Wednesday, December 04, 2024

2024

Kabar dari Bukit 7 Januari 2024

Kabar dari Bukit

 

BAPTISAN DAN SEMANGAT PERUBAHAN (Kis. 19:1-7)

 

 ”Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus" (Kis. 19:4)

 

Dalam bukunnya yang terkenal Spirit-Controlled Temperament, Tim LaHaye mengutip pendapat Dr. Henry Brandt tentang definisi pribadi dewasa, yakni seseorang yang cukup obyektif tentang dirinya untuk memeriksa kekuatan dan kelemahannya, dan mempunyai program terencana untuk mengatasi kelemahannya. Tim LaHaye kemudian menambahkan, pemeriksaan yang jujur terhadap kelemahan akan sangat membantu dalam menunjukkan bidang-bidang kehidupan yang memerlukan pengurapan Roh Kudus.

 

 

 

Setiap tanggal 6 Januari, kemarin, gereja memperingati hari penampakan Tuhan Yesus kepada orang-orang Majus dan dijadikan sebagai Minggu Epifani. Hari Minggu ini, gereja memperingati pembaptisan Tuhan Yesus. Firman Tuhan bagi kita adalah Kis. 19:1-7. Ini nas tentang Rasul Paulus yang bertanya kepada jemaat Efesus: “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?” (ay. 2). Ternyata jemaat tidak pernah mendengar Roh Kudus, meski mereka telah dibaptis oleh Yohanes melalui pertobatan. Kemudian Paulus membaptis mereka, dan turunlah Roh Kudus ke atas mereka (ay. 6).

 

 

 

Semua kita tentu sudah dibaptis dan saat ini doktrin Kekristenan tidak mempermasalahkan lagi perihal baptis percik atau selam, sepanjang dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Jika pembaptisan dilakukan saat bayi dengan percik, maka diteguhkan imannya melalui Sidi. Baptisan adalah pengganti sunat dalam PL dan merupakan tanda perjanjian antara Allah dengan manusia (Kej. 17:10-11; Rm. 2:29; 4:12; Gal 5:6; 6:15).

 

 

 

Dibaptis berarti percaya Allah Bapa telah membawa kepada Kristus, dan dimeteraikan oleh Roh Kudus sekaligus tinggal dan berdiam di dalam hati orang percaya. Dengan dibaptis, artinya, Roh Kudus yang memimpin hidupnya melalui hati dan iman. Pikiran sering mengembara, namun hatilah yang menjaga dengan kuasa Roh Kudus, agar kita tidak tersesat dan terutama berkarya dan berbuah.

 

Alkitab menuliskan ada sembilan buah-buah Roh yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23).

 

 

 

Pohon dikenal dari buahnya (Mat. 7:16-20). Maka pertanyaan bagi kita yang sudah dibaptis adalah: apakah  tampak sembilan buah  tersebut? Kita perlu jujur menguji diri sendiri, apakah kita benar-benar telah percaya dan menerima Roh Kudus? Apakah kita terus setia menghasilkan buah-buah Roh? Bila dari sembilan hanya ada sedikit saja (misalnya, kurang dari empat) buah-buah Roh tadi, maka sangat jelas bahwa sebenarnya kita tidak mengenal Roh Kudus sebagaimana jemaat Efesus.

 

 

 

William Barclay senada dengan Dr. Brandt di atas, mengatakan adanya dua tahapan kehidupan religius orang percaya. Tahap pertama, sadar akan kekurangan kita dan pantas menerima penghukuman Allah, dan kesadaran bahwa usaha sendiri tidak pernah akan berhasil. Tahap kedua, yakni kita tahu dan datang untuk melihat, melalui anugerah Yesus Kristus, hukuman kita telah dibuang. Dan kita sadari, hanya dengan pertolongan kuasa Roh Kudus kita mampu untuk melakukannya lebih baik, yang tidak pernah dapat kita lakukan dengan kekuatan sendiri.

 

 

 

Menjalani tahun 2024, jika Roh Kudus tidak lagi berkuasa penuh dan hidup kita menginginkan perubahan, maka mintalah, sebab Bapa yang di sorga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya (Luk. 11:13). Janji Tuhan, siapa yang berseru maka akan diselamatkan (Rm. 10:13). Jangan pernah merasa diri kita telah sempurna, tidak perlu lagi perubahan. Teruslah ingin dijamah oleh Roh Kudus, dan kuncinya, ingatlah akan baptisan kita, sebuah perjanjian dengan Allah, saat kita dipersatukan dengan Kristus dan Roh Kudus dicurahkan.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu I setelah Epifani 2024

KHOTBAH (2) MINGGU I EPIFANI TUHAN YESUS 7 Januari 2024

 

 SUARA TUHAN (Mzm. 29:1-11)

 

 

 

Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan! (Mzm. 29:1-2)

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu pertama setelah Epifani, Mzm. 29, terdiri dari 11 ayat, dengan judul perikop: Kebesaran Allah dalam badai. Mazmur yang ditulis Raja Daud ini sangat khusus, yakni mengajak penghuni surga untuk memuliakan dan sujud kepada Tuhan.

 

 

 

Ada tujuh kali “Suara Tuhan” dituliskan dalam nas ini, dengan berbagai ekspresi gambaran betapa besarnya kuasa dan kemuliaan Tuhan (ayat 3-9). Ia berkuasa mengatur alam semesta, agar umat-Nya terlindungi dari badai dan musuh-musuh yang ada.

 

 

 

           Suara TUHAN di atas air;

 

           Suara TUHAN penuh kekuatan;

 

           Suara TUHAN penuh semarak;

 

           Suara TUHAN mematahkan pohon aras, ... membuat gunung Libanon melompat-lompat seperti anak lembu, dan gunung Siryon (Hermon, Ul. 3:9) seperti anak banteng;

 

           Suara TUHAN menyemburkan nyala api;

 

           Suara TUHAN membuat padang gurun gemetar;

 

           Suara TUHAN membuat beranak rusa betina yang mengandung, bahkan, hutan digundulinya.... TUHAN bersemayam di atas air bah;

 

 

 

Melalui tujuh ungkapan suara itu, menjadi mudah bagi kita mengerti, bahwa Allah pencipta langit dan bumi serta segala isinya benar adalah Roh. "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" (Yoh. 1:1). Roh Allah berfirman, bersabda, dan titah-Nya tidak ada yang bisa membantah (Rm. 9:20; Ay. 9:13-15).

 

 

 

Umat Israel percaya, mereka adalah anak-anak Allah, warga pilihan surgawi (Kej. 6:2; Ul. 14:1, 32:8; Kis 17:28; Rm. 9:4). Kita pun yang percaya kepada Tuhan Yesus, yang dipersatukan melalui baptisan, dipanggil dan dipilih, kewargaan kita adalah di dalam surga (Flp. 3:20a). Maka kita pun diingatkan oleh pemazmur ini, keberadaan kita diciptakan agar tetap tergantung kepada-Nya, dan tetap memuji dan memuliakan Dia.

 

 

 

Saat ini, kita dalam badai pandemi Covid-19. Kiranya “Suara Tuhan” terus datang ke dalam hati kita, mengingatkan kuasa dan kebesaran-Nya, serta rencana perlindungan-Nya.

 

 

 

Hal kedua yang diminta nas minggu ini, agar kita sujud kepada TUHAN, dengan berhiaskan kekudusan (ayat 2b). Kekudusan hidup terus dijaga dengan rasa hormat, melalui proses yang berkesinambungan, dengan tekad pada pembaruan dan pengakuan, bahwa Allah di dalam TUHAN Yesus itu Mahakuasa, Raja yang bersemayam selama-lamanya, dan hidup kita diberi semata-mata untuk dipakai bagi kemuliaan nama-Nya (ayat 2a, 10).

 

 

 

Jika kita tanggap terhadap suara-Nya, pesan ketiga nas ini adalah: Tuhan akan menjauhkan badai Covid-19 dan “air bah dan padang gurun” dari hidup kita dalam menjalani tahun demi tahun  ini. Ada jaminan pemeliharaan dalam janji-Nya di ayat 11: “TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!” Terpujilah TUHAN. Dan, tetaplah setia.

 

 

Selamat hari Minggu dan beribadah serta selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Tahun Baru 2024

KHOTBAH TAHUN BARU 2024

 

 RENCANA DAN SEMANGAT BARU (Mzm. 65:1-14)

 

 “Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu! Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus” (Mzm. 65:5)

 

 

 

 

 

Firman Tuhan di tahun baru dari Mzm. 65. Ada 14 ayat, dengan judul perikop: Nyanyian syukur karena berkat Allah. Ya, tentu segala puji syukur bagi Tuhan, kita dapat memasuki tahun yang baru ini. “Bagi-Mulah puji-pujian di Sion, ya Allah; dan kepada-Mulah orang membayar nazar. Engkau yang mendengarkan doa” (ay. 2-3a). Kita juga bersyukur melewati segala kekurangan dan kesalahan yang terjadi. Dengan sikap menyesal yang kita bawa kepada-Nya untuk mohon pengampunan, telah dikabulkan seturut dengan janji perubahan dalam hidup kita. “Kepada-Mulah datang semua yang hidup karena bersalah. Bilamana pelanggaran-pelanggaran kami melebihi kekuatan kami, Engkaulah yang menghapuskannya” (ay. 3b-4).

 

 

 

Selain mengucap syukur, tahun baru merupakan waktu untuk melakukan refleksi ulang atas semua yang terjadi, agar dalam menjalani kehidupan ke depan kita semakin lebih baik di hadapan Tuhan, gereja dan masyarakat, serta keluarga. Kita tidak perlu melihat cermin secara terlalu narsistik, tetapi lihat kelebihan dan kekurangan, untuk membuat perencanaan hidup yang lebih baik seturut dengan kehendak Allah. Jadi tidak perlu ditangisi, hanya lihat dengan iman dan pelajarilah. Bagian  karena ulah kesalahan kita sendiri, maka Tuhan ingin kita berubah sebab Dia mengizinkan hal itu terjadi.

 

 

 

Memang ada tiga sikap manusia dalam melihat masa depan, yakni yang membiarkan hal itu terjadi, yang membuat hal itu terjadi, dan yang tidak peduli apa yang akan terjadi (Those who allow it to occur, those who make it occur, and those who don’t know what will occur). Oleh karena itu, melihat ke depan dan jauh sangatlah penting. Bukan karena kita merasa seperti Tuhan, tetapi kita tahu Tuhan juga mengajarkan untuk berencana dalam melakukan sesuatu (Luk. 14:28).

 

 

 

Semakin sering kita melakukan perencanaan, maka semakin bagus dalam menjalani hal yang baru dalam kehidupan, Ini sama seperti kapten kapal, yang terus melihat horizon laut dan langit, semua gejala alam, sehingga kapal yang dipimpinnya selamat tiba di tujuan. Alkitab juga berkata, agar kita pintar membaca tanda-tanda (Mat. 16:1-4). Dari survei yang dilakukan, para manajer dan pemimpin Singapore yang paling peduli dengan perencanaan, dan orang Soviet yang tidak terlalu peduli dengan hal itu.

 

 

 

Betul, sumber berkat adalah Allah dan bukan manusia. Allah berkuasa atas alam semesta (ayat 7-11). Tetapi kita manusia diminta untuk menjadi rekan sekerja atau mitra Allah dalam menjalani kehidupan ini. Kita berbahagia telah dipilih Allah, diselamatkan, dan diberkati (ay. 5, 7). Namun, jangan melupakan bahwa Allah juga memakai manusia sebagai saluran berkat dan kebahagiaan yang kita alami dan terima. Jangan lupa berterima kasih kepada mereka. Kadang, sebuah kiriman teks WA/SMS sudah cukup membahagiakan bagi yang menerima. Bawalah dalam doa, agar Tuhan tetap memberkati dan memakai hidup mereka sebagai saluran berkat.

 

 

 

Hal yang tidak kurang penting lainnya, kita harus selesaikan dahulu semua beban permasalahan di tahun yang lalu. Selain kita berdosa kepada Allah, kita mungkin juga ada bermasalah dengan manusia. Untuk itu selesaikan, dan usahakan ada komunikasi. Belajar dari pengalaman dan berjanji tidak mengulangi kesalahan. Rendahkan diri, dan tidak perlu merasa kita yang paling benar. Biar Tuhan yang menjadi hakim, tapi pikiran dan perasaan kita harus bebas dari semua hal itu. Jangan membawa beban masa lalu ke masa depan. Demikian juga halnya dengan hutang. Atau ada janji perkataan yang belum bisa ditepati. Semua hadapi, dan selesaikan dengan elegan. Jangan lari dari tanggung jawab, sebab itu akan tetap menghantui kita dalam menapak hari-hari yang Tuhan sediakan di depan; mestinya semua indah.

 

 

 

Tentu kita memiliki pengharapan atau doa-doa yang masih kita inginkan dari Tuhan. Tetapi jangan hanya membuat doa seperti daftar keinginan. Buatlah janji kepada Tuhan bahwa kita siap menjadi mitra dan rekan sekerja Allah, dalam memuliakan dan memperluas kerajaan-Nya. Kita berikan waktu, tenaga, pikiran, hati, tubuh yang kudus, dan juga materi yang secara terbaik mampu kita berikan. “Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak; tanah-tanah padang gurun menitik, bukit-bukit berikatpinggangkan sorak-sorai; padang-padang rumput berpakaikan kawanan kambing domba, lembah-lembah berselimutkan gandum, semuanya bersorak-sorai dan bernyanyi-nyanyi” (ay. 12b-14). Itulah dasar dan tujuan kita dalam mempersiapkan diri untuk menapaki tahun yang baru dan berharap dengan penuh kelimpahan.

 

Selamat tahun baru 2024 untuk kita semua.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (1) Minggu I setelah Epifani 2024

Khotbah Minggu I Setelah Epifani 7 Januari 2024

 

 BAPTISAN ROH DAN API (Mrk. 1:4-11)

 

Epifani, atau epiphania, adalah hari raya Penampakan Tuhan yang diperingati pada tanggal 6 Januari, sekaligus memperingati kedatangan orang-orang Majus yang mengunjungi bayi Yesus yang baru lahir.

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu Epifani hari ini dari Mrk. 1:4-11, berbicara tentang pembaptisan Tuhan Yesus. Gereja (Timur) memperingatinya sebagai manifestasi Yesus Kristus memulai karya pelayanan-Nya sebagai Anak Allah.

 

 

 

Kita tahu Yesus dibaptis oleh Yohanes bukan untuk bertobat karena telah berbuat dosa. Yesus ingin memperlihatkan kerendahan hati-Nya, sama dengan kita, sekaligus peneguhan-Nya masuk ke dalam pelayanan umat Yahudi. Peneguhan ini penting untuk penggenapan PL akan kedatangan sang Mesias, yakni didahului oleh Yohanes sebagai "suara orang yang berseru-seru di padang gurun" (Yes. 40:3). Yohanes awalnya menolak membaptis, tetapi Tuhan Yesus mengatakan, “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Mat. 3:15).

 

 

 

Baptisan Yesus juga gambaran awal akan kematian-Nya di kayu salib (Luk. 12:50), dan kemenangan atas kematian tersebut dengan kebangkitan-Nya. Yohanes menyadari pesan ilahi dan kehendak-Nya dengan mengatakan: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus” (ayat 7-8).

 

 

 

Dalam Mat. 3:11 ditambahkan, Ia membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Artinya, dengan kita orang percaya dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka Roh Allah "menyelubungi" dan memimpin kita dalam menjalani kehidupan ini untuk sama dengan Yohanes Pembaptis, ikut mempersiapkan dan meluruskan jalan demi memperluas kerajaan-Nya.

 

 

 

Awal tahun merupakan halte atau milestone untuk merenungkan, apakah kita tetap sebagai orang percaya yang sah dibaptis oleh-Nya dengan Roh Kudus dan api sebagaimana dinyatakan Yohanes? Semestinya, kita terus merasakan memiliki Roh itu menyala-nyala, yang terwujud dalam semangat yang berkobar-kobar dalam berkarya di kehidupan sehari-hari, termasuk di setiap ladang Tuhan, sesuai dengan tempat, talenta dan karunia rohani yang diberikan.

 

 

 

Baptisan dengan Roh tidak dimaksudkan untuk menjadi malas, enggan, atau berpikir untuk kesenangan diri sendiri semata. Jika kehilangan Roh dan api itu, saatnya untuk meminta kembali kepada-Nya, agar hidup kita di mata Tuhan seperti yang didengar Yohanes terhadap Yesus: kita adalah anak-anakNya yang dikasihi dan berkenan kepadaNya. Haleluya.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Tahun Baru 2024

Khotbah Tahun Baru 2024

 

 SEMANGAT BARU (Pkh. 3:1-13)

 

 “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya” (Pkh. 3:1)

 

 

 

Firman Tuhan hari di Tahun Baru ini, Pkh. 3:1-13, berbicara tentang kekuasaan Allah atas hidup manusia dan alam semesta. Untuk segala sesuatu ada waktunya; manusia bisa berencana, berikhtiar, tetapi Tuhan penentu segalanya (band. Yak. 4:13–17).

 

Pergantian tahun mendorong kita untuk merenung sejenak melihat ke belakang. Seperti patung Janus yakni dewa Yunani dengan dua wajah, menatap ke belakang sebagai refleksi, dan ke depan sebagai aplikasi. Bulan Januari berasal dari kata ini. Kontemplasi Mzm. 90:12 sangat relevan: "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." Akhir tahun memang seperti tutup buku dalam perusahaan, pendataan persediaan, penghitungan arus kas, dan lainnya. Tentu, yang kita evaluasi tidak melulu pencapaian, untung rugi, tetapi juga tentang upaya memberi yang terbaik sebagai wujud bukti kita mengasihi Allah dan sesama.

 

Sebagai anak-anak-Nya, Tuhan ingin kita berhasil. Hidup berserah bukan berarti que sera-sera, whatever will be will be, kumaha engke wae. Jangan juga terlena pada hal yang berlalu. Kaca spion untuk melihat ke belakang selalu dibuat kecil. Kaca di depan jauh lebih besar agar fokus kita lebih ke depan, melihat dan membuat hal-hal baru di tahun yang baru dengan perencanaan dan pengharapan. Buatlah dan tuliskan daftar petisi atau permohonan dan pengharapan. Rencana ke depan disusun untuk meraih hidup yang lebih nyaman dan sejahtera, dengan optimisme yang membubung tanpa kepongahan.

 

Saat menyusun petisi perlu pegangan: Pertama, kita hanya dapat berencana, namun tidak dapat memastikan hari esok. Kedua, hidup kita singkat dan harus diisi dengan yang bermakna. Waktu terbatas. Ketiga, kita bergantung kepada Tuhan sepenuhnya dalam perencanaan.

 

Kitab Yakobus di atas telah menasihatkan agar senantiasa memikirkan kehendak Tuhan dalam setiap rencana yang disusun. Tuhan berdaulat membuat rencana kita berhasil. Tentu kita perlu melakukan bagian kita dengan baik, sambil menundukkan diri di hadapan-Nya dan Tuhan akan melakukan bagian-Nya. Do Your Best and Let God Do the Rest! (Kol. 3:23-24). Dengan demikian, apa yang kita rencanakan dan lakukan, menjadi berarti. Tuhan akan meninggikannya. "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka" (ayat 11).

 

Di atas semua itu, tentu kita wajib bersyukur memasuki tahun yang baru ini. Mzm. 8:5 sebagai padanan leksionari nas minggu ini mengingatkan: "apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?"

 

Kita bersyukur melewati tahun yang lalu dengan segala mosaiknya, indah dan buruknya. Tetaplah bersyukur karena kita sudah dalam keselamatan kekal. Maka, ayo bulatkan tekad, susun petisi pengharapan, lakukan yang terbaik di tahun yang baru. Kita buat lebih baik dari tahun yang lalu. Soli Deo Gloria. Kemuliaan hanya bagi-Nya.

 

SELAMAT TAHUN BARU 2024

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 1190 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8071642
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
43700
80866
222927
7546890
222927
883577
8071642

IP Anda: 172.69.166.26
2024-12-04 15:14

Login Form