Tuesday, July 01, 2025

2025

Khotbah Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

Khotbah Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

 

 SALING MEMPEMULIAKAN DEMI KASIH (Yoh. 13:31-35)

 

 (Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis. 11:1-18; Mzm. 148; Why. 21:1-6)

 

 

 

Pendahuluan

 

Memasuki minggu ke-V Paskah ini kita masih diberikan gambaran pelayanan Tuhan Yesus sebelum Ia naik ke sorga. Nats minggu ini menceritakan percakapan Tuhan Yesus dengan murid-murid-Nya di kamar atas, setelah di pasal sebelumnya Ia memperlihatkan praktek kasih dan kerendahan hati dengan membasuh kaki murid-murid-Nya. Perbuatan Yesus ini merupakan simbol dan keteladanan kerendahan hati sekaligus kesiapan untuk melayani orang bagi murid-murid-Nya. Sungguh perbuatan mulia.

 

Dari nats ini kita diberikan beberapa hal hikmat sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: Yesus telah dipermuliakan (ayat 31-32)

 

Dalam mengemban misi-Nya Yesus telah membuktikan ketaatan-Nya pada Bapa. Yesus menunjukkan kasih-Nya kepada setiap orang bahkan kepada yang mengkhianati, mencela, menghukum dan menyalib-Nya. Dia merendahkan hati-Nya kepada Bapa dan kepada semua orang demi untuk kemenangan. Apa yang bagi manusia merupakan kehinaan yakni mati digantung di kayu salib serta bersama dua penjahat besar, Dia terima dalam ketaatan. Salib yang hina di mata manusia kini menjadi lambang kemuliaan bagi Dia dan bagi kita semua. Kematian di kayu salib merupakan penggenapan rencana Bapa. Oleh karena itulah, Allah Bapa mempermuliakan Dia dengan kebangkitan dan kemenangan. Allah mempermuliakan Dia karena penugasan yang selesai tuntas dan sempurna (band. Yoh. 17:1, 5). Kemuliaan Yesus disempurnakan ketika Ia naik ke sorga sebagai puncak dari pelayanan dan kebesaran-Nya di dunia ini sebagai manusia. Itulah yang dimaksudkan kata "segera" dalam ayat 31 itu.

 

 

 

Pemuliaan Yesus ini memberikan dua gambaran kepada kita dalam menjalani kehidupan ini. Yang pertama, kerendahan hati sebagaimana Tuhan Yesus teladankan, tidak akan membuat kita hina, tidak menjadikan kita lebih tidak berharga. Banyak orang berpendapat dan melankoni bahwa untuk merasa bisa dihormati mereka berlagak sombong atau menempatkan posisi dirinya di atas. Mereka berpikir, dengan jalan demikian orang lain akan melihat bahwa mereka adalah "orang yang spesial", orang yang besar dan harus dihormati, meski sebenarnya mereka tidak memiliki apa-apa atau memiliki andil dalam hidup orang lain. Hal ini jelas salah! Justru biasanya orang yang dianggap besar dan dihormati adalah mereka yang mampu merendahkan dirinya, menempatkan dirinya berguna dan berkorban bagi orang lain. Oleh karena itu, di dalam pekerjaan atau pelayanan sehari-hari, marilah kita selalu memperlihatkan kerendahan hati, mengutamakan apa yang bisa terbaik kita berikan bagi pekerjaan dan pelayanan, serta kerelaan kita berkorban untuk itu, sehingga orang lain bahkan pemberi tugas (atasan) akan menghormati kita lebih besar dari yang kita harapkan.

 

 

 

Hal kedua, hendaklah penugasan yang kita terima kita selesaikan dengan sempurna dan dalam ketaatan. Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kita menerima penugasan, bukan hanya dari “pimpinan” tetapi juga sebagai bagian dari keberadaan kita. Kita sebagai suami pasti ada penugasan. Kita sebagai istri pasti memiliki tugas dan tanggungjawab. Kita sebagai anak juga pasti memiliki kewajiban dan tugas. Tugas yang paling sederhana paling tidak bertanggungjawab bagi dirinya sendiri. Orang yang lalai memelihara kesehatan pribadinya merupakan kelalaian dalam penugasan Allah untuk menjaga tubuhnya. Inilah yang harus kita selesaikan dengan baik. Dalam mencapai kesempurnaan penugasan itu, persyaratannya diperlukan ketaatan. Seorang suami yang taat untuk menjadi sempurna harus memelihara dirinya dengan baik: dalam kesehatan, dalam berhubungan dengan Pemberi Kehidupan, dalam mencari penghasilan untuk kebutuhan keluarga, dalam mengayomi istri dan anak-anak serta keluarga, dalam hubungan dengan sesama dan masyarakat. Apabila kita lakukan dengan taat dan kedisiplinan, maka kita akan sempurna dalam penugasan. Sebagaimana Yesus dihormati dan dimuliakan oleh Bapa, maka kita niscaya juga akan memerima hormat dari pemberi tugas. Kita dipermuliakan dengan apa yang kita lakukan, itulah pesan pertamanya.

 

 

 

Kedua: Allah dipermuliakan melalui Yesus (ayat 31-32)

 

Apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus memperlihatkan ketaatan dan hormat pada Bapa. Yesus tidak pernah meniadakan Bapa dalam keberadaan-Nya, bahkan Ia selalu mengatakan bahwa diri-Nya adalah utusan Allah Bapa yang di sorga. Ia tetap mengungkapkan bahwa kuasa yang diperoleh-Nya adalah kuasa yang berasal dari Bapa, dan Ia melaksanakan semua itu atas kehendak Allah, Bapa-Nya di sorga.

 

 

 

Dengan demikian Tuhan Yesus memang berkehendak memuliakan Allah Bapa-Nya. Pemuliaan ini dilakukan dengan menggenapi seluruh rencana Allah dalam hidup-Nya. Dipermuliakan berarti menggenapi apa yang menjadi misi utama-Nya (band. Flp 2:11). Inilah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya" (Yoh. 17:1-4).

 

 

 

Oleh karena itu, dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagaimana di bagian atas tadi, apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab kita hendaklah kita selesaikan dengan baik dan sesempurna mungkin. Sempurna bukan dalam pengertian tidak ada kekurangan, tetapi sempurna dalam pengertian semua dilaksaknakan dengan sepenuh hati dan tanggungjawab. Untuk kita yang dalam tugas, apakah di kantor atau di lapangan atau kedinasan, marilah kita laksanakan penugasan itu dengan sempurna dan ketaatan.

 

Apabila tugas dan tanggungjawab itu kita selesaikan dengan baik, niscaya kita akan mengangkat nilai dan apresiasi orang lain terhadap pimpinan, institusi kantor atau lembaga pelayanan kita. Apabila kita melaksanakan tangungjawab sebagai kepada rumah tangga, niscaya seluruh keluarga akan mendapat rasa hormat dari siapa saja. Demikianlah adanya Tuhan Yesus yang telah melaksanakan tugas-Nya dengan baik, maka Allah dipermuliakan dalam nama-Nya. Dengan demikian, hikmat atau pesan kedua yang diberikan kepada kita dalam ayat ini adalah: kita akan mempermuliakan pemberi tugas, apabila kita melakukan tugas tersebut dengan baik dan ketaatan.

 

 

 

Ketiga: tempat yang belum bisa kita lihat (ayat 33-34)

 

Orang Yahudi selalu berusaha mengikuti-Nya. Murid-murid pun terus berusaha agar Dia tidak masuk ke dalam bahaya. Pengharapan besar pada Yesus begitu kokoh sehingga mereka merasa Yesus harus terus ada ditengah-tengah mereka. Kebersamaan tiga tahun lebih tentu tidak mudah dilupakan. Mereka masih berharap terus mendengar pengajaran dan melihat kuasa-kuasa mukjizat yang diperlihatkan-Nya.

 

Pikiran inilah yang dibaca oleh Tuhan Yesus ketika Ia berkata: "Hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu." Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa mereka akan berusaha mencari Dia dalam pengertian agar selalu melihat kehadiran Tubuh Yesus sebagai simbol, tetapi itu akan sia-sia. Yesus tahu, oleh karena itu Dia menekankan bahwa walaupun tidak bersama dengan mereka, tetapi akan ada yang menggantikan Dia, yang sama memiliki kuasa dan hakekat seperti Dia, menjadi penolong dan penghibur mereka, yakni Roh Kudus. Tapi saat itu para murid tidak bisa menangkap maksud-Nya.

 

 

 

Tuhan Yesus berkata ke tempat Ia akan pergi, murid-murid-Nya tidak mungkin mereka datang. Ini bisa menggambarkan dua pilihan. Pertama, Yesus akan pergi melalui jalan penderitaan ke kayu salib dan tidak seorang pun dapat menggantikan Dia. Kedua, Yesus menggambarkan bahwa Ia kembali ke tempat Bapa di sorga ke tempat-Nya bertakhta. Tentu bagi murid-murid yang masih hidup, tidak mungkin bisa bersama Yesus ke sana. Tetapi Yesus menjanjikan bagi setiap orang yang tetap percaya dan setia kepada-Nya, maka tempat itu akan menjadi tempat kita juga, bersama dengan Tuhan Yesus, ke tempat mana yang Dia sudah sediakan bagi kita. Yesus membuka dan merintis jalan baru itu bagi kita.

 

 

 

Keempat: perintah baru agar semua orang harus tahu (ayat 35)

 

Tuhan Yesus memberi perintah baru yakni saling mengasihi dengan dasar karena mereka ada di dalam Kristus. Mengasihi bukan karena kepentingan atau kelompok. Kasih yang lebih ditekankan Yesus adalah kasih yang rela berkorban, rela memberikan yang terbaik kepada pihak lain dan itu akan menjadi kesaksisan bagi dunia. Meski hukum kasih ini sudah ada pada perjanjian lama (Ul. 19:18), tetapi bagi umat Yahudi saat itu mereka hanya mendengar cerita-cerita bagaimana Allah Mahakasih membebaskan bangsa mereka dari tanah Mesir. Mereka tidak mengalaminya. Kini mereka yang hadir saat itu langsung melihat bagaimana wujud kasih itu dilaksanakan. Ini bagaikan kasih yang revolusioner mereka saksikan.

 

Kasih Yesus yang berkorban dan melayani sebagaimana dicontohkan-Nya menjadi patokan, menjadi standar dan referensi bagi kita ketika memperlihatkan kasih bagi orang lain. Kasih Yesus menjadi kasih yang berkesinambungan dan berlipat ganda mekar berbuah dan berbuah. Inilah maksud kata-kata Yesus, "sama seperti Aku telah mengasihi kamu."

 

 

 

Kesaksian kita bukanlah dengan penampilan kita, bukan pula dengan pengakuan di mulut atau nyanyian lagu kita, tetapi karena saling mengasihi di antara kita dan kasih yang kita berikan kepada orang lain, itulah yang akan menjadi kesaksian bagi kemuliaan Kristus. Kasih yang kita persaksikan tidak hanya menguatkan kita dan membawa kita lebih dekat kepada Kristus, tetapi juga membawa dunia ini saling mengasihi dan tidak saling membenci. Kebencian akan sirna. Yesus akan menjadi contoh yang hidup bagi siapa saja, kalau kita menjadi contoh yang hidup ditengah-tengah dunia.

 

 

 

Mengasihi bukan sekedar ungkapan perasaan senang atau hangat, melainkan sikap yang harus tampak dalam perbuatan. Memberi pertolongan pada saat orang lain di saat yang tidak menguntungkan, memohon maaf walau tidak pasti bersalah, memberi waktu kepada orang yang membutuhkan dukungan, memberi pengampunan bagi yang menyakiti kita dan bukan berniat membalasnya, itulah kasih sejati. Ini memang sulit, tetapi justru itulah kita harus belajar, mau memulai dan mempraktekkannya sesuai kasih dalam 1Kor. 13.

 

 

 

Kesimpulan

 

Minggu ini kita belajar dari firman Tuhan bagaimana Tuhan Yesus dipermuliakan Allah dan sekaligus Dia mempermuliakan Allah Bapa. Semua itu terjadi karena penugasan Bapa kepada Yesus dilaksanakan dengan ketaatan dan tuntas sempurna. Ini memberi pelajaran kepada kita bagaimana menjalani sebuh tugas dan tanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pelaksanaan tugas yang tuntas dan baik, kita akan dipermuliakan dan sekaligus kita juga mempermuliakan pemberi tugas. Ada yang menanti, sebagaimana Tuhan Yesus mengatakan ke tempat indah Dia pergi, kesanalah kita juga akan pergi. Akan tetapi, hendaklah semua itu kita lakukan dengan dasar mengasihi, sebagaimana Yesus telah mengasihi kita.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (2) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

Khotbah (2) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

 

 TEMBOK DAN JEMBATAN (Kis. 11:1-18)

 

 (Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yoh. 13:31-35; Mzm 148; Why 21:1-6)

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu V Paskah ini diambil dari Kis. 11:1-18. Nas ini menceritakan upaya Rasul Petrus mempertanggungjawabkan baptisan Kornelius di Yerusalem. Kaum Yahudi yang sejak awal bersunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya (Kej. 17:11), masih merasa sebagai umat khusus, umat pilihan. Mereka yang kemudian percaya dan mengikut Kristus, sebagian merasa keselamatan dari Tuhan Yesus hanya untuk kaum Yahudi saja, sehingga kabar sukacita tersebut dan bahkan baptisan tidak perlu diberikan kepada "orang asing", orang yang tidak bersunat. Tetapi Rasul Petrus melakukannya dan membaptis Kornelius, seorang tentara Romawi. Maka ia pun ditentang.

 

 

 

Allah menciptakan manusia yakni Adam dan Eva, dan kemudian setelah ribuan tahun menyebar ke seluruh penjuru bumi. Faktor alam dan campuran genetika membuat terjadinya keragaman manusia dengan ras, suku, bangsa, tempat, bahasa dan lainnya. Begitu juga dengan sifat, karakter, warna kulit, tradisi, kepercayaan, dan lainnya. Tidak ada manusia yang sama. Pengelompokan manusia terjadi atas kesamaan tersebut, atau oleh kepentingan dan tujuan yang sama, meski itu dapat sesaat.

 

 

 

Alkitab mengatakan, keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Banyak orang menyembah Tuhannya yang tidak mereka kenal, tetapi kita menyembah Allah yang kita kenal yakni dalam Pribadi Tuhan Yesus, yang memang bangsa Yahudi (Yoh. 4:22). Kita mengenal Allah dalam Pribadi Yesus karena ada gambaran utuh-Nya: hidup, kuasa, teladan, pelayanan, dan terutama kasih-Nya. Tidak ada agama lain di dunia ini yang bisa lebih baik menggambarkan Allah yang seperti Dia. Tawaran jalan keselamatan kekal yang diberikan-Nya, sungguh luar biasa. Kita memang layak memuji, menyembah, dan mengikuti-Nya.

 

 

 

Kabar sukacita itulah yang mesti disebarkan. Kita tidak perlu meributkan legalisme kaku dengan meributkan hal yang tidak prinsip, seperti makanan bercampur darah (ayat 9), baptisan air yang benar (ayat 16), hari raya Kristiani, atau format tata ibadah. Semua menjadi tidak produktif. Merasa unggul juga - seperti "bersunat" dalam nas ini, harus ditiadakan yang semua itu justru membangun tembok pemisah dan perbedaan. Apalagi, bila kepentingan pribadi sebenarnya dibungkus menjadi kepentingan kelompok, atau dalam nama agama dan bahkan demi nama Tuhan.

 

 

 

Perbedaan selalu ada. Di tengah hubungan sesama, perbedaan terus ada termasuk dalam iman dan kepercayaan, termasuk dalam ritualnya. Sungguh sangat disayangkan kalau perbedaan itu sampai membuat polarisasi terjadi dan tembok terbangun,

 

 

 

Tetapi melalui kasih yang menjadi ciri khas orang percaya, kita perlu membangun jembatan bagi mereka yang merasa seolah ada ketidakadilan dan kalah/tersisihkan. Memang tidak mudah membangun kembali relasi antar manusia. Tetapi kita harus siap menerima mereka dengan hati yang penuh kasih. Upaya mesti terus dilakukan, terutama oleh kita anak-anak Tuhan. Mencari buah dan Roh Kudus akan bekerja (ayat 17). Seperti ayat penutup dalam nas Minggu V Paskah ini: karunia itu diberikan kepada segala bangsa, pertobatan, atau perubahan yang terus memimpin kepada hidup (ayat 18). Itulah utamanya, intinya, bangunlah selalu jembatan, bukan tembok.

Selamat beribadah dan selamat melayani.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Kabar dari Bukit, Minggu 11 Mei 2025

Kabar Dari Bukit

 GUSTI MBOTEN SARE (Kis. 4:5-12)

 Tuhan Tidak Tidur

 

 “Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan--yaitu kamu sendiri--, namun ia telah menjadi batu penjuru” (Kis.  4:11)

 

Membaca nas minggu ini saya jadi teringat saat diadili dan dipenjara karena melawan rezim Presiden Suharto di tahun 1978-1979. Saat itu gerakan mahasiswa memang langsung menyerang Suharto, memintanya turun karena dianggap sebagai sumber permasalahan bangsa. Peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari) sebelumnya, hanya menyerang dominasi Jepang dan peran Ali Murtopo yang dianggap otak pengerdilan partai politik, ormas dan juga mahasiswa. Meski banyak yang mendukung gerakan mahasiswa, namun tidak sedikit yang mengatakan bahwa yang kita lakukan adalah sia-sia. Penguasa kuat, militer dan partai politik kokoh mendukung Suharto. Pengadilan mahasiswa pun termasuk terhadap saya nyatanya berjalan tidak adil. Tuduhannya pasal karet. Saya dan kawan-kawan pemimpin mahasiswa akhirnya dipenjara setahun. Namun sejarah membuktikan, sepuluh tahun kemudian, Suharto jatuh! Keputusan pengadilan terdahulu bahwa kami bersalah, akhirnya dianulir. Kebenaran memang sering mengambil jalan yang panjang dan berliku.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Kis. 4:5-12. Ini kisah pengadilan terhadap Rasul Petrus dan Yohanes yang dianggap penghasut oleh pemimpin-pemimpin Yahudi bersama Imam Besar yang mengadakan sidang Mahkamah Agama di Yerusalem (ay. 5). Petrus dan Yohanes memang sebelumnya menyembuhkan seorang laki-laki lumpuh di Bait Suci (Kis. 3:1-10) dan berkhotbah tentang Yesus. Tuduhannya: dengan kuasa apa mereka melakukannya?

 

 

 

Petrus dengan lantang menjawab: “Ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati--bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu." Petrus berani mengatakan hal itu karena ia penuh dengan Roh Kudus (ay. 8-10).

 

 

 

Petrus dan Yohanes beruntung saat itu, setelah melihat penampilan mereka (ay. 13), keputusan sidang hanyalah menegur dan meminta agar mereka tidak mengulangi lagi perbuatannya. Ternyata, hal itu tidak membuat para murid takut, malah terus mengabarkan Injil hingga ke seluruh dunia.

 

 

 

Dalam kehidupan keseharian kita, hal seperti ini sering terjadi. Perbuatan baik, tidak selamanya dapat diterima pihak tertentu. Ada saja dibuat alasannya. Tapi ini tidak membuat kita untuk takut berbuat baik. Resiko selalu ada, ya tidak apa-apa. Kadang buah kebaikan tidak langsung kelihatan, atau tidak dihargai, itu adalah ujian ketulusan dan kesabaran kita. Tapi satu prinsip, tidak ada perbuatan baik yang sia-sia. Tuhan tidak tidur, Gusti Mboten Sare. Semua ada dalam kendali-Nya dan Ia Mahamelihat dan Mahatahu. Perlu kita sadari juga, Gusti Mboten Sare mengingatkan kita agar berpikir bijak sebelum bertindak.

 

 

 

Oleh karena itu jangan mudah menyerah. Tetaplah berbuat baik, dan lakukan dengan konsisten, tulus, penuh kasih, dan percaya itu adalah panggilan orang percaya. Bila buah keberanian dan pengorbanan kita tidak langsung kelihatan, bukan berarti Tuhan tidak bekerja. Kita hanya perlu meneguhkan hati dengan percaya pada rencana-Nya, mengingat janji-Nya, berpatokan keteladanan dalam Alkitab, dan berdoa serta berserah. Sebagaimana Yesus, lihat, batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan..., namun ia telah menjadi batu penjuru (ay. 11).

 

Selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (3) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

Khotbah (3) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

 

 PUJILAH TUHAN YANG SEJATI (Mzm.148:1-14)

 

 Baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta (Mzm. 148:5)

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu V setelah Paskah diambil dari Mzm. 148, dengan judul: Langit dan bumi, pujilah TUHAN! Lho, kenapa “benda mati” langit dan bumi ikut memuji Tuhan? Pemazmur tampaknya ingin melawan pendapat bangsa-bangsa lain di saat itu, yang masih menjadikan benda-benda langit atau makhluk sebagai allah yang mereka sembah. Mazmur ini lantas memerintahkan, selain makhluk hidup menyembah Tuhan, semua “benda mati” lainnya ikut menyembah, seperti bulan, bintang terang, air yang di atas langit, ular-ular naga dan segenap samudera raya, api dan hujan es, salju dan kabut, angin badai, dan lainnya.

 

 

 

Jika kita membaca buku History of Religion dari Prof. Allan Menzies, maka kita mengetahui mengapa sejak awal peradaban, manusia mulai menyembah benda-benda mati dan menjadikan mereka sebagai allahnya. Mereka membutuhkan kekuatan yang lebih tinggi, yang tidak dipahaminya dan melampaui kemampuan mereka. Menurut Menzies, motif ibadahnya adalah “ketakjuban, tidak diragukan lagi, selalu hadir di dalamnya....”

 

 

 

Memang dalam hal ini ada unsur kepercayaan dan proses intelektual, yang membawa mereka sampai pada titik kesimpulan, perlu menyembah benda mati tersebut. “Ketidakmampuannya untuk membantu dirinya sendiri atau untuk memenuhi kebutuhannya sendiri-lah yang mengantarkan penyembah kepada tuhannya (catatan: berupa benda-benda), yang memiliki daya yang ia sendiri tidak punya." Benda-benda seperti tanah atau bumi dan langit atau matahari, misalnya, memberikan kesuburan tanah dan hasil panen yang baik membuat mereka menyembah benda langit dan bumi.

 

 

 

Padahal, kepercayaan PL dan kita semua, langit dan bumi adalah ciptaan Allah, sehingga langit dan bumi tidak layak untuk disembah. Bumi dengan pohon yang besar atau gunung yang tinggi, dapat musnah hilang seketika oleh kuasa Allah dengan mematikan pohon itu atau meletuskan gunung sehingga hilang dari muka bumi. Demikianlah kuasa Allah, sehingga segala ciptaan-Nya tidak layak disembah, termasuk manusia dan nabi-nabi.

 

 

 

Pemazmur mengajak kita dengan iman percayanya, bahwa Allah berkuasa atas seluruh bumi dan carkawala dengan segala isinya, dan mengajak seluruh malaikat dan bala tentara surgawi untuk memuji dan menyembah-Nya. Semua raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; para taruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda (ayat 2, 11-12). Maka, lengkap sudah, penghuni surga, cakrawala dan isi bumi semua diajak, serta kita pun orang percaya, “baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta” (ayat 5). "Dialah pokok puji-pujianmu dan Dialah Allahmu, yang telah melakukan di antaramu perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kaulihat dengan matamu sendiri (Ul. 10:21).

 

 

 

Nas mazmur kita menekankan bahwa ibadah dan pujian terhadap Allah yang benar dan sejati, merupakan sentral kehidupan kita ke depan. Pujian tidak harus dengan mulut atau nyanyian, tetapi juga melalui perbuatan. Semua yang kita lakukan ke depan hendaklah merupakan ibadah kepada Tuhan (Kol. 3:23). Jangan lagi ada kegiatan kita yang sia-sia, apalagi hal yang tidak disukai-Nya (2Kor. 6:1; Ef. 4:17). Allah kita di dalam Tuhan Yesus adalah Roh dan kita pun menyembah Dia di dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:24). Dia telah menjadi daging dan turun ke dunia, tetapi kembali naik ke surga menjadi Roh.

 

 

 

Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit (ayat 13). Allah yang benar dan sejati, telah berkarya bagi umat Israel dengan meninggikan tanduk umat-Nya, serta membawa mereka kembali dari pembuangan (ayat 14). Kita pun telah ditinggikan dengan kasih Allah yang begitu besar, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Itulah dasar kita memuji-Nya. Haleluya.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah Minggu IV Paskah - 11 Mei 2025

Khotbah Minggu IV Paskah - 11 Mei 2025

 

 

 

YESUS DITOLAK ORANG YAHUDI (Yoh. 10:22-30)

 

 

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis. 9:36-43; Mzm. 23; Why. 7:9-17

 

 

 

 

 

Pendahuluan

 

Dalam minggu ini kita diberi firman yang menceritakan saat Tuhan Yesus mulai dipertanyakan siapa Dia dan keberadaan-Nya. Beberapa waktu sebelumnya sebenarnya Ia sudah memperkenalkan diri-Nya kepada perempuan Samaria bahwa Ia adalah Mesias (Yoh 4:26). Dalam kesempatan lain Ia menyatakan diri-Nya bukan dari dunia ini melainkan dari Atas dan Dia adalah Allah (Yoh 8:12-29); kemudian dalam percakapan tentang anak yang buta Ia menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah (Yoh 9:37). Akan tetapi orang-orang Yahudi belum yakin, sehingga tatkala saat hari raya Pentahbisan Bait Allah, mereka bertanya lagi tentang siapakah Dia sebenarnya.

 

 

 

Hari Raya Pentahbisan bermula dari zaman Yudas Makabeus di tahun 164 SM melakukan pentahiran dan pengudusan kembali Bait Allah, setelah sebelumnya Bait Allah diperlakukan dengan najis oleh Raja Syria yakni Antiochus Ephipanes dengan mengorbankan hewan babi di altar Bait Allah tersebut sebagai persembahan kepada dewa-dewa kafir. Bagi umat Yahudi, babi adalah hewan yang haram. Antiochus juga melakukan penghinaan dengan memakai ruangan-ruangan di Bait Allah tersebut sebagai tempat asusila. Yudas Makabeus kemudian bangkit dan mengusir Antiochus dan menahbiskan kembali Bait Allah tersebut. Inilah peringatan pentahbisan yang dilakukan dan masih dilakukan oleh umat Yahudi yang disebut sebagai hari raya Hanukah atau hari raya Terang.

 

 

 

Dari pertanyaan dan percakapan Tuhan Yesus dengan orang Yahudi di serambi Salomo Bait Allah itu kita diberi cahaya sorgawi sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: mereka sudah mendengar dan melihat (ayat 24-25)

 

Meski beberapa orang Yahudi telah menjadi murid-Nya dan ada banyak orang yang terus mengikuti-Nya, rupanya banyak orang masih belum begitu yakin sehingga mereka terus mempertanyakan siapakah Dia sebenarnya. Memang yang bertanya ini mungkin mempunyai dua maksud, apakah betul-betul murni ingin mendapat kepastian tentang Dia adalah Mesias, dan menjadikan-Nya Raja yang Diurapi untuk memimpin umat Yahudi bagi pembebasan dari penjajahan Romawi. Kesengsaraan dan ketidakadilan pada umat Yahudi di masa itu membuat mereka menunggu-nunggu datangnya Mesias untuk memimpin perlawanan seperti Yudas Makabeas membebaskan mereka dari raja Syria. Tetapi pertanyaan orang Yahudi itu juga bisa menjebak-Nya sebagai alasan untuk melempari-Nya dan membawa Dia ke pengadilan agama Yahudi, karena dianggap menghujat Allah (band. Yoh. 8:13). Inilah yang diperhitungkan Yesus, sehingga Ia menjawab secara diplomatis, membalikkan pertanyaan kepada mereka. Ini strategi yang jitu dan pantas diteladani dalam menghadapi orang yang ingin menjebak kita.

 

Sebenarnya Tuhan Yesus sudah menyatakan diri-Nya berulang kali sebagaimana disebutkan pada bagian pendahuluan. Ia juga sudah menjelaskan makna dari ke-Mesias-an dan Anak Allah dalam percakapan sebelumnya, sehingga Yesus mengatakan kepada mereka: kamu telah mendengar! Bahkan Ia telah memperlihatkan pekerjaan kuasa Ilahi-Nya melalui berbagai mukjizat yang dilakukan, seperti merubah air menjadi anggur (Yoh. 2:1-11), penyembuhan beberapa orang sakit (Yoh 4 dan 5), memberi makan 5000 orang hanya dengan lima roti jelai dan dua ikan (Yoh. 6:1-14), dan Ia berjalan di atas air (Yoh 6:16-21). Hal ini juga yang membuat Tuhan Yesus berkata kepada mereka: kamu telah melihat apa yang Kukerjakan! Tetapi mereka tetap tidak percaya.

 

 

 

Dalam percakapan sebelumnya dengan orang Farisi, Tuhan Yesus telah mengingatkan bahwa mereka yang sudah melihat kuasa Allah tetapi tidak percaya, maka mereka berdosa (Yoh 9:40-41). Yesus menekankan bahwa orang Farisi itu telah melihat karya Allah melalui anak yang lahir buta dicelikkan oleh Yesus, tetapi mereka tidak percaya, sehingga Tuhan Yesus kemudian berkata mereka berdosa.

 

 

 

Dalam kaitan inilah Tuhan Yesus juga ingin mengingatkan kita bahwa katika bertanya tentang ke-Allah-an Yesus untuk  motivasi yang kurang baik, misalnya untuk memperlihatkan kehebatan, kesombongan, bahkan niat melecehkan, itu sangat tidak baik. Bertanya bukanlah sebuah dosa. Kalau seandainya kita bertanya dengan motivasi yang benar, untuk mengetahui kuasa dan wujud penyertaan-Nya dalam hidup kita, maka Yesus akan memberikan jawaban-Nya. Roh Kudus akan bekerja. Inilah inti pesan pertama kepada kita, agar kita yang sudah melihat dan mendengar hendaklah terus percaya dan mengikut Dia; dan kalau masih ada keraguan, teruslah bertanya dan mencari hingga Dia berkenan memberi jawaban.

 

 

 

Kedua: menjadi domba dan kemudian percaya (ayat 26-27)

 

Dalam ayat 26 Tuhan Yesus menyatakan mereka bukanlah domba-domba-Nya. Dengan demikian, di sini muncul dua interpretasi, yakni: pertama, apakah pernyataan Tuhan Yesus itu merupakan reaksi atas pertanyaan orang Yahudi yang hadir saat itu, sehingga Yesus menyimpulkan pada dasarnya mereka bukanlah domba-domba-Nya; atau pada awalnya Tuhan Yesus sudah tahu bahwa umat Israel pada umumnya akan menolak Dia sehingga mereka bukanlah domba-domba-Nya. Kesimpulan Tuhan Yesus tersebut bisa berangkat dari dua pertanyaan dasar, yakni apakah mereka (dan semua orang) sudah “ditetapkan” dari “sononya” menjadi domba-domba Yesus, atau menjadi domba Kristus setelah ada respon pertobatan dari firman atau panggilan yang diberikan. Dalam hal ini kita akan masuk dalam diskusi predestinasi.

 

 

 

Dalam pandangan predestinasi (yang dicetuskan oleh John Calvin), seseorang itu sejak semula sudah ditetapkan menjadi domba-domba Tuhan Yesus. Ucapan Yesus, "tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku" (ayat 26) dapat diartikan bahwa Yesus sudah mengetahui mereka ini tidak akan percaya dan tidak ada gunanya untuk menjelaskan lebih lanjut. Predestinasi adalah kedaulatan Allah yang kekal dan penetapan di dalam diri-Nya apa yang akan terjadi dalam sejarah dunia, bangsa-bangsa dan bagi setiap orang. Dalam lingkup kecil misalnya pribadi lepas pribadi, keselamatan dan kehidupan kekal telah ditetapkan sebelumnya bagi sebagian orang, dan penghukuman kekal bagi sebagian orang lain. Hal ini berarti seseorang percaya dan mengikut Dia itu sudah ditetapkan sejak semula. Dalam kaitan ini, keselamatan yang sudah ditetapkan bagi seseorang tidak bisa hilang, sebab ada pemeliharaan Allah bagi mereka.

 

 

 

Pandangan lain menyebutkan bahwa seseorang menjadi domba atau pengikut Tuhan Yesus adalah hasil respon orang tersebut terhadap panggilan dari Tuhan. Panggilan ini dapat dilakukan secara langsung melalui pendengaran (Rm 10:17) baik yang audible maupun yang unaudible, tetapi ada juga yang melalui bantuan perlu ada penglihatan atau mukjizat. Apabila ia merespon panggilan atau penglihatan itu, maka ia menjadi percaya dan pengikut. Sepanjang ia bisa menjaga keselamatan yang diberikan, maka ia akan tetap selamat. Tetapi apabila ia tidak dapat memelihara iman dan ketaatannya, maka ia tidak akan selamat. Oleh karena itu, dalam pandangan ini keselamatan dapat hilang. Pendangan ini dianut oleh Armenian dan cukup banyak pengikutnya sampai saat ini.

 

 

 

Pandangan Predestinasi oleh Calvinis dan Armenian merupakan pandangan yang dominan dalam kaitan dengan panggilan dan keselamatan. Kedua pandangan ini mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan masing-masing memberikan argumentasi sebagaimana disebutkan di atas. Tetapi ini tentu merupakan pandangan yang tidak perlu dipertentangkan lebih jauh dalam penjelasan firman minggu ini, sebab bagi kita yang penting adalah: apakah sudah ada panggilan dan iman itu kepada kita untuk menjadi domba-domba-Nya? Apakah kita sudah mendengar tentang Yesus dan keselamatan itu, dan apakah kita sudah melihat kuasa dan karya Tuhan Yesus dalam hidup kita maupun dalam hidup orang lain? Dalam hal ini, tidak perlu kita pertanyakan, misalnya, kita ini menjadi Kristen karena pertobatan atau karena keturunan. Tetapi yang utama adalah, kita sudah mengenal Dia dan suara-Nya, mengikuti Dia, dan berinteraksi dengan Dia, sebagaimana domba yang baik selalu berinteraksi dengan Gembala yang penuh kasih. Mendengar suara-Nya atau melihat karya pekerjaan-Nya adalah merupakan langkah permulaan yang akan bertumbuh dan bertambah-tambah menjadi iman yang kokoh.

 

 

 

Ketiga: Domba yang taat akan masuk dalam keselamatan (ayat 28-29)

 

Ucapan Yesus sangat lugas pada ayat 28-29 dalam konteks keselamatan ini, dengan berkata, "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa." Alangkah indahnya pernyataan Tuhan kita itu. 

 

 

 

Pernyataan ini sangat tegas dan mengandung beberapa hal yang penting. Pertama, kita domba-domba-Nya akan diberi kehidupan kekal; Kedua, kita tidak akan binasa dalam arti tidak akan kalah dari siapa pun yang menjadi lawan kita termasuk maut dan kematian sekalipun; dan ketiga, tidak ada satupun yang mampu merebut kita dari kasih Tuhan Yesus. Dalam mendukung pernyataan itu, dasarnya sangat kuat dan logis diberikan Tuhan Yesus: karena kita diberikan oleh Allah Bapa kepada Tuhan Yesus untuk menjadi anak-anak-Nya. Janji indah inilah yang membuat kita domba-domba-Nya tidak akan dipisahkan dari Gembala Agung, bahkan mustahil ada kekuatan yang bisa menarik kita dari pada-Nya (band. Rm. 8:31-39).

 

 

 

Yesus adalah Gembala Baik yang melindungi domba-domba-Nya dari si jahat dan dunia ini. Memang iblis bisa mengganggu tubuh dan sukacita  para pengikut-Nya, tetapi iblis tidak akan pernah bisa mengganggu jiwa dan roh dari pengikut yang setia, apalagi sampai mengambilnya dari Tuhan. Sebagaimana dikatakan, tidak ada yang lebih besar dari Allah, tidak ada satu pun kekuasaan yang bisa menandinginya, sebab Allah kita adalah Allah yang Mahakuasa, dan kuasa-Nya itu telah diberikan kepada Tuhan Yesus.

 

 

 

Banyak tantangan yang akan diberikan oleh iblis (band. 1Pet 5:8), tetapi apabila kita putuskan mengikut Dia dan taat, maka kita akan berada dalam lindungan-Nya selamanya. Dalam pasal 10:11 disebutkan Yesus memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya untuk membuat kita hidup. Bagaimana mungkin, Dia yang sudah berkorban bagi keselamatan kita, mau melepaskan kita pada kekuasaan si iblis.

 

Hal yang diminta dari kita adalah ketaatan dan terus mendengar untuk mengikuti Dia. Kita harus melihat bahwa anugerah dan kasih-Nya terus menerus berkarya dalam hidup kita, untuk menjadi berkat bagi kita dan sesama. Domba yang meninggalkan gembala dan tidak mau mendengar, menunjukkan bahwa mereka bukanlah domba Kristus (Yoh. 15:1-6).

 

 

 

Keempat: Yesus dan Bapa adalah satu (ayat 30)

 

Ini adalah pernyataan Tuhan Yesus yang paling gamblang tentang pribadi-Nya dengan mengatakan Dia dan Bapa adalah satu. Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus dalam pernyataan-Nya itu untuk mendukung janji yang diberikan-Nya: Ia sama dengan Bapa dalam memelihara domba-domba dan memberikan kehidupan kekal tadi. Jawaban ini juga menghindari perkiraan bahwa Yesus akan dijadikan Mesias politik. Ia tidak menjawab kepada banyak orang: benar, Aku ini Mesias sebab akan berpengharapan salah terhadap diri-Nya.

 

 

 

Pengertian yang dinyatakan Tuhan Yesus bahwa Dia dan Bapa adalah Satu, mengacu kepada konsep Tritunggal yakni Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Ini dapat dilihat juga pada 1Yoh. 5:7. Dalam pemahaman Allah Tritunggal, Mereka memiliki hakekat yang sama dalam tiga wujud tetapi juga sering disebut dengan tiga peran. Allah Bapa sebagai pencipta, Yesus sebagai Penyelamat, dan Roh Kudus sebagai Penolong, Penyerta, dan Penghibur.

 

 

 

Yesus sebagai Penyelamat dilihat dalam konteks peran yang Dia lakukan ketika diutus untuk datang ke dunia memperdamaikan manusia dengan Allah. Penugasan ini sudah diteguhkan sejak Ia lahir melalui pesan kepada Maria dan Yusuf, demikian juga saat Yesus dibaptis ketika Allah melalui Roh Kudus menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Mrk. 1:11; 15:39; band. Mat. 16:16). Kata Yesus sendiri berarti "Yang Menyelamatkan." Kristus sama artinya dengan Mesias dan Almasih, berarti "Yang Diurapi." Zaman dahulu yang diurapi adalah Raja, Nabi dan Imam. Dalam hal inilah Yesus mengambil tiga peran utama itu, yakni Yesus sebagai Raja menyelamatkan dengan kuasa-Nya, Yesus sebagai Nabi menyelamatkan dengan firman yang disampaikan, dan Yesus sebagai Imam menyelamatkan dengan korban persembahan tubuh-Nya. Tidak ada lagi keraguan bahwa Yesus dan Bapa adalah Satu!

 

 

 

Kesimpulan

 

Minggu ini kita diberikan gambaran bagaimana Tuhan Yesus walaupun sudah menegaskan diri-Nya dan melakukan pekerjaan yang dipenuhi kuasa mukjizat, tetap saja umat Yahudi tidak percaya bahwa Ia adalah Mesias, Ia adalah Allah, yang mereka tunggu untuk memyelamatkan. Memang perbedaan pemahaman tentang penyelamatan di sini menjadi hal yang utama, sebab bagi umat Yahudi pemahaman mereka Mesias yang ditunggu adalah Mesias politik yang memimpin mereka untuk pembebasan bangsa Yahudi dari penindasan penjajahan Romawi. Sementara bagi Yesus, Dia datang sebagai Mesias yakni Raja yang Diurapi untuk membebaskan mereka dari belenggu dosa dan maut. Kerajaan yang dibangun-Nya adalah kerajaan sorga yang penuh damai sejahtera, bukan kerajaan politik dan bangsa Israel saja. Inilah yang sebaiknya tidak terjadi pada kita, marilah kita mendengar suara-Nya dan melihat karya-Nya sehingga kita menjadi domba-Nya dan mengikut Dia. Dengan penuh keyakinan bahwa dalam ketaatan kita, Tuhan Yesus sudah menyediakan keselamatan dan kehidupan kekal bagi kita, kehidupan aman sejahtera yang tidak pernah kalah dari kuasa apapun sudah diberikan-Nya pada kita, sebab Yesus dan Bapa adalah satu.

 

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

 

Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

 

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 54 guests and no members online

Statistik Pengunjung

002924
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
2924
0
10343
12345673
2924
134774
2924

IP Anda: 216.73.216.215
2025-07-01 19:53

Login Form