga (1Kor 15:25-58). Pembebasan tubuh kedagingan yang berarti bebas dari rasa sakit dan penderitaan akan berlalu bagi setiap makhluk. Perubahan lengkap tubuh dan kepribadian kita akan dinyatakan kelak setelah kehidupan saat ini, ketika kita menjadi serupa dengan Kristus (1Yoh 3:2). Kita telah mendapatkan "karunia sulung" berupa pemberian pertama atau uang muka yakni Roh Kudus sebagai jaminan akan semua pembebasan itu (2Kor 1:22; 5:5; Ef 1:14).
Keempat: Mengharapkan yang tidak dilihat (ayat 24-25)
Rasul Paulus dalam bab-bab sebelumnya telah menyodorkan ide yang berdasarkan pandangan hidup di dunia Romawi saat itu, bahwa keselamatan ada di masa lampau, di masa kini, dan di masa mendatang. Di masa lampau kita diselamatkan pada saat kita pertama kali mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Kehidupan kita yang baru yakni jaminan hingga kekekalan dimulai pada saat pengakuan itu (Rm 3:24-25; 5:8-11;8:1). Pada masa kini kita tetap diselamatkan dalam sebuah proses berkelanjutan dan pengudusan. Kekalahan kita akan iblis yang sesaat tidak menghapuskan janji dan jaminan keselamatan itu, sepanjang kita memperlihatkan sikap penyesalan dalam dan pertobatan. Di saat yang sama, kita akan menerima penggenapan seluruh upah dan berkat dari keselamatan yang menjadi milik kita, ketika kerajaan Kristus sepenuhnya utuh sempurna dinyatakan nanti. Ini merupakan keselamatan kita di masa mendatang. Ketika kita berkeyakinan penuh atas seluruh keselamatan itu, kita teguh memandang dengan penuh pengharapan dan iman. Pengharapan adalah sauh yang kuat untuk menjaga agar kita tidak terombang-ambing dalam menghadapi pergumulan hidup sehari-hari (Ibr 6:19), dengan demikian kita diberi jalan yang menyelamatkan melalui pengharapan.
Namun, tetap kita perlu memahami pertanyaan dasarnya: apa yang kita nantikan dalam menyongsong pasca hidup kita di dunia ini? Apa yang kita lihat saat ini bukanlah pengharapan melainkan realitas yang dihadapi tanpa perlu keluhan. Sejatinya, sesuai dengan gambaran yang diberikan Alkitab, kita mengharapkan tubuh yang baru, keluarga dan rumah yang abadi, sebuah bumi baru dan langit baru, kedamaian dan kelimpahan berkat, ketiadaan dosa dan penderitaan, dan yang terutama kita dapat bertatap muka dengan Tuhan Yesus sebagai sumber pengharapan kita! Seperti gambaran kitab Wahyu, kita/mereka "tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka" (Why 7:16-17). Kita melihat ke depan menunggu pada bumi baru dan langit baru sebagaimana yang Allah janjikan, yang bebas dari perbuatan dan konsekuensi dosa. Gambaran itu tidak bisa kita uraikan sebagaimana dikatakan firman-Nya: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor 2:9). Semua telah ditaklukkan melalui pengharapan.
Adalah sesuatu yang alamiah seorang anak mempercayai penuh orangtuanya, meskipun kadang kala orangtuanya tidak bisa memenuhi janjinya. Tetapi, Bapa sorgawi kita, bagaimanapun, tidak akan pernah mengabaikan janji yang diberikan-Nya (Ibr 6:13; 2Pet 3:9). Namun daripada berlaku seperti anak yang tidak sabar dengan menunggu semua itu dinyatakan, kita tetap meletakkan iman kita di dalam hikmat dan kebaikan Allah. Betul, kadangkala, waktu yang diberikan-Nya jauh dari pengharapan kita. Rencana-Nya tidak terselami dan bisa jauh dari perkiraan kita. Namun kita percaya rencana-Nya adalah yang terindah. Kita diberi berbagai peristiwa untuk menguji kesabaran kita, ketaatan kita, dan terutama ketekunan kita dalam penantian itu (2Tim 2:12; 1Pet 4:13). Ketidaksabaran seorang anak harus diisi dengan menjalankan tugas panggilan, bukan dengan keluhan atau gerutuan. Itulah yang membuktikan bahwa kita adalah anak-anak sejati yang berhak atas tubuh fana digantikan oleh tubuh kemuliaan.
Penutup
Melalui nas minggu ini kita diingatkan kembali akan hak-hak kita sebagai anak-anak Allah, yakni kita tidak perlu berhutang (lagi) kepada tubuh dan kedagingan, melainkan kita berhutang kepada Yesus yang telah menyelamatkan kita dalam pengertian ekspresi rasa syukur. Kita tidak berhutang dalam pengertian kita wajib memenuhi keinginan tubuh sehingga ada ketergantungan, keterikatan, kecanduan yang membuat kita sebagai budak dari tubuh. Sebagai anak-anak Allah yang sudah dimerdekakan dan diberi kuasa Roh Kudus, kita tidak lagi memiliki roh perbudakan, bahkan kita adalah ahli waris yang sah dari Allah Bapa. Namun, dalam menanti penggenapan warisan kerajaan sorga itu, kita masih perlu berkorban dan bahkan menderita di dunia ini, yang hal itu sebagai ujian ketaatan dan kasih kita kepada Bapa, diikat melalui pengharapan. Ujian itu juga dimaksudkan agar apa yang kita akan terima nanti memang merupakan sesuatu yang istimewa, yang kita sendiri tidak bisa bayangkan dan gambarkan kesitimewaannya. Yang jelas, warisan kerajaan sorga itu akan melebihi gambaran dan penglihatan yang kita miliki, sebab kalau sudah kita melihatnya di dunia ini, maka itu bukan lagi pengharapan. Namun untuk semua itu, kita perlu bertekun dalam segala ujian dan pengharapan itu, sehingga kita terbukti adalah anak-anak Allah yang sejati.
Tuhan Yesus memberkati.
(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci dan tambahkan kata humor atau joke).
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 619 guests and no members online