Thursday, November 21, 2024

Khotbah Minggu 9 Nopember 2014

Khotbah Minggu 9 Nopember 2014

 

Minggu XXII Setelah Pentakosta

 

Saat Penghulu Malaikat Berseru dan Sangkakala Allah Berbunyi

(1Tes 4:13-18)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yos 24:1-3a, 14-25; atau Am 5:18-24; Mzm 78:1-7 atau Mzm 70; Mat 25:1-13

 

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> klik Pembinaan -> Teologi

 

Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas 1Tes 4:13-18 selengkapnya: Kedatangan Tuhan

 

4:13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. 4:14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. 4:15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. 4:16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; 4:17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. 4:18 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.

 

-------------------------------------

 

Pendahuluan

Jemaat Tesalonika mengharapkan kedatangan Tuhan Yesus segera terjadi saat mereka masih hidup sehingga mereka dapat menerima dan menikmati janji-janji Tuhan sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Rasul Paulus ketika mengajar mereka selama 3 bulan. Tapi kenyataannya, mereka ada yang meninggal terlebih dahulu, sehingga salah satu yang dilaporkan Timotius kepada Rasul Paulus hasil kunjungannya ke Tesalonika adalah adanya pertanyaan jemaat tentang bagaimana mereka yang sudah percaya namun kemudian meninggal terlebih dahulu, apalagi mungkin sebagian mereka meninggal karena penderitaan dan penganiayaan. Mungkin dalam kunjungan sebelumnya, Rasul Paulus memberikan gambaran bahwa mereka yang percaya akan di bawa ke sorga bersama-Nya. Nah, apabila ada orang percaya tersebut meninggal lebih dahulu sebelum Tuhan Yesus datang, bagaimana dengan nasib mereka? Ini pertanyaan yang timbul dan menjadi kekuatiran baru bagi jemaat. Pembahasan tentang eskatalogi membutuhkan analisis yang penjang namun bahan di bawah ini diambil inti dan singkatnya saja. Melalui nas minggu ini firman Tuhan memberikan pengajaran tentang gambaran tersebut sebagai berikut:

 

Pertama: Jangan berdukacita seperti tidak berpengharapan (ayat 13-14)

Manusia pasti mati. Mati secara jasmani artinya tidak ada lagi denyut kehidupan dalam seluruh organ tubuhnya. Jiwa atau rohnya telah terpisah dari tubuh yang berupa daging. Tubuh pun setelah ditinggalkan roh dan jiwa, lantas membusuk dengan cepat. Studi ilmiah menyebutkan ketika kematian jasmani datang, proses awal pembusukan daging langsung dan hanya membutuhkan beberapa jam telah dimulai proses pembusukan di bagian tubuh dalam. Ini sama seperti hewan yang kita lihat mudah sekali membusuk dan mengeluarkan bau menyengat. Zaman dahulu orang membuat rempah-rempah untuk menjadi mummi, namun kini dengan ilmu pengetahuan dipakai bahan kimia fomalin yang disuntikkan untuk memperlambat pembusukan tersebut. Hal ini lazim dilakukan umat Kristen apabila ada alasan tertentu yang membuat jenazah tidak langsung dikuburkan. Ketika akhirnya tubuh yang membusuk itu dimasukkan ke dalam tanah, maka daging itu tetap berubah menjadi tanah sebab daging memang berasal dari tanah (Kej 2:7). Oleh karena itu juga Alkitab benar dengan mengatakan bahwa daging tidak ada artinya dan tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (1Kor 15:50).

 

Bagaimana halnya dengan roh atau nafas manusia itu? Nafas dan roh berasal dari Allah yang menghembuskan ke dalam tubuh tanah saat penciptaan (Kej 2:7), maka nafas itu berasal dari Allah dan secara otomatis akan kembali kepada Allah (Pkh 12:7b). Dari tanah kembali ke tanah dan dari Allah kembali kepada Allah, itu wajar. Pertanyaannya: ketika kembali kepada Allah, apakah roh tersebut dalam keadaan "sadar" dan tetap sebagai jiwa yang memahami sekelilingnya? Alkitab tidak memberi jawaban yang hitam putih soal itu, sebab roh manusia milik Allah sehingga ada dua kemungkinan besar: tidur sesuai dengan istilah yang juga dipakai Alkitab, atau hidup bersama-sama dengan Allah dalam pengertian "sadar dan hidup". Kedua kemungkinan ini ada ayat pendukungnya sehingga lebih baik itu tetap menjadi misteri Allah (bandingkan yang sadar pada Luk 16:19-31; Why 14:13 dan yang tertidur pada Mat 9:24; Ef 2:12; Yoh 11:11; Mzm 146:4; Pkh 9:5-6); Yes 38:18). Tentu ini hanya berlaku bagi mereka yang sudah diselamatkan, sebab mati secara rohani juga terjadi saat masih hidup dan mereka pasti dihukum (Ef 2:1, 5). Hanya yang bisa kita sebutkan, baik dalam keadaan sadar atau tertidur, roh manusia itu telah bersama-sama dengan Allah dan itu pasti keadaan yang sangat tenteram dan penuh damai sejahtera (Flp 1:23).

 

Oleh karena itu melalui suratnya ini Rasul Paulus menekankan bahwa kematian bukanlah akhir dari semuanya. Mereka telah melihat dan mendengar bagaimana Tuhan Yesus telah bangkit dari kematian, mengalahkan maut, maka kita pun yang percaya pada-Nya pasti dibangkitkan untuk bersama-sama dengan Dia. Memang betul perpisahan fisik dengan yang kita kasihi pasti membawa kesedihan, tubuh yang selama ini dapat kita lihat dan dekap tiba-tiba direnggut dari hadapan kita pasti membawa kesedihan. Tetapi begitu menyadari bahwa jiwa dan rohnya kembali kepada Bapa dalam hadirat ketenangan dan damai sejahtera, maka kita tentunya merasa tenang dan ikut bahagia. Kematian itu justru pintu masuk ke hadapan Kristus (band. 2Kor 5:8) dan mati adalah sebuah keuntungan (Flp 1:21). Memang Alkitab mengatakan kematian adalah upah dosa dan setelah kematian datang akan ada penghakiman. Namun orang yang mengasihi Kristus tidak akan masuk dalam penghukuman, sebab dosa-dosa kita sudah dibayar lunas dengan kematian Kristus. Jadi jangan seperti orang yang tidak mengenal Tuhan Yesus tidak berpengharapan. Kita berpegang pada janji-Nya dengan iman, ketika Kristus datang kembali, semua yang mati yang percaya pada penebusan Kristus, baik mereka yang hidup dan percaya akan dikumpulkan dan dipersatukan Allah. Jadi tidak perlu kuatir mereka tidak menerima kemuliaan saat Kristus datang. Semua akan bersama-sama hidup bersama Kristus dalam kekekalan.

 

Kedua: Kita tidak mendahului mereka yang telah meninggal (ayat 15)

Sebagaimana disebutkan di atas, ada dua kemungkinan besar roh dan jiwa orang meninggal setelah dipisahkan dari tubuhnya, yakni tertidur sambil menunggu penghakiman akhir zaman, atau hidup dengan sadar bersama-sama dengan Allah dan para malaikat. Tentu ada kemungkinan lain yakni jiwa dan roh yang masuk neraka dan penghukuman, tetapi kita orang percaya adalah orang yang diselamatkan sehingga bagi yang percaya dan taat pada Yesus, kemungkinan ketiga itu tidak terjadi. Ini dasarnya yang membuat Rasul Paulus menuliskan "sebagaimana ada dalam firman". Firman yang dimaksud adalah pesan yang pernah disampaikan oleh Tuhan Yesus ketika masih hidup kepada para rasul dan murid-murid-Nya, termasuk kepada yang diselamatkan di sebelah kanan-Nya (band. Mat 15-17 dan 24: 30-31); tetapi ada kemungkinan juga disampaikan kembali oleh Tuhan Yesus kepada Rasul Paulus langsung sebagai penguat pesan yang lama (band. Kis 20:35; 2Kor 12:1; Gal 1:12).

 

Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa ada kebangkitan. Pada Perjanjian Lama terjadi tiga kebangkitan orang mati, meski kebangkitannya hanya sebentar, yakni putra seorang janda (1Raj 17:21-22), putra perempuan Sunem (2Raj 4:32-36) dan yang bangkit setelah tersentuh tulang-tulang Elisa (2Raj 13:21). Demikian juga pada Perjanjian Baru ada lima kisah kebangkitan orang mati yang terjadi baik oleh Tuhan Yesus maupun oleh para rasul, seperti putri Yairus (Mat 9:24-25), pemuda dari Nain (Luk 7:14-16), Lazarus (Yoh 11:43-44), Dorkas (Kis 9:40-41) dan Euthikus (Kis 20:9-12). Semua kisah tersebut akhirnya memang berakhir dengan kematian fisik selama-lamanya. Ini berbeda dengan kebangkitan yang dijanjikan oleh Tuhan melalui firman-Nya, yakni setelah kematian fisik, maka ada kebangkitan dan hidup selama-lamanya. Hal itu sangat kuat dasarnya, sebab manusia di dunia ini tidak sama tingkat iman dan ketaatan serta besar-kecil perbuatannya yang berkenan kepada Tuhan. Demikian juga semua orang tingkat kejahatannya berbeda sehingga masing-masing orang wajar menerima upah pahala atau hukuman dosa yang tidak sama. Oleh karenanya sangat tidak wajar apabila ada penghakiman yang lebih awal bagi mereka yang mati lebih dahulu. Dari prinsip keadilan, semua mestinya dihadapkan pada pengadilan yang bersamaan waktunya, meski kekekalan tidak lagi mempersoalkan waktu sebentar atau lama, dan demikian juga tentang kedaulatan Tuhan dalam semua proses itu.

 

Dengan dasar itu maka ketika Kristus kembali, orang mati akan dibangkitkan terlebih dahulu dan bersama-sama orang yang hidup menerima janji Allah sesuai dengan iman dan perbuatan masing-masing. Memang agama Katolik masih mempercayai purgatori yakni api penyucian dengan dasar manusia diselamatkan namun belum kudus dan perlu disucikan terlebih dahulu sebelum masuk ke sorga. Kekristenan adalah agama pengharapan dan sekaligus kepastian dalam iman. Tuhan Yesus memberikan pengampunan dan bukan pembalasan dengan Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan. Tuhan Yesus memberikan anugerah dan bukan penghukuman, memberikan kasih dan bukan balas dendam, memberikan kemenangan dan bukan kekalahan, serta memberikan hidup yang kekal abadi untuk hidup bersekutu selamanya dengan Allah. Semua itu pasti terjadi sebab Kristus sebagai pusat iman kita telah bangkit dari kematian, hidup dan berkuasa dari sorga hingga kelak kembali menjemput mereka yang setia dan dikasihi-Nya (band. 1Tes 1:10) dan bersama-sama dalam kekekalan.

 

Ketiga: Kita yang hidup diangkat bersama-sama dalam awan (ayat 16-17a)

Dalam kitab Mrk 13:26 Tuhan Yesus berkata, “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.” Maka dalam nas yang kita baca minggu ini diberikan adanya lima tanda-tanda kedatangan Kristus tersebut:

 

1)      Akan tampak dengan kasat mata dan terdengar di telinga

2)     Akan ada seruan yang keras dari penghulu malaikat. Penghulu malaikat adalah malaikat tertinggi atau terkudus di antara semua malaikat yang ditunjuk untuk tugas tententu. Mihkael adalah penghulu malaikat yang disebutkan dalam Perjanjian Baru (Yud 9).

3)     Akan ada bunyi sangkakala sebagaimana terjadi para Perjanjian Lama saat penampakan Allah (band. Kel 13:22; 19:16; Mat 24:30 dab; 2Tes 1:8 dab). Peristiwa ini jelas menggambarkan kemegahan dan keagungan Tuhan ketika Ia turun dari sorga.

4)     Orang yang percaya kepada Kristus akan bangkit dari kubur.

5)     Orang percaya yang masih hidup tubuh mereka akan diubah dan akan diangkat ke awan menyambut Kristus.

 

Tidak ada yang meragukan bahwa Tuhan Yesus telah naik dan kembali ke sorga, sebab Ia memang berasal dari benih sorgawi. Sebagaimana dikatakan saat kenaikan-Nya, maka ketika Ia akan turun kembali semua orang akan melihat-Nya dengan nyata (Kis 1:10-11). Tuhan Yesus pasti memenuhi janji-Nya bahwa Ia kembali dan untuk mempersiapkan tempat bagi kita untuk mengumpulkan kembali kita yang setia kepada-Nya (Mrk 13: 27; Yoh 14:3). Maka gambaran berikutnya setelah tanda-tanda awal tersebut, akan terjadi kebangkitan orang mati dari kuburnya masing-masing. Orang mati ini akan menanggapi tanda yang diberikan Allah (Yoh 5:28). Peristiwa bangkit dari kubur secara bersamaan pernah terjadi saat Tuhan Yesus bangkit dari kematian dan sekaligus membuka kubur para orang kudus (Mat 27:52-53). Perbedaannya, ketika mereka ini bangkit masih dengan tubuh jasmani. Akan tetapi ketika kita bangkit di akhir zaman, tubuh kita diubahkan. Ini yang dinyatakan dalam Alkitab: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?” (1Kor 15:35). Jiwa yang tadinya “tertidur” akan disadarkan dan memang dalam hal ini tubuh yang bangkit adalah tubuh rohani yang penuh kemuliaan sebagaimana dinyatakan, “Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah (1Kor 15:44). Peristiwa ini jelas akan berlangsung dalam seketika dan merupakan peristiwa misteri Allah sebab semua umat manusia yang diselamatkan akan mengisi alam semesta secara bersamaan. Ini jelas di luar jangkauan pikiran manusia. Namun, kalau kita amati, alam semesta begitu besar dan luasnya sehingga dengan kuasa Allah yang Mahabesar segala sesuatu pasti bisa terjadi.

 

Gambaran ketiga, semua manusia yang masih hidup dan percaya akan diangkat ke awan untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus (band. Why 1:7; 11:12). Kedatangan Tuhan Yesus di angkasa mungkin ada hubungannya dengan tempat tinggal berkuasanya roh-roh jahat (Ef 2:2; 6:12) sehingga kuasa-kuasa tersebut perlu dikalahkan terlebih dahulu sebelum Tuhan Yesus kembali memerintah di bumi yang baru dengan penuh damai sejahtera. Peristiwa ini sering disebut sebagai Keangkatan Gereja, yakni ketika semua orang percaya yang menjadi warga gereja ikut dalam peristiwa sukacita yang menjadi puncak pengharapan orang percaya. Peristiwa keangkatan gereja ini memang masih menjadi perbedaan pendapat, sebab sebagian mengatakan ini adalah metafora dan sebagian lagi mengatakan hal itu merupakan hal nyata nantinya. Sebab pertanyaan yang muncul kemudian adalah, ketika semua berkumpul di awan, apakah semua orang percaya ini akan kembali bersama-sama ke bumi untuk memerintah bersama-sama Tuhan Yesus? (band. Yoel 3:11; 1Tes 3:13, Yud 14). Jawabannya sangat dipengaruhi akan pandangan, tentang ada tidaknya masa kesengsaraan sebelum Tuhan Yesus datang kedua kalinya. Ini jelas masih merupakan misteri Allah yang tidak akan terpikirkan manusia.

 

Keempat: Selamanya kita bersama-sama dengan Tuhan (ayat 17b-18)

Memang tidak diketahui dengan tepat tentang kapan orang mati akan dibangkitkan. Akan tetapi dalam hubungannya dengan kedatangan Kristus kedua kali, hal lebih penting adalah mengetahui mengapa Rasul Paulus menuliskan hal ini, yakni mendorong orang percaya agar saling menghibur dan menguatkan satu sama lain ketika seseorang meninggal dipanggil Tuhan. Ini memang pesan yang sangat bagus bagi mereka yang dipisahkan oleh kematian fisik di dunia ini, sebab akan dipersatukan kembali sesuai janji Tuhan, dan akan bersama-sama dengan Kristus memerintah dalam kekekalan. Oleh karena itu, kita tidak perlu putus asa ketika orang yang kita kasihi meninggal, atau dunia ini memberikan hal-hal yang tragis dalam hidup. Setiap kegetiran dan hal tragis dalam hidup akan berubah menjadi kemenangan dan keberhasilan, kemiskinan kita berubah menjadi kekayaan, penderitaan menjadi kemuliaan, kekalahan menjadi kemenangan. Semua orang percaya dalam sepanjang sejarah akan berdiri tegak, damai sejahtera dan aman bersama Kristus.

 

Rasul Paulus dan jemaat Tesalonika memiliki keyakinan kuat bahwa tidak lama lagi Kristus akan kembali (1Kor 7:29, Flp 4:5). Keyakinan ini sangat diperlukan mengingat situasi pada saat itu yang penuh penganiayaan dan penderitaan, sehingga membuat mereka lebih kuat dan tegar. Ketiadaan dorongan akan membuat mereka jatuh tidak memiliki semangat dan kehidupan mereka juga akan penuh ketakutan. Iman adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dikuatkan sehingga ketika datang ujian yang menciutkan, iman kita itu tidak menjadi kecil dan lemah yang dapat membawa kita pada keputusasaan. Meski hal yang disampaikan oleh Rasul Paulus belum terjadi saat itu sebab masanya hanya Allah Bapa yang tahu, itu tidak membuat kita lalai bahwa kematian dapat senantiasa datang tiba-tiba sebagaimana juga kedatangan Kristus kembali. Hidup ini penuh dengan godaan dan tantangan yang membuat kita kadang lemah. Oleh karena itu sebagaimana Rasul Paulus menghibur dan meneguhkan jemaat Tesalonika dengan kebangkitan orang mati, maka kita juga perlu menghibur dan meneguhkan satu sama lain dengan pengharapan yang penuh (band. 1Tes 5:11).

 

Bagi kita orang percaya, dengan iman bahwa Kristus telah mati dan bangkit untuk menjadi Tuhan orang hidup dan yang mati (Rm 4:9), maka hal yang utama adalah bahwa ketika kematian datang dan juga Kristus datang kedua kali, kita hidup bersama-sama dengan Allah dan itu merupakan sukacita yang luar biasa (band. 1Tes 5:10; 2Tes 2:1). Tidak ada hal di dunia ini yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Kedatangan Kedua tersebut berpusat pada Tuhan sendiri sebab Dia mengetahui sebelumnya akhir dari segala sesuatu. Yang penting kita yakini, kita selalu sadar dan waspada serta penuh pengharapan, “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya” (Mat 16:27). Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (2Kor 5:15). Itulah karya yang diharapkan dari kita semua.

 

Penutup

Bacaan kita minggu ini memberikan sebagian gambaran tentang kedatangan Tuhan kedua kalinya. Eskatologi adalah ilmu yang sangat dalam dan luas dan tetap dibatasi oleh kemampuan manusia untuk memikirkan hal yang belum pernah dialami oleh siapapun. Memang ada kesaksian tentang mati suri dan kisah dibawa ke sorga, namun itu kita jadikan sebagai kekayaan rohani saja. Pegangan kita tetaplah Alkitab sebagai sumber kebenaran dan pengharapan. Melalui bacaan ini kita tidak perlu takut menghadapi kematian atau bersedih apabila kita dipanggil Tuhan, atau seseorang yang kita kasihi lebih dahulu dipanggil Tuhan masuk dalam pangkuan-Nya. Kita tidak perlu berdukacita tidak mempunyai pengharapan bagaikan orang yang tidak mengenal Kristus. Kita akan bertemu dengan mereka lagi sebagaimana kita juga akan bertemu dan tatap muka dengan Kristus. Firman-Nya meneguhkan bahwa kita tidak mendahului mereka yang telah meninggal, melainkan kita yang hidup diangkat bersama-sama dalam awan. Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan jaminan janji Tuhan dan bagi kita yang sudah percaya maka penghukuman tidak terjadi sebab dosa dan kesalahan kita telah ditebus oleh-Nya. Justru saat kebangkitan, selamanya kita akan bersama-sama dengan Tuhan. Inilah yang menguatkan iman dan pengharapan semua orang Kristen dan untuk itu kita perlu saling menasihati dan berkarya saling mendukung.

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci yang terkait didahului kata humor atau joke).

 

Khotbah Minggu 2 Nopember 2014

Khotbah Minggu 2 Nopember 2014

 

Minggu XXI Setelah Pentakosta

 

HIDUP SESUAI DENGAN KEHENDAK ALLAH

(1Tes 2:9-13)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yos 3:7-17 atau Mi 3:5-12; Mzm 107:1-7, 33-37 atau Mzm; Mat 23:1-12

 

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> klik Pembinaan -> Teologi

 

Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas 1Tes 2:9-13 selengkapnya:

 

2:9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. 2:10 Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. 2:11 Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, 2:12 dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya. 2:13 Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi -- dan memang sungguh-sungguh demikian -- sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.

 

--------------------------------

 

Pendahuluan

Pada bagian awal pasal 2 ini dijelaskan tentang bagaimana manusia yang tidak layak karena dosa dan kelemahannya dijadikan Allah menjadi layak untuk melayani-Nya, terutama dalam membawa dan menyiarkan kabar tentang Tuhan Yesus. Manusia pasti bersyukur dan merasa terhormat diberi tugas melayani tersebut, yang dapat dilakukan dengan pelayanan langsung maupun tidak langsung. Injil adalah karya Allah yang begitu dalam dan luas sehingga tidak seorang pun dapat mengklaim akan batasan dan cakupan pelayanan kabar baik tersebut, sepanjang semua dilakukan dengan kasih dan demi kemuliaan nama Tuhan Yesus. Hanya untuk dapat melakukan tugas pelayanan itu diperlukan pola hidup yang mendukung, sehingga pelayanan tidak menjadi batu kerikil sandungan bagi gereja dan kemuliaan Tuhan Yesus. Melalui nas minggu ini kita diberikan pengajaran hal tersebut sebagai berikut:

 

Pertama: Hidup bekerja keras dan berkarya dengan Injil (ayat 9)

Allah menghendaki setiap orang percaya menjadi pembawa dan penyiar berita tentang keselamatan yang telah diperolehnya melalui Tuhan Yesus. Sukacita anugerah yang diperolehnya harus dibagikan kepada semua orang, khususnya bagi mereka yang belum pernah mendengar tentang kasih Allah yang begitu besar melalui Tuhan Yesus yang menebus manusia dari segala beban dosa dan ketakutan. Pembawa berita dalam hal ini berarti utusan atau duta yang dalam Alkitab disebut dengan Rasul dan setelah para rasul menuliskannya maka utusan disebut sebagai pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar (Ef 4:11, kita mengabaikan adanya Rasul dan Nabi saat ini).  Kita tidak perlu membatasi gambaran penginjil itu harus pengkhotbah atau pemimpin kelompok Pemahaman Alkitab (PA), sebab dalam teori penginjilan juga disebutkan tindakan perbuatan kasih yang didasarkan atas iman dan dinyatakan atau diekspresikan dalam nama Tuhan Yesus, itu hakekatnya adalah perbuatan pekabaran dan penyiaran Injil. Kita juga tidak terlalu perlu menguji bahwa seorang penginjil atau peyanan sosial harus disertai dengan kuasa-kuasa atau tanda-tanda mukjizat hebat (Mat 10:1–4; Mrk 16:20; Luk 9:1–6), sebab karya mereka bisa menjadi mukjizat kecil dalam kehidupan orang lain. Para rasul dan nabi sebagaimana di Alkitab benar telah diberikan kuasa itu yang kemudian menjadi dasar gereja dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru yang membuat kekristenan menjadi seluas sekarang ini (Kis 2:42–43, dll).

 

Adalah menjadi kebiasaan pada masa gereja mula-mula, apabila para penginjil atau pengajar (agama dan filosofi) datang ke satu kota, mereka mendapatkan bayaran atau tinggal di rumah-rumah pendengar/anggota. Mereka ini juga merasa mendapatkan suatu kehormatan dapat menjamu para guru ini. Namun kebiasaan tinggal itu umumnya hanya untuk beberapa hari saja, sebab yang menjamu juga akan merasa terbeban dan berat. Apabila ada keinginan mereka untuk tinggal lama dan menjadi beban, maka dapat dipastikan mereka adalah penginjil dan guru-guru palsu. Meski Rasul Paulus mengatakan dalam suratnya yang lain, “Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu (Gal 6:6; 1Kor 9:13-14; 2Kor 11:9), itu semua harus dilakukan dengan sukarela dan kasih. Perlu juga diperhatikan pada masa itu sesuai pandangan Yunani, mereka yang bekerja dengan fisik dan kasar, itu dinilai sebagai kerja budak dan sangat rendah dibandingkan dengan mereka yang tugasnya lebih banyak berpikir dan di dalam ruangan.

 

Rasul Paulus memahami situasi itu sehingga ia merespon dengan tindakan nyata. Ia lebih memilih bekerja sebagai pembuat kemah/tenda (Kis 18:3) sehingga tidak menjadi beban bagi orang percaya di Tesalonika (band 5:13). Ia memperlihatkan kerja keras dengan bekerja siang dan malam untuk dapat menghidupi diri mereka sendiri, mengatur waktu sebelum matahari terbit agar cukup waktu untuk memberitakan Injil. Rasul Paulus mengatakan, “Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satu pun dari hak-hak itu” (1Kor 9:15a; 2Kor 12:13; 2Tes 3:8). Sikap ini penting bagi semua pekerja Allah agar tidak menuntut yang lebih banyak dari jemaat yang dilayani, sebab yang utama adalah bagaimana nama Tuhan diperluas dan dipermuliakan. Ini menjadi batu ujian motivasi bagi siapa saja sebagaimana Rasul Paulus, sebab seperti yang dikatakannya, “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil (1Kor 9:16b). Seorang pembawa dan penyiar Injil dengan firman dan/atau kasih yang layak bagi Tuhan seyogianyalah memberikan pengajaran yang benar, membuktikan motivasi yang baik dan siap memberikan pengorbanan dengan kerja keras sebagai wujud kasih yang besar terhadap jemaat.

 

Kedua: Menguatkan hati seorang demi seorang (ayat 11)

Ketika seorang menjadi pembawa dan penyiar berita Injil maka tugas kegembalaannya hanya sebatas dari mimbar atau saat pengajaran, meski sesekali perlu memperlihatkan kepedulian dan kasih pada mereka yang pernah diajarnya. Akan tetapi ketika ia menjadi seorang gembala yang bertanggungjawab penuh terhadap pertumbuhan rohani jemaat tersebut, maka ia memiliki tanggungjawab yang besar dan tidak mudah. Ada beberapa tanggungjawab seorang gembala yang secara umum dirumuskan sebagai berikut:

 

  1. Mengajarkan ajaran yang benar dan sehat (2Tim 2:25, 3:14-17)
  2. Menumbuhkan iman jemaat (1Tim 4:6-7, 16; 2Tim 1:14)
  3. Mendisplinkan jemaat (Mat. 18:17; 1Kor 5:13)
  4. Menemukan karunia rohani yang tepat (kuasa Allah yang bekerja)
  5. Menjadi teladan (1Tim 1:16) dengan hubungan yang penuh kasih
  6. Memberitakan Injil dengan metode-metode yang sudah terbukti dan memikul tanggungjawab dalam pertumbuhan
  7. Belajar dan bekerja keras terus menerus  
  8. Membangun struktur pelayanan yang tepat guna – adanya delegasi
  9. Berfikiran posibilitas (serba mungkin) dengan memberdayakan dan dinamis

 

Pada bagian pertama pasal 2 ini Rasul Paulus memberikan gambaran pelayanan itu seperti seorang ibu yang mengasuh dan merawat anaknya. Seorang ibu jelas merawat dan mengasuh dengan kelemahlembutan,  sebagai bagian dari buah-buah Roh dan penyangkalan diri, dan memberi hidupnya kepada orang yang dikasihi. Seorang ibu yang merawat anaknya pastilah dengan sepenuh hati dan biasanya rela untuk meninggalkan pekerjaan atau karirnya. Pada bagian kedua ini Rasul Paulus sebaliknya mengibaratkan peran gembala seperti bapa terhadap anaknya. Seorang bapa yang mengasihi pasti tidak akan mengabaikan keamanan dan kepedulian terhadap anak-anaknya, yang membiarkan anak-anaknya berjalan ke arah situasi yang membuat anak-anaknya celaka dan bahkan jatuh fatal. Oleh karena itu, peran nasihat untuk membangun kedisiplinan itu sangat penting pada anak. Peran itu perlu ditambah dengan menghibur dan menguatkan apabila dalam kebimbangan, kesukaran atau kesedihan. Itu merupakan kombinasi yang baik dan ideal. Disiplin diperlukan bukan sebagai hukuman melainkan untuk pengajaran dan kebaikan. Dengan demikian pasal 2 ini menjadi lengkap, yakni gambaran peran gembala seperti seorang ibu memberikan kasih dengan mengasuh dan merawat penuh keramahan dan kelemahlembutan, serta seperti seorang bapa memberikan nasihat dan latihan serta kedisiplinan (1Kor 4:14, 20). Gambaran ini memang pengaruh dari budaya patrialkal Yahudi, yakni ayah bertugas menasihati dan ibu bertugas untuk merawat.

 

Dengan cara yang sama, kita juga perlu membawa mereka yang baru percaya dan menerima Tuhan Yesus di dalam kepak sayap kita, sampai mereka bisa mampu berdiri teguh dengan imannya. Kita perlu membantu mereka yang imannya sulit bertumbuh menjadi cukup kuat untuk meyakinkan akan kebenaran firman. Seorang yang melayani (baik sebagai gembala, penginjil atau pelayanan lainnya) haruslah memberi perhatian seperti seorang ibu dan bapa, dengan merawat, menasihati dan menuntun satu per satu sehingga setiap orang percaya baru itu memiliki keteguhan iman dan dapat menjadi sumber buah yang baru. Seorang gembala atau penginjil bahkan orang percaya yang baik harus menempatkan jemaat dan orang percaya lainnya seperti seorang anak yang perlu bimbingan asuhan orangtua.

 

Ketiga: Hidup sesuai dengan kehendak Allah (ayat 10, 12)

Bagian ketiga ini kita menggabungkan ayat 10 dengan ayat 12 sebab keduanya memiliki hubungan yakni pola hidup dan keteladanan. Sebagai orang percaya kita hidup harus dengan nilai-nilai baru sesuai dengan rencana Allah bagi seluruh umat yakni terciptanya keadilan dan kebenaran yang berdasarkan kekudusan. Adil dan benar merupakan tujuan utama semua hukum termasuk hukum Allah. Kesalehan dan kekudusan dalam hal ini memegang kata kunci, sebab hal yang biasa jemaat Tesalonika lihat adanya pemujaan terhadap dewa Aphrodit yakni dewa lambang kesenangan dan hawa nafsu di wilayah tersebut. Masalah moralitas dan sex termasuk prostitusi ini menjadi perhatian firman Tuhan agar orang Tesalonika khususnya mereka yang bukan orang Yahudi yang masih ikut terlibat ritual dewa tersebut menjadi bertobat (band. 4:5). Memang pada masa itu situasi menjadi longgar sebab masalah moralitas dalam kontek etika bukan menjadi bagian dari pengajaran agama tetapi lebih kepada tugas para filsuf.

 

Rasul Paulus mendorong dan menguatkan jemaat Tesalonika untuk melakukan hal yang sama seperti dia lakukan, sehingga mereka-mereka ini menjadi teladan yang akan diikuti oleh orang yang sesat dan belum menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya. Mereka telah menjadi saksi bagaimana Rasul Paulus hidup dengan berlaku adil, saleh dan tidak bercacat selama tinggal di Tesalonika. Saksi mata ini penting, sebab Tuhan melihat hati dan motivasi yang kadang dapat dimanipulasikan oleh manusia (band. Rom 1:9). Orang percaya dapat menilai orang percaya sebatas yang dilihat tadi. Sikap menjaga hidup tetap agar tidak bercacat itu sangat penting bagi orang percaya, sebab kita semua telah ditebus dan dibayar lunas. Kematian Tuhan Yesus di kayu salib sangat berharga untuk pengganti dan penebus diri kita yang seharusnya mati karena dosa-dosa kita. Oleh karena itu, toleransi terhadap dosa harus nol, meski ketika jatuh kembali akibat kuatnya iblis dan kedagingan, Tuhan Yesus kembali membuka pengampunan sepanjang dengan hati yang menyesal dan tulus. Sikap inilah yang sangat berharga di hadapan Allah.

 

Mereka yang setia melakukan hal tersebut sebenarnya yang disebut dipanggil ke dalam kerajaan dan kemuliaan-Nya. Dipanggil dalam hal ini berarti berlakunya kedaulatan Allah untuk memilih dan menentukan (Rm 8:28-29). Pengertian kerajaan dalam hal ini memiki dua dimensi (1Kor 15:23-27), yakni dimensi saat ini dan saat nanti di kekekalan yang keduanya berhakekat damai sejahtera. Semua itu terjadi tatkala kita menempatkan Yesus sebagai Raja dan mengikuti perintah-Nya. Mereka yang hidup berdasarkan daging dan mengikuti keinginan iblis tidak layak menjadi anak-anak dan hamba-Nya serta tidak berhak masuk ke dalam kerajaan-Nya (1Kor 6:9, 10; Kol 1:13; Ef 5:5; Gal 5:21). Kalau ada yang tidak bisa melihat kebaikan Tuhan dan tidak harus hidup dalam damai sejahtera dan merasa berhutang untuk melayani-Nya, pasti ada yang salah dalam pikirannya. Maka kini, apakah masih ada di dalam bagian hidup kita yang tidak sesuai dengan kehendak Allah? Kalau demikian halnya, apakah kita layak menjadi utusan dan saksi-Nya? Pernahkah kita bayangkan: Apa yang akan orang lain pikirkan tentang Tuhan Yesus dengan melihat yang kita lakukan? Apakah kemuliaan itu masih menjadi milik kita? Firman Tuhan mengatakan, Sebab itu aku menasihatkan kamu, … supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu” (Ef 4:1; band. 4:17).

 

Keempat: Firman Allah bekerja di dalam kamu (ayat 13)

Rasul Paulus mengatakan bahwa firman Allah terus bekerja di dalam hati dan hidup orang percaya. Ia menegaskan bahwa firman yang disampaikan (melalui pedengaran atau penglihatan - dengar, baca dan lihat) tidak semata-mata sebuah pidato atau informasi/dokumen, melainkan sebagai sumber kebenaran yang pasti dan teruji. Perjalanan panjang firman Tuhan Yesus sejak diucapkan langsung maupun melalui inspirasi kepada para rasul yang menuliskan, serta didasarkan pengalaman langsung hidup mereka, ini semua menjadi bukti bahwa firman yang tertulis itu bukan semata-mata perkataan manusia (1Kor 11:23; 15:1, 3). Manusia sebagai penulis dipakai Allah sesuai dengan kehendak Allah dan rencana Allah sesuai dengan kepribadian dan lingkungan penulis. Proses kanonisasi yang demikian panjang juga menjadi bukti bagaimana Allah bekerja dalam semua hal itu, dan terutama semua itu merupakan perjalanan penuh dengan kisah derita tangisan dan airmata tanpa sedikit pun dibalas dengan usaha kekerasan. Itulah firman Allah yang benar dan itulah kekristenan.

 

Alkitab yang kita pegang di tangan kita penuh dengan kuasa yang nyata dan hidup. Firman ini mengubah kehidupan sebagian besar hidup manusia di bumi ini dan terus bertambah setiap hari. Selama 2000 tahun sejak Yesus mengucapkannya dan seluruh kisah di Kisah Para Rasul, menjadi bukti teruji meski sebelumnya ada yang meragukan bahwa itu isinya akan dilupakan orang. Oleh karena itu Rasul Paulus mengatakan ia bersukacita sebab firman itu telah mereka terima. Firman itu bekerja ketika saat mulai diterima baik oleh pendengaran atau penglihatan, kemudian bekerja dalam hati manusia dengan cara dua hal. Pertama, melalui kesadaran manusia itu sendiri ketika firman itu didengar atau dibaca kemudian direnungkan dan menghasilkan respon sambutan (Rm 10:10, 17; 1Te 1:6). Sambutan dapat atas kemauan manusia itu sendiri tetapi juga ada kedaulatan Allah yang bekerja yang membuat manusia itu tunduk dan patuh atas kehendak-Nya dengan firman sebagai sarananya (band. Luk 11:28; Rm 1:16; 1Ptr 1:23).

 

Maka bacalah firman Allah yang hidup itu dan teruslah membaca. Firman Allah kekuatan yang mengubahkan (1Tes 1:8; Ibr 4:12). Memang akan terjadi peperangan rohani antara pikiran dan roh manusia dengan iblis jahat yang menggoda pikiran kita. Namun dengan kuasa pertolongan Allah, firman itu akan menang dan selalu benar. Oleh karena itu, dorong juga teman-teman yang lain untuk ikut membaca. Dorong yang belum mengenal Tuhan Yesus untuk membaca dan mengenal Tuhan Yesus. Bagi mereka yang melakukannya, yang sungguh-sungguh rindu untuk belajar akan disentuh dan dipenuhi dengan kuasa itu, maka mereka tidak akan pernah menjadi manusia yang sama. Dengan firman itu, kuasa Allah bekerja sebagaimana dikatakan, “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu” (Flp 4:9).

 

Penutup

Melalui firman Tuhan pada minggu ini kita diberikan pengajaran tentang perlunya bekerja keras dalam hidup ini sambil tetap dalam pelayanan. Setiap orang percaya mesti masuk dalam pelayanan meski dalam bentuk tidak langsung. Akan tetapi pelayanan yang sepenuhnya bagi pemberitaan Injil membutuhkan dukungan agar mereka dapat lebih berbuah banyak. Rasul Paulus sendiri memberi keteladanan dengan bekerja keras sebagai pembuat tenda agar tidak menjadi beban jemaat. Penginjil dan pelayan serta orang percaya harus peduli dengan sesama memberikan perhatian dengan dukungan moril dan doa. Nasihat dan keramahan adalah wujud kasih seperti seorang bapa dan ibu bagi anak-anaknya. Tetapi yang terutama adalah setiap anak-anak Tuhan harus hidup sesuai dengan kehendak Allah, dengan berlaku saleh, kudus, adil dan benar. Sebab bila hal itu diabaikan maka menjadi batu sandungan. Kita tidak perlu pesimis atau kuatir tidak dapat melakukan semua itu, bahkan bersyukur sebagaimana Rasul Paulus, sebab kita adalah orang-orang yang dipanggil dan firman Allah yang kita pelajari dari pendengaran dan bacaan, akan bekerja dengan kuasa di dalam hati setiap orang percaya sehingga kita berhak atas kerajaan dan kemuliaan kelak pada masanya.

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci yang terkait didahului kata humor atau joke).

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 746 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7397417
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
40532
61324
150183
7204198
432279
1386923
7397417

IP Anda: 162.158.170.136
2024-11-21 16:40

Login Form